Anda di halaman 1dari 4

Tujuan Surveilans Perilaku

Surveilans perilaku bertujuan untuk mementau perubahan perilaku seksual dan


penyuntikan berisiko dari waktu ke waktu.Survei perilaku ini menyediakan informasi untuk
menilai efektifitas upaya pencegahan dan mengembangkan program selanjutnya
surveilans perilaku bertujuan untuk melakukan pemantuan terhadap perilaku
seksual dari kelomok berisiko dari waktu ke waktu untuk menyediakan informasi guna
menilai efektifitas dari upaya pencegahan yang telah dilakukan serta mengembangkan
program selanjutya. Peranan dari surveilans perilaku ini adalah sebagai sitem peringatan
dini, perencanaan suatu program pencegahan dan penanggulangan dan membantu evaluasi
program serta membantu menjelaskan perubahan suatu prevalensi. Prinsip dari pelaksanaan
surveilans perilaku sama dengan surveilans HIV yaitu survei yang dilakukan berulang
untuk mengumpulkan data tentang perilaku terhadap populasi berisiko tertular seperti PSK,
waria, pengguna NAPZA suntik dll.

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan


populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan
respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.

Tujuan khusus surveilans:


1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit yang di akibatkan oleh perilaku
individu;
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak; Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, RS, Dokter praktik),
Komunitas Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Provinsi, Pusat Peristiwa penyakit,
kesehatan populasi Intervensi Keputusan Pelaporan Informasi (Umpan Balik)
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden)
pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,
monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan; (6) Mengidentifikasi
kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).

Pelaporan
Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraan
surveilans perilaku termasuk rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unit penelitian, unit
program - sektor dan unit statistik lainnya.

Skema sistem pelaporan

Pedoman Surveilans
Surveilans Kesehatan harus dilakukan pada seluruh populasi dan wilayah yang
ditentukan dengan mengikutsertakan semua unit pengumpul data. pengumpul data yang
dimaksud adalah masyarakat, unit pelayanan kesehatan, kabupaten/kota dan provinsi.
Surveilans perilaku dilakukan terhadap populasi, wilayah, dan kejadian tertentu.
Kebutuhan/kondisi tertentu meliputi:
a. pertimbangan kebutuhan program;
b. perkembangan epidemiologi;
c. keterbatasan sumber daya; dan
d. kondisi matra.
Adapun pedoman penggunaan surveilans perilaku memiliki peranan antara lain
sebagai:
a. Sistem peringatan dini Dasar perencanaan program
b. Membantu evaluasi program
c. Membantu menjelaskan perubahan prevalensi suatu kasus

Penjelasan:
a. Data perilaku bisa menunjukkan tingkat risiko dalam populasi umum, serta dapat
menunjukkan jalur “jembatan” antara kelompok risiko tinggi dengan kelompok
risiko rendah dalam populasi. Semua jenis informasi bisa dipakai oleh berbagai
pihak; politisi, tokoh agama, dan bahkan oleh mereka yang rentan, sebagai alat
peringatan dini adanya bahaya suatu kasus dan untuk memulai menanggulangi
kasus-kasus yang ada kaitanya tentang perilaku masyarakat.
b. Data perilaku bisa mengindikasikan siapa saja yang paling rentan untuk tertular
atau menularkan kejadian suatu kasus kesakitan, dan mengapa. Data perilaku juga
bisa membantu masyarakat dan perencana program untuk mengembangkan berbagai
inisiatif untuk menghentikan atau menghambat mata rantai penyebaran kasus
kesakitan pada suatu kelompok, daerah, atau negara. Tanpa informasi perilaku
risiko, akan sulit bagi penentu kebijakan membuat prioritas program intervensi yang
paling berdampak dalam menghambat penyebaran suatu kasus kesakitan.
c. Perubahan-perubahan ini dapat mengindikasikan keberhasilan serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mempromosikan perilaku aman dan menghambat penyebaran
kejadian kesakitan seperti penyebaran HIV, IMS dll baik pada populasi umum
maupun kelompok-kelompok risiko tinggi.
d. Perubahan perilaku dan konsekuensi penurunan infeksi baru hanyalah salah satu
alasan dari perubahan prevalensi kasus kesakitan yang terjadi di masyarakat akibat
perilaku negatif. Tetapi, tanpa mengumpulkan data yang bisa menunjukkan tren
perubahan perilaku dari waktu ke waktu, maka kita tidak mungkin untuk
memastikan bahwa perubahan perilaku telah berkontribusi terhadap perubahan
prevalensi kasus kesakitan yang tengah terjadi di mayarakat.

https://media.neliti.com/media/publications/8258-ID-mengembangkan-evidence-based-
public-health-ebph-hiv-dan-aids-berbasis-surveilans.pdf
file:///E:/SURVEILANS_KESEHATAN_MASYARAKAT.pdf
file:///E:/KMK_No_1116_ttg_Pedoman_Penyelenggaraan.pdf
microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/243/download/886

Anda mungkin juga menyukai