Disusun oleh :
Kelompok 1
Anggota :
Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,untuk
itu kami mengharapkan kritik yang membangun serta saran demi
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Matematika merupakan salah satu ilmu yang bisa memcahkan berbagai
masalah. Bahkkan,matematika merupakan ilmu yang mendasari semua cabang-
cabang ilmu lainnya sebab matematika selalu diterapkan disegala bidang
keilmuan. Salah satu cabang ilmu matematika yang selalu diterapkan dalam
berbagai bidang adalah ilmu Matematika terapan.
𝑑𝑦
= 𝑒 4𝑥 − cos 7𝑥
𝑑𝑥
𝑑2𝑦 𝑑𝑦
+3 − 4𝑦 = 0
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 2 𝑦 𝑑𝑦
+ − 6𝑦 = 2𝑒 3𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Differensial
2. Pengertian persamaan differensial biasa
3. Penerapan persamaan differensial biasa pada bidang energi hidro
C. Tujuan
1. Memahami Persamaan differensial biasa serta aplikasinya pada bidang
energi
2. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Umum Matematika Terapan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemodelan Matematika
Model adalah gambaran suatu objek yang disusun berdasarkan tujuan tertentu,
dan objeknya dapat berupa suatu sistem,suatu perilaku sistem, ataupun suatu
proses tertentu. Sistem adalah suatu himpunan beserta relasi antara unsur-
unsurnya yang disusun berdasarkan tujuan tertentu. Misalnya rumah sakit yang
merupakan suatu sistem dengan tujuan merawat orang sakit dan bagian dari
rumah sakit tersebut harus mendukung tujuan merawat orang sakit.
1. Guna mengenali keadaan, sifat, atau perilaku sistem dengan cara mencari
keterkaitan antara unsur-unsurnya. Model seperti ini adalah model
keterkaitan.
2. Guna mengadakan pendugaan (prediksi) untuk memperbaiki keadaan
objek yang disebut model pendugaan.
3. Guna mengadakan optimisasi bagi objek. Modelnya disebut model
optimisasi.
4. Manfaat model adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai suatu objek tanpa merusak ataupun mengganggu objek lainnya
yang dapat dilakuan dengan eksperimen pada model tersebut.
2
Langkah-lagkah pemodelan matematika
1. Identifikasi masalah
2. Perumusan masalah
3. Selesaikan masalah
4. Menafsirkan masalah
5. Pelaksanaan model
B. Pengertian Differensial
Persamaan Differensial Orde atau Tingkat n adalah persamaan yang
biasanya ditulis dalam bentuk
F(x,y,𝑦 , , 𝑦 ,, , … , 𝑦 (𝑛) ) = 0
𝑑𝑦
= 𝑔(𝑥)ℎ(𝑦) (2.2.1.1)
𝑑𝑥
𝑑𝑦
= 𝑔(𝑥)𝑑𝑥 (2.2.1.2)
𝑑𝑥
3
Dengan mengintegralkan kedua ruas diperoleh
𝑑𝑦
∫ ℎ(𝑦) = ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥 + 𝐶 (2.2.1.3)
𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥) (2.2.2.1)
𝑑𝑥
Dengan P dan Q adalah fungsi yang kontinu pada selang yang diberikan.
Untuk mencari penyelesaian persamaan differensial linear orde satu
tersebut,kedua ruas dikalikan I(x) yang sering disebut faktor pengintegralan.
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥)𝑦 = 𝑅(𝑥) (2.2.3.1)
𝑑𝑥
4
Atau
R(x) terbagi atas dua yaitu R(x) = 0 dan R(x) ≠ 0,seperti yang diuraikan
berikut ini
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥) + 𝑄(𝑥)𝑦 = 𝑅(𝑥) = 0 (2.2.3.3)
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥) 𝑑𝑥 + 𝑄(𝑥)𝑦 = 𝑅(𝑥) ≠ 0 (2.2.3.4)
𝑑𝑥
TEOREMA 2.2.3.1
5
TEOREMA 2.2.3.2
TEOREMA 2.2.3.3
6
BAB III
STUDI LITERATUR
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan persamaan
diferensial berupa persamaan diferensial linear tingkat satu dan persamaan
diferensial tingkat dua.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara studi pustaka dengan mempelajari hasil
riset mahasiswa untuk mempermudah pengerjaan dan berdasarkan anjuran dari
dosen pengampu. Kami melakukan analisa terhadap hasil riset mahasiswa berupa
persamaan-persamaan diferensial yang diterapkan pada bidang energi.
Pada persamaaan (3.2) dan (3.3) diatas, inputnya adalah Q(x), dimana input
tersebut dapat berupa fungsi konstan,fungsi periodik,fungsi eksponensial, dan
lain-lain.
Sebelum membahas sistem pada pembangkit listrik tenaga air, kita akan mebahas
mengenai sistem pada bendungan. Sistem bendungan dapat digambarkan sebagai
berikut.
7
BAB IV
𝑑𝑦
𝑑𝑥
+ 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥) (3.2)
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
+ 𝑃(𝑥) + 𝐵(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥) (3.3)
𝑑𝑥 𝑑𝑥
8
Aliran sungai dengan debit yang sangat besar ditampung dalam waduk
(reservoir) yang ditunjang oleh bendungan. Air tersebut dialirkan melalui intake
kemudian masuk ke penstock untuk merubah energi potensial menjadi energi
kinetik. Pada ujung penstock dipasang katup untuk mengalirkan air ke turbin.
Katup utama akan ditutup otomatis apabila ada gangguan atau distop atau
dilakukan perbaikan/pemeliharaan turbin.
Air yang telah memiliki tekanan dan kecepatan tinggi (energi kinetik)
dirubah menjadi energi mekanik dengan dialirkan melalui sirip sirip pengarah
yang akan mendorong sudu jalan pada turbin. Energi putar yang diterima oleh
turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakan generator yang kemudian
menghasilkan tenaga listrik yang keluar dari turbin melalui tail race yang
kemudian kembali ke sungai.
9
terhadap bendungan tersebut, karena resiko yang terlalu berbahaya, dan
disamping itu pula mungkin dapat menggangu objek aslinya. Bentuk bejana
dipilih karena memiliki kesamaan dalam bentuk fisisnya dengan bendungan ,
walaupun pada kenyataannya bentuk bendungan tidak teratur.
Misalkan V(t) adalah volume air pada sistem bejana pada saat t, maka
𝑑𝑉(𝑡)
adalah laju pertambahan volume air pada sistem bejana saat t, yakni aliran
𝑑𝑡
air yang masukkedalam sistem bejana pada saat t dikurangi dengan aliran air yang
keluar dari sistem pada saat t, dengan kata lain
𝑑𝑉(𝑡)
= 𝑞1 (𝑡)−𝑞0 (𝑡) (3.1.1)
𝑑𝑡
Karena diasumsikan tidak ada aliran air yang masuk pada sistem bejana,
maka 𝑞1 (𝑡) = 0, sehingga diperoleh
𝑑𝑉(𝑡)
= −𝑞0 (𝑡) (3.1.2)
𝑑𝑡
Diketahui
Maka
𝑑𝑉(𝑡) 𝑑 𝑑ℎ(𝑡)
= [𝐴ℎ(𝑡)] = 𝐴 (3.1.4)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
10
Sehingga dari persamaan (3.1.2) dan (3.1.4) diperoleh
𝑑ℎ(𝑡)
𝐴 = −𝑞0 (𝑡) (3.1.5)
𝑑𝑡
Untuk mencari aliran air yang keluar pada pipa bejana saat t, digunakan
teorema Torricelli yaitu
𝑑ℎ(𝑡)
𝐴 = −𝜆ℎ(𝑡) (3.1.7)
𝑑𝑡
𝑑ℎ(𝑡) 𝜆
= − 𝐴 ℎ(𝑡) = −𝑞0 (𝑡) (3.1.8)
𝑑𝑡
a) Adanya aliran air yang masuk kedalam bejana,dimana aliran yang masuk
adalah konstan.
b) Ukuran pipa aliran air yang masuk dan keluar pada bejana tidak sama.
c) Tidak ada pengaturan aliran air yang masuk pada sistem bejana.
11
Karena adanya aliran air yang masuk kedalam bejana, maka dari
persamaan (3.1.1) diperoleh
𝑑𝑉(𝑡)
= 𝑞1 (𝑡)−𝑞0 (𝑡) (3.2.1)
𝑑𝑡
𝑑ℎ(𝑡)
𝐴 = 𝑞1 (𝑡)−𝑞0 (𝑡) (3.2.2)
𝑑𝑡
𝑑ℎ(𝑡)
𝐴 = 𝑞1 (𝑡) − 𝜆ℎ(𝑡)
𝑑𝑡
𝑑ℎ(𝑡) 1
= (𝑞1 (𝑡)−𝑞0 (𝑡)) (3.2.3)
𝑑𝑡 𝐴
12
b) Keadaan awal bejana 2 adalah kosong
c) Ukuran pipa air yang keluar dari bejana 1 lebih besar dari pipa
aliran air yang keluar dari bejana 2.
d) Tidak ada aliran ayng masuk pada bejana 1.
e) Tidak ada pengaturan pada kedua sistem bejana.
f) Tidak ada kebocoran pada kedua pipa sistem bejana.
g) Besarnya kedua bejana dianggap sama
𝑑𝑉1 (𝑡)
Misalkan 𝑉1 (𝑡) adalah volume air pada bejana 1 pada saat t, maka 𝑑𝑡
adalah laju perubahan volume air pada bejana 1 saat t, yakni aliran air yang
masuk pada saat t dikurangi dengan aliran air yang keluar pada saat t, dengan kata
lain
𝑑𝑉1 (𝑡)
= 𝑞1 (𝑡)−𝑞12 (𝑡) (4.1.1)
𝑑𝑡
Diketahui
Maka
𝑑ℎ1 (𝑡)
𝐴1 𝑑𝑡
= 𝑞1 (𝑡)−𝑞12 (𝑡) (4.1.4)
Untuk mencari aliran air yang keluar pada pipa bejana 1 saat t, digunakan
teorema Torricelli yaitu
13
𝑑ℎ1 (𝑡)
𝐴1 +𝜆1 ℎ1 (𝑡) = 𝑞1 (𝑡)
𝑑𝑡
Karena tidak ada aliran air yang masuk pada bejana 1,maka
𝑑ℎ1 (𝑡)
𝐴1 +𝜆1 ℎ1 (𝑡) = 0 (4.1.6)
𝑑𝑡
𝑑ℎ1 (𝑡) 1
= 𝐴 (𝑞12 (𝑡) − 𝑞0 (𝑡)) (4.1.9)
𝑑𝑡 1
dapat ditulis
𝑑ℎ1 (𝑡)
𝐴2 +𝜆2 ℎ2 (𝑡) = 𝑞12 (𝑡) (4.1.10)
𝑑𝑡
𝑑
Misalkan 𝐷 = 𝑑𝑡, persamaan (4.1.10) dapat ditulis
14
Karena (𝐴1 𝐷+𝜆1 )ℎ1 (𝑡) = 0, maka
𝑑 𝑑2
Karena 𝐷 = 𝑑𝑡 , maka 𝐷2 = 𝑑𝑡 2 , sehingga
𝑑2 𝑑
(𝐴2 𝐴1 ( 2
) + (𝐴2 𝜆1 +𝜆2 𝐴1 )( ) + 𝜆1 𝜆2 )ℎ2 (𝑡) = 0
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Dengan
𝐴 𝜆 +𝜆2 𝐴1 𝜆 𝜆
2 1
𝛿 = 2√𝐴 dan 𝜔𝑛 2 = 𝐴1 𝐴2
𝐴 1 2 𝜆1 𝜆2 1 2
Dimana
2 −1)𝑡 2 −1)𝑡
ℎ2 (𝑡) = 𝑐1 𝑒 (−𝛿𝜔𝑛−𝜔𝑛√𝛿 + 𝑐2 𝑒 (−𝛿𝜔𝑛−𝜔𝑛√𝛿 (4.1.15)
2 −1)𝑡 2 −1)𝑡
𝑉2 (𝑡) = 𝐴2 (𝑐1 𝑒 (−𝛿𝜔𝑛−𝜔𝑛√𝛿 + 𝑐2 𝑒 (−𝛿𝜔𝑛−𝜔𝑛√𝛿 ) (4.1.16)
15
ℎ2 (𝑡) = 𝑒 −(𝛿.𝜔𝑛 )𝑡 (𝑐1 +𝑡𝑐2 ) (4.1.17)
ℎ2 (𝑡) = 𝑒 −(𝛿.𝜔𝑛) (𝑐1 cos ((𝜔𝑛 √1 − 𝛿 2 )𝑡) + 𝑐2 𝑠𝑖𝑛 ((𝜔𝑛 √1 − 𝛿 2 )𝑡) (4.1.19)
𝑉2 (𝑡) = 𝐴2 𝑒 −(𝛿.𝜔𝑛) (𝑐1 cos ((𝜔𝑛 √1 − 𝛿 2 )𝑡) + 𝑐2 𝑠𝑖𝑛 ((𝜔𝑛 √1 − 𝛿 2 )𝑡) (2.1.20)
16
BAB V
KESIMPULAN
Pemodelan matematika pada sistem satu bejana dan dua bejana merupakan
penerapan dari persamaan diferesial yang nantinya berhubungan dengan energi
listrik dari sistem bendungan.
Kelebihan dan kekurangan air pada sistem bejana akan lebih besar jika
rasio redaman mendekati nol, sehingga perlu dilakukan pemilihan rasio peredam
yang sesuai agar agar dapat meredamkan gejolak air yang lebih cepat.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/djoanezsangkang/ppt-plta-elsy diunduh pada 27
Desember 2018
18