Askep Camar Tajib
Askep Camar Tajib
DISUSUN OLEH :
ISTAJIB
1724201058
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES MOJOPAHIT MOJOKERTO
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar pengesahan di buat sebagai bukti bahwa Mahasiswa Stikes Mojopahit Mojokerto
atas nama Istajib
Telah melakukan Responsi Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn. A dengan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di ruang Betet RSJ. Dr. Radjiman Widyodiningrat
Lawang Malang
Dr. Abdul Muhith, S.Kep. Ns., M.M.Kes Hasim Asyari, S.Kep Ns.
NIK : 220 250 097 NIP : 197112021992031001
Mengetahui
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-
Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah keperawatan jiwa yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran”
Penulisan dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas praktek
Keperawatan Jiwa serta memberikan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam
kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
2. Kepala Bidang Perawatan RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Beserta Staf
3. Para Dosen Stikes Mojopahit Mojokerto dan Pembimbing lahan Praktek Klinik
Keperawatan Jiwa
4. Kepala Ruang Camar RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang beserta Seluruh
Perawat Ruangan
5. Rekan-rekan mahasiswa kelompok 4
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan atau kekurangan baik
dari segi bahasa maupun isi. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan adanya masukan dan
kritikan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon Neurobiologi (Stuart dan Laria, 2001). Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan). klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus tidak ada.
Tanda dan gejala halusinasi penting perlu diketahui oleh perawat agar dapat
menetapkan masalah halusinasi ,antara lain :
1) Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4) Disorientasi
5) Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6) Cepat berubah pikiran
7) Alur pikir kacau
8) Respon yang tidak sesuai
9) Menarik diri
10) Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerangorang lain tanpa sebab
11) Sering malamun
Psikotik Ringan.
Psikotik.
2.5. Etiologi
Seseorang yang mengalami halusinasi beranggapan bahwa sumber atau penyebab
halusinasi berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer halusinasi adalah
kebutuhan perlindungan diri secara psikologis, padahal rangsangan primer halusinasi
adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologis, terhadap kejadian traumatik
sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, rasa marah, dan rasa takut ditinggalkan oleh
yang dicintainya.
Tidak dapat meninggalkan dorongan ego, pikiran dan perasaan sendiri secara umum
dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan kebutuhan keluarga.
Penyebab terjadinya halusinasi ancaman terhadap harga diri dan kebutuhan keluarga
meningkatkan kecemasan.
2.6. Pohon masalah
Kerusakan Komunikasi
Resiko mencederai diri, orang lain
Bicara, tersenyum, tertawa sendiri dan likgkungan
Konsentrasi mudah berubah, kekacauan
arus pikir
HDR
Koping Maladaptif
Stress Psikologis
Faktro Presipitasi
Factor Predisposisi
Bicara nglantur
Kepribadian Introvet
Melakukan tindakan yang tidak biasa
Pendiam, pemalu
Klien sulit tidur
Merasa dibisiki setan ditelinganya
Klien akan membunuh penjual pisau
M
e
r
a
s
a
d
i
b
i
s
i
k
i
o
l
e
h
2.7. Proses keperawatan
1) Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien sendiri
maupun keluarga berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi :
a) Faktor predisposisi
1) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofienia diturunkan melalui
kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang ke beberapa
yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Diduga kromosom schizofrenia ada kromosom gangguan dengan
kontribusi genetis tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22 (Buchanan dan Carpenter,
2000)
2) Faktor Biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif.peran pre frontal dan limbik cortices dalam regulasi
stres berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf pada pre frontal penting
untuk memori,penurunan neuro pada area ini dapat menyebabkan kehilangan
asosiasi.
3) Faktor presipitasi Psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan
Pola asuh anak tidak adequate
Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan
Sosial Budaya
Kemiskinan
Konflik sosial budaya, peperangan, kerusuhan
b) Faktor presipitasi
1) Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf
terganggu (mekanisme gathing abnormal)
2) Stress lingkungan
Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku
(Stuart dan Laria, 2001 : 416)
c) Gejala-gejala pemicu seperti : kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku
1) Kesehatan Meliputi :
Nutrisi yang kurang
Kurang tidur
Ketidakseimbangan irama sirkardian
Kelelahan
Infeksi
Obat-obat sistem syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
2) Lingkungan meliputi :
Lingkungan yang memusuhi, kritis Misalnya di rumah tangga
Kehilangan kebebasan hidup
Perubahan kebiasaan hidup, pola aktifitas sehari-hari
Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
Isolasi social
Kurangnya dukungan sosial
Tekanan kerja (kurang ketrampilan dalam bekerja)
Stigmasisasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapat pekerjaan
3) Sikap atau perilaku :
HDR
Tidak PD (Putus Asa)
Merasa gagal
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan >> dengan gejala tersebut
Tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual atau merasa malang
Bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasaan
Ketidakadekuatan pengobatan
Ketidakadekuatan penanganan gejala
4) Mekanisme Koping
Mekanisme yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari
Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
klien
Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal
Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
5) Perilaku
Perilaku klien yang mengalami halusinasi tergantung jenis halusinasinya.
Untuk validasi tentang halusinasi diperlukan :
Isi halusinasi yang dialami klien
Waktu dan frekuensi halusinasi
Situasi pencetus halusinasi dan peristiwa sebelum halusinasi muncul
Respon klien; menentukan sejauh mana halusinasi yang telah
mempengaruhi klien
6) Masalah keperawatan yang mungkin muncul
Resiko tinggi tindakan kekerasaan yang diarahkan pada diri, orang lain
dan lingkungan
Halusinasi dengar atau lihat
Perubahan proses pikir : Waham
Penatalaksanaan regimen terapiutik yang tidak efektif, ketidak
mampuan
2) Diagnosa keperawatan
a) Resiko tinggi tindakan kekerasaan yang diarahkan pada lingkungan yang
berdasarkan halusinasi pendengaran dan penglihatan.
b) Halusinasi dengar atau lihat yang berdasarkan isolasi sosial
c) Perubahan proses pikir : Waham yang berdasarkan HDR kronis
d) Penatalaksanaan regimen terapiotik yang tidak efektif, ketidak mampuan yang
berdasarkan koping keluarga tidak efektif
4) Evaluasi
Asuhan keperawatan berhasil jika klien menunjukkan :
a) Kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan cara yang
efektif yang dipilihnya.
b) Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan mengingat
sifat penyakitnya yang kronis.
c) Kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien
mengatasi masalah gangguan jiwa
d) Kemampuan merawat di rumah dan menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi klien di rumah
e) Pemahaman keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan jika tanda-
tanda halusinasi muncul
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG CAMAR
RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 35 Thn
Alamat : Permanu RT.2 RW.3 Pakisaji Malang
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Status : Belum kawin
Pekerjaan : Pemulung
No.RM : 083544
Tanggal MRS : 18 September 2018
Tanggal Pengkajian : 18 September 2018
II. ALASAN MASUK
a. Data Primer : kx mengatakan dibawa masuk kesini karena tidak mau bekerja,
hanya diam di kamar
b. Data Sekunder : Klien marah-marah dan tidak bisa tidur 3 hari.
c. Keluhan utama saat pengkajian : merasa sering mendengar suara bisikan orang
laki-laki yang isinya mengajak joget dan jalan-jalan
Keterangan:
: Meninggal : Laki-laki
: Meninggal : Klien
Pola asuh : saat kecil sampai dewasa cara mengasuh klien dengan sabar dan tidak
pernah dimarahi.
Pola komunikasi : keluarga jarang bicara dengan klien sehingga klien lebih sering
diam sendirian didalam kamar.
Pola pengambilan keputusan : bila klien mengalami suatu permasalahan klien
cenderung diam karena keluarga jarang bicara dengan klien
DX Kep : Koping keluarga inefektif
Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan menyukai bagian matanya karena bisa untuk melihat dan
klien tidak menyukai tanganya karena pernah memukul ibunya
b. Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki yang bernama Tn. A, berusia 35
tahun, tinggal di Pakisaji malang dan klien mengatakan puas menjadi laki-laki.
c. Peran
Peran klien dirumah sebagai anak dan selalu membantu ibunya bersih-bersih
rumah dan cuci piring.
Peran saat dirawat : membantu kebersihan kamar mencuci alat makan
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan jika sudah keluar rumah sakit
jiwa, klien ingin bekerja cari rongsokan seperti sebelum sakit dan klien
berharap bisa kumpul dengan keluarganya.
e. Harga Diri
Klien mengatakan malu karena sakit jiwa dan harus dirawat di rumah sakit jiwa
Diagnosa Keperawatan : HDR
Hubungan Sosial
a. Orang Klien yang berarti/terdekat : Orang yang paling terdekat dan paling
berarti bagi klien adalah ibunya. Di RSJ klien mengatakan mempunyai teman
dekat yaitu malik
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan di masyarakat, seperti karang
taruna, pengajian dan arisan.
Saat dirumah sakit klien ikut kegiatan direhabilitasi membuat kemucing
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas berbicara dengan temannya karena yang di ajak
mengobrol sering tidak nyambung, sehingga klien lebih sering menyendiri.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam dan menyakin bahwa Allah itu
satu dan segala hal sudah di atur oleh Allah
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan jarang sholat karena tidak ada tempet yang
khusus
Diagnosa Keperawatan : gangguan pemenuhan spiritual
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: cukup, kooperatif, tenang, pakaian rapi.
2. Tanda Vital:
TD :100/60 mmHg,
Nadi : 80 x/menit,
Suhu : 36,1 ºC.
RR : 20 x/menit.
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien sesuai dengan usianya ,rapi menggunakan seragam yang di
sediakan RSJ, bisa memakai pakaian seperti biasanya tidak terbalik, rambut
rapi dan selalu disisir setiap habis mandi, bersih, gatal – gatal (-).
Diagnosa Keperawatan : -
2. Pembicaraan
Klien bisa berbicara dengan jelas, tidak lambat, tidak cepat, tidak keras dengan
intonasi yang sedang.
Diagnosa Keperawatan : -
3. Aktivitas motorik/psikomotor
Mau membantu kegiatan di ruangan rawat , sering menyendiri
Diagnosa Keperawatan : -
4. Mood dan Afek
Mood : klien sering merasa khawatir tidak pulang diambil keluarganya karea
sampai saat ini belum pernah dikunjungi
Afek : saat menceritakan masalahnya klien sering menunduk ekspresi sedih
Diagnosa Keperawatan : ansietas
5. Interaksi selama wawancara
Kontak mata klien mau menatap lawan bicara
Diagnosa Keperawatan : -
6. Persepsi sensori
Klien merasa mendengar suara-suara bisikan orang laki-laki yang mengajak
joget dan jalan-jalan, suara tersebut muncul saat klien sedang sendirian dan
saat malam hari sehingga klien sering senyum-senyum sendiri dan keluyuran.
Klien tampak sering menyendiri, ngomong sendiri, ekspresi muka murung
Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Pendengaran
7. Proses pikir
a. Arus pikir
Klien berbicara sesuai pada umumnya, tidak lambat, tidak cepat
dengan intonasi sedang dan bisa di mengerti. Dibuktikan dengan klien
mampu menjawab pertanyaan dengan benar. (koheren)
b. Isi pikir
Klien merasa malas berkumpul dengan orang lain. Klien lebih nyaman
sendiri.(pikiran isolasi)
c. Bentuk pikir
Klien merasa malas berkumpul dengan orang lain. Klien lebih nyaman
sendiri.(Autistik)
Diagnosa Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
8. Kesadaran
Orientasi waktu :
Klien tidak mengalami disorientasi waktu ditandai dengan, klien mampu
mengatakan sekarang siang jam 13.00 Wib,
Orientasi tempat :
Klien tidak mengalami disorientasi tempat terbukti klien mengerti bahwa dia
sekarang berada di ruang Camar RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat.
Orientasi orang :
Klien juga tidak mengalami disorientasi orang terbukti klien mampu
menyebutkan nama teman dekatnya yaitu Manik.
Secara kualitatif : kesadaran berubah pada relasi dibuktikan dengan lebih
senang menyendiri sehingga halusinasi sering muncul.
Diagnosa keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Memori
Jangka panjang :
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang terbukti klien
mampu mengingat umurnya yaitu 35
Jangka pendek :
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka pendek terbukti dengan
klien mampu menceritakan kalau dia cuci tangan sebelum makan.
Saat ini :
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini terbukti klien mampu
menceritakan kalau tadi pagi klien makan pagi dengan menu ayam.
Diagnosa Keperawatan : -
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi :
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik terbukti ketika disuruh mengulang
kembali beberapa alat transportasi klien mampu mengulang dengan benar.
Berhitung :
Klien mampu melakukan perhitungan sederhana, terbukti saat diberi
pertanyaan klien 100 – 7 klien menjawab 93 , 93 – 7 klien menjawab 86.
Diagnosa Keperawatan : -
11. Kemampuan penilaian
Bila halusinasi muncul yang dilakukan klien senyum-senyum sendiri dan
keluyuran.
Diagnosa Keperawatan : -
Aspek pengetahuan
Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang penyakitnya saat ini
Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit yang di derita.
X. DAFTAR MASALAH
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial: Menarik diri
4. Respon pasca trauma
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit
6. Koping individu tidak efektif
7. Koping keluarga tidak efektif
P perawat : mengulang Sp 1 – 4
P : Perkenalan nama saya P: memandang klien P: perawat merasa klien K : mengerti dengan Memperkenalkan diri dapat
adalah istajib, biasa sambil tersenyum dan harus diberi pendekatan kedatangan perawat menciptakan rasa percaya pada klien
dipanggil tajib, saya menjulurkan tangan dan dijelaskan maksud terhadap perawat
mahasiswa stikes kepada klien kedatangan perawat
mojopahit mojokerto
yang praktek di
ruangan camar ini
selama 1 minggu dan
saya akan merawat
mas.
K: iya. . .
K: klien mau berjabat
tangan dan menyebut
nama.
P: nama mas siapa?
Umurnya berapa? P: memandang klien P : perawat ingin tahu nama K: klien bisa menerima Dengan mengenal nama klien dan
Berasal dari mana? sambil tersenyum klien dan merasa klien kedatangan perawat pasien sudah mengenal perawat maka
K: A., 35 tahun, pakisaji memulai bisa lebih dekat akan memudahkan proses interaksi
K: menyebutkan nama, dengan perawat dan
umur dan alamat butuh lagi waktu untuk
lebih mengenal dan dekat
P :lebih senang dipanggil dengan perawat
apa? Mas apa Pak?
K : mas P : memandang klien P : ingin melanjutkan K: sudah mengerti dengan Dapat mengetahui panggilan kesukaan
sambil tersenyum komunikasi dan interaksi kedatangan perawat dan pasien
K: klien mau memandang lebih dalam merasa mulai kenal
perawat dan dengan perawat
menjawab pertanyaan
P : bagaimana kabar mas perawat
pada pagi hari ini?
K: baik P: memandang klien P : mencoba menggali K : klien menjawab Menunjukkan perhatian sehingga bisa
P : apa yang terjadi sambil tersenyum kondisi klien dan merasa pertanyaan dengan menjalin rasa percaya
sehingga mas dibawa K: ekspresi wajah datar pertanyaan dijawab singkat
kesini dengan benar
K : kontrol disuruh P: memandang klien P : mencoba menggali K : menduga-duga arah Mengetahui kedatangan pasien ke RSJ
ngamar, mendengar penyebab klien dibawa pertanyaan dan mulai sehingga memudahkan dalam
suara-suara ke RSJ lawang dan berfikir dan merasa merumuskan masalah keperawatan
K: ekspresi wajah datar merasa senang dengan tidak terganggu oleh
P : saya senang bisa tanggapan klien perawat
berkenalan dengan
mas hari ini,
bagaimana kalau kita P: memandang klien P : ingin membantu klien K : mampu menjawab Kontrak berikutnya harus mendapat
berbincang-bincang sambil tersenyum mengenal halusinasinya. pertanyaan yang persetujuan klien.
untuk lebih saling diberikan perawat
mengenal.
K : iya. . .
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien merasa mendengar suara-suara bisikan orang laki-laki yang
mengajak joget dan jalan-jalan, suara tersebut muncul saat klien
sedang sendirian dan saat malam hari sehingga klien sering senyum-
senyum sendiri dan keluyuran.
DO : - Klien terlihat mondar mandir
- Klien senyum-senyum sendiri
- Klien tampak murung
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Tujuan umum: Klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
Tujuan khusus
1). Klien dapat membina hubungan saling percaya
2). Klien dapat mengenal halusinasinya
3). Klien dapat menghardik halusinasi
4. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasinya
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasinya
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Orientasi
Salam terapiutik
“Selamat pagi mas?” perkenalkan nama saya istajib, saya senang di
panggil tajib, saya mahasiswi Stikes Mojopahit Mojokerto, di sini saya
praktek 1 minggu yang akan merawat .mas? Nama mas siapa? Mas
senang di panggil apa?Bagaimana perasaan mas hari ini?apa yang mas
rasakan saat ini?, Baiklah mas, bagaimana kalau kita berbincang
bincang tentang suara yang selama ini mas dengar? Dimana kita
duduk?disini (tempat tidur) atau ruang tamu, berapa lama? bagaimana
kalau 15 menit? Kalau masih kurang bisa kita tambahkan lagi.
Fase kerja
“Apakah mas mendengar suara tampa wujud?, terdengar seperti apa
suara itu?, apakah mas mendengar suara itu terus menerus / sewaktu
waktu? Pada saat apa suara itu mas dengar? Berapa kali sehari mas
alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar mas? Apakah ada waktu
tersendiri mas? Apakah yang mas rasakan saat mendengar suara itu?
Apakah yang mas lakukan jika mendengar suara itu? Apakah dengan
cara itu suara suara yang mbak dengar hilang? Bagaimana kalau kita
belajar cara cara untuk mencegah suara suara itu muncul? Cara
pertama yaitu dengan menghardik suara tersebut mbak, yang kedua
dengan cara bercakap cakap dengan orang lain, ketiga melakukan
kegiatan sesuai jadwal dan yang keempat minum obat secara teratur.
Bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu, yaitu dengan menghardik,
caranya begini mas, saat suara suara itu muncul, langsung mas tutup
telinga dan bilang, pergi..pergi…saya tidak mau dengar,saya tidak mau
dengar kamu suara palsu..begitu mbak di ulang ulang sampai suara itu
tidak terdengar lagi.
Coba mas peragakan !! nah ,begitu mas !coba lagi mas !! iya bagus
mas sudah bisa.
Fase terminasi
1). Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasaan mas setelah peragaan latihan tadi?”
2). Evaluasi obyektif
“ Kalau suara itu muncul lagi, coba mas usir suara tersebut !
3). Rencana tindak lanjut
“ Bagaimana kalau kita buat jadwal latihan, mas mau jam berapa
latihannya?
4). Kontrak
“ Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara suara dengan cara yang ke dua? Kapan mas?
Bagaimana kalau besok jam 11.00 selama 15 menit mas setuju?
Dimana tempat kita besok berdiskusi mas? Baiklah sampai bertemu
besok lagi ya mas!!
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan mendengar suara – suara perempuan
DO : - Klien terlihat mondar mandir
- Senyum-senyum sendiri
- Tampak murung
2. Diagnosa Keperawatan
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan masih mendengar suara - suara
DO : - Klien mondar mandir
- Klien kadang senyum-senyum sendiri
- Klien tampak murung
2. Diagnosa Keperawatan
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien suara suaranya kadang masih muncul
DO : - Klien mondar mandir
- Klien kadang senyum senyum sendiri
- Klien tampak murung
2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah di lakukan, gangguan yang paling menonjol adalah
gangguan persepsi sensori halusinasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien Tn. A. dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. Dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat persamaan antara teori dasar gangguan persepsi sensori
halusinasi dengan pasien kelolaan gangguan persepsi sensori halusinasi
baik secara definisi, tanda dan gejala, factor predisposes, sumber koping,
mekanisme koping.
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien gangguan persepsi
sensori halusinasi merupakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi
3. Terapi aktifitas kelompok : gerak yang terprogram dapat membantu
memberikan kegiatan pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi
selama di rumah sakit
4. Melatih klien berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara terus
menerus penting dilakukan untuk mengatasi gangguan persepsi sensori
halusinasi
5.2 Saran
Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, Gail W & Laraian. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC