Anda di halaman 1dari 4

8. Pada polikarbonat crown deepbite yang diperbolehkan seperti apa?

Menurut Joshua Ng Chor Yang, Mahkota Polikarbonat ini tidak disarankan untuk
digunakan dalam kasus di mana struktur gigi yang tersisa tidak cukup untuk retensi,
kebiasaan bruksisme, crowding, dan overbites (Joshua, 2016). Sedangkan menurut Karthik
Venkataraghavan, Penilaian kasus harus dilakukan sehubungan dengan ketersediaan struktur
mahkota, over jet, overbite, kebiasaan, infeksi, dan sebagainya (Karthik, 2014).

9. Apa pemahaman estetika dan factor yang mempengaruhinya apa saja?

Estetika merupakan suatu filosofi mengenai konsep keindahan yang dinilai melalui perasaan
dan pikiran.1 Dalam beberapa dekade terakhir konsep estetika menjadi suatu aspek komersial
yang memainkan peranan penting di kalangan masyarakat. Majalah dan layar televisi
menampilkan wajah-wajah yang memiliki estetika dan penampilan yang menarik, sehingga
terbentuklah suatu diskriminasi mengenai konsep‘cantik’ di mata masayarakat. Dalam
masyarakat kelompok yang paling dipengaruhi oleh media elektronik maupun cetak adalah
kelompok remaja (Arifin dkk, 2018).

Penampilan wajah tidak terlepas dari konteks kecantikan dan ketampanan. Wajah
yang cantik dan tampan tentu saja memiliki proporsi yang ideal dan senyuman yang menarik.
Untuk mendapatkan senyuman yang menarik banyak faktor yang berperan seperti bibir,
gingiva, dan gigi-gigi. Gigi dengan susunan yang rapi dan senyum yang menawan akan
memberikan efek yang positif, sebaliknya gigi yang tidak teratur akan memberikan sugesti
yang negatif kepada seseorang sehingga akan menimbulkan efek yang merugikan dalam
interaksi sosial (Arifin dkk, 2018) .

Sejalan dengan berkembangnya dunia kedokteran gigi dan berbagai teknologi


penunjangnya saat ini maka Estetik Dentistry semakin berkembang dalam mengantisipasi
kebutuhan masyarakat akan perbaikan penampilan. Kemajuan Ilmu pengetahuan secara
umum pun sangat berpengaruh pada pergeseran kebutuhan masyarakat akan perawatan gigi
yang semula hanya berkisar pada penghilangan rasa sakit dan pemenuhan fungsi
pengunyahan, maka saat ini kecenderungan akan perawatan gigi lebih menitikberatkan pada
estetika (Widya, 2012).

Faktor faktor yang perlu dipertimbangkan demi memenuhi kebutuhan estetika salah
satunya yang paling sering adalah dengan pembuatan Crown & Bridge. Untuk memperoleh
hasil estetik yang optimal, pembuatan crown & bridge memerlukan beberapa pertimbangan,
yaitu (Widya, 2012) :

1. Bentuk

Dalam melakukan restorasi khususnya dalam pembuatan crown & bridge harus
dipertimbangkan bentuk gigi asli yang ada sebagai acuan . Ini dilakukan dengan tujuan agar
diperoleh keselarasan dengan kondisi jaringan sekitarnya. Pembuatan bentuk gigi senatural
mungkin akan mencegah timbulnya kesan palsu pada gigi tiruannya. Karena estetik tidak
selalu bersandar pada kondisi yang ideal namun lebih pada membangun sesuatu untuk
mencapai keadaan yang harmonis dan sealamiah mungkin.

2. Posisi

Demikian pula halnya dengan posisi gigi. Dalam melakukan perawatan untuk crown
dan bridge perlu dipertimbangkan posisi gigi asli yang akan digantikan maupun posisi gigi
sekitarnya untuk dipakai sebagai acuan. Posisi crown dan bridge disusun sedemikian rupa
sehingga memberikan keserasian dengan lengkung gigi secara keseluruhan.

3. Warna

Dalam melakukan penentuan warna, tidak semudah yang dibayangkan. Banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pemilihan warna agar sesuai dengan gigi asli. Kecuali pada
kasus diskolorasi yang memerlukan perbaikan warna hampir semua gigi, maka penentuan
warna hanya tergantung pada harapan pasien untuk memperloleh warna yang lebih estetik.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain, sumber cahaya, mata operator, lama
waktu pengamatan, dan latar belakang atau kondisi ruangan. Sumber cahaya merupakan
faktor yang dominan dalam melakukan pemilihan warna.

4. Bahan

Ada beberapa bahan yang sering digunakan untuk pembuatan crown & bridge, yaitu
porselen, metal porselen, akrilik, targis vectris, dan metal. Bahan tersebut masing masing
memiliki karakteristik sendiri, sehingga kebutuhan akan estetik dipengaruhi oleh kemampuan
kita untuk memilih bahan. Sampai saat ini porselen masih unggul dalam memberikan hasil
estetik yang optimal. Warna yang diperoleh sangat bagus dan dapat menyerupai warna gigi
baik dalam pemberian efekefek tertentu pada warna tersebut sehingga dapat disesuaikan
dengan kondisi gigi asli yang menjadi acuannya. Masih berkaitan dengan bahan yang akan
dipakai untuk pembuatan crown & bridge, operator dalam melakukan preparasi perlu
mempertimbangkan jenis bahan dengan pengambilan jaringan gigi. Ketebalan bahan yang
diperlukan dipakai sebagai acuan banyaknya jaringan gigi yang dipreparasi Pada pembuatan
crown & bridge secara umum, teknik pencetakan sangat berpengaruh pula pada keberhasilan
perawatan. Pencetakan yang akurat akan memberi dukungan yang dominan dalam menunjang
keberhasilan. Bahan cetak yang dipilih, teknik pencetakan yang dilakukan cukup menentukan
keakuratan hasil cetakan.

10. Makna penungkatanm fungsional pada open face untuk rampan karies?

Penggunaan open face SSC dapat meningkatkan stabilitas fungsional, sebab open face SSC
memiliki retensi yang tinggi (Mittal et al, 2016). Retensi dan stabilitas sangat berkaitan,
retensi merupakan kemampuan untuk tahan terhadap gaya gravitasi, sifat adhesi makanan,
dan gaya-gaya yang berhubungan dengan terbukanya rahang. Stabilitas adalah kemampuan
untuk tetap konstan pada posisinya saat digunakan (Sari, 2016)

11. Makna shade control pada strip crown?

Penggunaan strip crown pada gigi sulung anterior merupakan inovasi baru dari pengunaan
stainless steel crown yang lebih terlihat estetik. Strip crown merupakan bentuk mahkota
transparan yang terbuat dari selulosa asetat diisi dengan komposit. Shade control terjadi
ketika komposit yang telah dipilih dengan warna menyerupai gigi asli dimasukan ke dalam
strip crown yang berwarna transparan sehingga memudahkan untuk kita mengontrol warna
komposit dengan warna gigi aslinya. ( Mittal, G. K.,dkk, 2016)

Joshua Ng Chor Yang, Geo Mani, (2016). Crowns for Primary Anterior Teeth. Department of
Pedodontics, Saveetha Dental College, Chennai, Tamil Nadu, India. 1(2): 75-78
Karthik V., John C., Sandhya K., (2014). Polycarbonate crowns for primary teeth revisited:
Restorative options, technique and case reports. Department of Pedodontics and
Preventive Dentistry, College of Dental Sciences and Research Centre, Ahmedabad,
Gujrat, India. 32(2): 156-159.
Mittal, G., Verma, A., Pahuja, A., Agarwal, S., Tomar., H. Esthetic Crowns in Pediatric
Dentistry : A Review. International Journal of Contempory Medical Research. 2016.
Volume 3;issue 5
Rafinus Arifin, Herwanda, Cut Rindi Tefani, 2018. Hubungan Penilaian Persepsi Estetika
Oral Dengan Keadaan Maloklusi Menggunakan Oral Subjective Index Scale (Oasis)
Dan Dental Aesthetic Index (Dai) (Studi Pada Remaja Usia 16-17 Tahun Di Sman Kota
Banda Aceh). Cakradonya Dent J; 10(1): 10-17
Sari, M., Sumarsongko, T. Penatalaksanaan Linggir Datar pada Pembuatan Gigi Tiruan
Penuh dengan Teknik Pencetakan Mukodinamik. 2016. Volume 1; No.1
Widya, 2012. Pengembangan Dan Modifikasi Estetik Dalam Pembuatan Crown Dan Bridge.
Tahun 29 Nomor 3.

Anda mungkin juga menyukai