Anda di halaman 1dari 3

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN PERALATAN AQMS

Kebutuhan akan data hasil pemantauan AQMS sangat diperlukan oleh KLH dalam hal
untuk menyusun rencana kebijakan pengelolaan termasuk dalam waktu terjadi permasalahan
kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan, serta didalam pertemuan para
menteri lingkungan hidup ASEAN dalam membahas penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan. Maka pada tahun anggaran 2012, program dan kegiatan pemantauan kualitas udara
ambien secara otomatis atau dengan peralatan otomatis yang ada di sytem AQMS yang
dilaksanakan difokuskan untuk memperbaiki secara bertahap peralatan yaitu meliputi:

1. Kordinasi Pelaksanaan Pemantauan ke 6 (enam) kota yang masuk dalam Jaringan AQMS
yaitu kota: Jakarta, Semarang, Surabaya, Pontianak, Palangkaraya dan Pekanbaru.
2. Pengumpulan data hasil pemantauan untuk dianalisis dan dievaluasi dari kota yang
masih beroperasi peralatan Analyzer (Stasiunnya).
3. Perbaikan/pembelian spare part untuk analyzer 4 set dan akan dibagikan di 7 (Tujuh)
kota yaitu: Kota Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Pekanbaru, Pontianak dan
Palangkaraya.
Hasil pemantauan dari stasiun pemantau AQMS untuk beberapa kota disajikan dalam grafik
dibawah ini:

Konsentrasi PM-10 di Pekanbaru Tanggal 26 Maret - 1 April 2012


Konsentrasi SO2 di Pekanbaru
160
Tanggal 26 Maret - 1 April 2012 150
140
Konsentrasi (ug/m3)

130
120
110
100
90
80
100 70
60
50
Konsentrasi (ug/m3)

40
30
20
10
50 0

SO2 μg/Nm3 BM μg/Nm3 PM10 μg/Nm3 BM μg/Nm3

1. Kota Pontianak
Konsentrasi CO di Pekanbaru Konsentrasi NO2 di Pekanbaru Tanggal
Tanggal 26 Maret - 1 April 2012 26 Maret - 1 April 2012
10.000 200

Konsentrasi (ug/m3)
Konsentrasi (mg/m3)

5.000 100

0.000 0

4/1/…
3/26…
3/27…
3/28…
3/29…
3/30…
3/31…
CO mg/Nm3 BM mg/Nm3 NO2 μg/Nm3 BM μg/Nm3

Konsentrasi Ozone di Pekanbaru Tanggal 26 Maret - 1 April 2012


80
Konsentrasi (ug/m3)

60
40
20
0

O3 μg/Nm3 BM μg/Nm3

Konsentrasi Sulfur dioksida (SO2), Partikulat Matter-10 (PM-10) Nitrogen dioksida (NO2)
dan Karbon mnoksida (CO) yang terukur di kota Pekanbaru jika dibandingkan dengan Baku
Mutu Udara Ambien SO2 (60 ug/m3), NO2 (100 ug/m3), PM-10 (150 ug/m3) dan CO (8 ug/m3)
seperti yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara ambien masih jauh dibawah baku mutu. Namun untuk
parameter terukur Ozone jika dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien seperti yang
tercantum di PP No 41 tahun 1999 (50 ug/m3) sudha melampaui baku mutu. Data hasil
pemantauan kualiats udara ambien dengan peralatan AQMS di Pekanbaru ini masih belum
lengkap karena sistem pengiriman data yang sudah tidak beroperasi lagi.

* KOTA JAKARTA
PARTIKULAT MATTER (PM-10)

Hasil pengukuran dari tahun 2001-2012, konsentrasi rata-rata tahunan PM-10, SO2, NO2,
CO dan Ozone (O3) dibandingkan dengan baku mutu WHO dan Standard Baku Mutu PP No. 41
tahun 1999. Hasil yang didapatkan bahwa telah melebihi standard baku mutu WHO dan juga di
lima stasiun pengukuran PM-10. Standard kualitas udara ambien pada PP No. 41 tahun 1999
tidak mengatur baku mutu PM-10 untuk rata-rata 1 tahun. Konsentrasi PM-10 yang terukur
pada tahun 2006, lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PM-10 terukur pada tahun yang
lainnya. Konsentrasi PM-10 terukur di tahun 2007, 2008 dand 2009 hampir tidak terjadi
perubahan yang significan namun pada tahun 2011 konsentrasi PM-10 meningkat yang
diakibatkan oleh sumber pencemar udara kendaraan bermotor.

Trend Konsentrasi PM-10 di Jakarta tahun 2001 s/d 2015


80
70
Konsentrasi (ug/m3)

60
50
40
30
20
10
0

Trend PM-10 BM PM-10 (WHO)

Figure 4: Annual Average PM-10 Concentration in DKI-Jakarta

Konsentrasi PM-10 terukur jika dibandingkan dengan WHO standard (20 µg/m3) hampir
mencapia 3 kali, dan diduga akibat dari sumber emisi dari kendaraan bermotor. From 2006 to
2010, relatively higher PM10 concentrations were measured in monitoring stations within 2006
compared to those other year as shown in Figure 4 and 4-1. Based on analysis conducted on
samples it collected from its monitoring stations, PUSARPEDAL identified fuel burning and soil
(re-suspended solid) as the major sources of PM-10 in Jakarta city area. On the other the
analysis PM-10 data also conducted by daily average and exceeded NAAQS No.41/1999 (24
hour) almost 2 times. The maximum 24-hr average concentration was over 300 µg/ Nm3 and
the annual average was 70 µg/Nm3. Daily average PM10 concentrations were higher during the
dry season (February to May) compared to the rest of the year.

Anda mungkin juga menyukai