PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk
Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas (Community
acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital acquired infection) yang
sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Tindakan medis yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang bertujuan untuk perawatan atau penyembuhan pasien, apabila dilakukan
tidak sesuai prosedur maka berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien yang
lain atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri.
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien
dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis
dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko
terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita (sekresi
tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina, jaringan, Liquor Cerebrospinalis,
cairan synovia, pleura, peritoneum, pericardial dan amnion) dapat mengandung Virus HIV,
Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya yang ditularkan melalui darah.
b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi serta teknik atau cara isolasi
pasien
1
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian dari pencegahan dan pengendalian infeksi dan ruang isolasi
b) Untuk mengetahui tujuan dari pencegahan dan pengendalian infeksi dan isolasi
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk
Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas (Community
acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital acquired infection) yang
sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Tindakan medis yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang bertujuan untuk perawatan atau penyembuhan pasien, apabila dilakukan
tidak sesuai prosedur maka berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien yang
lain atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri. Karena tidak dapat ditentukan secara pasti
asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital acquired infection) diganti
dengan istilah baru yaitu “Healthcare-associated infections” (HAIs) dengan pengertian yang
lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, serta
tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat
pada saat melakukan tindakan perawatan pasien. Mencegah atau membatasi penularan infeksi di
sarana pelayanan kesehatan memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai
"pengendalian". Secara hirarkis hal ini telah ditata sesuai dengan efektivitas pencegahan dan
pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control– IPC), yang meliputi: pengendalian
bersifat administratif, pengendalian dan 10 rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri.
Program yang termasuk pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu, (1) Tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi; (2) Surveilans (HAIs dan Proses: audit kepatuhan petugas untuk cuci
tangan dan memakai APD); (3) Penerapan kewaspadaan isolasi; (4) Pendidikan dan pelatihan
PPI; (5) Penggunaan antimikroba rasional; (6) Kesehatan karyawan
3
2. tujuan pencegahan dan pengendalian infeksi
Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah untuk membantu mengurangi
penyebaran infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan, dengan penilaian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi oleh National Infection Control Policies. Tujuan utamanya adalah
untuk mendukung promosi kualitas pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien, petugas
kesehatan, dan orang lain dalam perawatan kesehatan dan lingkungan dengan cara yang hemat
biaya .
Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi
hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum
termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi. Contoh
metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya.
Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan
4. Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang disusun
oleh CDC dan harus diterapkan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan
isolasi diterapkan untuk menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien ke pasien lain atau ke
pekerja medis. Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar atau tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar
(Standard/Universal Precautions) dan Kewaspadaan berdasarkan cara transmisi (Transmission
based Precautions) (Akib et al, 2008).
4
standar/universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah
dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas
kesehatan (Nursalam, 2007). Tindakan dalam kewaspadaan standar meliputi:
a. Kebersihan tangan.
d. Pengendalian lingkungan.
e. Penatalaksanaan Linen.
g. Penempatan pasien
b. Gunakan sarung tangan apabila kontak dengan darah/cairan tubuh, membrane mukosa atau
kulit yang tidak utuh pada semua pasien.
5
f. Gunakan gaun, kacamata atau pelindung wajah ketika adanya percikan atau semprotan dari
cairan tubuh.
g. Ketika menggunakan sarung tangan kotor jangan menyentuh area bersih dari ruangan/pasien.
Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkan
HAIs. Kewaspadaan transmisi kontak ini ditujukan untuk menurunkan resiko transmisi mikroba
yang secara epidemiologi ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
a. Kontak langsung
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang rentan/petugas dengan kulit pasien
terinfeksi atau kolonisasi. Misal perawat membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu
pasien bergerak, dokter bedah dengan luka basah saat mengganti verband, petugas tanpa sarung
tangan merawat oral pasien HSV atau scabies.
Terjadi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di
lingkungan, instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum dicuci
6
atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan
melalui mainan anak. Kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan
melalui tangan petugas atau benda mati dilingkungan pasien.
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat masih memakai sarung
tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan. Hindari mengkontaminasi permukaan
lingkungan yang tidak berhubungan dengan perawatan pasien misal: pegangan pintu, tombol
lampu, telepon.
Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus membrane atau terinhalasi.
Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan tangan dan
ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membran. Transmisi jenis ini lebih sering terjadi
daripada transmisi droplet langsung, misal: commoncold, respiratory syncitial virus (RSV).
Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat
induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner.
Ditujukan untuk menurunkan resiko transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang
ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang
7
bertahan lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu
rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor
lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi
melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit luka terkontaminasi (S. aureus).
B. teknik isolasi
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita (sekresi
tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina, jaringan, Liquor Cerebrospinalis,
cairan synovia, pleura, peritoneum, pericardial dan amnion) dapat mengandung Virus HIV,
Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya yang ditularkan melalui darah.
2. Tujuan isolasi
Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para petugas
kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di tularkan melalui darah
yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput
lendir.
8
Alat-alat yang dipakai untuk melindungi diri antara lain pemakaian sarung tangan, Lab
jas, masker, kaca mata atau kaca penutup mata. Ruangan khusus diperlukan jika hygiene
penderita jelek. Limbah Rumah Sakit diawasi oleh pihak yang berwenang.
a). Pencahayaan
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan yaitu
tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih rendah dibandingkan
udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruangan isolasi sehingga
udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini
digunakan untuk penyakit- penyakit menular khususnya yang menular melalui udara sehingga
kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan
udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi dengan HEPA.
Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi dibandingkan
udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara dari dalam ke luar ruang isolasi.
Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk ke ruangan isolasi sehingga udara
9
ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan
untuk penyakit-penyakit immuno deficiency seperti HIV AIDS atau pasien-pasien transplantasi
sum sum tulang. Untuk memperoleh udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan tekanan
positif di ruang isolasi digunakan udara luar yang sebelumnya telah disterilisasi terlebih dahulu.
4. Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaan limbah medis
infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan.
5. Macam-macam isolasi
a. Isolasi ketat
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat virulen yang
dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak langsung.
Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi mereka yang
keluar masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung tangan. Ventilasi ruangan
tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
b. Isolasi kontak
Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang serius, untuk
penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara langsung sebagai tambahan terhadap hal
pokok yang dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun penderita dengan penyakit yang
sama boleh dirawat dalam satu kamar, masker diperlukan bagi mereka yang kontak secara
langsung dengan penderita, lab jas diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah
atau kotoran dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang infeksius.
10
c. Isolasi pernafasan.
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara, diperlukan ruangan bersih
untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit yang sama boleh dirawat
dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan,
pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita, lab jas dan sarung
tangan tidak diperlukan.
Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau gambaran radiologisnya
menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan adalah kamar khusus dengan
ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang dibutuhkan
masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke ruangan perawatan, lab jas
diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan sarung tangan atidak diperlukan.
Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung atau tidak langsung melalui tinja.
Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, perlu disediakan ruangan khusus
bagi penderita yang hygiene perorangannya rendah. Masker tidak diperlukan jika ada
kecenderungan terjadi soiling dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang
terkontaminasi.
6. Prinsip isolasi
11
e). Ruang dekontaminasi
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi yaitu:
1). Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding tekanan di koridor.
3). Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High-
Efficiency Particulate Air)
5).Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus memakai masker
bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila mungkin).
6).Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius.
7).Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan penampung dahak/ludah
tertutup sekali pakai (disposable).
Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah
dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasaldari pasien maupun petugas
kesehatan (Nursalam, 2007). Secara garis besar, standard kewaspadaan universal di ruang isolasi
antara lain :
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membranmukosa
c. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkinmemercik
d. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
e. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
12
f. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
g. Proses instrumen dengan benar
h. Lakukan pengelolaan limbah dengan benar
i. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama
j. Buang sampah terkontaminasi dengan aman
k. Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi sterildan siap
pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, dan desinfeksi dansterilisasi
1. Persiapan sarana
Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan. Sepatu bot karet yang
bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki. Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi
Tingkat Tinggi) atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih ukuran lengan yang
sesuai dengan ukuran tangan. Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang bersih.
Masker N95 dan kaca mata pelindung Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang
– barang pribadi.
13
j. Kenakan masker bedah
k. Kenakan celemek plastik/apron
l. Kenakan penutup kepala
m. Kenakan alat pelindung mata (goggles / kacamata)
n. Kenakan sepatu boot karet
14
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan
kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan
tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko
terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para petugas kesehatan
yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di tularkan melalui darah yang dapat
menulari mereka melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir.
Prosedur perawatan ruang isolasi adalah tata cara kerja atau cara menjalankan perawatan di
ruang isolasi.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://soyina.blogspot.com/2012/05/perawatan-ruang-isolasi.html
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/1A%20Laplit%20garut.pdf
16