Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

A. Masuknya Islam Ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke tujuh/ke
delapan masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita
muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang
bertahun 475 H atau 1082 M. Sedangkan menurut laporan seorang musafir Maroko
Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudra Pasai dalam perjalanannya ke Negeri Cina
pada 1345M, Agama islam yang bermadzhab Syafi’I telah mantap disana selama
seabad. Oleh karena itu, abad XIII biasanya dianggap sebagai masa awal masuknya
agama Islam ke Indonesia.

Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti


animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia
bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan
Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya.
Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik,
karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara
manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga
adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah
syahadat dan tidak ada paksaan.

Agama Islam berasal dari tanah Arab dan dari tanah Arab berkembanglah agama
Islam kemana-mana, diantaranya ke Gujarat (India) dan Persia. Demikian pula
berangsur-angsur meluas kearah timur hingga Semenanjung Malaka.

Menurut kesimpulan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun


1963, Islam masuk ke Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijriyah (abad ke-7
M).

“Seminar Masuknya Islam di Indonesia” tersebut menghasilkan keputusan


sebagai berikut:
1) Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah masuk
ke Indonesia pada abad pertama hijrah (abad ke 7/8 M) dan langsung dari Arab.
2) Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3) Mubaliq-mubaliq Islam pertama yang datang ke Indonesia merangkap sebagai
saudagar.
4) Penyiaran itu di Indonesia dilakukan secara damai.
5) Kedatangan Islam membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam
membentuk kepribadian bangsa Indonesia dalam menahan penderitaan dan
perjuangan melawan penjajahan bangsa asing.
a. Cara masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad
ke-1 atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.
Jalur Utara, dengan rute :
Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad – Gujarat – Srilangka –
Indonesia
Jalur Selatan, dengan rute :
Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat – Srilangka – Indonesia

Daerah yang mula-mula menerima Agama Islam adalah Pantai Barat pulau Sumatera.
Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa tempat
penyebarannya adalah :
a. Pesisir Sumatera bagian Utara di Aceh
b. Pariaman di Sumatera Barat
c. Gresik dan Tuban di Jawa Timur
d. Demak di Jawa Tengah
e. Banten di Jawa Barat
f. Palembang di Sumatera Selatan
g. Banjar di Kalimantan Selatan
h. Makassar di Sulawesi Selatan
i. Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku
j. Sorong di Irian Jaya

b. Jalur-jalur yang Penyebaran Agama Islam di Indonesia:


1. Melalui jalur perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak
dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti
kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah
para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari
keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan
menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.

2. Melalui jalur perkawinan


Para pedagang muslim itu ada yang menetap di Indonesia dan menikah dengan
penduduk setempat. Sudah barang tentu mereka menjadi keluarga muslim dan
penyebar agama Islam yang gigih.

3. Melalui jalur tasawuf


Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut
agama Hindu, sehinnga agama baru itu mudah dimengerti dan mudah diterima.
Kehidupan mistik bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi bagian dari kepercayaan
mereka. Oleh karena itu, penyebaran Islam melalui jalur tasauf atau mistik ini mudah
diterima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat Indonesia. Misalnya,
menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses penyebaran Islam
kepada penduduk setempat.
4. Melalui jalur pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang
yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran
pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti
Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai
sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran
Islam di seluruh Indonesia.

5. Melalui jalur kesenian


Penyebaran Islam melalui kesenian berupa wayang, satra, dan berbagai
kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam
seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan
tanpa terasa mereka telah tertarik kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya
mereka tertarik karena media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh
seniman wayang. Ia tidak pernah meminta bayaran pertunjukkan seni, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
Sebagian cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabrata dan Ramayana, tetapi di
dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian
lain juga dijadikan media islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya),
seni arsitektur, dan seni ukir.

6. Melalui jalur Politik


Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat
dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya kesultanan Demak, merupakan pusat
dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di
seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.

B. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia

a) Perkembangan Islam di Sumatera


Daerah Pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera
bagian Utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di
tepi selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dari India.
Pada abad XIII-XV M berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung
Samudra di tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang
memerintah Samudra Pasai berturut-turut sebagai berikut :

1. Sultan Al Malikus Shaleh


2. Sultan Al Malikuz Zahir I
3. Sultan Al Malikuz Zahir II
4. Sultan Zainal Abidin
5. Sultan Iskandar

Persia dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di bandar-
bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi
yang sebelumnya telah diislamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga Muslim.
Para mubalig pada waktu itu juga ke Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab berdakwa kepada para Raja-raja
kecil, ketika raja tersebut masuk Islam, rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam
sehingga berdirilah kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Seiring
dengan kemajuan Samudera Pasai yang sangat pesat, perkembangan agama Islam pun
mendapat perhatian dan dukungan penuh dan para ulama serta mubalignya menyebar
ke seluruh nusantara.

b) Perkembangan Islam di Jawa


Masuknya Islam di Pulau Jawa pada awalnya dibawa oleh pedagang muslim
setelah berdirinya kerajaan Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa
Sultan Mansursah. Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak, Jepara,
Tuban dan Giri. Melalui hubungan perdagangan tersebut, akhirnya masyarakat Jawa
mengenal Islam.

Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para
Wali Sanga, yaitu:

a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik


Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai
perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di
Gapura Wetan Gresik .

b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)


Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang
Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan
budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri,
mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di
desa Ampel tahun 1481 M.

Jasa-jasa Sunan Ampel :


Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para
mubalig kenamaan seperti :
*Raden Paku (Sunan Giri)
* Raden Fatah (Sultan Demak pertama)
*Raden Makhdum (Sunan Bonang)
* Syarifuddin (Sunan Drajat)
* Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun
1479 M.
Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah
sebagai Sultan pertama.

c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)


Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai
ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja
peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel
wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.

d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)


Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai
bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat
tahun 1515 M.

e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)


Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat
menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang
bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih
yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.

f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang).
Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang
berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.

g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan
Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang
wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak
selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif
Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang
hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak
dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.

h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan
wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan
salah satu warisan budaya Nusantara.

i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga.
Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta
kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota
Kudus.
a) Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya Islam di Sulawesi, tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik.
Hal itu karena sunan Giri melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri
dari luar pulau Jawa, seperti Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan
murid-muridnya ke Madura, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan
Tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam karena hubungannya dengan
kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, Pada masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan
Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh pedagang Portugis. Selain untuk berdagang,
mereka juga bermaksud untuk mengembangkan agama katolik. Akan tetapi, Islam
telah lebih dahulu berkembang di daerah itu.

b) Perkembangan Islam di Kalimantan


Berdasarkan prasasti-prasasti yang ada disekitar abad V M di Kalimantan
Timur telah ada kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan
Hindu yang lain adalah kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di
Kalimantan Selatan.
Pada abad XVI Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada
tahun 1590 kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam, yang menjadi sultan
pertamanya adalah sultan Giri Kusuma. Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan
Muhammad Syafiuddin. Beliau banyak berjasa dalam pengembangan agama Islam
karena bantuan seorang muballigh bernama Syekh Syamsudin.
Di kalimantan Selatan pada abad XVI M masih ada beberapa kerajaan Hindu
antara lain Kerajaan Banjar, Kerajaan Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan
Daha. Kerajaan-kerajaan ini berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak segera
mnyebarkan agama Islam ke Kalimantan Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk
Islam dan ganti nama dengan Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan
Demak dapat mengalahkan Kerajaan Negaradipa. Setelah itu agama Islam semakin
berkembang di Kalimantan.
Diatas telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan
sebagai kerajaan Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan
terutama Sombaopu, maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai
terletak di tepi Sungai Mahakam maka para pedagang yang lalu lalang lewat selat
Makasar juga singgah di Kutai. Sebagai muballigh mereka tidak menyianyiakan
waktu untuk berdakwah. Islam akhirnya dapat memasuki Kutai dan tersebar di
Kalimantan Timur mulai abad XVI.

c) Perkembangan Islam di Maluku dan sekitarnya


Penyebaran Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat
yang berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15.
Pada saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa
berjalan dengan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Pada abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan
menghadapi tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan
Spanyol pada tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada
permulaan abad XVII Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang
bertahun-tahun di Ambon. Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore selalu
bertentangan sehingga menjadi makin lemah dan tidak mampu membendung
meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda mulai menjajah Indonesia dimulai dari
Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun 1605.
Berangsur-angsur Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada
tahun 1669 dapat ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang
mampu bertahan sampai akhir abad XIX.
Dalam rangka mempertahankan wilayah dan kelangsungan pengembangan
Islam, maka kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan mudah menyerah, bahkan
mengadakan perlawanan terhadap penjajah. Sehingga banyak berjatuhan pahlawan-
pahlawan muslim, antara lain :
a. Sultan Iskandar Mahkota Alam dari Aceh
b. Sultan Agung dari Mataram
c. Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
d. Sultan Hasanudin dari Makasar
e. Sultan Babullah dari Ternate
f. Imam Bonjol dari Sumatra Barat
g. Teuku Umar dari Aceh
h. Pangeran Diponegoro
Perkembangan Islam tidak hanya tergantung pada raja-raja, tetapi perang para
muballigh juga menetukan. Pada abad XVI muncul ulama-ulama besar seperti
Hamzah Fansuri, Abdul Rauf Singkil, Syekh Nuruddin Ar Raniri yang ketiganya dari
Aceh dan Syekh Yusuf Tajul Khalwari dari Makasar.
Pada abad itu umat Islam menghadapi penjajah terutama dari Eropa dengan
membawa agama Nasrani yang telah berpengalamn dalam Perang salib.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang
disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para mubalignya.

C. Peranan Perkembangan Islam di Indonesia

1. Masa penjajahan
a. Peranan Umat Islam pada masa Penjajahan
Sebelum bangsa Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat
Indonesia telah memeluk agama Islam. Ajaran Islam telah diamalkan dengan baik
oleh sebagian besar kaum muslimin. Keyakinan bahwa manusia disisi Allah SWT
adalah sama, tidak ada perbedaan drajat kecuali dalam hal iman dan taqwanya kepada
Allah SWT, menumbuhkan kesadaran terhadap kemandirian dan kebebasan untuk
menentukan arah dan tujuan kehidupannya, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat
maupun berbangsa dan bernegara.

Perubahan yang terjadi pada mayoritas masyarakat Indonesia setelah dianutnya


agama Islam:
Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja
serta dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah, Tuhan yang maha Esa.
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan islam mampu mengubah
masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi menjadi
masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan
hak-hak yang sama.
Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan”Hubbul-watan minaliiman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mamou
mengubah cara berpikir masyarakatIndonesia, khususnya para pemudanya, yang
dulunya bersifat sectarian (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi
bersifat nasionalis. Hal ini ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda yang bernama
Jong Indonesia pada bulan februari 1927 dan dikumandangkannya sumpah pemuda
pada tanggal 28 oktober 1928.
Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta
damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat
Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya
dengan berbagai cara.

b. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan


 Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
Pada tahun 1522 Portugis telah menetap dan mendirikan benteng pertahanan di
wilayah Sunda Kelapa (Jakarta). Portugis disamping berdagang juga membawa ajaran
agama Khatolik.
Melihat keadaan seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir. Maka pada
tahun 1526 tentara Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju Sunda
Kelapa melalui jalan laut. Selanjutnya Fatahillah berhasil berusaha mengusir tentara
Portugis dalam peperangan yang sengit terjadi dan akhirnya Portugis kalah. Sunda
Kelapa dapat direbut Fatahillah pada 22 Juni 1527 M kemudian Sunda Kelapa diganti
namanya menjadi Jayakarta, kemudian sekarang menjadi Jakarta (Ibukota Negara).
Pada masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah
Belanda sudah menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung berusaha
mengusir penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya tidak berhasil. Dan pada
tahun 1629 beliau melakukan penyerangan lagi ke Batavia dengan kekuatan yang
lebih besar. Namun karena persenjataan Belanda lebih modern, akhirnya perlawanan
itu dapat dipatahkan.
Demikian pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan
Hasanuddin di Sulawei Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran Diponegoro di
Jawa Tengah, dan daerah-daerah lainnya mereka dengan dukungan masyarakatnya
berjuang dan berperang mengusir penjajah Belanda.

 Perlawanan terhadap Penjajah Belanda


Belanda telah melakukan penindasan dan penjajahan terhadap bangsa
Indonesia yang semakin lama semakin kuat kekuasaannya, di seluruh Nusantara.
Perbuatan Belanda yang demikian sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama
Islam yang dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia, dan nilai-nilai peri
kemanusian dan keadilan.
Melihat keadaan seperti ini kaum muslimin yang terhimpun pada kerajaan
Islam pada waktu itu di seluruh Nusantara mengadakan perlawanan secara terpisah,
masing-masing menentang penjajahan Belanda. Kesultanan Banten di pulau Jawa
yang berulang kali mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Terutama
pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah Banten dari tahun 1651-1682 M,
sangat anti terhadap penjajahan Belanda. Perjuangan mengusir penjajah itu terus
menerus dilancarkan sampai akhir pemerintahan Beliau di Kesultanan Banten.

2. Masa Perang Kemerdekaan


a. Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan
Perilaku kaum penjajah makin lama makin kejam terhadap bangsa Indonesia.
Penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidak adilan penjajah merajalela. Bangsa
Indonesia tertindas, miskin, terbelenggu oleh kaum penjajah.
Kaum muslimin yang merupakan penduduk terbesar bangsa Indonesia sangat
merasakan perilaku kaum penjajah itu. Para ulama bersama kaum muslimin bangkit,
berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah itu. Di seluuh pelosok
Nusantara kaum muslimin bangkit untuk merebut kembali kemerdekaannya yang
telah dirampas oleh penjajah.
Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan berjuang terus tiada henti-hentinya
dengan segala pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa.

Pejuang muslim dan pahlawan kemerdekaan itu antara lain:


 K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari, HOS Cokroaminoto di Pulau Jawa,
 Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, Panglima Polim (Aceh)
 Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud Badruddin (Palembang)
 Raden Intan (Lampung) di Sumatra
 Pangeran Antasari di Kalimantan
 Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan lain-lain yang tersebar diseluruh Nusantara.
Para pejuang muslim itu dengan ikhlas dan semangat jihad berjuang di jalan
Allah SWT menentang dan mengusir penjajah Belanda maupun Jepang dengan
pengorbanan harta benda, jiwa dan raganya.

i. Peranan Organisasi Islam dan Pondok Pesantren pada masa Perang Kemerdekaan
Sejak awal Islam masuk ke Indonesia dan pada masa perkembangan
selanjutnya, ulama Islam menempatkan pendidikan sebagai tugas utama. Wujud
kongkrit pendidikan adalah pesantren dan muridnya disebut santri. Tempat
pendidikannya ada yang menyatu dengan masjid dan ada juga yang secara khusus
dibangun biasanya dekat masjid.
Melalui pesantren ulama mendidik santri mengajarkan berbagai ilmu
pengetahuan terutama mengenai ilmu agama. Disini diajarkan tentang keimanan,
ibadah, Al Qur’an, akhlak, Syariah, muamalah dan tarikh. Selain itu ditanamkan
pengertian hak dan kewajiban kaum muslimin sebagai makhluk individu dan sebagai
makhluk sosial serta perjuangan untuk memperoleh hak kemerdekaan yang telah
dirampas oleh kaum penjajah.
Santri yang belajar di pesantren datang dari berbagai suku dab daerah. Setelah
mereka selesai belajar, umumnya mereka kembali ke daerah asalnya kemudian
mereka mendirikan lagi pesantren dan mengajarkan agama di daerahnya masing-
masing, sehingga tersebarlah pesantren dan pendidikan agama ke seluruh pelosok
tanah air. Pesantren sebagai tempat mendidik generasi muda muslim, para santri
dididik dan dipersiapkan untuk menjadi kader umat dan pemimpin masyarakat.
Belanda mengetahui keadaan dan perkembangan pesantren, kemudian
mengawasi kegiatan pondok pesantren, karena tempat itu dianggap sebagai tempat
pembinaan kader umat yang akan menentang kekuasaannya.
Hubungan dan jalinan santri, ulama/Kyai dan masyarakat kaum muslimin
sangat kuat, mereka bersama-sama menghadapi penjajah, namun usaha itu banyak
mengalami kegagalan karena belum tertibnya organisasi dan masih lemahnya
persatuan dan kesatuan bangsa.
Kaum muslimin menyadari bahwa perjuangan tnpa dihimpun dalam suatu
organisasi yang baik akan mengalami kesulitan dan kegagalan. Setelah putra-putri
kaum muslimin banyak memperoleh pendidikan di luar negri, di Eropa dan Timur
Tengah serta meningkatkan peranan pendidikan di pondok pesantren, timbullah
kesadaran mereka untuk membuat perkumpulan organisasi yang modern yang berciri
khas keagamaan.

Organisasi Keagamaan tersebut, yaitu:

1. Syarikat Dagang Islam


Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada
tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H.
Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup
bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.

2. Jam’iatul Khair
Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau
Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.

3. Al- Irsyad
Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang
dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.

4. Perserikatan Ulama
Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan
berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh
Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan
panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.

5. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad
Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai
politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

6. Nahdatul Ulama
Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan
membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah
dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-
sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.
Para Kyai dan santri juga mendirikan organisasi bersenjata untuk melawan
penjajahan Belanda yaitu Hizbullah dan gerakan-gerakan kepanduan Islam.
Organisasi tersebut mendidik, membina dan melatih generasi muda muslim
mengenal berbagai pengetahuan dan semangat perjuangan, dalam menentang
penjajahan.
Hasil tempaan dan pendidikan disini menumbuhkan semangat juang sehingga lahirlah
tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan
HOS Cokroaminoto
K.H. Ahmad Dahlan
K.H Hasyim Asy’ari dan lain-lain.

3. Masa Pembangunan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Setelah merdeka, bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum muslimin
secara bertahap mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala bidang,
pembangunan fisik material berupa perbaikan sarana transportasi, pertanian,
perumahan dan perekonomian, sehingga pembangunan fisik material secara bertahap
makin lama makin meningkat. Pembangunan bidang mental seperti meningkatkan
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama, meningkatkan pendidikan,
mengembangkan kehidupan dan sosial kemasyarakatan yang aman tertib dan rukun
juga dilaksanakan.
Kaum muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan
menselaraskan pembangunan materiil dan spirituil dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur. Kaum muslimin bersama segenap
anggota bangsa Indonesia lainnya kini mengatur dan memerintah bangsanya sendiri.
Pemerintahan dilaksanakan dengan cara yang demokratis. Keamanan, ketertiban dan
kesejahteraan sosial terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga persatuan dan
kesatuan bangsa, sehingga terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur dengan
penuh limpahan rahmat dan ridha Allah SWT, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan
yang dituangkan dalam UUD 1945.

b. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan


Organisasi Islam yang sejak zaman penjajah selalu membina dan mendidik
umat dengan berbagai ilmu pengetahuan dan mengembangkan semangat perjuangan
menentang penjajah, maka setelah merdeka usaha itu pada dasarnya tetap terus
dikembangkan dan ditingkatkan lebih baik. Sikap menentang penjajahan dialihkan
dan diganti dengan sikap giat, semangat dan etos kerja untuk mencapai ketinggian
ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan
mengisi pembangunan bangsa.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan kualitas
masyarakat telah diupayakan melalui pendidikan pada jalur sekolah. Didirikanlah
oleh organisasi-organisasi Islam berbagai lembaga pendidikan dari jenjang
pendidikan dasar seperti SD, SMP, pendidikan menengah seperti SMA dan
pendidikan tinggi seperti Universitas dan Institut yang tersebar diseluruh daerah.
Diantara oragnisasi Islam yang giat dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan
ialah Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Al-Washliyah, Al-
Irsyad, Djamiat Khair, GUPPI, PUI, Al-Khairat, ICMI dan lain-lain.

c. Peranan Para Individu Muslim dalam Pembangunan


Organisasi Islam yang berperan dalam pembangunan Nasional bukan hanya
mereka yang tergabung dalam organisasi. Banyak orang Islam secara pribadi baik
sebagai dokter, dosen, pejabat negara, wakil rakyat di DPR, pengusaha, Cendikiawan,
petani, guru, pengrajin, dan lain-lain mereka semuanya melakukan kegiatan dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing. Tanpa
terikat dengan organisasi keagamaan, mereka menyumbangkan dharma baktinya
kepada nusa dan bangsa. Memang menjadi umat Islam tidak harus menjadi anggota
organisasi atau partai Islam. Menurut Al Qur’an orang Islam yang baik adalah yang
paling bertakwa, yang beriman kepada Allah dan beramal shaleh, dimanapun mereka
berada.

d. Peranan Lembaga Pendidikan dalam Masa Pembangunan


Lembaga pendidikan Islam dalam kegiatannya lebih menekankan pembinaan,
peningkatan ilmu pengetahuan dan kecerdasan masyarakat melalui pendidikan pada
jalur sekolah dan luar sekolah.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas yang melalui jalur
pendidikan sekolah biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi agama seperti IAIN
Melalui pendidikan ini secara bertahap ilmu pengetahuan bertambah
meningkat dan Sumber Daya Manusia lebih berkualitas. Dengan meningkatnya
kualitas masyarakat maka hasil kerja masyarakatpun semakin meningkat. Dengan
demikian meningkatnya hasil umat melalui jalur luar sekolah, antara lain
dilaksanakan melalui pengajian, Taman Bacaan Al Qur’an, kursus-kursus ilmu
keagamaan dan pembinaan di Masjid-Masjid.
Demikanlah betapa besar peranan kelembagaan pendidikan Islam dalam
pembangunan pembangunan bangsa erat kaitannya dengan sumber daya manusianya
sebagai pelaksana pembangunan itu sendiri.

D. Manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia

a. Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan Islam di Indonesia


b. Mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
c. Menjadi cermin untuk memacu kehidupan yang lebih baik
d. Mempelajari sejarah agar dapat melakukan perubahan yang lebih baik
e. Menghargai kerja keras para pahlawan bangsa
f. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran
Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan
pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
g. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
h. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut :
1. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
2. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau
arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara.
3. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para
ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
4. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku
yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi
berikutnya.
5. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan
persenjataan yang tidak sebanding.

E. Hikmah perkembangan Islam di Indonesia

Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri
yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat
mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:

 Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.


 Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki
ketangguhan dan pekerja keras.
 Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin
Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan
dengan ajaran dasar dalam Islam.

Anda mungkin juga menyukai