Anda di halaman 1dari 10

KUSUMA PUTRI.

UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK METANOL EKSTRAK METANOL KULIT JERUK


BALI (Citrus maxima merr/grandis) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D
Resta Amanda Kusuma Putri1, Alifia Rimadhani2, Salamatul Maimanah3, Miftahul
Ghimaturrahma4 dan Yulia Rahma5
1,2,3 dan 4
Program Studi Farmasi, Universitas Darussalam Gontor, Ngawi
5
Program Studi Ilmu Gizi, Universitas Darussalam Gontor, Ngawi
1restamanda97@gmail.com, 2alifiarimadhani@gmail.com,
3
salamatulmaimanah88@gmail.com 4ghimamifta@gmail.com 5yuliarohman10@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker merupakan angka tertinggi penyebab kematian tertinggi di dunia.
Terlebih kanker payudara menempati angka sebesar 43,3% dan persentase kematiannya sebesar
12,9%. Pengobatan tradisional menjadi jalan keluar dari mahalnya biaya pengobatan. Kulit
jeruk bali (Citrus maxima merr/grandis) adalah tanaman yang memiliki kandungan senyawa
alkaloid, flavonoid, likopen, vitamin c dan provitamin A. Namun selama ini, hampir 50% kulit
jeruk bali belum sepenuhnya termanfaatkan, padahal banyak senyawa yang berfungsi sebagai
antikanker. Senyawa antikanker antara lain, flavonoid dan likopen. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji efektivitas ekstrak metanol kulit jeruk bali terhadap sel kanker payudara T47D.
Metode: Kulit jeruk bali dinyatakan memiliki efektivitasnya dilihat dari jumlah sel hidup yang
telah diujikan terhadap sel kanker payudara (sel T47D) dengan metode MTT dalam rentang
waktu 24 jam setelah pemberian kosentrasi larutan uji dengan menggunakan probit analysis.
Hasil: Pengujian aktivitas antikanker dari ekstrak metanol dan hasil absorbansinya
menunjukkan bahwa sampel memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan sel
kanker payudara T47D yang lebih baik daripada kontrol positif doksorubisin. Perbedaan
yang cukup signifikan antara nilai absorbansi satu dengan yang lainnya diduga oleh adanya
kandungan senyawa aktif dalam ekstrak kulit jeruk bali sebagai penghambat kerja sitotoksik.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak metanol kulit jeruk bali
memberikan efek terhadap penghambatan sel kanker payudara T47D yang cukup signifikan
dibandingkan dengan doksorubisin.
Kata kunci: flavonoid, kulit jeruk bali, likopen, sel T47D, MTT

ABSTRACT
Background: Cancer is the highest number of causes of death in the world. Moreover breast
cancer occupies the number of 43.3% and the percentage of death by 12.9%. Traditional
medicine is a way out of expensive medical expenses. Pomelo (Citrus maxima merr / grandis)
are plants that contain alkaloid compounds, flavonoids, lycopene, vitamin C and provitamin
A. However, almost 50% of pomelo peel is not fully utilized yet, while many compounds act as
anticancer. Anticancer compounds, among others, flavonoids and lycopene. The purpose of
this study was to examine the effectiveness of pomelo methanol extract on T47D breast cancer
cells. Method: The pomelo peel is determined to have effectiveness in terms of the number of
tested cells tested on breast cancer cells (T47D cells) using the MTT method within 24 hours
after the concentration of the test solution using probit analysis. Result: Testing of anticancer
activity from methanol extract and its absorbance results showed that the sample had inhibitory
activity against T47D breast cancer cell growth which was better than the positive control of
doxorubicin. A significant difference between the absorbance values of one another is
suspected by the presence of active compounds in the extract of grapefruit peel as a cytotoxic
action inhibitor.
Keywords: flavonoids, pomelo peel, lycopene, T47D cells, MTT
1
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan angka tertinggi penyebab kematian tertinggi di dunia. Diperkirakan
peyakit ini diderita oleh 15 orang pada setiap 100.000 penduduk dunia (Dewi, 2013).
Menurut data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), pada
tahun 2012 kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru
tertinggi, sebesar 43,3% dan persentase kematian sebesar 12,9% (Pusat Data dan Informasi,
2015). Bahkan, berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun
2007 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama penyakit keganasan
pada pasien rawat inap wanita di rumah sakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2009).
Pengobatan kanker payudara dilakukan dengan empat cara utama yaitu melalui
pembedahan, radiasi, kemoterapi, dan terapi biologi. Penggunaan kemoterapi antikanker
belum memberikan hasil yang optimal karena bekerja tidak spesifik sehingga dapat merusak
sel normal. Pembedahan umumnya tidak efektif lagi untuk sel yang telah mengalami
metastasis. Penyinaran sering kali tidak aman untuk sel-sel normal. Obat antikanker yang
ideal seharusnya dapat mematikan sel kanker tanpa membahayakan jaringan sehat. Namun,
sampai sekarang belum ditemukan obat yang memenuhi kriteria demikian. Salah satu sumber
obat- obatan kemoterapi yang potensial yaitu tumbuh-tumbuhan sehingga sampai saat ini
pencarian obat-obatan kemoterapi dari tumbuh-tumbuhan terus dilakukan (Eka, 2013).
Prinsip suatu tanaman dapat digunakan sebagai antikanker adalah apabila tanaman
tersebut mempunyai aktivitas sitotoksik. Jeruk bali (Citrus maxima merr/grandis) merupakan
tanaman buah yang mengandung banyak komponen nutrisi yang terkandung di dalamnya.
Sebagian besar komponen jeruk bali terletak pada kulitnya, diantaranya terdapat senyawa
alkaloid, flavonoid, likopen, vitamin C, dan provitamin A. Selama ini hampir 50% kulit jeruk
bali belum sepenuhnya termanfaatkan (Mentri Pertanian, 2010), padahal kandungan kulit
lebih besar dibandingkan nutrisi di buahnya.
Flavonoid mempunyai efek kardioprotektif yang telah banyak pembuktian hasil
penelitian bahwa flavonoid mempunyai andil dalam aktifitas proliferatif pada sel kanker.
Flavonoid berfungsi sebagai bahan antioksidan yang mampu menetralisir oksigen reaktif dan
berkontribusi terhadap pencegahan penyakit kronis seperti kanker (Duran, 2006). Likopen
dipercaya dapat meningkatkan komunikasi antarsel. Para peneliti meyakini bahwa rendahnya
komunikasi antarsel merupakan penyebab ketidaknormalan pertumbuhan sel yang
menyebabkan terjadinya kanker (Puspaningtyas, 2013).
Penelitian tentang uji efektivitas ekstrak metanol kulit jeruk bali (Citrus maxima
merr/grandis) terhadap sel kanker payudara T47D merupakan studi pendahuluan potensi
antikanker payudara. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta membantu beban
tunjangan ekonomis biaya pengobatan kanker.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ekstrak metanol kulit jeruk bali efektif untuk menghambat pertumbuhan sel
kanker payudara T47D?

2
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

2. Berapa kadar optimum ekstrak metanol kulit jeruk bali yang dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker payudara T47D?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui efektivitas ekstrak metanol kulit jeruk bali sebagai penghambat
pertumbuhan sel kanker payudara T47D
2. Mengetahui kadar optimum ekstrak metanol kulit jeruk bali yang dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker payudara T47D

1.4 Kegunaan
Mengetahui berapa kadar optimum ekstrak metanol dalam kulit buah ini dapat menjadi
agen antikanker, terutama terhadap kanker payudara. Semoga memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai manfaat dari kulit jeruk bali terhadap kanker payudara.

1.5 Luaran
1. Karya Ilmiah
2. Jurnal
3. Paten

3
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

BAB 2. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah gelas beaker, corong pisah, erlenmeyer, gelas ukur,
kertas saring, tissue, spatula, pipet tetes, alumunium foil, cling wrap, toples kaca, media
kultur RPMI, flask T-25, botol duran, tabung reaksi, hemasitometer, pipet ukur, timbangan
analitik, autoklaf, inkubator 37oC, Microbiological safety, cabinet air flow kelas II, vortex
penangas air, sentrifus, tabung sentrifungal, mikroskop interted, plat 96 sumuran dan rotary
evaporator.
Bahan yang digunakan adalah kulit jeruk bali (Citrus maxima merr/ grandis, metanol,
sel T47D, Fetal Bovine Serum (FBS), Dimethyl Sulfoxide (DMSO), reagen MTT, Sodium
duodecyl sulphate (SDS), Medium Roswell Park Memorial Institut (RPMI), Penicillin-
Streptomycin, Trypsin-EDTA, aquadest dan air ultrapurifikasi.

3.2 Proses Ekstraksi


Kulit jeruk bali segar sebanyak 17 buah dibersihkan dan dikeringkan di dalam
ruangan tertutup, lalu diserbukkan. Serbuk kulit jeruk bali dimaserasi menggunakan pelarut
metanol sebanyak 1500 ml pada suhu kamar selama 4 hari. Maserasi diulang hingga
senyawa metabolit sekunder terekstrak seluruhnya yang dipastikan dengan cara KLT.
Maserat dipekatkan hingga diperoleh ekstrak kental.

3.3 Kultur Sel


a. Penyiapan Alat
Sel kanker yang digunakan adalah sel T47D yang berasal dari laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sel kanker
dikeluarkan dari freezer (-80oC), dihangatkan dalam penangas air pada suhu 37oC
selama 2-3 menit. Setelah itu, sel dipindahkan ke dalam flask berisi 10 ml media,
diinkubasi selama 1-2 hari, kemudian diamati di bawah mikroskop untuk melihat apakah sel
melekat di dasar flask dan membentuk lapisan monolayer. Medium pertumbuhan diganti
sekali dalam dua hari dan bila jumlah sel mencapai 70-85%, dilakukan sub-kultur sel.

b. Sub Kultur Sel


Medium yang ada dalam flask dibuang, kemudian tambahkan 2 ml trypsin-EDTA lalu
aduk perlahan, inkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC, 5% CO2, setelah itu amati di bawah
mikroskop. Kemudian larutan tripsin- EDTA berisi sel disentrifus dengan kecepatan 3000
rpm selama 5 menit. Buang supernatan, lalu pelet disuspensikan dalam 3 ml medium.
Dimasukkan ke dalam flask baru, aduk perlahan lalu diinkubasi pada suhu 37oC.

c. Peletakan Sel
Buat suspensi dalam medium, campur sempurna. Masukan sebanyak 180 µl
suspensi ke dalam masing-masing sumur kecuali sumur pada kolom pertama dan terakhir
merupakan blanko yang hanya berisi medium 200 µl kolom kedua merupakan kontrol yang
berisi suspensi sel 200 µl. Inkubasi pada suhu 37oC (Fatma, 2013).
4
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

3.4 Uji Aktivitas Antikanker


a. Uji Microculture Tetrazolium Salt (MTT) Assay
Ekstrak metanol kulit jeruk bali dibuat dalam b e b e r a p a v a r i a s i konsentrasi 50
µg/ml, 75 µg/ml, 100 µg/ml, 250 µg/ml dan 500 µg/ml. Sebagai kontrol positif
digunakan doksorubisin dengan konsentrasi 7,5 µg/ml, 10 µg/ml, 25 µg/ml, 50 µg/ml dan
100 µg/ml masing-masing konsentrasi dibuat replikasi 3 kali.
Suspensi sel kanker T47D dimasukkan ke dalam plate berisi 96 lubang dan diinkubasi
selama 24 jam. Lalu media dibuang dan dicuci dengan PBS, dimasukkan seri konsentrasi
ekstrak metanol kulit jeruk bali ke dalam lubangan kemudian diinkubasi lagi selama 24 jam.
Pada akhir inkubasi, larutan dalam plate dibuang dan dicuci dengan PBS 1x kemudian
ditambah reagen MTT 100 µg.
Sel yang diberi MTT diinkubasi selama 2-4 jam dalam inkubator sampai terbentuk
garam formazan. Lalu ditambah stopper SDS 10% dalam 0,1N HCl kemudian diinkubasi
dalam gelap selama semalam. Lalu dilakukan pembacaan dengan Elisa Reader dengan
gelombang 595 nm. Sel yang diberi MTT membentuk warna ungu (CCRC, 2012)

b. Analisis Data
Data yang diperoleh berupa absorbansi dari masing-masing sumuran, selanjutnya
dinyatakan dalam persentase sel hidup. Presentase sel hidup dihitung menggunakan rumus :

IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang


mampu menghambat poliferasi sel sebesar 50%. Konsentrasi IC50 dihitung menggunakan
regresi linear, dengan memasukkan y sebagai 50.

5
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Jeruk bali yang digunakan untuk ekstraksi adalah jeruk bali lokal sebanyak 17 buah.
Jeruk bali tersebut kemudian diambil kulitnya lalu di potong kecil-kecil. Setelah didapat,
dijemur dan dikeringkan di bawah fiber hingga menjadi simplisia kering, lalu diserbukkan
menggunakan blender. Berat serbuk yang dihasilkan sebesar 2,59 kg.
Penelitian ini menggunakan bagian kulit dari tanaman jeruk bali yang diekstrak
metanol dengan metode maserasi. Penggunaan metanol sebagai pelarut dalam penelitian ini
dibandingkan pelarut lain karena metanol merupakan pelarut universal yang dapat melarutkan
metabolit sekunder yang dapat mengikat senyawa bersifat polar, non polar dan semi polar
(Nurani, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa dalam ekstrak kulit jeruk bali mengandung
senyawa campuran, polar dan non polar. Ekstraksi 300 gram serbuk kulit jeruk bali dengan
cara maserasi menggunakan pelarut metanol menghasilkan ekstrak pekat metanol sebanyak
0,405 gram dari 50 ml ekstrak metanol yang diuapkan. Berdasarkan literature, kandungan
metabolit sekunder dari kulit jeruk bali terdiri dari kumarin, fenol monosiklik sederhana, fenil
propanoid, polifenol, tanin, flavonoid (Zaina, 2013).
Pada tahap terakhir perendaman, dilakukan uji KLT untuk mendeteksi kemungkinan
kandungan senyawa metabolit yang masih terdapat dalam hasil ekstrak. Lalu hasil ekstrak
metanol kulit jeruk bali sebanyak 950 ml diuapkan, kemudian dipekatkan untuk membuat
ekstrak kental menggunakan menggunakan water bath. meningkatkan proliferasi sel
payudara dan meningkatkan bobot uterus (CCRC, 2011).
Ekstrak pekat dari ekstraksi metanol kulit jeruk bali ditimbang hingga 10 mg. Sampel
yang telah ditimbang diletakkan di botol conical lalu ditambahkan DMSO sebanyak 10 ml
didalam LAF. Sampel kemudian dihomogenkan dengan vortex selama 10 menit. Selanjutnya
dibuat seri larutan sampel dengan konsentrasi 500 ppm, 250 ppm, 100 ppm, 75 ppm, 50 ppm
dan sebagai kontrol positif menggunakan doksorubisin dengan konsentrasi 100 ppm, 50
ppm, 25 ppm, 10 ppm, 7.5 ppm. Masing-masing konsentrasi direplikasi sebanyak tiga kali.
Doksorubisin merupakan salah satu agen kemoterapi yang banyak digunakan dalam terapi
kanker. Oleh sebab itu, digunakan doksorubisin sebagai kontrol positif dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini kami menggunakan metode MTT. MTT merupakan salah satu uji in
vitro dengan menggunakan kultur sel untuk mendeteksi tingkat ketoksikan suatu senyawa.
Prinsip dari metode MTT adalah terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT(3-(4,5-
dimetiltiazol-2-il)-2,5- difeniltetrazolium bromid) oleh sistem reduktase. Suksinat tetrazolium
yang termasuk dalam rantai respirasi dalam mitokondria sel-sel yang hidup membentuk
kristal formazan berwarna ungu dan tidak larut air. Sel yang mengalami poliferasi akan
menyerap MTT sehingga akan berwarna ungu seperti pada gambar 2, akibat terbentuknya

6
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

kristal tetrazolium. Penambahan reagen stopper akan melarutkan kristal berwarna yang
kemudian diukur absorbansinya menggunakan elisa reader.

Gambar 2. Menurut hasil pengamatan, setelah diberi tetrazolium maka terbentuk kristalisasi formazon
berwarna ungu. Gambar a menunjukkan keadaan kontrol sel dengan pembesaran 10 kali. Gambar b
menunjukkan keadaan sel setelah diberi doksorubisin 7,5 ppm. Gambar c menunjukkan keadaan sel
setelah diberi ekstrak kulit jeruk bali 250 ppm

Tabel 1 menunjukkan nilai absorbansi kontrol sel dan kontrol media. Kontrol sel dan
media menjadi acuan dalam analisis uji sitotoksik dalam perhitungan IC50. Tabel 2
menyajikan hasil uji aktivitas antikanker dari ekstrak metanol kulit jeruk bali terhadap sel
kanker payudara T47D dengan metode MTT. Hasil absorbansi diperoleh dari pembancaan
menggunakan ELISA reader dengan panjang gelombang 595 nm. Tabel 3 merupakan hasil
uji aktivitas antikanker dari ekstrak metanol kulit jeruk bali terhadap sel kanker payudara
T47D dengan menggunakan metode MTT.

7
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

Gambar 3. Grafik pengujian aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara T47D. Gambar a menunjukkan
grafik uji dari kontrol positif doksorubisin. Gambar b menunjukkan grafik dari ekstrak metanol
kulit jeruk bali.
Berdasarkan data tabel 2, absorbansi terbaik diraih oleh ekstrak metanol kulit jeruk bali
pada konsentrasi 250 ppm dengan presentase sel hidup rata-rata sebesar 5,2%. Pada tabel 3,
absorbansi terbaik terdapat pada doksorubisin konsentrasi 100 ppm.
Berdasarkan gambar 3 , menyatakan bahwa semakin tinggi dosis, maka semakin sedikit
sel kanker payudara T47D yang hidup. Tapi, terdapat beberapa pengecualian pada
konsentrasi 250 ppm ekstrak metanol kulit jeruk bali memiliki presentase sel hidup lebih
sedikit dibandingkan 500 ppm. Begitupun, doksorubisin kosentrasi 50 ppm dan 25 ppm
memiliki presentase sel hidup lebih sedikit dibandingkan 100 ppm. Maka, diperoleh nilai Y =
-28,895 + 110,03 untuk gambar A (control positif doksorubisin) nilai Y = -58,859x + 180,31
untuk gambar B (ekstrak metanol kulit jeruk bali). Berdasarkan nilai y pada pengujian
aktivitas antikanker setiap perlakuan, maka dapat diperoleh nilai IC50 dengan mengganti
nilai y dengan angka 50. IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak
yang mampu menghambat poliferasi sel sebesar 50%. Perhitungan nilai IC50 dijabarkan
sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan nilai IC50 dari ektrak metanol kulit jeruk bali diperoleh nilai
sebesar 163,66 ppm. Nilai IC50 kontrol positif doksorubisin sebesar 119,54 ppm. Maka,
konsentrasi ekstrak metanol jeruk bali yang dapat menghambat poliferasi sel sebesar 50%
terdapat pada konsentrasi 163,66 ppm, sedangkan pada kontrol positif doksorubisin
terdapat pada konsentrasi 119,54 ppm. Semakin kecil nilai ic50 semakin tinggi aktivitas
antikanker (Winarno, 2011). Menurut Sukardiman (2015), suatu ekstrak dinyatakan memiliki
nilai sitotoksik apabila memiliki nilai IC50 < 50 mikrogram/ml. Menurut Machana (2011),
ekstrak dikatakan tidak aktif sebagai antikanker jika nilai IC50 > 500 μg/ml. Menurut
lusiana (2014), ekstrak dapat dikatakan memiliki aktivitas sitotoksik jika nilai ic50 kurang dri
1000 mikrogram/ml setelah 24 jam kontak dengan sel kanker. IC50 yang kurang aktif diduga
karena ekstrak yang menggunakan pelarut yang mampu menarik zat bersifat polar dan juga
nonpolar, kemungkinan menghasilkan efek antagonis atau sinergis.
Sel kanker T47D merupakan sel kanker yang mengekspresikan reseptor estrogen yaitu p53
yang telah termutasi. Flavonoid mampu menekan tingkat ekspresi p53 mutan galur sel kanker
payudara T47D secara in vitro. Flavonoid dapat memacu apoptosis melalui beberapa
mekanisme antara lain penghambatan aktivitas DNA topoisomerase ½, modulasi signaling
pathways, penurunan ekspresi gen bcl-2 dan bcl-xl, peningkatan ekspresi gen bax dan
aktivasi endonulase. Oleh sebab itu, kandungan yang terdapat dalam esktrak kulit jeruk bali
termasuk flavonoid berpotensi sebagai obat antikanker dan patut dikembangkan.
8
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

BAB 4. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengujian aktivitas antikanker dari ekstrak metanol dan hasil absorbansinya
menunjukkan bahwa sampel memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan sel
kanker payudara T47D yang lebih baik daripada kontrol positif doksorubisin. Perbedaan yang
cukup signifikan antara nilai absorbansi satu dengan yang lainnya diduga oleh adanya
kandungan senyawa aktif dalam ekstrak kulit jeruk bali sebagai penghambat kerja sitotoksik.
Pada penelitian ini menunjukkan nilai IC50 dari kontrol positif doksorubisin tidak berbeda
jauh dengan nilai IC50 esktrak metanol kulit jeruk bali.

5.2 Saran
Tahap berikutnya, perlu dilakukan penelitian tahap berikutnya yaitu kombinasi obat
doksorubisin dan ekstrak kulit jeruk bali terhadap sel kanker payudara T47D dengan
membandingkan dua pelarut metanol, etanol dan n-Heksana.

Ucapan Terima Kasih


Kepada Kemenristekdikti atas dana Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian
Eksakta (PKM-PE) tahun 2017.

Daftar Pustaka
CCRC. 2011. Efek Estrogenik Ekstrak Etanolik Kulit Jeruk Bali Tinjauan Terhadap Bobot
Uterus, Perkembangan Kelenjar Payudara, ekspresi C-Myc Pada Tikus Sprague Dawley
Betina Terobariektomi. Unpublished Data
CCRC. 2012. 10-Uji Sitotoksik Metode MTT Assay. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:
Zaina, Z and Tan S.Y. 2013. Determinationm of flavonoid citrus grandis peels and their
inhibition activity on lipid peroxidation in fish tissue. School Pf Bioprocess
Engineering, University Malaysia Perlis, 02600 Arau, Perlis). International Food
Research Journal 20(1): 313-317
Dewi, Utami, Annisa Andriyani dan Siti Fatmawati. 2013. Hubungan Dukungan Keluarga
Terhadap Tingkat Kecemasan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Serviks Di RSUD Dr.
Moewardi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol 10. Issue 1. Stikes aisyiyah
Duran I., Siu LL, Chen EX, Oza AM, Sturgeon J, Chin SF.2006. Phase I trial of gemcitabine,
doxorubicin and cisplatin (GAP) in patients with advanced solid tumors. Anticancer
Drugs. 17: 81-87.
Eka, Noviana. 2013. Perilaku Mencari Pengobatan Pada Penderita Kanker Payudara (Studi
Kasus Pada Penderita Kanker Payudara Yang Telah Berhasil Sembuh Menjalani
Pengobatan secara Medis).
Fatma, Sri Wahyuni, 2013. Kajian Efek Sitotoksik Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol Kulit
Buah Asam Kandis (Garcinia cowa Roxb.) Terhadap Sel Kanker Payudara T47D
dengan Metoda Microtetrazolium (MTT).ISSN:2339-2592
Lusiana Arifianti, Sukardiman, Herra Studiawan, Rakhmawati, Lulus Megawari. 2014. Uji
Efektivitas Eksterak Biji Sirsak Terhdap Sel Kanker Mamalia Secara In Vitro. Jurnal
Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol.1 No.2, Desember 2014
9
KUSUMA PUTRI. UJI EFEKTIVITAS EKTRAK METANOL KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA MERR/ GRANDIS) TERHADAP SEL
KANKER PAYUDARA T47D

Machana, S, Natthida, W. Sahapat, Apiyada, et al. 2011. Cytotoxic and Apoptotic Effects of
Six Herbal Plants Agains The Human Hepatocarcinoma (HepG2) cell line. Chinese
Medicine. 6:39
Menteri Pertanian RI. 2010. Tanaman Jeruk Bali di Indonesia. Ayunda. Vol 1 No 7:43-36
Nurani, L., 2012, Uji Sitotoksitas dan Antiproliferatif Sel KAnker Payudara T47D dan Sel
Vero Biji Nigella sativa, L.. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Volume 2, pp. 17-29.
Pusat Data dan Informasi. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. ISSN 2088-270X. kementrian Kesehatan RI
Puspaningtyas, Desty, Envira., 2013, The Miracle of Fruits. Agromedia : Jakarta
Sukardiman, E. W. d. H. P., 2006, Aktivitas Antikanker dan Indukasi Apoptosis Fraksi
Kloroform Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Kultur Sel Kanker Myeloma.
Media Kedokteran Hewan, Volume 22.
Winarno e, 2011, uji stoksisitas ekstrak kapang aspergillus sp. Terhadap sel kanker
payudara t47d, skripsi, program sarjana universitas indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai