Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEFINISI
Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat, 2012). Ansietas
merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik
sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah
ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala
otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Stuart dan Laraia,1998) dalam
buku (Pieter,dkk,2011)
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidak mampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman,
2010)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respon
seseorang berupa rasa khawatir, was-was dan tidak nyaman dalam
menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.
B. KLASIFIKASI
Ada empat tingkat ansietas, yaitu ringan, sedang, berat dan panik
(Stuart & Sundeen, 1998).
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan persepsi atas keadaan yang dialaminya. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi
meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan
tingkah laku sesuai situasi.
b. Ansietas Sedang
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan
sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,
lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada
rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak
sabar, mudah lupa, marah dan menangis
c. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan
kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci
dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh
pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing,
diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif,
berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan
kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang
terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi,
pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap
perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan
delusi.
Ansietas terdiri dari dua komponen gejala, yaitu gejala somatis (timbul
gejala pada tubuh) dan rasa gugup atau ketakutan. Sesuai dengan definisi,
ansietas disertai perasaan gelisah atau ketakutan. Gejala somatis yang dapat
muncul pada ansietas seperti:
Diare;
Kepala terasa pusing atau ringan;
Berkeringat;
Kesulitan bernapas;
Hipertensi;
Pingsan;
D. FASE
Tingkatan ansietas
1. Ansietas Ringan
Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan
waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk
menghasilkan kreativitas.
2. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun
dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain.
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain.
Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan
untuk memusatkan perhatian pada area lain.
4. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit
dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri
lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan
pengarahan.
Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh
mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya).
Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan
sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin. Dalam persiapannya untuk
berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan
menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan
dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar
yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada
fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf
yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah
informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
Fase 2 (dua)
Pada fase ini, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan
tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi
mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa.
Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi
kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda
adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri
bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke
tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat
barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
Fase 3
Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang
mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga
umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah
terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti :
intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi
terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi
terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie,
1988).
E. PSIKOPATOLOGI
Kecemasan merupakan respon dari persepsi terancam yang diterima
oleh Sistem saraf Pusat (SSP) akibat adanya rangsangan berupa pengalaman
masa lalu dan faktor genetik. Rangsang tersebut kemudian akan dipersepsikan
oleh panca indra, diteruskan, dan direspon oleh cortex cerebri menuju ke
sistem limbik ke reticular activating system kemudian ke hipotalamus yang
memberikan impuls ke kelenjar adrenal yang akan memacu sistem saraf
otonom melalui mediator yang lain.
Kecemasan menyeluruh menunjukkan adanya gangguan pada reseptor
serotonin, 5 HT-1A. Sistem limbik terletak di diensefalon yang merupakan
sentrum integrasi emosis (Mudjadid, 2007)
Pohon Masalah
Gangguan persepsi
sensori: halusinasi
menimbulkan
gejala fisik,
psikologis, social
dan cultural
tidak dapat
ditoleransi individu