Anda di halaman 1dari 30

TUGAS 1

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I
(ARSITEKTUR YUNANI DAN ROMAWI)

DISUSUN OLEH:

SITI ALKHOYIMAH F 221 17 019

MUNIFA F 221 17 079

RITA ARIMURTI F 221 17 125

FEBRIYANTI F 221 13 120

PRODI S1 ARSITEKTUR
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNI K
UNIVERSITAS TADULAKO
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah
perkembangan arsitektur ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat
menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Palu, 28 Februari 2019

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....... 2
DAFTAR ISI…………………………..………………………………………....... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang……………………………………...………………....... 4
1.2 Rumusan masalah………………………………………….………....... 5
1.3 Tujuan……………………………………………………...………....... 5
1.4 Manfaat………………………………………………….…………....... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arsitektur Klasik……………………………...……………………....... 6
Ciri-ciri arsitektur klasik…………………...………………………....... 6
Fungsi arsitektur klasik……………….……………………………....... 7
2.2 Arsitektur Yunani……………………..…………………………….......7
A. Sejarah Arsitektur Yunani Klasik………………………………....... 7
B. Perkembangan Arsitektur Yunani………………………………....... 9
C. Ciri-ciri Arsitektur Yunani……………...………………………....... 11
D. Bangunan pada masa Yunani……………...……………………....... 12
E. Contoh bangunan gaya Arsitektur Yunani………...……………....... 14
2.3 Arsitektur Romawi…………………………………………………....... 24
A. Sejarah Arsitektur Romawi…………………..…………………....... 25
B. Karakteristik Arsitektur Romawi………….……………………....... 25
C. Tipologi dalam bangunan…………….…………………………....... 26
D. Langgam arsitektur……………………..………………………....... 26
E. Bangunan pada masa Romawi……………..…………………….......26
F. Perkembangan Arsitektur Romawi………...……………………....... 27
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………...……………………………………....... 29
3.2 Saran………………………………….……………………………....... 29
DAFTAR PUSTAKA……………………….…………………………………....... 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam
artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,
perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain
bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur lahir dari dinamika antara
kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara
(bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi).

Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini.


Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui
tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga
estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya
produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang
mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian
tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses
produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20
melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain,
Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan
mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam
bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun
1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa
seni, ketrampilan, dan teknologi.
Arsitektur Klasik mengacu pada masa awal di mana aliran kajian sejarah
dan budaya dimulai dari masa Yunani dan Romawi, yang kemudian membawa
pengaruh ke zaman-zaman berikutnya. Dalam arsitektur klasik, karyanya terpusat
pada karya seni pahat dalam bentuk kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi dari
agama, kitab suci, dan kepercayaan lainnya, bahkan merupakan sarana ritual
keagamaan. Namun, secara umum pada masa ini, fungsi, biaya, dan waktu
pembangunan bukanlah faktor yang penting. Dalam prosesnya, bahan bangunan
utama diambil langsung dari alam (atau melalui proses sederhana), dan dikerjakan
hanya oleh sedikit pekerja.

4
1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana perkembangan arsitektur dimulai?


 Bagaimana sejarah, arsitektur Yunani dan Romawi?
 Jelaskan ciri dan gaya arsitektur Yunani dan Romami?
 Apa saja bangunan arsitektur yang terdapat di zaman Yunani dan Romawi?

1.3 Tujuan
 Untuk Mengetahui tentang perkembangan sejarah arsitektur klasik
 Untuk mengetahui ciri-ciri dari gaya arsitektur Yunani dan arsitektur Romawi
 Untuk meninjau arsitektural bangunan bergaya arsitektur Yunani dan
arsitektur Romawi.
 Untuk Mengetahui perbedaan dari bangunan arsitektur di Yunani dan Romawi

1.4 Manfaat
 Mampu menjelaskan perkembangan arsitektur klasik
 Dapat dengan mudah mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya arsitektur
Yunani dan arsitektur Romawi
 Mampu membedakan ciri khas dari masing-masing gaya arsitektur klasik
 Dapat mendeskripsikan aplikasi gaya pada contoh bangunan yang bergaya
arsitektur klasik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arsitektur Klasik

Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah


arsitektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang
bernilai tinggi dan “first class”. Disebutkan demikian karena karya-karya ini
memperlihatkan aturan atau pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati
sebagai landasan berpikir dalam menciptakan karya tersebut. (Maulana, 2013).

Predikat kata “Klasik” diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara
inheren (terkandung dalam bendatersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu
melekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu
dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu
perwujudan karya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme
Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri
meninggal dunia.Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Romawi
merupakan contoh yang sangat baik dari perwujudan teori arsitektur klasik yang
dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order,
geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship”.
Perlu diketahui bahwa bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama,
dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga
sampai pada bentuk akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi
berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman
Arsitektur Klasik ini.

Ciri-ciri Arsitektur Klasik

Secara umum, ciri dari arsitektur klasik adalah sebagai berikut:


 Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan hampir di setiap sudut bangunan.
 Penggunaan kolom dan balok (entablature) sebagai elemen utama.
 Biasanya berupa bangunan yang besar dan megah dengan waktu pengerjaan
yang cukup lama dikarenakan sedikitnya jumlah pekerja.
 Memanfaatkan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan
keindahan bangunan-bangunan utamanya.
 Bahan utama menggunakan bahan yang langsung diambil dari alam.

6
 Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno adalah bagian integral dari
seluruh struktur keseluruhan, karenanya peninggalannya (walau tidak
sempurna) dapat direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya
(Hemingway, 2003).

Fungsi Arsitektur Klasik

Arsitektur Klasik mengacu pada masa awal di mana aliran kajian sejarah dan
budaya dimulai dari masa Yunani dan Romawi, yang kemudian membawa
pengaruh ke zaman-zaman berikutnya. Dalam arsitektur klasik, karyanya terpusat
pada karya seni pahat dalam bentuk kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi dari
agama, kitab suci, dan kepercayaan lainnya, bahkan merupakan sarana ritual
keagamaan. Namun, secara umum pada masa ini, fungsi, biaya, dan waktu
pembangunan bukanlah faktor yang penting.
Dalam prosesnya, bahan bangunan utama diambil langsung dari alam (atau
melalui proses sederhana), dan dikerjakan hanya oleh sedikit pekerja.
Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya
yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran
yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat.
Arsitektur pra-Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang
kaya dengan mitologi dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan
utama sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-
Yunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep nilai keestetikaan pada
saat itu terfokus pada terciptanya bangunan-bangunan megah dan besar sebagai
upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam semesta. (Maulana,
2013).

2.2 Arsitektur Yunani

A. Sejarah Arsitektur Yunani Klasik

Yunani merupakan Negara yang berada disebelah tenggara Eropa, dan disebut-
sebut sebagai tempat lahirnya kebudayaan dunia barat atau dapat dikatakan sebagai
tempat lahirnya dunia barat. Yunani merupakan tempat lahirnya gaya bangunan
Arsitektur dunia. Kata Yunani berasal dari kata Ionia yang berasal dari bangsa di
pantai barat Turki dan mengalami perubahan karena di bawah oleh orang-orang

7
Arab yang menyebutnya Yunani, sedangkan untuk bahasa Inggrisnya Yunani
disebut Greece atau Greek diambil dari bahasa Latin Graecia.
Yunani memiliki kesinambungan sejarah lebih dari 5,000 tahun. Bangsanya,
disebut Hellenes diambil dari kata Ellas/Hellas, setelah mendiami sebagian besar
dari daerah Laut Hitam (Efxinos Pontos) dan Laut Tengah, menyusun negara
bagiannya, membuat perjanjian-perjanjian komersil, dan menjelajah dunia luar,
mulai dari Caucasus sampai Atlantic dan dari Skandinavia samapi ke Ethiopia.
Sebuah expedisi terkenal dari gabungan daerah-daerah maritim Yunani ( Danaë
atau penduduk laut ) mengepung Troy seperti dinarasikan didalam sebuah karya
sastra Eropa besar pertama, Homer's Iliad. Bermacam-macam penduduk Yunani
ditemukan sepanjang Laut Tengah, Asia Kecil, Laut Adriatik, Laut Hitam dan
pantai Afrika Utara akibat dari penjelajahan untuk mencari tempat dan daerah
komersil baru.
Selama periode Klasik (Abad ke 5 S.M.), Yunani terdiri dari daerah-daerah
bagian kecil dan besar dalam bermacam-macam bentuk internasional (sederhana,
federasi, federal, konfederasi) dan bentuk-bentuk internal (kekerajaan, tirani,
oligarkhi, demokrasi konstitusional, dan lain-lain) yang paling terkenal ialah
Athena, diikuti oleh Sparta dan Thebes. Sebuah semangat kebebasan dan kasih
yang membara membuat bangsa Yunani dapat mengalahkan bangsa Persia,
adikuasa pada saat itu, didalam peperangan yang terkenal dalam sejarah
kemanusiaan- Marathon, Termopylae, Salamis dan Plataea.
Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-1400 SM)
dan berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian
digantikan dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran
terjadi pada 1100 SM dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa
peninggalan yang masih bertahan.
Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM) dimana
memperlihatkan perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan
kota yang baru dimana munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah
penentuan kemenangan melawan Persia serta perkembangan dalam hal demokrasi.
Zenith merupakan peraturan Pericles (444-429 SM) dengan fantasi bunga dalam
filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini berkembang dan
direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya
Parthenon.
Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim
dimana kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan
dan membersihkan pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang

8
begitu kuat. Batu gamping dan marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang
berkualitas.
Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander
Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga
ke Timur, bentuk-bentuk bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun
dengan kekuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma.
Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol
dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-bangunan kecil
tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan
struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale.
Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan bangunan–
bangunan publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap
bertahan. (Istiqomah, dkk, 2014).
Gaya arsitektur Yunani kuno banyak dijadikan sebagai inspirasi dan bahkan ada
yang diadopsi dengan adanya perkembangan arsitektur sesudahnya . Gaya
arsitektur Yunani kuno lebih dikenal sebagai arsitektur bergaya tiang, karena tiang-
tiangnya dapat menunjukan karakteristik yang khas dari bangsa yunani. Dapat
disimpulkan bahwa pengaruh arsitektur Yunani kuno terhadap perkembangan
arsitektur di Eropa dan khusus nya di Indonesia.
Gaya Arsitektur Yunani dapat dikenali dari bentuk tiang-tiangnya yang
berpenampang bulat. Tiang tersebut terbuat dari batu. Tinggi/kolom dibentuk dari
tumpukan batu yang masing-masing berbentuk silindris tetapi tingginya tidak
melebihi diameternya. Tumpukan batu yang tersusun dari beberapa potongan batu
disebut trammels. Tiang-tiang yang kecil dibuat dari satu potong batu (monolith)
yang terdiri dari 5 sampai 6 trommels. Tiang-tiang tersebut dibuat ada yang
memakai alas (base) dan ada pula yang tidak.

B. Perkembangan Gaya Arsitektur Yunani

Perkembangan arsitektur di Yunani dimulai dari sejarah peradaban bangsa–


bangsa yang mendiami pulau Kreta, Mikena dan wilayah dataran Yunani, yaitu

 Bangsa Minos (Minoan) 1600 SM


 Bangsa Mikena (Mycenaean) 1100 SM
 Bangsa Yunani (Greece) 800 SM

Ketiga bangsa tersebut memiliki ciri khas antara lain kehidupan yang damai
(Minoan); masyarakat yang ahli dalam bangunan, seni, administrasi, perang

9
(Mikena); politik bebas dan kesamaan pola budaya (Greek).Pada
perkembangannya terdapat 3 kebudayaan yang berpengaruh, yaitu :

1. Kebudayaan Creta (1500 – 1100SM)

Penduduknya berasal dari Asia Kecil yang berimigrasi ke pulau Kreta dan
sekitarnya serta membawa budaya asalnya. Namun pada tahun 1400 SM dikuasai
bangsa Mikena dan mencapai masa kejayaan pada tahun 1200 SM.Bangunan
rumah tinggal menggunakan atap datar yang merupakan typical daerah timur,
sedangkan cahaya dimasukkan melalui celah-celah lubang atap. Ruang
menggunakan “Cella”, yaitu ruang yang keempat sisinya tertutup (massif dengan
satu sisi sebagai bukaan (pintu).Pada masa ini orientasi bangunan menghadap dari
utara – selatan, dengan fasad bangunan yang simetris dan dinding dalamnya
biasanya terdapat lukisan dinding yang disebut FRESKA

Bahan bangunan pada masa ini adalah :

 Memakai batu pecah atau batu gamping /gips yang dikeraskan untuk
lapisan lantai
 Dinding menggunakan bata yang dikeringkan
 Dan atap menggunakan kayu

2. Kebudayaan Cycladic

Arsitekturnya hampir sama dengan dengan kebudayaan bangsa Creta,


namun pada istana terdapat rumah – rumah kecil yang disebut Megaron. Megaron,
adalah unit rumah tinggal dengan fasilitas :

· Berbentuk cella yagn dilengkapi dengan lobby/vestibulle.


· Entrance dan serambi depan yang mengarah kedalam.
· Thelamus (ruang tidur) yang diletakkan di bagian paling belakang.
Pada periode geometris (1100 – 700 SM), bangsa Mikena dikalahkan oleh
bangsa Dorian yang disiplin , kesukuan dan berjiwa militan. Pada masa ini muncul
dasar – dasr perencanaan dalam arsitektur ;yaitu ORDER, PRODUKSI,
KESEIMBANGAN , dan KEBIJAKSANAAN.Pada periode Archaic (700 – 500
SM), masyarakat mengenal bahan Stuco (campuran kapur dan marmer bubuk) juga
bentuk bangunan 4 persegi panjang dengan dinding tanpa lubang jendela dan
dikelilingi oleh kolom – kolom ( PERISTYLE ). Order Doric dan Ionic
diperkenalkan melalui kolom – kolom bangunan. Konsep dari struktur yaitu POST
dan LINTEL.

10
3. Arsitektur Yunani daratan

Ada dua phase peradaban Yunani Daratan, yaitu Hellenic dan


Hellenistik.Phase Hellenic (650 – 323 SM)Karakter masyarakatnya sangat
menjunjung tinggi kepercayaan dan seni, sehingga kuil menjadi bagian yang
terpenting. Pada mulanya kuil mengambil bentuk dasar dari Megaron selanjutnya
dikembangkan.Konstruksi utama memakai system kolom (tiang) dan balok
(gelagar).Bentuk-bentuk dari konstruksi kayu ditiru pada bahan yang lain yaitu
marmer “Carpentry in marble” mulai tahun 600 BC.Dinding memakai bata yang
dikeringkan atau dengan terakota.Penyelesaian eksterior lebih dipentingkan karena
masyarakat Yunani berkosentrasi pada elemen yang cocok dengan iklim serta
masyarakat pemakainya (masyarakat Yunani senang dengan udara terbuka)
terutama Kuil dan Agora.Hubungan dengan dewanya terjadi di udara terbuka
dengan angin yang berhembus sepoi melalui “Collonade” yaitu barisan tiang yang
menopang atap pada serambi memanjang serta “Portico” yaitu barisan tiang
penopang atap pada serambi depan (memendek), sebagai ucapan selamat datang
dengan permainan bayangan gelap terang oleh tiang (kolom) gaya Doric yang
tertimpa sinar matahari.Disempurnakannya order Dorie, Ionic, Corinthian.Dan
bermunculan bangunan – bangunan baru seperti STOA, Theatre, dan Balai
PertemuanPhase Hellenistik (323 – 30 SM)

Pada tahun 480 BC Persia menghancurkan Yunani, Akropolis kota diatas


bukit sebagai kompleks bangunan suci juga ikut hancur. Oleh Perikles pemimpin
Yunani, Athena dibangun kembali.Pada phase ini banyak dibangun public building
(bangunan umum) yang berkembang sangat pesat, bervariasi dan berkesan
megah.Banyak dibangun “Stoa” yaitu teras memanjang bertiang banyak yang
menghubungkan antara bangunan yang satu dengan yang lainnya serta berfungsi
sebagai tempat untuk diskusi yang beratap agar terhindar dari hujan dan terik
matahari. Stoa merupakan pasangan dari “Agora” yaitu tempat untuk pertemuan
umum di luar juga sekaligus sebagai pasar bagi masyarakat Yunani (terutama di
Athena).

C. Ciri-Ciri Arsitektur Yunani

 Kesederhanaan (Simplicity).
 Kejelasan dan Logis (Clarity).
 Dapat diterapkan dimana saja (Adaptif).
 Lebih mengutamakan bagian ekstenior,

11
 Penggunaan 3 langgam order klasik
 Masyarakat Yunani cinta pada keindahan (seni) yang tidak mengarah pada hal-
hal yang berlebihan (penuh penahanan diri dan prestasi).
 Yunani kuno sangat sedikit memperlihatkan kaitannya dengan taman. Hal ini
terlihat pada kesederhanaan tempat tinggalnya dibandingkan dengan tempat-
tempat pertemuan social seperti Agora, Gymnasium, Theater dan hutan-hutan
tempat mengheningkan cipta.
 Taman-taman ditekankan pada nilai social yang padahakekatnya hamper sama
dengan konsepsi taman dalam rumah tinggal bangsa Yunani.

D. Bangunan Pada Masa Yunani


1. Kuil-kuil
Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas yang
melekatnya menambah berbagai macam kebiasaan yang melekat dalam
seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani. Suatu bentuk kepentingan
dari ekspresi arsitektur dan bentuk-bentuk bangunan yang dominan pada
masa Hellenic adalah kuil yang merupakan istana tempat tinggal para
dewa.Hal ini tidak dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara
tidak langsung altar yang terdapat pada bagian luar bangunan menjadi ruang
ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan dari pengalaman yang
datang dari luar.
Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan serambi)
mengembangkan bentuk kuil menjadi persegi panjang yang dikelilingi
kolom-kolom untuk memberikan kesan yang mendalam. Konsep yang
simpel ini kemudian diperinci dengan suatu pendalaman pemikiran baik
yang datangnya dari luar maupun dalam sehingga membentuk suatu desain.
Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat meletakkan patung dewa
dengan pintu utamanya menghadap Timur. Patung itu diletakkan di sebuah
podium/panggung yang rendah (crepidoma) sekitar tiga anak tangga.
Bagian depan naos adalah portico atau pronaos (serambi yang bertiang-
tiang). Hal ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom yang
berjajar terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga merupakan
antis dengan kolom-kolom (biasanya dua) antara antae (pilaster-pilaster
yang mengakhiri perluasan bagian dinding naos) sehingga portico agak
mundur ke dalam bangunan sebagai pengganti rancangannya. Di belakang
naos kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton). Keinginan akan
simetri sering ditemukan pada bagian opisthodomus yang merupakan

12
bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa akses langsung dengan
kuil utama. Atap kadang-kadang didukung oleh kolom-kolom yang ada di
dalamnya.
Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan menggunakan kayu dan
batu merah dengan dasar dinding batu. Kolom-kolom dan dinding-dinding
utama pada awalnya dibangun dengan batu gamping (diselesaikan dengan
plesteran marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali muncul pada
bangunan di Asia Minor. Material atap utama menggunakan atap terakota.
(Istiqomah, dkk, 2014).
2. Orde klasik
Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan kolom dan balok.
Kolom adalah sebuah modul untuk keseluruhan bangunan dimana bagian
capital dan basenya dapat diklasifikasikan pada salah satu dari tiga bentuk
yang mendasar yang dikenal sebagai orde klasik.
Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan sebagai kolom-
kolom yang terlihat kuat (powerful-looking), biasanya dengan 20 pinggiran
galur yang tajam tanpa base. Tinggi kolom (termasuk capital) adalah 4-6 x
diameter yang mengalami peningkatan hingga 71 kali pada masa Hellenic.
Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada dinding)
berkembang dari kayu.
Orde Ionic merupakan orde yang scroll capitalnya berasal dari Asia
Minor pada abad ke-6 SM. Kolom-kolom yang telah mature memiliki 24
galur yang dipisahkan menjadi lembaran-lembaran kecil. Galur persegi
yang dibuat dari tanah liat (plinth) muncul pada akhir masa Hellenic. Tinggi
kolom (termasuk capital dan base) adalah sekitar 9 x diameter terendah.
Peninggalan achantus pada capital Corinthian hampir tidak dapat
dibedakan entablature-nya dengan Ionic dimana hampir selalu dapat
dibedakan hanya dari frieze-nya yang populer pada masa Hellenistic. Tinggi
kolom biasanya sekitar 10 x diameter base. (Istiqomah, dkk, 2014).

Gambar : Orde Doric, Ionic, Chorintian


Sumber: en.wikipedia.com

13
3. Evolusi Temple Plan
Dengan mengeksperimentasikan pada proporsi, pembangunan kuil
mendapatkan bentuk yang ideal dimana sebagian besar rencana
pembangunan kuil Doric yang mengalami perpanjangan/penguluran secara
berangsur-angsur berkembang pada rencana kolom klasik yakni 6 x 13 pada
outer colonnade (pteron). Hal ini menjadi populer pada abad ke-5 SM.
Kuil-kuil di Asia Minor, Itali, dan Sicily mengikuti bentuk yang tidak
beraturan dalam artian tidak memiliki suatu aturan yang pasti.(Istiqomah,
dkk, 2014).
4. Dekorasi kuil
Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan mitologi pada
relief. Genteng atap pada bagian pinggirnya diakhiri dengan hiasan yang
dikenal sebagai antefixae, dimana hal ini meyebabkan bagian joint tidak
kelihatan. Semua orde menggunakan moulding (papan hias tembok) dengan
berbagai macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) dan egg-and-
dart (Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicat sedangkan Ionic dan
Corinthian menggunakan permainan ritme pada motif tumbuh-tumbuhan.
(Istiqomah, dkk, 2014).

E. Contoh Bangunan Gaya Arsitektur Yunani


Berikut adalah contoh-contoh bangunan dengan gaya arsitektural Yunani:

1. Kuil Parthenon ( 447-432 SM )

Kuil Parthenon merupakan


permata Acropolis yang dibangun
dengan marmer pentelic. Parthenon
merupakan bangunan yang sangat
menonjol dan merupakan pusat dari
Acropolis.

14
Parthenon dibangun antara
447-432 SM sebagai karya dari arsitek
Ictimus (Iktinos) dan Callicrates
(Kallikrates) dan ahli pematung
Phidias (Pheidias). Bangunan
Parthenon dikatakan sebagai
'kesempurnaan terbesar dari karya kuil
Doric yang pernah di bangun’, sebuah
penampilan dengan proporsi sempurna
yang dihasilkan oleh ahli maya-loka
Dewi Athena
Athena.

Parthenon menjadi contoh


bangunan tertinggi. Desain dasar
dapat terlihat pada bangunan itu
sendiri yakni kuil Doric dengan
deretan kolom-kolom penunjang
atap (pteron) 8 x 17 kolom dengan
tinggi 10,4 m serta terdapat serambi
prostyle yang diduplikasikan dari
Ophistodomos.

Di dalam naos terdapat


monument emas Phidias yakni
patung Athena serta memiliki
kolom-kolom internal pada tiga sisi.
Di belakangnya, namun masih dapat diakses hingga opisthodomus, merupakan
tempat suci yakni sebuah Hall of the Virgins yang dianggap sebagai tempat
sakral. Entablaturenya terdapat pada ketinggian 3,4 m. Pediment dan metope
merupakan hiasan yang diukir. Ionic menginspirasikan frieze pada sekeliling

15
dinding luar naos, serambi dan opisthodomos yang menggambarkan prosesi
Panathenaic.

2. Propylaea ( 437-432 SM )

Propylaea adalah bangunan


berbentuk pintu gerbang karya arsitek
mnesicless, tapi pembangunannya tak
sempat diselesaikan karena terjadi
peperangan dengan bangsa Peloponnesia.

Puing-puing dari bangunan tersebut masih bisa dilihat sampai sekarang,


tetapi ada beberapa bangunan yang benar-benar sudah hilang antara lain;
Pinacotheca (sebuah gallery seni), Theater Dionysus, Odeon (sebuah ruang
musik dari Herodes Atticus) dan Stoa (sebuah tempat berteduh dan tempat
berpameran dengan colonnade dari Eumenes). Patung Promachos karya
Pheidias yang sangat besar dan terbuat dari perunggu dan mendominasi wajah
kota. Kehalusan dari denah Acropolis terlukis melalui tangga-tangga lapangan
yang melandai dan ruang kolom dari propylae
(437-432 SM) dengan istana depan dari gedung-
gedung yang ada disampingnya. Arsitek
Minesicles menciptakan perpaduan yang unik
antara keagungan dan kesederhanaan yang tepat
pada entrance serambi depan Acropolis. Kolom-
kolom luarnya adalah Doric dimana salah satu
kolom yang ada di dalamnya yakni pada jalur
lintasan utama merupakan kolom Ionic yang
lebih kecil, sebuah penjajaran yang briliant.

Suatu penempatan yang luar biasa.


Selanjutnya memiliki sayap dengan pintu-pintu

16
yang dilengkapi dengan serambi bergambar. Propylaea menjadi pintu gerbang
dari Acropolis dirancang dan yang dibangun pada 437-432 SM meliputi suatu
bangunan pusat dan dua sayap cabang samping. Colonnades sepanjang sisi
timur dan barat mempunyai suatu baris kolom Doric dua baris kolom Bersifat
Ionic membagi koridor tengah ke dalam tiga komponen.

Dinding dari sayap utara dihias dengan lukisan, dinding atau panel
dicat dan di sebut" Pinakotheke". Langit-Langit Dari Propylaea mempunyai
dekorasi dicat dan suatu sima dilubangi di sekitar atap.

3. Kuil Athena Nike ( 427-424 SM )

Kuil Nike merupakan kuil terkecil yang


bagi penduduk Athena dianggap sebagai kuil
pembawa keberuntungan bagi kota Athena.
Kuil ini merupakan salah satu tempat suci yang
mempesona, dipersembahkan kepada
kemenangan Athena yang dibangun oleh
Callicrates. Kuil ini merupakan salah satu dari
bangunan Ionic pertama di Athena. Gaya
bangunannya terdiri dari empat ionic dengan
empat kolom pada masing-masing akhir.
Bentuknya amphiprostyle dimana terdapat portico (serambi yang bertiang-
tiang) pada setiap akhirnya namun tidak terdapat pteron (outer colonnade). Kuil
ini berdiri dengan Hak cipta dari Propylae yang telah lama direncanakan.
Perbandingan proporsi kolom dengan diameter yang kecil mungkin untuk
menghindari perbedaan yang begitu besar dengan Propylaea.

Untuk pertama
kalinya dalam dunia Arsitek
Yunani menggunakan tiga
fasade. Pada kuil nike
Athena terdapat suatu
sandaran disebelah kanan
dan di depan yang kuat,
kecuali beberapa batu
Elusinian yang dekorasi

17
strukturnya dalam wujud suatu pintu gerbang luas dengan sayap yang panjang
dan lebar sekitar 156 kaki. Suatu serambi disisi kiri adalah museum lukisan dan
suatu ruang terbuka pada sisi kanan yang berisi patung yang didalamnya
terdapat tiang-tiang.

Dekorasinya menggambarkan kemenangan Athena atas Persia. Relief


pembebasan terlihat pada bagian atas dari dinding dimana pada bagian atas sisi
timur melukiskan konferensi para dewa, sedangkan pada atas sisi yang lain
menggambarkan pemandangan dari peristiwa pertempuran .

Suatu sandaran pualam dihias dengan penyajian relief;pembebasan


Nikae (Kemenangan), yang dilindungi tepi dari benteng yang di atasnya kuil
menegangkan.

4. Erechtheum ( 421-405 SM )

Erechteum merupakan sebuah


kuil pengganti bangunan sebelumnya
yang mengalami kehancuran pada
480 SM akibat peperangan dengan
bangsa Persia yang dipimpin Salamis.
Kuil ini dibangun oleh arsitek
Mnesicles antara tahun 421-405 SM
dan terletak pada situs yang
dikelilingi oleh hutan keramat dan tanah
perkuburan. Dibangun dengan gaya bersifat ionic
dan banyak patung pemujaan Athena. Terdapat
kekurangan pada main fasadenya dimana tidak bisa
diapresiasikan hanya dalam satu view point. Kuil
ini dibangun untuk memperingati pertarungan
antara Athena dan Poseidon untuk Athens.

Ini merupakan irreguler planning dimana


memiliki 2 level yang didirikan pada site yang tidak
tepat serta membutuhkan penambahan tempat suci
bagi 3 dewa. Dari tiga serambi yang ada, satu
serambi pada bagian utara dihias indah oleh tiang-
tiang ionic serta pintu keluar masuk yang diperkaya
dengan ukiran-ukiran. Serambi ini merupakan

18
serambi terindah. Sedangkan serambi selatan ditopang dengan pahatan patung
Caryatid. Dekorasi dinding friezen berwarna dark grey, sedangkan marmer
eleusian dihias dengan pahatan marmer putih.

Erechtheion merupakan bangunan yang bersifat Ionic mempunyai suatu


prostasis pada sisi atas bagian timur, suatu propylon sangat besar pada atas
bagian utara, dan serambi terkenal dari Caryatids pada bagian selatan.

Kuil Yang utama adalah dibagi menjadi dua bagian, dipersembahkan


kepada pemujaan dari dua dewa utama Attica, Athena dan Poseidon-
Erechtheus. Patung kayu Athena disimpan disini dimana Erechteum lebih
sakral daripada Parthenon

Suatu dekorasi relief; pembebasan, tegas suatu penyajian yang


mungkin menyangkut kelahiran Erechtheus, menghias bagian luar dari
bangunan. Di atas menjadi pandangan dari selatan dan timur.

19
5. Kuil Artemis

Bagian timur Aegean adalah


tempat lahirnya bangunan Yunani
kuno. kuil ionic adalah bangunan
dengan bentuk dasar dari Capital
Voluted pertama yang terlihat tahun
570 SM. tipe dasar bangunan ini
memiliki potongan horizontal yang
bergulur yang berada diatas dengan
cetakan cembung dasar (Thorus).

Kuil Artemis di efesus adalah bengunan terkemuka dangan pahatan


gendang pada kolom bangunannya. Dinding luarnya berbentuk sudut, dan
memiliki sebuah halaman berbentuk cekung yang luas yang mengelilingi
bangunan dengan ciri khas Asia Kecil. Bangunan kuil terbesar 10 x 21
kolom,dengan jumlah kolom 122, tangga 7 trap gank ionic.

2. Kuil Apollo
Kuil Apollo Doric ( 336-326 SM )
dipersembahkan kepada dewa Apollo dan
memiliki luas 6 x 16 yang diwarisi dari
para pendahulunya yaitu yang keenam
berada didekat perbendaharan Athena
(510 SM). Bertempat di kawasan Delphi
yang merupakan tempat yang paling
menarik dari semua tempat suci yang ada.
Terkenal sebagai tempat duduk kuil dan
sebagai tempat peramal dari Dewa
Apollo. Di sini semua bangunan lain
saling berhubungan dimana tahap
terpenting dari sejarahnya dimulai pada
abad ke-6 SM. Susunan di altar sekitar

20
jalan suci berliku-liku ke arah
selatan dan terlihat tidak baik
namun pada kenyataannya dengan
teliti menyusun serta menciptakan
rangkaian pemandangan.
Bangunan Doric pertama terdiri
dari 100% marmer dengan dinding
yang dihiasi pahatan tentang pujian
dan musik untuk Apollo.

7. Kuil Hera

Kuil ini dibangun pada tahun 550 SM. Mengalami perpanjangan


rencana pada masa awal Doric (6 x 16). Sebagian besar Ethinus block yang
masih bertahan berasal dari abad ke-5 SM (characterized by angled straight
sides), tetapi beberapa dari abad ke-6 SM (sisi tikungan yang hati-hati).

Kuil ini merupakan salah satu kuil tertua. Kadang-kadang disebut


Basilica karena kesalahan arkeolog-arkeolog terdahulu yang berpikir bahwa
kuil ini merupakan bangunan publik bangsa Romawi. Tidak seperti kuil-kuil
lainnya, maksud pembangunan kuil ini ditujukan sebagai ucapan syukur kepada
Hera dalam bentuk kuil. Oleh karena itu, di bagian dalam kuil terdapat patung
Hera dalam bentuk kecil yang sekarang disimpan dalam museum Paesteum.

21
8. Kuil Olimpiade Zeus

Di Sisilia bangunan
terbesar adalah Kuil Olimpiade
Zeus, dimana bangunan dinding
bersatu dengan Doric bagian
luar kolom. Corak eksterior
mengangkat model pahatan
dibawah entablature yang berat.
Menggunakan mature Doric 6 x
13 plan. Secara keseluruhan
dibangun dengan plesteran batu
kapur / gamping dengan hiasan
marmer dan genteng atap.

Italia dan sisilia memiliki pemeliharaan yang baik pada kuil Doric diawal tahun
ke 5 dan 6 SM. Doric basilica yang dibangun 530 SM terinspirasi oleh
bangunan Yunani Kuno, dimana bentuknya seperti cerutu yang memiliki capitl
besar dengan dekorasi leher. selain itu terdapat bangunan kuil Poseidon, dimana
anak tangga utama menuju langit-langit atap memiliki bagian-bagian yang kuat.

Kuil Olimpiade Zeus

22
9. Kuil Theseion

Kuil ini dibangun pada


tahun 449-444 SM. Namun
dialihfungsikan menjadi sebuah
gereja pada zaman Byzantine
Greeks dimana dikonstruksikan
sebgai apse pada akhir bagian
timur dan memberikan sebuah
concrete vault pada bangunan
kuil tersebut. The plan has a
distinctive arrangement, the east
porch being aligned with the
third columns on the flanks.
Seperti pada Parthenon, Doric
frieze pada bagian serambi
digantikan dengan kelanjutan
Ionic frieze. Cukup terdapat
banyak moulding pada bagian
atas. Bangunan ini sebagian
besar dibangun dengan
menggunakan marmer Pentelic
kecuali pada bagian tiga anak
tangga paling bawah yang
menggunakan batu gamping. Kuil ini menyimpan patung Athena dan
Theseus/Hephaestos. Baik pronaos maupun opisthodomos didekorasi dengan
Ionic frieze termasuk di dalmnya beebrapa tipe triglyphs Doric yang
ditambahkan dengan hiasan pada pediment dan metope.

Frieze pada pronaos menggambarkan pertarungan Theseus dengan


Pallantides pada persembahan para dewa dimana frieze pada opisthodomos
menggambarkan pertarungan antar Centaur dan Lapith. Pada awalnya,
pediment di bagian timur diindikasi sebagai kelahiran Erichthonios sedangkan
bagian barat adalah Heracle sebelum Thetis. Namun, pada teori terakhir
menganggap bahwa pediment di bagian barat memperlihatkan lagi pertarungan
antara Centaur dan Lapith sedangkan pediment di bagian timur
menggambarkan Heracles ketika akan menjadi pahlawan menuju Gunung

23
Olympus. Hanya 18 dari 68
metope kuil Theseion yang
dihias, sedangkan yang lainnya
dicet. Sepuluh metope pada sisi
timur menggambarkan pekerjaan
Heracles sedangkan empatnya
masing-masing sebelah utara dan
selatan yang menggambarkan
Exploits of Theseus.

10. Kuil Poseidon

Kuil poseidon dibangun


pada tahun 440 SM di atas
reruntuhan kuil sebelumnya
pada masa Archaic. Berada di
ketinggian 60 m di atas laut.
Tipe desain kuil ini adalah
hexastyle yakni memiliki
portico depan dengan 6 kolom.
Hanya beberapa kolom dari
kuil tersebut yang masih
berdiri.

Seperti dengan kuil-kuil Yunani lainnya, kuil poseidon dibangun


berbentuk persegi panjang dengan tiang-tiang penunjang atap (collonnade) di
keempat sisinya. Jumlah perbandingan kolom awal berdiri dengan saat ini
adalah 42:18. kolomnya merupakan kolom Doric yang dibuat dengan material
lokal yakni marmer putih.

Pada bagian tengah kuil terdapat


naos dimana terletak patung poseidon yang
menghadap ke pintu utama

24
2.3 Arsitektur Romawi

Pengaruh Yunani pada arsitektur Romawi sangat terlihat. Banyak bangunan megah
Romawi dibangun oleh pekerja Yunani.
Arsitektur Romawi mengadaptasi arsitektur Yunani dengan skala yang lebih besar
Arsitektur Yunani yang hanya mempunyai komponen vertikal dan horisontal
mempunyai keterbatasan, antara lain jarak antar kolom yang tidak bisa terlalu besar,
juga bangunan tidak bisa lebih tinggi dari dua lantai.
Bangsa Romawi menggunakan busur lengkung yang diletakkan pada kolom. Sistem
struktur ini memberikan kemampuan menopang beban yang jauh lebih baik.
Bangunan yang kecil atau bangunan satu lantai dibangun dengan gaya Yunani.
Bangunan yang lebih besar menggunakan busur lengkung. Pada bangunan ini gaya
arsitektur Yunani digunakan lebih sebagai dekorasi.

A. Sejarah Arsitektur Romawi

Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur-militer yaitu bangsa/kaum


petani yang suka berperang dan berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan
Barat serta sebagian Asia dan Afrika. Kebudayaan Romawi berawal dari seni Eropa
Barat yang diambil secara komprehensif. Mula-mula dianggap tahap dekadensi periode
setelah Yunani pada bidang seni, namun secara total menyerap nilai seni yang sudah
ada dari kebudayaan tersebut dan nilai-nilai yang terkandung ternyata sudah tidak asli
dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi bisa dianggap sebagai penyebar dan
pelestari peninggalan kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan sebagai Asimilator
(menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator.

B. Karakteristik Arsitektur Romawi


 Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani.
 Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial
sangat kompleks.
 Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif.
 Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan
media ekspresi arsitektural. Pada skala kota dan interior.
 Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung.
 Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik,
tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.

25
C. Tipologi Dalam Bangunan
 Kuil
 Basilika
 Theater
 Amphiteather Hippodrome Circus
 Roman Bath
 Spalato ( Palace Of Diocletian)
 Forum
 Villa

D. Langgam Arsitektur
 Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar
yang mengungkapkarakter ideal secara utuh.
 Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling
tumpang tindih untuk satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk
mencapai suatu totalitas sistem yang dinamis dan bentuk simbolik yang baru.

 Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur,


elemen vertikal dan horizontal.
 Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.

E. Bangunan Pada Masa Arsitektur Romawi


1. Pelengkung
Suku bangsa Etruscans, telah disebut di atas mendiami wilayah tengah-barat
Itali adalah kelompok suku yang sangat maju pada zamannya dalam arsitektur.
Pada sekitar abad VII SM sudah membangun kota dengan antara lain dinding-
dinding, pipa-pipa pembuangan air, hingga mengontrol sungai sehingga permukaan
airnya sama dengan rata-rata permukaan danau-danau. (Sir Banister Fletcher, 1975
: 263).

2. Pelengkung Augustus
Pelengkung Augustus di Perugia, dibangun pada akhir abad 11 SM, juga
menunjukan pemakaian pelengkung sudah sejak zaman Romawi awal atau zaman
Etruscan. Dengan sistem konstruksi pelengkung, maka kolom dan balok tidak
diperlukan lagi. Kemudian dalam perkembangannya, bentuk kolom dan balok

26
Yunani hanya menjadi bagian dari dekorasi. Berbagai kuil pada zaman Etruscan
menggunakan sistem kolom dan balok, namun konstruksi, proporsi, komposisi dan
dekorasinya mempunyai ciri khusus berbeda dengan ketiga Order Yunani.

3. Pelengkung Konstantinus
Untuk mengabadikan kemenangannya, Konstantinus memutuskan untuk
membangun sebuah pelengkung kejayaan. Di bagian atas pelengkunya, ditulis
inskripsi yang ditujukkan untuk dewa. Di bagian bawahnya, ada ukiran yang
menggambarkan pertempuran Konstantinus. Ukiran pada pelengkung ini
menggambarkan Konstantinus memasuki kota Roma dengan kereta perang, juga
ada ukiran yang memperlihatkan Konstantinus memberi uang pada orang miskin.
Inovasi pada pelengkung ini adalah digunakannya pewarna, sedangkan
pelengkung-pelengkung sebelumnya tidak dilapisi pewarna.

4. Pelengkung Titus
Pelengkung Titus terletak di bagian selatan dari pusat kota Roma, di ujung
sebuah jalan yang berada di samping selatan Kuil Venus. Pelengkung didirikan
pada zaman Titus, untuk memperingati jatuhnya Jerusalem ke tangan orang-orang
Roma. Bagian dalam pelengkung ini diukir dengan ukiran timbul.

F. Perkembangan Arsitektur Romawi


Arsitektur Romawi Kuno mengembangkan berbagai aspek berbeda
dari arsitektur Yunani Kuno dan teknologi-teknologi baru
seperti pelengkung dan kubah untuk menciptakan suatu gaya arsitektural baru.
Arsitektur Romawi berkembang di seluruh Kekaisaran selama periode Pax
Romana. Penggunaan material-material baru, khususnya beton, merupakan suatu
ciri yang sangat penting.
Arsitektur Romawi mencakup periode dari berdirinya Republik Romawi pada
tahun 509 SM sampai sekitar abad ke-4 M, yang mana setelah itu menjadi
diklasifikasi ulang sebagai Abad Kuno Akhir atau arsitektur Bizantium. Sebagian
besar contoh yang masih terlestarikan berasal dari periode belakangan. Gaya
arsitektural Romawi terus mempengaruhi bangunan di bekas kekaisaran tersebut
selama berabad-abad, dan gaya yang digunakan di Eropa Barat sejak sekitar tahun
1000 disebut arsitektur Romanesque untuk mencerminkan ketergantungannya
pada bentuk-bentuk Romawi dasar.

27
Bangsa Romawi Kuno memberikan kontribusi terhadap perkembangan-
perkembangan penting dalam perumahan dan sanitasi publik, misalnya jamban dan
pemandian partikelir juga publik yang mereka buat, pemanas bawah lantai dalam
bentuk hypocaustum, kaca mika (contohnya di Ostia Antica), juga air dingin dan
panas yang disalurkan melalui pipa (contohnya di Pompeii dan Ostia).

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai arsitektur klasik di atas, dapat disimpulkan bahwa


Arsitektur Klasik yaitu arsitektur yang berkembang berdasarkan sistem kebudayaan
Yunani dan Romawi. Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan
dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan
era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua
Eropa. Dalam beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai
tempat berlindung (fungsi rumah tinggal), sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi
rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan
ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan
memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.

3.2 saran

29
DAFTAR PUTAKA

1. Ward-Perkin, John B. 1977. Roman Architecture. New York : Abrahams.


2. Sumalyo, Yulianto. 2003. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
3. Anonim 2012. Taman Yunani Klasik.
Penerbit http://architecturoby.blogspot.com/arsitektur-yunani.
4. Anonim 2012. Karakteristik Taman Yunani.
Penerbit : www.lanskap.Yunani.blogspot/com.

30

Anda mungkin juga menyukai