Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi Hisprung
2
3. Etiologi Hisprung
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa
untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus. Disebabkan oleh tidak
adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon. Sebagian besar segmen
yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi
serta distensi yang berlebihan pada kolon. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985
: 1134)
3
5. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic
hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses
terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price,
S & Wilson ).
6. Manifestasi Klinis
a. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
b. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti
pita.
c. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
d. Nyeri abdomen dan distensi.
e. Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi, 2001 : 242)
a. Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
b. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara
spontan maupun dengan edema.
c. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
d. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare
berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
e. Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380)
4
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen.
Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh
(Betz, 2002 : 197)
7. Komplikasi
a. Gawat pernapasan (akut)
b. Enterokolitis (akut)
c. Striktura ani (pasca bedah)
d. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)
a. Obstruksi usus
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
c. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
5
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
b. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
a. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
b. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
c. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
d. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
9. Penatalaksanaan
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi loop
atau double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat
kembali normal (memerlukan waktu 3-4 bulan), lalu dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur
berikut :
a. Prosedur Duhamel : Penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik.
b. Prosedur Swenson : Dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion
dengan saluran anal yang dibatasi.
c. Prosedur saave : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus.
d. Intervensi bedah
6
Ini terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang mengalami
obstruksi. Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan teknik pull-through dapat dicapai
dengan prosedur tahap pertama, tahap kedua atau ketiga, rekto sigmoidoskopi di dahului
oleh suatu kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur kedua.
1) Persiapan prabedah
a) Lavase kolon
b) Antibiotika
c) Infuse intravena
d) Tuba nasogastrik
e) Perawatan prabedah rutin
f) Pelaksanaan pasca bedah
Perawatan luka kolostomi
Perawatan kolostomi
Observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan peningkatan
suhu.
Dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk diterima.
Orangtua harus belajar bagaimana menangani anak dengan suatu kolostomi.
Observasi apa yang perlu dilakukan bagaimana membersihkan stoma dan
bagaimana memakaikan kantong kolostomi.
(Betz, 2002 : 198)
7
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a. Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan
bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
e. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
f. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
h. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
i. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
j. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
8
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
a. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b. Nyeri b/d insisi pembedahan
c. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
9
3. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi
normal, tidak distensi abdomen.
Intervensi :
1) Monitor cairan yang keluar dari kolostomi.
Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana
selanjutnya
2) Pantau jumlah cairan kolostomi.
Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk
penggantian cairan
3) Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi.
Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi
terganggu.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang inadekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai
kebutuhan secara parenteal atau per oral.
Intervensi :
1) Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
2) Pantau pemasukan makanan selama perawatan.
Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400
kalori
3) Pantau atau timbang berat badan.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan
10
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi,
turgor kulit normal.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
2) Monitor cairan yang masuk dan keluar.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
3) Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan.
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi
11
b. Nyeri b/d insisi pembedahan
Tujuan :Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak
mengalami gangguan pola tidur.
1) Observasi dan monitoring tanda skala nyeri.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
2) Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung dansentuhan.
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
3) Kolaborasi dalam pemberian analgetik apabila dimungkinkan.
Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf
pusat
c. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
Tujuan : pengetahuan keluarga pasien tentang cara menangani kebutuhan irigasi,
pembedahan dan perawatan kolostomi tambah adekuat.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan tentang kondisi yang dialami perawatan di rumah dan
pengobatan.
2) Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan, kecemasan dan perhatian
tentang irigasi rectal dan perawatan ostomi.
3) Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan.
4) Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-gambar sebagai ilustrasi misalnya
bagaimana dilakukan irigasi dan kolostomi.
5) Ajarkan perawatan ostomi segera setelah pembedahan dan lakukan supervisi saat
orang tua melakukan perawatan ostomi.
12
4. Evaluasi
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HISPRUNG
Masa natal
1) Usia kehamilan saat kelahiran = 9 bulan
2) Cara persalinan = normal
15
3) Ditolong oleh = bidan
4) Keadaan bayi saat lahir = tidak noral
5) Bb/pb/lp waktu lahir = (ibu lupa)
6) Pengobatan yang didapat = (ibu tidak tahu)
Neonatal
1) Cacat congenital = morbus hisphrungs
2) Icterus =-
3) Kejang =-
4) Paralisis =-
5) Perdarahan =-
6) Trauma persalinan =-
7) Penurunan BB = (ibu lupa)
8) Pemberian minum//ASI = ASI
9) Lain-lain = tidak ada
e.obat obatan
= (ibu tidak tahu)
16
g. alergi
= tidak ada
h. kecelakaan
= tidak ada
i.imunisasi
= lengkap, DPT,TT,BCG
j. kebiasaan sehari-hari (keadaan sebelum dirawat)
= bermain seperti biasa, kebutuhan diri di bantu orang tua
2) Pola tidur :
A) Lama nya tidur siang/malam = 3 jam / 10 jam
B) Kelainan waktu tidur = tidak ada
C) Kebiasaan anak menjelang tidur = di susui
1. Membaca = -
2. Mendengar cerita = -
3. Lain lain = dikelonin
17
D) Kebiasan yang membuat abak nyaman saat tidur = tidur sama ibu
b. Oral hygiene
1. Frekuensi = 2x sehari
2. Waktu = pagi, sore
3. Cara = dibantu
4. Menggunakan pasta gigi = ya
c. Cuci rambut
1. Frekuensi = 2x sehari
2. Shampoo = dibantu
d. Berpakaian = dibantu
5) Pola eleminasi
A) BAB
1. Frekuensi = 3xsehari
2. Waktu = tidak tentu
3. Warna = kuning
4. Bau = khas
5. Konsistensi = lunak
6. Cara = dibantu
7. Keluhan = (wajah sedikit meringis takut)
8. Penggunaan laksatif/pencahar = tidak
9. Kebiasaan pada waktu BAB = tidak ada
B) BAK
1. Frekuensi = 2xsehari
2. Warna = kuning
3. Keluhan = tidak ada
4. Kebiasaan mengompol = tidak
6) Kebiasaan lain-lain = tidak ada
18
4.riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit Ayah/ibu Saudara Anggota
kandung keluarga
lain
1. Penyakit yang pernah diderita Tidak ada Tidak ada Tidak ada
2. Penyakit yang sedang diderita Tidak ada Tidak ada Tidak ada
d.coping keluarga = -
e. system nilai =-
f. spiritual = taat
b. polusi
kemungkina bahaya akibat polusi = tidak ada
c.tempat bermain = ada
6. riwayat kesehatan sekarang
a. riwayat penyakit sekarang
tanggal mulai sakit : 15 januari 2019 pukul 10.00
keluhan utama : akan di laksanakan operasi
1) Terjadinya : sejak lahir
2) Lamanya : sejak lahir
19
3) Factor pencetus : kelainan bawaan
4) Upaya untuk mengurangi : operasi
5) Cara waktu masuk : melalui poli bedah anak
6) Dikirim oleh : puskesmas
c.dampak hospitalisasi
1. pada anak = tidak ada
2. pada keluarga = tidak ada
9. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan hasil laboratorium :
HB : 12,1
HT : 37
Eritrosit : 50
Trombosit : 5940
Mcv : 3,7
10. Penatalaksanaan
- Infus KAEN ,IB-3A 12 tpm
- Cefriaxon 1x750mg/iv
- Centamicin 1x30mg/iv
- Metridinasol 3x45mg/iv
- Novalgyn 3x45 mg/iv
22
3.DATA FOKUS
Nama klien : HAIKAL FAWAZ ( 1 tahun 5 bulan 15 hari)
No. kamar/ruangan : ika 1
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1. Orang tua mengatakan anaknya
rewel, post op hari ke 6. - Kesadaran compos metis
23
4.ANALISA DATA
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Nyeri insisi pembedahan
1. Orang tua mengatakan
anaknya rewel, post op hari ke
6.
DO :
- Adanya balutan luka bekas
operasi, +-4cm, tidak ada
rembesan
DO :
24
5.DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO. DX. KEP TANGGAL TANGGAL PARAF &
DITEMUKAN TERATASI NAMA JELAS
1. Nyeri b.d insisi pembedahan 21-01-2019 FURQON
4.
25
6.RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL NO. DX. KEP TUJUAN DAN KH RENCANA PARAF
TINDAKAN DAN
NAMA
JELAS
21-01-2019 I Nyeri b.d Tujuan : NIC : FURQON
insisi
Setelah dilakukan Pain Management
pembedahan
tindakan 1. Kaji secara
keperawatan 3X 24 komprehensif tentang
jam nyeri berangsur nyeri meliputi :
teratasi lokasi , karakteristik
NOC : dan onset, durasi,
Pain Level frekuensi, kualitas,
Kriteria Hasil : intensitas atau
1. Mengenali beratnya nyeri dan
faktor dan faktor – faktor
penyebab nyeri presipitasi
2. Menggunakan 2. Observasi
metode pencegahan isyarat – isyarat non
nyeri verbal dari
3. Mengenali ketidaknyamanan,
gejala nyeri
khususnya dalam
ketidakmampuan
untuk komunikasi
secara efektif
3. Gunakan
komunikasi
terapeutik agar
pasien dapat
mengekspresikan
nyeri
26
4. Kontrol faktor –
faktor lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan (ex
: temperatur ruangan
, penyinaran)
5. Ajarkan
penggunaan teknik
nonfarmakologi
(misalnya : relaksasi,
guided imagery,
distraksi, terapi
bermain, terapi
aktivitas)
Analgetik
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis dan
frekuensi
27
TANGGAL NO. DX.KEP TUJUAN DAN KH RENCANA PARAD DAN
TINDAKAN NAMA
JELAS
22-01-2019 II Resiko Tujuan : NIC : FURQON
infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection
b.d insisi keperawatan selama proses Protection
luka post keperawatan resiko infeksi 1. Monitor tanda
operasi dapat teratasi dan luka sembuh gejala infeksi
sempurna sistemik dan lokal
NOC : 2. Monitor
Imune Status kerentanan
terhadap infeksi
Kriteria Hasil : 3. Inspeksi kulit
1. Pasien bebas dari gejala dan membran
infeksi mukosa terhadap
2. Mengetahui proses kemerahan, panas
penularan penyakit dan drainase
3. Menunjukan kemampuan 4. Inspeksi
untuk mencegah timbulnya kondisi luka /
infeksi insisi bedah
4. Menunjukan perilaku 5. Dorong
hidup sehat masukan nutrisi
yang cukup
6. Anjurkan
banyak istirahat
28
TANGGAL NO. DX. KEP TUJUAN DAN RENCANA PARAF
KH TINDAKAN DAN
NAMA
JELAS
22-01-2019 III Cemas Tujuan : 1. Bina FURQON
keluarga b.d
setelah dilakukan hubungan saling
kurang
pengetahuan tindakan percaya
keluarga
keperawatan 1 x 24 2. Berikan
mengenai
pengobatan jam, kecemsan kesempatan
dan
keluarga berkurang keluarga klien
perawatan
luka dan termotivasi untuk
untuk membentu mengungkapkan
merawat an Kagar keinginan dan
cepat sembuh serta harapan
dapat merawat di 3. Pertahankan
rumah. kondisi senyaman
Kriteria Hasil : mungkin
1. Keluarga klien 4. Berikan
mampu penjelasan
mengungkapkan mengenai prosedur
kecemasan pengobatan,
2. Keluarga klien perawatan
mengungkapkan 5. Berikan
penjelasan,
keinginan belajar
pelatihan
ikut merawat klien bagaimana
perawatan klien
3. Keluarga klien
dirumah dari
memahami tujuan perawatan
kolostomi,
pengobatan dan
menjaga
perawatan klien kebersihan, dan
Diit tepat pada
4. Keluarga klien
Anak
mampu melakukan
perawatan dirumah
29
7.PELAKSANAAN (CATATAN KEPERAWATAN)
HARI, NO. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL PARAF DAN
TGL/ DX NAMA JELAS
WAKTU
SENIN I - Mengukur ttv FURQON
21-01- Suhu : 36 derajat Celsius
2019 Nadi : 100x/mnt
15.30 RR : 24x/mnt
30
RABU III - Memberikan edukasi kepada keluarga FURQON
23-01- untuk cara perawatan luka pada anak
2019 dengan benar
14.00 Hasil :
Orang tua mengatakan mengerti dan
sedikit berkurang kecemasannya
31
8.EVALUASI
NO. HARI/TGL/JAM EVALUASI (SOAP) PARAF DAN
DX NAMA
JELAS
I SELASA S : orang tua mengatakan anak tidak terlalu FURQON
23-01-2019 rewel lagi
18..00
O : wajah anak tampak tidak meringis
lagi,anak lebih nyaman
A : masalah teratasi
A : masalah teratasi
A: masalah teratasi
P : tindakan dihentikan
32
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak. H, dengan
diagnosa hisprung didalam bab ini penulis membahas ada atau tidaknya mengenai
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh hasil pelaksanaan studi kasus, penulis
juga akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap anak.H, post operasi . Dalam teori dijelaskan tanda dan gejala ,diagnosa
keperawatan yang ditemukan sama pada temuan kasus berikut uraiannya :
Pada teori :
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
a. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
b. Muntah berwarna hijau
c. Distensi abdomen, konstipasi.
d. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja / pengeluaran
gas yang banyak.
Karena gejala tidak jelas. Gejala pada anak yang lebih besar waktu lahir.
a. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
b. Distensi abdomen bertambah
c. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
d. Terganggu tumbang karena sering diare.
e. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
f. Perut besar dan membuncit.
-> Dan pada temuan kasus menyatakan juga sama tanda dan gejalanya.
Dalam teori diagnose keperawatan sebagai berikut :
Post operasi
a. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b. Nyeri b/d insisi pembedahan
c. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
33
-> dan dalam kasus tidak ditemukannya diagnosa dengan gangguan integritas kulit, yang
ada cemas kelurga berhubungan dengan ketidak tahuan cara perawatan dan
penyembuhan luka pada pasien.
34
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah fisik,
psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit
hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar
anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi
bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan
benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang
diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
2. SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit hisprung.
Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Huda dan Hardhi K.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis
dan NANDA. Jakarta: MediAction
Betz, Cecily Dan Linda A.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta :
EGC.
Betz, Cecily Dan Linda A.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta :
EGC.
36