ABSTRAK
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu kesehatan merupakan
investasi untuk membangun sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang
dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik, secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Tetapi banyak sekali tindakan malpraktek yang dilakukan oleh
tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tindakan tersebut
tentu merugikan masyarakat sehingga perlu diberikan suatu perlindungan hukum terhadap hak
yang dimiliki setiap orang sebagai konsumen/pasien kesehatan.
sesuai dengan perjanjian atau tidak Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
sebagaiman mestinya. Perlindungan Konsumen. Perlindungan
9) Hak-hak yanng diatur dalm hukum adalah suatu perlindungan yang
ketentuan peraturan perundang- diberikan terhadap subjek hukum dalam
undangan lainnya. bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
Pasien sebagau konsumen preventif maupun yang bersifat represif,
kesehatan memiliki perlindungan diri baik yang tertulis maupun yang tidak
dari kemungkinan upaya pelayanan tertulis. Salah satu hak utama yang dimiliki
kesehatan yang tidak bertanggung pasien adalah hak-hak untuk memperoleh
jawab seperti penelantaran. Pasien informasi atau penjelasan, merupakan hak
berhak untuk keselamatan dan asasi pasien yang paling utama bahkan
kenyamanan terhadap pelayanan jasa dalam tindakan-tindakan khusus diperlukan
kesehatan yang diterimanya. Dengan persetujuan tindakan medis yang
adanya hak tersebut maka konsumen ditandatangani oleh pasien dan atau
akan terlindungi dari praktik profesi keluarga pasien.
yang mengancam keselamatan atau Hal tersebut tidak dapat dipungkiri
kesehatan. bahwa hubungan dokter dengan pasien,
Hak pasien lainnya sebagai maka dokter mempunyai posisi yang lebih
konsumen jasa kesehatan adalah hak kuat dibandingkan dengan posisi pasien
untuk didengar dan medapatkan ganti atau keluarga pasien. Akan tetapi dengan
rugi apabila pelayanan yang didapatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak sebagaimana mestinya. masyarakat atau pasien telah memperoleh
Masyarakat sebagai konsumen dapat akses yang tinggi terhadap informasi
menyampaikan keluhannya kepada tentang kesehatan.
dokter atau pihak rumah sakit sebagai Sedangakan menurut Undang-Undang
upaya perbaikan rumah sakit dalam Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindangan
pelayanannya. Selain itu konsumen Konsumen memang tidak menyebutkan
berhak untuk memilih dokter yang secara spesifik hak dan kewajiban
diinginkan dan berhak mendapatkan konsumen, tetapi karena pasien juga
pilihak kedua dan juga mendapatkan merupakan konsumen yaitu konsumen jasa
rekam medik yang berisikan riwayat kesehatan maka hak dan kewajibannya juga
penyakit pasien. mengikuti hak dan kewajiban konsumen
secara keseluruhan.
PENUTUP Saran
Simpulan Seiring perkembangan teknologi
Hak pasien selaku konsumen jasa medis diharapkan pula dapat dibentuknya
pelayanan kesehatan diatur dalam Undang- suatu peraturan hukum yang komprehensif
yang khusus mengatur mengenai hukum Soekidjo Notoatmojo. 2010. Etika &
kesehatan, sehingga diharapkan masyarakat Hukum Kesehatan. Jakarta: PT.
lebih dapat memahami hak-hak yang Rineka Cipta.
mereka miliki sebagai pasien yang
menggunakan jasa pelayanan kesehatan dan Wila Chandrawila Supriadi. 2011. Hukum
juga sebagai pedoman bagi tenaga Kedokteran. Bandung: Mandar Maju.
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai tenaga kesehatan agar dapat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
meminimalisir terjadinya kasus-kasus tentang Perlindungan Konsumen.
kelalaian medik. Undang-Undang Republik Indonesia
Pemerintah harus membuat aturan Nomor 29 Tahun 2004 tentang
tersendiri tentang malpraktik yang Praktik Kedokteran.
dilakukan oleh tenaga kesehatan (termasuk
perawat), sehingga ada payung hukum yang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
secara khusus mengatur tentang tindakan tentang Kesehatan.
malpraktik tersebut. Selain itu, peraturan
perundangan dalam bidang kesehatan perlu
ditinjau kembali dan disempurnakan,
seperti dalam Undang-undang Kesehatan
yang juga tidak mengatur mengenai
malpraktik di dalamnya, sehingga
memunculkan ketidakjelasan status hukum
pihak-pihak yang berkepentingan dalam
upaya pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA