NIM : G3A017285
Nama Pembimbing :
Saran Pembimbing :
2018
1
1. Pengertian
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang
dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi.Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif yang
berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi.Lutut, punggung, tangan, dan pergelangan kaki
paling sering terkena.
2. Etiologi
2
1. Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia
pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi
fibrosis tulang rawan.
2. Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak
pada wanita pascamenopause (osteoartritis primer).Osteoartritis sekunder lebih banyak
ditemukan pada pria.
3. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika
daripada kulit hitam.
4. Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang timbulnya OA.Bila ibu menderita OA sendi interfalang
distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
5. Faktor Metabolik/Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan
berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun wanita.
6. Faktor Mekanis
Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan
predisposisi OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi
berlebihan, dan gangguan kongruensi sendi akan meningkatkan OA.
OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.
7. Diet
Salah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia disebut penyakit Kashin-Beck yang
mungkin disebabkan oleh menelan zat toksin yang disebut fusaria.
3
3. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan progresif
lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan
degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.Proses degenerasi ini
disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan
tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal
dan terjadi penyempitan ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus
4
Pathway
Reaksi faktor resiko dengan antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus
Sinovial menebal
Resiko
Ankilosis fibrosa
cidera
5
4. Manifestasi Klinis
Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri pada akhir ,
dan seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi semakin parah, sampai pada tahap
dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan biasa menganggu tidur
Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang hari dengan
periode istirahat.
Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
Pembesaran sendi (deformitas)
Perubahan gaya berjalan
Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa hangat yang merata
dan warna kemerahan).(Nurarif dkk, 2015)
Klasifikasi
1. Osteoartritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau
beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya,
dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian
distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2. Osteoartritis Sekunder
6
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada
sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat
menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
a. Trauma /instabilitas.
b. Faktor Genetik/Perkembangan
c. Penyakit Metabolik/Endokrin
1. Grade 0 : Normal
Minim
3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan
sendi menyempit asimetris.
7
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian sendi
a. Olahraga
Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol barat
badan.Olahraga untuk osteoarthritis misalnya berenang dan jogging.
b. Menjaga sendi
Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres pada sendi.
c. Panas/dingin
Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas.Panas dapat mengurangi rasa
sakit pada sendi dan melancarkan peredaran darah.Dingin dapat mengurangi
pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit.Dapat didapat dengan
mengompres daerah yang sakit dengan air dingin.
d. Viscosupple mentation
e. Pembedahan
8
Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan
dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari
tulang.
f. Akupuntur
h. Teh hijau
2. Terapi Farmakologi
Semua obat memiliki efeksamping yang berbeda, oleh karena itu, penting bagi
pasien untuk membicarakan dengan dokter untuk mengetahui obat mana yang paling
cocok untuk di konsumsi.Berikut adalah beberapa obat pengontrol rasa sakit untuk
penderita osteoarthritis.
a. Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena relatif aman
dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
c. Topical pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang
terasa sakit.
d. Tramadol (Ultram)
Tidak mempuyai efeksamping seperti yang ada pada acetaminophen dan NSAIDs.
9
Mengandung analgesic seperti codeinatau hydrocodone yang efektif mengurangi
rasa sakit pada penderita osteoarthritis.
f. Corticosteroids
g. Hyaluronic acid
6. Pencegahan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari osteoarthritis:
2. mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan
10
7. KONSEP RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Meliputi nama, umur usia. (Usia merupakan faktor resiko terbesar terjadinya OA
(Markenson, 2004). OA hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan jarang
terjadi dibawah 40 tahun dan sering terjadi diatas usia 40 sampai 60 tahun (Soeroso,
2007). Pada penuaan terjadi perubahan morfologi dan fungsi kondrosit. Perubahan
ini menyebabkan degradasi kartilago immature yang cepat saat dirangsang oleh
interleukin-1 (IL-1) (Thobias & Sharif, 2003)).
b. Jenis kelamin (Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada wanita, hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal (Soeroso et al., 2007). Insiden kejadian OA pada wanita
meningkat tajam bersamaan dengan menopouse (Jordan, 2006). Pada saat
menopouse terjadi penurunan sekresi estrogen (Jones, 2002). Reseptor estrogen dapat
mengenali permukaan osteoblas dan osteoklas dan pada penelitian in vitro
didapatkan hasil bahwa hormon seks wanita mampu memodifikasi kondrosit pada
kondisi kultur (American Academy of Orthopedic, 2004).
c. Alamat, agama/kepercayaan, pendidikan, suku/bangsa (Osteoarthritis dua kali lebih
sering dijumpai pada orang kulit hitam dari pada orang kulit putih (Kasjmir, 2003).
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan (Soeroso et al., 2007).
d. Pekerjaan
2. Keluhan Utama
Pasien biasnya mengeluh nyeri pada sendi waktu bergerak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat bergarak, keletihan, merasa kaku waktu
pagi hari,
b. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak terdiagnosa
c. Riwayat kesehatan keluarga
11
Pasien ada yang menderita penyakit ini, osteoarthritis muncul karena adanya
factor genetik
5. Riwayat psikososial
Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.
Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.
Pemeriksaan Fisik
Pada osteoartritis pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dilakukan pada pasien
yang pertama adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian pemeriksaan
tanda-tanda vital seperti pengukuran suhu, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah
sehingga didapatkan hasilnya tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 88kali/menit,
pernafasan 20kali/menit, dan suhu 36,40 C. Selain itu pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan pemeriksaan fisik otot dan sendi dengan cara inspeksi, palpasi dan pergerakan
pada sendi bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan (dengan tambahan tes sensoris
jari untuk menguji integritas dari n. ulnaris pada palmar dan dorsal manus: digiti IV
bagian medial dan digiti V, n.radialis pada dorsum manus: digiti I, II, III, Ivbagian
lateral, dan n.medianus pada palmar: digiti I, II, III, IV bagian lateral), coxae (dengan
tambahan tes thomas pada keadaan tidur terlentang), lutut, dan pergelangan kaki dan
kaki. Pada pemeriksaan fisik pasien osteoartritis didapatkan ;
a. Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini. Biasanya
bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa
digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh
arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerak saja).
b. Krepitasi
Awalnya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien
atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat
didengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif di manipulasi.
12
c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakan pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak
banyak ( <100 cc ). Sebab lain karena osteofit yang dapat mengubah permukaan
sendi.
d. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena
adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan,
seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan
kaki.
e. Deformitas sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang
dan permukaan sendi.
f. Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan
berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan OA tulang belakang
dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku, dan
pergelangan tangan, ostoartritis juga menimbulkan gangguan fungsi.
g. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot
h. Kardiovaskuler
13
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi
2. Imobilisasi berhubungan kekakuan sendi.
3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi tentang penyakit.
C. Recana asuhan keperawatan
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
14
2. Memperlihatkan diperlukan 3. Untuk proses
mobilitas yang baik 3. Kolaborasi ahli penyembuhan
terapi fisik/okupasi
dan spesialis
vasional.
3. Kurang pengetahuan Kriteria hasil: 1. Berikan bimbingan 1. Untuk menambah
berhubungan dengan 1. Menunjukkan dan pengalaman pengetahuan
kurangnya informasi pemahaman tentang belajar tentang pasien mengenai
tentang penyakit kondisi/pragnosis dan perilaku kesehatan prilaku kesehatan
perawatan. yang kondusif dirinya.
2. Dapat 2. Berikan pemahaman 2. Pasien mengetahui
mengidentifikasi kepada pasien secara tentang prosedur
kebutuhan terhadap mental tentang dan penanganan
informasi tambahan prosedur dan penyakitnya.
tentang program penanganan
terapi
D. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan
sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien
meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan,
pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial,
dan upaya komplikasi.
15
E. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang di
harapkan :
Mengalami peredaan nyeri
Tampak tenang dan bebas dari ansietas
Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif
16
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Mukulosketal.
Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
17