Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Sistem Kendali Konten Televisi Berdasarkan Kategori Usia Berbasis Deep


Learning: Age Recognition

BIDANG KEGIATAN
PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:
Jo Vianto 170709173 2019
Henkky 2101724535 2019
Cyinthia 170906229 2019

Universitas Atma Jaya Yogyakarta


Yogyakarta
2019

i
PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : Sistem Kendali Konten Televisi


Berdasarkan Kategori Usia
Berbasis Deep Learning: Age
Recognition
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Jo Vianto
b. NIM : 170709173
c. Jurusan : Teknik Informatika
d. Universitas : Universitas Atma Jaya Yogyakarta
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan P. Natuna Gang Samudra
No. 34 H, Singkawang
(081517090386)
f. Alamat email : sjovianto@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 Orang
5. Dosen pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Pranowo, ST, MT.
b. NIDN : 0503117101
c. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Jalan Badran RT/RW 49/11,
Yogyakarta (08164262372)

Yogyakarta, 16-01-2019
Menyetujui,
Wakil Dekan III Fakultas Teknologi Ketua Pelaksana Kegiatan,
Industri,

(B. Yudi Dwiandiyanta, S.T., M.T.) (Jo Vianto)


NIP. 11.99.668. NIM. 2101724333.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dosen Pendamping,


Alumni, dan Kerjasama,

(R. Sigit Widiarto, S.H., LL.M.) (Dr. Pranowo, ST, MT.)


NIP. 04.92.395 NIDN. 0503117101.

ii
DAFTAR ISI

Sistem Kendali Konten Televisi Berdasarkan Kategori Usia Berbasis Deep


Learning: Age Recognition ...................................................................................... i
PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS .................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
2 GAGASAN ...................................................................................................... 3
2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ........................................................ 3
2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan ................................................................ 5
2.3 Gagasan yang Diajukan untuk Memperbaiki Kondisi Kekinian .............. 5
a) Upgrade Format Televisi di Indonesia Berdasarkan Sistem Klasifikasi
Konten National dengan Menambahkan Data Klasifikasi ............................... 6
b) Mengubah Arsitektur Dekoder dengan Menyesuaikan Sistem Televisi
yang Baru dengan Menambahkan Kamera pada Televisi (dengan Enkoder
Terintegrasi) dan Enkoder Add-On Beserta Perangkat Lunak Berbasis Deep
Learning: Age Recognition untuk Menyeleksi Konten yang Layak Disajikan
berdasarkan Klasifikasi Konten ....................................................................... 7
2.4 Pihak-Pihak yang Diharapkan Dapat Membantu Mengimplementasikan 8
1. ETSI (European Telecommunications Standards Institute) ..................... 8
2. Stasiun Televisi ........................................................................................ 8
3. Produsen Piranti Enkoder dan Output ...................................................... 9
4. Kemkominfo RI (Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia)......................................................................................................... 9
5. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) ........................................................... 9
2.5 Langkah-langkah strategis untuk mengimplementasikan gagasan........... 9
3 KESIMPULAN .............................................................................................. 10
3.1 Gagasan yang Diajukan .......................................................................... 10
3.2 Teknik Implementasi .............................................................................. 10
3.3 Prediksi Hasil ......................................................................................... 10
4 Daftar Pustaka ................................................................................................ 11

iii
5 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 13
5.1 Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing ........... 13
5.1.1 Biodata Ketua .................................................................................. 13
5.1.2 Biodata Anggota 1........................................................................... 15
5.1.3 Biodata Anggota 2........................................................................... 17
5.1.4 Biodata Dosen Pembimbing............. Error! Bookmark not defined.
5.2 Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas 21
5.3 Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim .............................................. 22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 - Ilustrasi paket informasi extended ................................................... 6


Gambar 2.2 - Ilustrasi Multiple Layers Extended Video + Rating Bundle ........... 7

v
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan sensus penduduk 2010, Indonesia memiliki penduduk sejumlah
237.641.326 jiwa. Jumlah tersebut membawa Indonesia menjadi negara dengan
penduduk terbanyak ke-4 di dunia (Na'im & Syaputra, 2011). Dengan jumlah
penduduk sebesar ini, tentu Indonesia mempunyai kekuatan sumber daya manusia
(SDM) yang mumpuni dari segi kuantitas. Jumlah penduduk yang besar ini
diharapkan dapat memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Indonesia
dengan semaksimal mungkin. Pemanfaatan SDA yang maksimal merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Pengembangan SDM bukanlah perkara mudah, namun membutuhkan waktu
dan banyak tantangan di berbagai aspek yang mempengaruhi kemajuan kualitas
SDM. Salah satu aspek yang mempengaruhi kemajuan kualitas SDM adalah media
massa. Hasil survey Nielsen Consumer Media View yang dilakukan di 11 kota di
Indonesia menunjukkan bahwa penetrasi Televisi masih memimpin di angka 96
persen dibandingkan media massa lainnya (Lubis, 2017). Melalui cakupannya yang
luas, televisi berfungsi sebagai sarana informasi, pendidikan, dan hiburan. Aspek
tersebut menjadi alasan televisi dapat disebut salah satu alat komunikasi satu arah
yang cukup efektif dalam memajukan kualitas SDM karena jangkauannya secara
massal dan multifungsi.
Perkembangan pertelevisian di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan
kemajuan yang pesat sejak pertama kali Televisi Republik Indonesia diluncurkan.
Saat ini tersedia sedikitnya 11 stasiun televisi swasta nasional yang mengudara dan
siap diakses kapan saja oleh pemirsa di rumah (Pranasa, 2014). Penelitian
mengungkapkan bahwa, sebagian anak–anak di Indonesia akhirnya menjadikan
pemeran yang disukainya sebagai idola. Tanpa sadar perlahan mereka mulai meniru
hal–hal yang dilakukan idolanya. Salah satu kelompok anak yang menyukai
tontonan film Barat, bahkan mengekspresikannya dengan menari di depan kelas
saat pelajaran berlangsung. Fenomena ini menunjukkan bahwa bagi penonton, apa
yang dilihat di layar kaca merupakan hal yang pantas dilakukan (Octavianto, 2015).
Hal ini tentu cukup berbahaya apabila tayangan yang ditampilkan berupa hal–hal
yang tidak pantas seperti tindakan kekerasan, pembunuhan, narkoba dan konten
dewasa. Anak–anak yang melihat tayangan kejam akan lebih mungkin untuk
menentang dan mengembangkan sikap otoriter dibandingkan dengan anak yang
tidak menyaksikan tayangan kekerasan (Mardiana, 2013). Hal ini akan membentuk
karakter dari sang anak dan beresiko ke masa depan sang anak nantinya.
Generasi muda di Indonesia juga menempati urutan teratas diantara negara-
negara ASEAN terkait dengan waktu menonton televisi terlama. Menurut
penelitian, rata-rata waktu yang dihabiskan adalah sekitar 5 jam perharinya,
sedangkan negara lain hanya 2–3 jam dalam sehari. Atie Rachmiatie selaku
2

pengamat media penyiaran dan mantan Ketua KPID Jabar menyampaikan


kekhawatirannya akan generasi muda yang hendak meniru apa yang mereka lihat
di layar (Anon., 2012). Apabila generasi muda bangsa Indonesia ‘termakan’ dalam
perubahan tersebut, ini akan berdampak pada kualitas SDM yang dimiliki beberapa
tahun mendatang.
Berdasar pada masalah di atas, maka penulis ingin menyampaikan solusi yaitu
sistem kendali penayangan konten televisi berbasis deep learning: age recognition
(Pengenalan Umur) dengan subjek penonton. Deep learning sendiri saat ini sudah
sangat berkembang, terbukti metode ini sudah digunakan dalam berbagai bidang
keilmuan seperti teknologi dan medis. Bahkan Google telah membuat self driving
car (mobil yang mengemudi sendiri) menggunakan teknik deep learning (Ghosbal,
2018).
Gagasan ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah ketidakefektifan pada
sistem klasifikasi konten pertelevisian, karena banyak kalangan muda yang
menonton siaran televisi dengan rating konten yang tidak sesuai dengan usia
mereka serta orang tua yang acuh tak acuh terhadap mereka, sebab siaran televisi
berpengaruh pada perkembangan SDM di Indonesia.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam gagasan ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Memperbaiki penerapan sistem klasifikasi konten televisi berdasarkan
usia dengan perangkat lunak berbasis deep learning: age recognition.
1.2.2 Membantu mengembangkan SDM Indonesia melalui siaran televisi
yang sesuai klasifikasi usia terutama fungsi televisi sebagai sarana
pendidikan.
1.2.3 Menyampaikan konsep sistem kendali konten televisi berbasis deep
learning: age recognition.
1.3 Manfaat
Manfaat yang akan didapat dalam gagasan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi permasalahan
ketidakefektifan sistem klasifikasi konten pertelevisian.
1.3.2 Digunakan untuk membantu memajukan bangsa Indonesia dibidang
SDM melalui siaran televisi yang teratur dari segi konten berdasarkan
usia maupun penonton dengan usia yang sesuai serta mengembalikan
porsi tontonan kalangan muda yang sesuai.
1.3.3 Memberikan pemahaman terkait konsep sistem kendali konten televisi
berbasis deep learning: age recoginition.
3

2 GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Kondisi kekinian mengenai pengendalian konten pertelevisian di Indonesia
masih dianggap kurang efektif. Menurut Dwi Erianto dalam karya tulisnya yang
berjudul Survei Litbang Kompas: Televisi, Dua Sisi Mata Uang (2016) adalah
siaran-siaran televisi nasional di Indonesia memberikan berbagai konten,
diantaranya hiburan dan informasi. Namun, dalam siaran televisi nasional tersebut
terdapat beberapa program televisi yang tidak mendidik. Sedangkan, menonton
televisi sudah merupakan kebutuhan pokok yang dilakukan setiap hari oleh
masyarakat Indonesia dan televisi juga merupakan solusi bagi masyarakat indonesia
dalam memenuhi kebutuhan untuk mengakses informasi dan mencari hiburan tanpa
mengeluarkan biaya yang besar.

Survei tersebut melibatkan 1.436 warga Jakarta yang berusia di atas 13 tahun.
Dari 1.436 responden, lebih dari separuh responden menonton televisi paling
sedikit dua jam sehari (Erianto, 2016). Dua dari 10 responden menonton televisi di
atas empat jam sehari. Ketika dirata-rata, dalam sehari warga Jakarta
menghabiskan 2,5 jam atau 10 persen waktu mereka untuk menonton televisi.
Dalam televisi memiliki berbagai macam program yang menarik, namun program
acara favorit warga Jakarta menurut survei ini adalah sinetron, infotainment, film,
dan musik. Walaupun demikian, terdapat satu dari tiga responden tang menyukai
program acara tentang olahraga dan politik. Dalam survei ini juga terbukti bahwa,
kaum perempuan lebih menyukai acara hiburan sedangkan kaum laki-laki lebih
menyukai acara olahraga dan politik.

Ketika akan menonton televisi, masyarakat harus mengetahui rentang umur


yang diperbolehkan untuk menonton acara tersebut. Lembaga Sensor Film atau
yang disingkat sebagai LSF telah menetapkan rating film berdasarkan usia (Puji,
2018). Setiap film yang telah diproduksi, sebelum dipasarkan telah diberi target
pasarnya masing-masing. Target pasar tersebut dimulai dari anak-anak hingga
orang dewasa. Sebelum adanya pengeluaran Peraturan Pemerintah (PP) No. 18
Tahun 2014 tentang Lembaga Sensor Film, kategori rating film terbagi menjadi
tiga, antara lain: Semua Umur (SU), Remaja (R), dan Dewasa (D).

Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia (PKPI) dalam Pasal 33 PKPI 02 tahun


2012, siaran televisi di Indonesia diklasifikasikan menjadi lima kategori usia
penonton, yaitu: SU, rating siaran untuk semua kalangan di atas 2 tahun. P, rating
siaran untuk anak usia prasekolah yang berusia 2-6 tahun. A, rating siaran untuk
anak yang berusia 7-12 tahun. R, rating siaran untuk remaja yang berusia 13-17
tahun. Dan D, rating siaran untuk remaja yang berusia 18 tahun ke atas dan orang
dewasa (Puji, 2018).
4

Film dan siaran televisi lainnya dapat diibaratkan sebagai dua sisi koin.
Keduanya dapat menjadi sarana edukasi sehingga dapat menambah wawasan anak.
Namun disisi lain, jika anak-anak diberi tontonan layar kaca dan layar lebar yang
tidak sesuai dengan kategori umurnya dapat membawa dampak buruk dalam
kehidupan anak tersebut. Hal ini dikarenakan oleh acara televisi atau film yang
berkategori remaja atau dewasa cenderung memiliki adegan-adegan yang tidak
patut untuk ditonton oleh anak-anak. Adegan-adegan tersebut antara lain kekerasan
seperti tawuran, perilaku menyimpang, bahasa-bahasa kasar, minum minuman
keras, bahkan pornografi. Anak-anak belajar dari apa yang telah ia lihat sebelumnya
dan berpotensi untuk meniru perilaku-perilaku yang tidak seharusnya ia contoh dari
acara televisi dan film yang tidak sesuai dengan kategori umurnya (Puji, 2018).

Menurut Science Daily, studi yang didanai oleh National Institute on Alcohol
Abuse dan Alcoholism dalam Puji (2018), anak-anak di bawah umur yang terbiasa
menonton film kategori remaja akan lebih mungkin dan cepat untuk mencoba-coba
minum alkohol, merokok, dan melakukan seks bebas. Film fiksi yang
menggambarkan kenyataan yang dilebih-lebihkan juga berdampak buruk bagi
anak-anak yang belum cukup umur. Jika anak-anak yang belum cukup umur
menonton film yang melebih-lebihkan kenyataan, maka anak tersebut akan
menanamkan ekspektasi berlebihan dan gambaran yang buruk mengenai kehidupan
nyata. Sehingga dapat menimbulkan trauma.

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2009 menyatakan bahwa, film merupakan


sebuah karya seni yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan ketahanan
budaya bangsa dan kesejahteraan masyarakat. Film juga berperan penting dalam
pembangunan karakter bangsa Indonesia. Maka dari itu, Lembaga Sensor Film
dibentuk untuk mengurangi dampak negatif dari budaya yang dapat diterapkan oleh
masyarakat melalui film yang ditayangkan di Indonesia. Setelah Lembaga Sensor
Film (LSF) selesai menyensor sebuah film, maka hasil akhirnya diklasifikasikan ke
Semua Umur, 13 Tahun Ke Atas, 17 Tahun Ke Atas, atau 21 Tahun Ke Atas.
Klasifikasi dilakukan dengan mempertimbangkan target penontonnya.

Menurut Muhamad Heychael dalam Juniman (2017), permasalahan pokok


industri televisi disebabkan oleh popularitas. Siaran televisi bukan diukur dari
kualitasnya, namun diukur dari seberapa banyak penonton yang menyukai atau
menonton siaran tersebut. Hal ini mengakibatkan pekerja televisi berlomba-lomba
untuk mengejar popularitas agar mendapatkan pemasukan yang tinggi dari iklan.
Maka dari itu, tidak heran jika siaran televisi tidak mendidik dan kontennya tidak
jelas. Semua ini dikarenakan siaran televisi tidak diukur dari kualitasnya, tetapi dari
popularitasnya.

Berdasarkan data penelitian mengenai acara televisi pada hari biasa (Ulfa,
2014), sebanyak 17,9% acara yang ditayangkan pada jam anak yang banyak
menonton televisi adalah kartun series. Walaupun proporsi acara serial kartun kecil,
5

namun paling banyak ditayangkan pada jam anak nonton. Pada urutan selanjutnya
adalah sinetron sebanyak 12,1%, variety show (11%), dan infotainment (10,6%)
yang merupakan bukan acara anal-anak tayang dijam ketika banyaknya anak-anak
menonton televisi. Tayangan dari tiga genre tersebut dinilai tidak aman untuk
ditonton anak-anak.

Menurut data penelitian yang dilakukan di SDN 3 Ketabang, Surabaya, dari


100 orang tua terdapat 42 orang tua mengijinkan anaknya untuk menonton film
yang mengandung unsur kekerasan. Dari 100 orang tua, terdapat 79 orang tua
sangat mendukung anaknya untuk menonton film yang mengandung unsur
kekerasan (Wardani, 2017). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, orang tua
tidak menyadari dampak buruk yang akan berdampak kepada anaknya jika
mengijinkan anaknya menonton film yang mengandung kekerasan.

2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan


2.2.1 Mengatur konten-konten yang akan disiarkan televisi. Lembaga Sensor
Film mengatur dan menetapkan status edar konten televisi termasuk menetapkan
klasifikasi usia yang sesuai pada konten tersebut (Lembaga Sensor Film, 2016).
Pengaturan konten-konten juga dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia dengan
mengeluarkan regulasi-regulasi yang menjadi pedoman perilaku penyiaran (Komisi
Penyiaran Indonesia, 2012).

2.2.2. Solusi mengenai tayangan yang mengandung unsur kekerasan atau


tayangan yang tidak diperbolehkan untuk kategori anak-anak adalah orang tua
harus menerapkan kontrol yang ketat terhadap kebiasaan menonton televisi bagi
anak-anaknya (Hasan, 2017). Orang tua harus mengetahui tayangan yang boleh
ditonton anak-anak atau tidak. Sehingga orang tua dapat memantau anaknya saat
menonton televisi. Sebelum tayangan dimulai, orang tua wajib melihat kategori
umur dari tayangan tersebut. Selain itu, menurut Lembaga Inggris National
Literacy Trust, orang tua juga harus membatasi anak menonton televisi dan
mendorong anak untuk melakukan aktivitas lain yang dapat meningkatkan
kemampuan bahasa (Anon., 2010).
2.2.3. Petisi untuk menghapuskan suatu konten televisi yang dinilai tidak layak.
Pada tanggal 11 Desember 2018 KPI meminta stasiun televisi untuk menghentikan
penayangan iklan “Shoope Blackpink” setelah muncul sebuah petisi di situs
change.org yang menuntut dihentikannya iklan tersebut pada tanggal 7 Desember
2018 (Triadanti, 2018).

2.3 Gagasan yang Diajukan untuk Memperbaiki Kondisi Kekinian


Penulis mengajukan gagasan untuk pengendalian konten pertelevisian yang
ditampilkan berdasarkan klasifikasi umur dengan rancangan sebagai berikut:
6

a) Upgrade Format Televisi di Indonesia Berdasarkan Sistem Klasifikasi


Konten National dengan Menambahkan Data Klasifikasi
Data yang dipancarkan melalui satelit, pemancar darat, maupun kabel pada
awalnya hanya mengirimkan data gambar dan suara akan ditambahkan data
klasifikasi konten yang disajikan (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 - Ilustrasi paket informasi extended {(1.) iklan popok bayi [SU2+]; (2.)
iklan rokok [D18+]; (3.) Sinetron [R13+]}

Paket informasi tersebut akan disandikan (encoding) terlebih dahulu


sebelum ditrasmisikan sehingga lebih optimal. Saat ini Indonesia
menggunakan format PAL (Phase-Alternating Line) sebagai format enkoding
national. Algoritma PAL akan dimodifikasi agar data klasifikasi konten turut
serta ditransmisikan bersama gambar dan suara. Pada ilustrasi diatas (Gambar
2.1) merupakan contoh sederhana dari paket informasi yang telah dimodifikasi.

Konsep multiple layers bermaksud untuk meminimalisir kemungkinan


kekosongan konten pada ilustrasi sebelumnya (Gambar 2.2). Desain multiple
layers menerapkan sistem preferred rate (pengutamaan tingkat) pada setiap
layer-nya. Layer-layer tersebut diurutkan secara menurun berdasarkan
klasifikasi usia dengan layer D18+ (klasifikasi dewasa) sebagai layer teratas.
Paket informasi dengan sistem preferred rate menjadi lebih terstruktur
sehingga memudahkan dalam perancangan algoritma penyandian dan
pengawasandian (decoding) (Gambar 2.2).

Sistem preferred rate dirancang dengan mengacu kepada “Klasifikasi


Program Siaran” pasal 33 ayat (1) peraturan Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) tentang Standar Program Siaran (SPS). Program siaran digolongkan
ke dalam 5 (lima) klasifikasi berdasarkan kelompok usia, namun rancangan
multiple layers hanya berjumlah 4 (empat) layer (Komisi Penyiaran
Indonesia, 2012, p. 59:60). Klasifikasi P dan SU digabung menjadi satu layer
dengan asumsi klasifikasi A2+ dan SU2+ mempunyai aturan usia minimum
yang sama. Penggabungan klasifikasi P dan SU juga bermaksud mengurangi
bandwidth yang diperlukan untuk transmisi.
7

Gambar 2.2 - Ilustrasi Multiple Layers Extended Video + Rating Bundle

b) Mengubah Arsitektur Dekoder dengan Menyesuaikan Sistem Televisi


yang Baru dengan Menambahkan Kamera pada Televisi (dengan Enkoder
Terintegrasi) dan Enkoder Add-On Beserta Perangkat Lunak Berbasis
Deep Learning: Age Recognition untuk Menyeleksi Konten yang Layak
Disajikan berdasarkan Klasifikasi Konten
Sebelum perangkat keluaran dapat menayangkan konten siaran televisi,
perlu dilakukan proses pengawasandian oleh dekoder. Proses ini adalah
kebalikan dari proses penyandian, pengawasandian mengubah sinyal (data)
menjadi informasi yang dapat dimengerti oleh perangkat keluaran. Mengingat
perubahan pada sistem format dan proses penyandian, maka arsitektur dari
perangkat dekoder yang terintegrasi dengan perangkat keluaran maupun yang
Add-On (terpisah) juga memerlukan perubahan.

Rancangan arsitektur enkoder yang disampaikan penulis ditanamkan


perangkat lunak dengan metode Deep Learning: Age Recognition. Deep
learning adalah bagian dari keluarga besar machine learning yang
mengeksploitasi banyak layer dari informasi non-linier dan abstraksi yang
berbeda (Deng & Yu, 2014, p. 199:201). Sebelum diterapkan ke suatu
perangkat, deep learning harus dilatih terlebih dahulu berdasarkan data spesifik
sesuai dengan studi kasus. Keluaran dari pelatihan dengan metode ini adalah
bobot nilai yang akan diintegrasikan pada perangkat lunak sehingga tetap
8

optimal untuk sebuah sistem dengan spesifikasi minimum. Perangkat lunak ini
berfungsi untuk mengenali usia penonton, dengan pelatihan menggunakan
data-set (kumpulan data) wajah-wajah orang Asia berdasarkan “Klasifikasi
Program Siaran” dari KPI (Sarkar, et al., 2018).

Kamera yang terpasang akan mengambil gambar penonton kemudian akan


diteruskan sebagai parameter masukan bagi perangkat lunak yang sudah
terlatih. Perangkat lunak akan melakukan segmentasi wajah objek yang
dikenali sebagai manusia. Hasil segmentasi akan dikalkulasi oleh jaringan saraf
tiruan bertingkat sehingga menghasilkan output berupa usia minimum dari satu
atau lebih penonton (Gong & McKenna, 2000, p. 7).
Usia minimum hasil kalkulasi akan digunakan untuk menyeleksi konten
yang akan ditampilkan melalui perangkat keluaran. Usia minimum digunakan
untuk menentukan layer maksimum yang dapat ditayangkan ke perangkat
keluaran. Layer diatas layer maksimum akan masuk mode disabled, artinya
layer tersebut tidak dapat ditayangkan melalui perangkat keluaran dengan
mengecualikan rating konten yang setara atau dibawah klasifikasi usia
maksimum. Penonton tetap dapat menonton konten dengan klasifikasi usia
dibawah klasifikasi umur maksimum penonton dengan fitur preferred layer.
Disabled Layer tidak dapat dipilih sebagai preferred layer, namun kontennya
dapat ditampilkan apabila memenuhi kondisi sebagai berikut: 1. Tidak ada
konten yang dapat ditampilkan pada layer maksimum dan dibawahnya; 2.
Konten pada layer diatas layer maksimum adalah konten dengan rating konten
yang setara atau di bawah rating layer maksimum.

Rancangan ini diharapkan memberikan dampak yang positif bagi SDM di


Indonesia. Dengan konten televisi yang teratur dan berkualitas, dapat membangun
pola pikir masyarakat yang berkualitas pula, apalagi Indonesia akan menghadapi
masa keemasan pada tahun 2045. Maka dari itu sudah saatnya kita mengembangkan
SDM kita mulai dari sekarang dan secara bertahap.

2.4 Pihak-Pihak yang Diharapkan Dapat Membantu Mengimplementasikan


1. ETSI (European Telecommunications Standards Institute)
ETSI merupakan organisasi internasional di Eropa yang mengatur dan
memproduksi standar teknologi informasi dan komunikasi di bidang industri
telekomunikasi termasuk penyiaran untuk melakukan riset dan membuat
standar baru dengan mempertimbangkan segala aspek teknis gagasan ini.

2. Stasiun Televisi
Stasiun televisi adalah penyiar konten pertelevisian untuk mendukung dan
menerapkan standar baru ETSI yang berdasar kepada gagasan ini.
9

3. Produsen Piranti Enkoder dan Output


Produsen enkoder dan piranti output merancang dan memproduksi arsitektur
enkoder baru dengan menyesuaikan standar baru ETSI yang berdasar kepada
gagasan ini.

4. Kemkominfo RI (Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik


Indonesia)
Kementrian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangai urusan
komunikasi dan informatika untuk mendukung implementasi gagasan ini
dengan regulasi-regulasi baru sesuai dengan tugas dan fungsi Kemkominfo RI.

5. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)


Komisi Penyiaran Indonesia yang berfungsi sebagai pengatur regulasi untuk
mendukung implementasi gagasan ini dengan regulasi-regulasi baru sesuai.

2.5 Langkah-langkah strategis untuk mengimplementasikan gagasan


Langkah strategis perlu direncanakan dengan matang agar gagasan ini dapat
terealisasi dengan baik, yaitu:

Langkah 1: Mengajukan ide gagasan kepada ETSI agar melakukan riset dan
membuat standar baru sesuai dengan gagasan.

Langkah 2: Memberitahu Produsen Piranti Enkoder dan Output perihal


standar baru dan gagasan ini agar memproduksi piranti enkoder atau output
yang menyesuaikan dengan standar baru dan gagasan ini.

Langkah 3: Mengajukan dukungan kepada Kemkominfo dan KPI sebagai


pihak yang terlibat untuk membuat regulalasi berkaitan penerapan standar baru
secara bertahap pada pertelevisian di Indonesia, Kemkominfo dapat
menyubsidi stasiun televisi yang ada sebagai investasi dan program kerja
jangka panjang.

Langkah 4: Stasiun televisi menerapkan standar baru secara bertahap dan


mulai melakukan transisi sepenuhnya dari standar lama ke standar baru.

Langkah 5: Sosialisasi kepada masyarakat perihal transisi bertahap standar


pertelevisian yang baru agar segera mengganti piranti enkoder/output yang
lama.

Langkah 6: Pengawasan, evaluasi, dan pembelajaran. Pengawasan efektivitas


dan efesiensi, mengevaluasi setiap perkembangan dalam segara aspek yang
berkaitan, dan belajar dari pengalaman dari penerapan dan penggunaan
gagasan ini.
10

3 KESIMPULAN

3.1 Gagasan yang Diajukan


Sistem kendali konten televisi berdasarkan kategori usia berbasis deep
learning: age recoginition sebagai solusi pengendalian konten pertelevisian agar
penayangan konten kepada penonton dengan usia. Modifikasi paket informasi pada
pemancar dengan menambahkan informasi klasifikasi konten bermaksud agar
sistem mengenali target golongan usia sebuah konten yang dikeluarkan secara
resmi oleh LSF. Paket informasi hasil modifikasi kemudian disempurnakan dengan
menambahkan sistem multiple layer serta fitur preferred layer agar memudahkan
perancangan algoritma guna mengimplementasikan gagasan ini. Sistem kendali
menggunakan deep learning: age recognition dalam hal mengambil keputusan
terhadap konten yang dapat ditampilkan di perangkat keluaran. Sistem kendali ini
diharapkan dapat menjadi salah satu pemacu perkembangan SDM di Indonesia
khususnya pada generasi muda melalui tontonan yang berkualitas.

3.2 Teknik Implementasi


Melalui kerja sama antar pihak serta dukungan penuh dari pemerintah
Indonesia diharapkan dapat mewujudkan gagasan ini. Gagasan ini akan diwujudkan
secara bertahap dalam jangka yang panjang oleh setiap pihak yang terlibat.
Pemerintah dapat mendukung melalui subsidi, terutama kepada stasiun televisi
dalam hal mengganti sistem yang baru. Melalui perancangan secara matang
diharapkan gagasan ini dapat diterapkan secara efektif dan efisien.

3.3 Prediksi Hasil


Prediksi hasil yang akan didapatkan setelah penerapan gagasan ini:

1. Konten televisi menjadi lebih edukatif terutama pada jam tayang anak-
anak.

2. Iklan-iklan pada televisi menjadi lebih efektif karena iklan tersebut akan
diarahkan ke audiens dengan kategori umur yang sesuai.
3. Kembalinya hak anak-anak untuk mendapatkan tontonan yang sesuai,
sebab stasiun televisi kerap kali menayangkan konten yang tidak sesuai
pada jam tayang anak-anak.

4. Berkembanganya SDM bangsa Indonesia dengan pola pikir yang


berkualitas sehingga dapat memanfaatkan setiap Sumber Daya Nasional
yang ada guna memajukan negara Republik Indonesia.
11

4 Daftar Pustaka

Anon., 2010. Bahaya TV pada anak-anak. [Online]


Available at: https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2010/05/100504_toddlerstv
[Diakses 13 Januari 2019].
Anon., 2012. Anak Indonesia Kedapatan Paling Lama Menonton TV. [Online]
Available at: http://www.kpi.go.id/index.php/id/terkini/30944-anak-indonesia-
kedapatan-paling-lama-menonton-tv
[Diakses 12 Januari 2019].
Deng, L. & Yu, D., 2014. Deep Learning: Methods and Applications. s.l.:Now
Publishers.
Erianto, D., 2016. Kompas. [Online]
Available at:
https://nasional.kompas.com/read/2016/03/30/05374961/Survei.Litbang.Kompas.
Televisi.Dua.Sisi.Mata.Uang
[Diakses 12 Januari 2019].
Ghosbal, A., 2018. How Google's Waymo is using AI for autonomous driving.
[Online]
Available at: https://techcircle.vccircle.com/2018/05/09/how-google-s-waymo-is-
using-ai-for-autonomous-driving
[Diakses 15 Januari 2019].
Gong, S. & McKenna, S. J., 2000. Dynamic Vision: From Images to Face
Recognition (Image Processing). London: World Scientific Publishing Company.
Hasan, A. M., 2017. KPI Nilai Televisi Indonesia Minim Acara Anak-Anak.
[Online]
Available at: https://tirto.id/kpi-nilai-televisi-indonesia-minim-acara-anak-anak-
ctZW
[Diakses 13 Januari 2019].
Juniman, P. T., 2017. Rating Jadi Momok Utama Televisi Indonesia. [Online]
Available at: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170922125905-220-
243317/rating-jadi-momok-utama-televisi-indonesia
[Diakses 11 Januari 2019].
Komisi Penyiaran Indonesia, 2012. Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan
Standar Program Siaran(SPS). Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia.
Lembaga Sensor Film, 2016. Visi dan Misi Lembaga Sensor Film RI. [Online]
Available at: http://www.lsf.go.id/publik/content/582c6381f1952
[Diakses 14 Januari 2019].
Lubis, M., 2017. TREN BARU DI KALANGAN PENGGUNA INTERNET DI
INDONESIA. [Online]
12

Available at: https://www.nielsen.com/id/en/press-room/2017/TREN-BARU-DI-


KALANGAN-PENGGUNA-INTERNET-DI-INDONESIA.html
[Diakses 12 1 2019].
Mardiana, S., 2013. Kekerasan di Televisi dan Perkembangan Anak. Jurnal
Komunikasi, II(1), pp. 48 - 54.
Na'im, A. & Syaputra, H., 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010, Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Octavianto, A. W., 2015. MEMBANGUN SIKAP KRITIS DAN SELEKTIF
ANAK-ANAK TERHADAP TAYANGAN FILM/TELEVISI DI INDONESIA.
VII(1), p. 2.
Pranasa, R. K., 2014. KONSTRUKSI PESAN PADA IKLAN PARTAI GOLKAR DI
TELEVISI (Analisis Wacana pada Pencitraan Abu Rizal Bakrie melalui Iklan di
Televisi), Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang.
Puji, A., 2018. Antara "SU, PG-13, 18+, dan D": Ini Pentingnya Menonton Film
Sesuai Usia Anak. [Online]
Available at: https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/menonton-film-
berdasarkan-umur-anak/
[Diakses 12 Januari 2019].
Sarkar, D., Bali, R. & Ghosh, T., 2018. Hands-On Transfer Learning with Python
Implement Advanced Deep Learning and Neural Network Models Using
TensorFlow and Keras. Birmingham: Packt Publishing Ltd.
T., 2018. Tanggapi Petisi, KPI Minta Stasiun TV Hentikan Iklan BLACKPINK.
[Online]
Available at: https://www.idntimes.com/hype/entertainment/danti/tanggapi-petisi-
kpi-minta-stasiun-tv-hentikan-iklan-blackpink/full
[Diakses 13 Januari 2019].
Ulfa, N. S., 2014. APA YANG DITONTON ANAK-ANAK DI TELEVISI? Studi
Analisis Isi Muatan Nilai Negatif Pada Acara Televisi Yang Banyak Di Tonton
Anak-Anak, Semarang: Universitas Diponegoro.
Wardani, R. C., 2017. Keputusan Orang Tua Dalam Mengijinkan Anak Menonton
Film Yang Mengandung Unsur Kekerasan. Promkes, 5(1), pp. 82-92.
13

5 LAMPIRAN-LAMPIRAN

5.1 Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing


5.1.1 Biodata Ketua

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Jo Vianto
2. Jenis Kelamin Laki – Laki
3. Program Studi Teknik Informatika
4. NIM 170709173
5. Tempat dan Tanggal Lahir Singkawang, 24 Juli 1999
6. E-mail sjovianto@gmail.com
7. Nomor Telepon / HP 081517090386

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SD Suster SMP Pengabdi SMA Santo
Singkawang Singkawang Ignasius
Singkawang
Jurusan - - MIPA
Tahun Masuk – 2005-2011 2011 - 2014 2014 - 2017
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No. Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah / Seminar Tempat
1. - - -
2. - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Juara III OSK Komputer Dinas Pendidikan 2016
1.
Singkawang Singkawang
Juara I Lomba Video Forum Anak Singkawang 2017
2. Kreatif Regenerasi
(FANTASI)
14

Juara I Programming in Kelompok Studi 2018


3. Contest Pemograman Fakultas
Teknologi Industri UAJY

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM Gagasan Tertulis.

Yogyakarta, 16-01-2019
Ketua Tim,

( Jo Vianto )
15

5.1.2 Biodata Anggota 1

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Henkky
2. Jenis Kelamin Laki Laki
3. Program Studi Teknik Informatika
4. NIM 2101724535
5. Tempat dan Tanggal Lahir Singkawang, 10 Mei 2000
6. E-mail henkky888@gmail.com
7. Nomor Telepon / HP 082154663226

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SD Karuna SMP Bruder SMA Santo
Singkawang Singkawang Ignasius
Singkawang
Jurusan - - MIPA
Tahun Masuk – 2005-2011 2011 - 2014 2014 - 2017
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No. Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah / Seminar Tempat
1. - - -
2. - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Juara I OSK Fisika Dinas Pendidikan 2016
1.
Singkawang Singkawang
2. - - -
16

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM Gagasan Tertulis.

Jakarta, 16-01-2019
Anggota Tim,

( Henkky )
17

5.1.3 Biodata Anggota 2

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Cyinthia
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Ilmu Komunikasi
4. NIM 170906229
5. Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 15 Oktober 1999
6. E-mail cyinthia15@gmail.com
7. Nomor Telepon / HP 089531633325

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SD Suster SMP Pengabdi SMA Santo
Singkawang Singkawang Ignasius
Singkawang
Jurusan - - MIPA
Tahun Masuk – 2005-2011 2011 - 2014 2014 - 2017
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No. Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah / Seminar Tempat
1. - - -
2. - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1. - - -
2. - - -
18

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM Gagasan Tertulis.

Yogyakarta, 16-01-2019
Anggota Tim,

( Cyinthia )
19

5.1.4 Biodata Dosen Pembimbing

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Dr. Pranowo, ST., MT.
2. Jenis Kelamin Laki – Laki
3. Program Studi Teknik Informatika
4. NIDN 0503117101
5. Tempat dan Tanggal Lahir Magelang, 03-11-1971
6. E-mail pranowo@uajy.ac.id
7. Nomor Telepon / HP 08164262372

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Instansi UGM UGM UGM
Jurusan/Prod Teknik Mesin Teknik Elektro Teknik Elektro
i & Teknologi
Informasi
Tahun Masuk - Lulus 1990-1996 2000-2002 2004-2010

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT


C.1. Pendidikan/Pengajaran
No. Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1. Teknik Komputasi Wajib 3
2. Pemrograman Paralel Pilihan 3
3. Pengolahan Citra Pilihan 3

C.2. Penelitian
No. Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
1. Perangkat Lunak Paralel Berbasis DIKTI 2011-
Metode Finite Volume untuk Aplikasi 2013
Ultrasonik Biomedis
2. Pengembangan Metode Convolutional UAJY 2016
Neural Network Level Set (CNNLs)
Untuk Segmentasi Citra
3. Pengembangan Meshless Radial Point UAJY 2017
Interpolation Methods (RPIM) Untuk
Simulasi Perpindahan Panas Konveksi
Alami

Alamat Scopus:
https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57191904567
20

Alamat Sinta2:
http://sinta2.ristekdikti.go.id/authors/detail?id=5973145&view=overview

Alamat Google Scholar:


https://scholar.google.co.id/citations?user=qCNM3x8AAAAJ&hl=id

C.3. Pengabdian kepada Masyarakat


No. Judul Pengabdian kepada Masyarakat Penyandang Dana Tahun
1. Pelatihan Pembuatan dan Website UAJY 2016
Pengelolaan GKII Filipi Famili
Yogyakarta
2. Penggunaan Moodle dalam Implementasi UAJY 2017
e-learning Pendukung Proses
Pembelajaran di SD Tumbuh Yogyakarta
3. Sosialisasi dan Pelatihan Bisnis Online UAJY 2018
untuk UPPKS Bina Kreasi Puri Asri
Gamping Sleman

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM Gagasan Tertulis.

Jakarta, 16-01-2019
Dosen Pendamping,

( Dr. Pranowo, ST, MT. )


21

5.2 Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas

Alokasi
Program Bidang
No. Nama/NIM Waktu Uraian Tugas
Studi Ilmu
(jam/minggu)
Ketua
Penyunting
Jo Vianto / Teknik dan Penyusun
1. - 23
170709173 Informatika Gagasan poin
2.3-2.5 dan
Kesimpulan
Anggota
Henkky / Teknik Penyusun
2. - 15
2101724535 Informatika Penyusun
Pendahuluan
Anggota
Penyusun
Cyinthia / Ilmu
3. - 15 Penyusun
170906229 Komunikasi
Gagasan poin
2.1-2.2
22

5.3 Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim

SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Jo Vianto
NIM : 170709173
Program Studi : Teknik Informatika
Fakultas : Teknologi Industri

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-GT saya dengan judul:

Sistem Kendali Konten Televisi Berdasarkan Kategori Usia Berbasis Deep


Learning: Age Recognition yang diusulkan untuk tahun anggaran 2018 adalah asli
karya kami dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.

Yogyakarta, 16-01-2019
Mengetahui, Yang menyatakan,
Wakil Dekan III Fakultas
Teknologi Industri,

(B. Yudi Dwiandiyanta, S.T., M.T.) (Jo Vianto)


NIP. 11.99.668. NIM. 170709173.

Anda mungkin juga menyukai