Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN TIONGHOA

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Pendidikan


Pembimbing: Drs.H.Ridwan Joharmawan,M.Si

Oleh:
Annida Elfiana Citra Ardianty (170331614055)
Kelompok 6
OFFERING C

PRODI S1 PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2017

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah berkenan memberikan


limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah dengan judul “Pendidikan Tionghoa”. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan.
Kami menyadari banyak pihak yang telah ikut membantu dan memberikan
arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. AH. Rofi'uddin, M.Pd. selaku RektorUniversitas Negeri Malang.
2. Dr. Markus Diantoro, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
3. Dr. Aman Santoso , M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia.
4. Drs.H.Ridwan Joharmawan,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Pendidikan.
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moral, materil
maupun spiritual yang sangat berarti dalam penulisan makalah ini.
6. Teman – teman yang telah memberikan semangat.
7. Serta semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun guna untuk perbaikan penulisan makalah yang selanjutnya. Dengan
terselesaikannya penulisan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang,6 Oktober 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................. 3
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3.Tujuan .............................................................................................................. 4
BAB II BAHASAN
2.1. Sejarah Pendidikan Tionghoa di Indonesia…………………………………..5
2.2. Visi dan misi pendidikan Khonghucu bagi etnis Tionghoa ………………….7
2.3. Jenis pendidikan yang Dikembangkan…………………………..…………...8
2.5. Kekhasan Pendidikan Tionghoa ……………………………………………..9
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan…………………………………………………………………….12
3.2. Saran………………………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu


bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran
moral dan juga nasionalisme. Dengan pendidikan, masyarakat menjadi semakin
maju dalam berpikir. Hal tersebut banyak memunculkan teknologi-teknologi
canggih.
Kecanggihan IPTEK tidak diragukan lagi di jaman sekarang ini.
Globalisasi pun tak mengenal waktu dan ruang untuk mempengaruhi pikiran dan
gaya hidup masyarakat. Akibat dari perkembangan jaman tersebut, di dalam dunia
pendidikan pun menjadi berubah. Pendidikan banyak memunculkan aliran.Aliran-
aliran pendidikan saat ini yang sudah tidak asing lagi adalah aliran pendidikan
dari segi pandang agama.
Di Indonesia sendiri, terdapat banyak sekali perbedaan, mulai dari suku,
ras dan agama. Hal ini memicu banyaknya aliran pendidikan pula, salah satunya
pendidikan Tionghoa. Banyaknya etnis Tionghoa yang menempati wilayah
Indonesia membuat munculnya Pendidikan Tionghoa yang harus dikembangkan.
Oleh karena pentingnya pendidikan Tionghoa di Indonesia, maka penulis
memutuskan mengusung tema “Pendidikan Tionghoa” yang akan dipaparkan
lebih lanjut di dalam pembahasan makalah ini.

3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan
rumusan masalah dalam makalah.
1.2.1 Bagaimana sejarah Pendidikan Tionghoa di Indonesia?
1.2.2.Bagaimana visi dan misi pendidikan khonghucu bagi etnis tionghoa?
1.2.3.Bagaimana jenis pendidikan yang dikembangkan?
1.2.4.Bagaimana kekhasan pendidikan Tionghoa?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan
tujuan penulisan makalah.
1.3.1.Mendeskripsikan sejarah Pendidikan Tionghoa di Indonesia
1.3.2.Mendeskripsikan visi dan misi pendidikan khonghucu bagi etnis tionghoa
1.2.5.Mendeskripsikan jenis pendidikan yang dikembangkan
1.3.3.Mendeskripsikan kekhasan pendidikan Tionghoa

4
BAB II
BAHASAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab 1, pada bagian ini
disajikan (1) sejarah pendidikan Tionghoa di Indonesia, (2) visi dan misi
pendidikan khonghucu bagi etnis tionghoa, (3) jenis pendidikan yang
dikembangkan, dan (4) kekhasan pendidikan Tionghoa

2.1. Sejarah Pendidikan Tionghoa di Indonesia


Sekolah tradisional saat pertama kali dibuka bagi etnik Cina dilakukan
pada zaman kolonial Belanda dan saat itu kebijakan kolonial yang digunakan
untuk pendidikan etnik Cina adalah membiarkan mereka mendirikan lembaga-
lembaganya sendiri, berlainan dengan perlakuan mereka terhadap pendidikan
bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya undang-undang
kewarganegaraan yang berlaku saat itu mendudukkan Belanda dan Eropa lainnya
sebagai warga negara kelas pertama, bangsa Cina dan Timur Asing lainnya
sebagai warga negara kelas kedua, sedangkan bangsa pribumi sebagai lapis ketiga.
Sekolah-sekolah untuk etnik Cina menggunakan bahasa Cina dan buku-buku
ajaran Confusianisme sebagai bahasa dan alat pengajaran. Anak-anak golongan
peranakan dan pedagang kaya juga anak-anak para kapten Cina (wijkmeesters)
dimasukkan di sekolah-sekolah belanda, sedangkan anak-anak Cina yang miskin
pada umumnya ditelantarkan. Pada tahun 1901, demi kepentingan mereka maka
dibukalah sekolah-sekolah Tiong Hoa Kwee Koan (THHK) dengan mengajarkan
cita-cita dan aspirasi bangsa Cina. Dari pengaruh gerakan kebangsaan di daratan
Cina di bawah kepemimpinan Dr. Sun Yat-sen menyebabkan rasa kesetiaan dan
kebanggaan terhadap tanah air (Cina) menjadi tumbuh semakin kuat.
Selanjutnya untuk menangkal kecenderung itu, maka Belanda mulai
membuka sekolah-sekolah HCS (Holland Chineese School) di tahun 1908. Dalam
kurikulum pembelajarannya, bahasa dan budaya Cina sudah tidak diajarkan lagi,
dan bahasa pengantarnya yang digunakan adalah bahasa Belanda. Anak-anak para
pemimpin dan orang kaya Cina mulai masuk sekolah-sekolah itu, nampaknya
karena orang tua mereka berfikir secara pragmatik bahwa pendidikan Belanda

5
semacam ini akan berarti kesempatan memasuki lapangan kerja kelas menengah,
walaupun persyaratan dan uang sekolah yang harus dibayarkan cukup tinggi dan
mahal. Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan di tingkat HCS, mereka
memasuki sekolah-sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi baik di
Indonesia ataupun di negeri Belanda, dan mereka berkembang menjadi angkatan
pertama profesional Cina yang berpendidikan Barat.
Selama zaman pendudukan Jepang sekolah-sekolah Cina ditutup. Pada
umumnya anak-anak sekolah atau pegawai etnik Cina mengganggur dan Tinggal
di rumah. Hanya secara proklamasi kemerdekaan RI, di dalam perkembangannya
pemerintah Indonesia menggolongkan sekolah-sekolah Cina ini sebagai sekolah
asing karena bahasa pengajaran yang digunakan adalah bahasa Cina dan pengaruh
ideologi komunis sangat besar. Tindakan-tindakan untuk membatasi meluasnya
pengaruh asing ini diambil sejak 1975, terutama pengawasan terhadap guru dan
buku-buku yang digunakan. Anak-anak Indonesia dilarang memasuki sekolah-
sekolah asing itu.
Sesudah peristiwa G-30-S PKI tahun 1965 sekolah-sekolah Cina ditutup.
Para siswanya disalurkan ke sekolah-sekolah negeri/swasta. Pada umumnya
mereka memilih sekolah swasta yang dinaungi gereja. Coppel dan Suryadinata
menyatakan bahwa pada waktu itu terjadi gelombang besar-besaran etnik Cina
yang masuk agama Kristen untuk menghilangkan stigma sosial (dalam arti
dituduh komunis) dan penganut Confusinisme atau Buddhisme.
Pada siswa yang tidak masuk sekolah negeri/swasta Katolik/Protestan
selanjutnya memasuki Sekolah Proyek Khusus Nasional, yang dibuka pemerintah
di beberapa daerah. Sekolah-sekolah ini mengikuti kurikulum nasional yang
mengajarkan Ideologi Pancasila, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Sejarah
dan Geografi Indonesia, serta mempelajari budaya Indonesia. Setelah periode
transisi berakhir sekolah-sekolah khusus ini ditutup. Maka alternatif yang masih
terbuka bagi anak-anak etnis Cina adalah masuk sekolah negeri atau swasta, pada
umumnya mereka memilih sekolah swasta yang disponsori gereja.

6
2.2. Visi dan Misi Pendidikan Khonghucu bagi Etnis Tionghoa
2.2.1.Visi Pendidikan Khonghucu bagi Etnis Tionghoa
Visi Pendidikan Khonghucu adalah terbentuknya siswa yang memiliki
kepribadian utuh dengan menjadikan ajaran Khonghucu sebagai landasan berpikir
dan berperilaku dalam pengembangan kepribadian, keilmuan, dan profesinya.
Secara filosofis Pendidikan Khonghucu memiliki visi holistik- eklektis yang
memadukan secara serasi pandangan perenialisme, esensialisme, progresifisme,
dan sosiorekonstruksionisme dalam konteks keindonesiaan. Secara sosiopolitik
dan kultural Pendidikan Khonghucu memiliki visi pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa yakni menumbuhkembangkan kecerdasan
Khonghucu (confucian intelligence). Kecerdasan Khonghucu merupakan
prasyarat untuk pembangunan demokrasi dalam arti luas, yang mempersyaratkan
terwujudnya budaya Khonghucu (confucian culture) sebagai salah satu
determinan tumbuh kembangnya negara demokrasi.

2.1.2. Misi Pendidikan Khonghucu bagi Etnis Tionghoa


Misi Pendidikan Agama Khonghucu adalah mengembangkan potensi
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia mahasiswa, dengan menjadikan ajaran
Khonghucu sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan
keilmuan, profesi, kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara filosofis,
Pendidikan Agama Khonghucu memiliki misi multidimensional yang dijabarkan
sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia/karakter
baik siswa (misi psikopedagogis).
b. Menyiapkan mahasiswa untuk berkehidupan Khonghucu baik secara pribadi,
anggota keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai warga Negara yang baik
(misi psikososial).).
c. Membangun budaya spiritualitas sebagai determinan utama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (misi sosiokultural).
d. Mengkaji dan mengembangkan pemahaman ajaran Khonghucu yang
terintegrasi dengan berbagai disiplin ilmu (misi akademik).

7
e. Melakukan dan/atau memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan
(research and/or development) untuk membangun pendidikan agama
Khonghucu sebagai sistem pengetahuan terpadu (integrated knowledge
system/synthetic discipline) baik yang dikembangkan oleh perseorangan
maupun oleh komunitas/lembaga akademik.

2.3. Jenis Pendidikan yang Dikembangkan


2.3.1. Pendidikan Dasar,Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi

Pada tahun 1986,kongres rakyat nasional menetapkan satu ketentuan wajib


belajar 9 tahun yang mencakup sekolah dasar dan sekolah tingkat pertama.sekolah
menengah spesialisasi menerima siswa lulusan sekolah menengah tingkat pertama
untuk program 4 tahun.pendidikan strata 1 pada pendidikan tinggi kebanyakan
berlangsung selama 4 tahun;program kedokteran dan engineering berlangsung 5
tahun,dan bahkan ada fakultas kedokteran yang melaksanakan kuliahnya selama 6
tahun.akademi-akademi program diploma menyelenggarakan pendidikan 2 atau 3
tahun.pendidikan pascasarjana terdiiri dari program Magister(s-2) dan program
doktor(S-3); yang pertama biasanya berlangsung 2,5-3 tahun sedangkan yang
kedua 3 tahun.
2.3.2. Pendidikan Prasekolah
Perkembangan pendidikan prasekolah di cina selalu berpegang pada prinsip
bahwa pelaksanaanya tergantung terutama pada inisiatif atau prakarsa masyarakat
setempat.Di luar dari yang di uapayakan oleh pemerintah setempat,prasekolah
banyak di kelola oleh depertemen-depertemen,unit-unit kerja serta organisasi
sosial namun tetap berada dalam aturan dan undang-undang negara.Pendidikan
prasekolah pada umumnya di laksanakan secara purna waktu.
2.3.3. Pendidikan Khusus
Pengadaan pendidikan khusus berkembang cukup pesat semenjak berdirinya
Republik Rakyat China.jumlah sekolah bagi anak-anak tuna netra,tuna rungu,tuna
wicara,tuna grahita telah berkembang dari 42 buah dalam tahun 1949 menjadi 746
buah dengan jumlah yang di layani dari 2,000 menjadi 72,000 orang.

8
2.3.4. Pendidikan Vokasional,Teknik, dan Pendidikan Tinggi.
Perkembangan yang cepat dalam pendidikan tehnik dan
kejuruan(TAVE)semenjak tahun 1980-an merupakan indikator penting bahwa
cina mengarah pada proses modernisasi.Pada tahun 1990,jumlah siswa pada
seluruh jenis sekolah tehnik dan kejuruan di seluruh negara mencapai 6,048 juta
orang,yang berarti naik empat kali lipat dari jumlah pada tahun 1979.jumlah siswa
TAVE saat ini kurang lebih 45,7% dari keseluruhan siswa pada lembaga
pendidikan tingkat menengah.sekolah spesialisasi tingkat menengah di
selenggarakan oleh organisasi profesi dan oleh perusahaan-perusahaan untuk
melatih pekerja –pekerja level bawa dan menengah.pemerintah menjamin
pekerjaan bagi tamatan kedua jenis sekolah ini.
2.3.5. Pendidikan Orang Dewasa dan Pendidikan Nonformal.
Pendidikan bagi orang dewasa merupakan komponen penting dalam sistem
pendidikan cina.Tujuan utamanya ialah untuk meningkatkan kualitas orang-orang
dalam masyarakat yang secara langsung akan menyumbang pada pengembangan
sosio-ekonomis penduduk.Mengenai format atau bentuk pendidikanya mencakup
antara lain universitas radio dan televisi,fakultas pengembangan staf tingkat
lanjutan,fakultas untuk petani,pendidikan tinggi dengan sistem belajar dab ujian
sendiri

2.4. Kekhasan Pendidikan Tionghoa


2.4.1.Konfusianisme
Konfusius (bentuk Latin dari nama Kong-Fu-Tse, “guru dari suku Kung”)
hidup antara 551 dan 497 S.M. Ia mengajar bahwa Tao (”jalan” sebagai prinsip
utama dari kenyataan) adalah “jalan manusia”. Artinya: manusia sendirilah yang
dapat menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik. Keutamaan
merupakan jalan yang dibutuhkan.
Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan (”yen”), yang
merupakan model untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama walaupun
tindakan mereka berbeda.

9
2.4.2. Taoisme
Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (”guru tua”) yang hidup sekitar 550 S.M.
Lao Tse melawan Konfusius. Menurut Lao Tse, bukan “jalan manusia” melainkan
“jalan alam”-lah yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip
kenyataan objektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak dan tak-
ternamai. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisika, sedangkan ajaran Konfusius
lebih-lebih etika. Puncak metafisika Taoisme adalah kesadaran bahwa kita tidak
tahu apa-apa tentang Tao. Kesadaran ini juga dipentingkan di India (ajaran “neti”,
“na-itu”: “tidak begitu”) dan dalam filsafat Barat (di mana kesadaran ini disebut
“docta ignorantia”, “ketidaktahuan yang berilmu”).

2.4.3.Yin-Yang
“Yin” dan “Yang” adalah dua prinsip induk dari seluruh kenyataan. Yin
itu bersifat pasif, prinsip ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan, simbol
untuk kematian dan untuk yang dingin. Yang itu prinsip aktif, prinsip gerak, bumi,
matahari, api, dan laki-laki, simbol untuk hidup dan untuk yang panas. Segala
sesuatu dalam kenyataan kita merupakan sintesis harmonis dari derajat Yin
tertentu dan derajat Yang tertentu.

2.4.4.Moisme
Aliran Moisme didirikan oleh Mo Tse, antara 500-400 S.M. Mo Tse
mengajarkan bahwa yang terpenting adalah “cinta universal”, kemakmuran untuk
semua orang, dan perjuangan bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan.
Filsafat Moisme sangat pragmatis, langsung terarah kepada yang berguna. Segala
sesuatu yang tidak berguna dianggap jahat. Bahwa perang itu jahat serta
menghambat kemakmuran umum tidak sukar untuk dimengerti. Tetapi Mo Tse
juga melawan musik sebagai sesuatu yang tidak berguna, maka jelek.

2.4.5.MingChia
Ming Chia atau “sekolah nama-nama”, menyibukkan diri dengan analisis
istilah-istilah dan perkataan-perkataan. Ming Chia, yang juga disebut “sekolah
dialektik”, dapat dibandingkan dengan aliran sofisme dalam filsafat Yunani.

10
Ajaran mereka penting sebagai analisis dan kritik yang mempertajam perhatian
untuk pemakaian bahasa yang tepat, dan yang memperkembangkan logika dan
tatabahasa. Selain itu dalam Ming Chia juga terdapat khayalan tentang hal-hal
seperti “eksistensi”, “relativitas”, “kausalitas”, “ruang” dan “waktu”.

2.4.6. FaChia
Fa Chia atau “sekolah hukum”, cukup berbeda dari semua aliran klasik
lain. Sekolah hukum tidak berpikir tentang manusia, surga atau dunia, melainkan
tentang soal-soal praktis dan politik. Fa Chia mengajarkan bahwa kekuasaan
politik tidak harus mulai dari contoh baik yang diberikan oleh kaisar atau
pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu sistem undang-undang yang keras
sekali.

Tentang keenam sekolah klasik tersebut, kadang-kadang dikatakan bahwa mereka


berasal dari keenam golongan dalam masyarakat Cina. Berturut-turut: (1) kaum
ilmuwan, (2) rahib-rahib, (3) okultisme (dari ahli-ahli magi), (4) kasta ksatria, (5)
para pendebat, dan (6) ahli-ahli politik.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. SIMPULAN
Berdasarkan paparan bahasan pada Bab II, berikut ini disajikan beberapa
simpulan yang linier mengenai pendidikan Agama Khonghucu di Indonesia.
Sekolah tradisional saat pertama kali dibuka bagi etnik Cina dilakukan
pada zaman kolonial Belanda dan saat itu kebijakan kolonial yang digunakan
untuk pendidikan etnik Cina adalah membiarkan mereka mendirikan lembaga-
lembaganya sendiri, berlainan dengan perlakuan mereka terhadap pendidikan
bangsa Indonesia.

Visi Pendidikan Khonghucu bagi etnis Tionghoa adalah terbentuknya


siswa yang memiliki kepribadian utuh dengan menjadikan ajaran Khonghucu
sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan kepribadian,
keilmuan, dan profesinya. Sedangkan misi Pendidikan Khonghucu bagi etnis
Tionghoa adalah mengembangkan potensi keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia mahasiswa, dengan menjadikan ajaran Khonghucu sebagai landasan
berpikir dan berperilaku dalam pengembangan keilmuan, profesi, kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).

Jenis pendidikan yang diterapkan ada 5 antara lain:

1. Pendidikan Dasar,Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi


2. Pendidikan Prasekolah
3. Pendidikan Khusus
4. Pendidikan Vokasional,Teknik, dan Pendidikan Tinggi.
5. Pendidikan Orang Dewasa dan Pendidikan Nonformal.

12
Kekhasan yang dimiliki antara lain:

1. Konfusianisme
2. Moisme
3. MingChia
4. Taoisme
5. Yin-Yang

6. FaChia

3.2. SARAN
Di Indonesia pendidikan Tionghoa harus dikembangkan lagi mengingat
banyaknya etnis Tionghoa yang menetap di Indonesia. Meskipun mereka bukan
warga Negara asli di Indonesia, namun mereka hidup di dalam Negara yang
berlandaskan Pancasila. Landasan negara Pancasila UUD 1945 dan Bhinneka
Tunggal Ika dan kesatuan wilayah RI merupakan nilai-nilai luhur jati diri bangsa.
Pancasila lahir dari jatidiri bangsa Indonesia dan semangat perjuangan rakyat
Indonesia. Kemajemukan merupakan karunia Tuhan, sehingga perbedaan etnis
tidak menghalangi untuk terciptakan kondisi harmonis. Jika keharmonisan antar
masyarakat terwujud, maka persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pun akan
terlaksana sesuai dengan Sila ke-3 Pancasila dan hubungan bangsa Indonesia pun
akan semakin erat, sehingga kemerdekaan bangsa Indonesia akan menjadi hal
yang nyata bukan hal yang tabu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik


Indonesia.2016.Pendidikan Agama Khonghucu di Pendidikan Tinggi.Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Tanggok, M. Ikhsan. 2005. Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di
Indonesia.
Jakarta: Pelita Kebajikan.
Rosidi, Achmad.2015. Aktualisasi Ajaran Konfusianisme Dalam Membangun
Nasionalisme Etnis Tionghoa. Peneliti Puslitbang Kehidupan Beragama
Balitbang Kemenag
Syah, Agustiar. 2001. Perbandingan sistem pendidikan 15 Negara. Jakarta:
Lubuk Agung Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai