Anda di halaman 1dari 17

7 Cara Sederhana Agar Kegiatan Ukm Berjalan Maksimal

Dalam melaksanakan kegiatan di puskesmas tentunya kita memperhatikan kebutuhan dan harapan
masyarakat, kelompok masyarakat maupun individu yang menjadi sasaran kegiatan UKM
puskesmas. Melihat tujuan mulia diatas tentunya kerjasama tim di puskesmas sangat diperlukan
menimbang semua sektor terkait di dalam elemen-elemen pokok kegiatan puskesmas.

Konsultasi dan arahan serta bimbingan dari pimpinan puskesmas menjadi penting karena ini adalah
bagian dari motivasi pimpinan kepada pelaksana yang nantinya akan melaksanakan kegiatan tersebut
di lapangan. Apapun kegiatan itu perencanaan adalah satu tolak ukur keberhasilan.
Berikut 7 cara sederhana menurut Saya agar kegiatan UKM dapat berjalan secara maksimal
dilapangan :

1. Mengiventarisir semua kegiataan yang masuk dalam pokja UKM. Dalam perannya pokja
UKM terbagi dalam 2 bagian ( permenkes 75 tahun 2014 ). Ada yang esensial dan
pengembangan. Sebaiknya inventarisir dahulu kegiatan yang esensial barulah yang
pengembangan. Diantaranya yang esensial adalah Promkes, Kesling, KAI dan IKB, Gizi,
Pencegahan dan pengendalian penyakit dan UKM pengembangan : upaya yang sifatnya inovatif
dan / bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan sesuai prioritas masalah pelayanan dan
potensi sumber daya di wilayah kerjanya.
2. Membagi habis tugas yang ada sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pengelola
program. Tidak ada satu orang pelaksana pun dalam pokja UKM yang tidak kebagaian tugas
dalam menyelesaikan kegiatan UKM. Semua staf mendapat tugas yang sesuai dengan program
dan kapasitas tanggung jawabnya. Ini memang sedikit sulit menimbang di beberapa puskesmas
masih kekurangan SDM. Tetapi setidaknya bisa mensiasati dengan frekuensi waktu dan jadwal
kegiatan yang berimbang.
3. Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan agenda dalam rencana kegiatan induk puskemas.
Jadwal kegiatan menjadi penting mengingat kelompok sasaran kita adalah masyarakat dengan
beragam aktifitas. Penjadwalan disesuaikan dengan sasaran yang ada. Misal, untuk sasaran ibu-
ibu bisa dilakukan pada sore hari seperti kelas ibu hamil. Untuk sasaran penyuluhan bisa
dilaksanakan pada malam hari ( seperti yang dilakukan di Puskesmas Kelapa Kabupaten Bangka
Barat ). Pola penjadwalan ini juga tentunya di buat serinci mungkin sampai pada tempat dan
siapa PJ nya.
4. Informasikan ke masyarakat ( bukti sosialisasi ). Setelah jadwal dibuat lalu sampaikan jadwal
tersebut kepada sasaran yang akan dituju berikut dengan kontak person PJ UKM nya. Karena
bila terjadi perubahan jadwal akan dengan mudah mengkonfirmasi nya. Teknis informasi jadwal
ini bisa melalui surat kemudian sarankan di tempel pada papan pengumuman desa atau kantor
desa setempat. Gunakan sistem informasi radio untuk disiarkan secara berkala.
5. Laksanakan kegiatan sesuai arahan program. Dalam pelaksanaan kegiatan apapun tentunya
ada kerangka acuan dan SOP nya. Maka kerjakan sesuai dengan petunjuknya. Pun bila
dilapangan terjadi hal-hal diluar panduan sebaiknya di kondisikan semaksimal mungkin sesuai
jalur. Catat semua kendala dalam pelaksanaan guna dibahas dalam evaluasi kegiatan.
6. Rekap semua bukti pelaksanaan pokja UKM ( dokumentasikan ). Setelah kegiatan berjalan.
Dokumentasikan semuanya secara menyeluruh. Seperti bila ada pertemuan hendaknya dilengkapi
dengan surat undangan ( siapkan pula bukti tanda terima undangan ), daftar hadir, notulen rapat,
jadwal agenda tentatif dan foto-foto kegiatan. Ini sebagai bukti otentik guna memenuhi elemen
penilaian yang ada.
7. Evaluasi pelaksanaannya. Tahap akhir pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi. Sebetulnya
evaluasi masih masuk dalam rangkaian kegiatan yang tidak dapat di pisahkan dari kegiatan
pokoknya. Bahas semua kendala yang timbul dan langsung temukan solusi efektifnya guna
perbaikan pelaksanaan kegiatan yang akan datang.
Demikianlah cara sederhana dan sistematis agar pelaksanaan kegiatan UKM dapat berjalan
semaksimal mungkin. Memang paparan ini sepertinya mudah tetapi dalam aplikasinya tentunya
mengalami kendala. Setidaknya sudah menjadi tolak ukur yang sistematis, tersusun dan terarah guna
efektifitas kegiatan UKM
Peran Lintas Sektor Dalam Memaksimalkan Akreditasi Puskesmas. Seperti kita ketahui dan
tercantum dalam pasal 39 permenkes 75 tahun 2104 bahwa :

1. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling
sedikit 3 tahun sekali.
2. Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan Menteri.
Maka akreditasi menjadi penting untuk puskesmas dan sekarang menjadi trending topik bagi semua
teman-teman puskesmas. Setiap diskusi tentang puskesmas selalu dibahas tentang akreditasi.

Dalam pelaksanaan persiapan akreditasi puskesmas tentunya banyak pihak yang akan telibat di
dalamnya. Pihak-pihak ini yang nantinya akan masuk dalam ranah persiapan akreditasi puskesmas.
Stakeholder ini pula menjadi pendukung sekaligus tim uji pertama yang menilai apakah puskesmas
tersebut sudah ada kemajuan dalam pelayanan masyarakat, tepat sasaran dan memiliki prinsip
berkemajuan serta inovatif.
Diantaranya lintas sektor tersebut adalah :

1. Camat
2. Rumah sakit pemerintah dan swasta
3. Kepolisian
4. TNI
5. Lurah/kepala desa
6. Pemuka agama
7. RT/RW
8. Kepala lingkungan
9. PKK
10. Organisasi kepemudaan
11. Pihak swasta
12. Sekolah sekolah
13. Masyarkat sekitar
14. Dan sesuai dengan daerah masing-masing
Bagaimana melibatkan lintas sektor dalam akreditasi puskesmas ? paling tidak ada beberapa cara
sederhana antara lain :

1. Undang lintas sektor dalam setiap pembahasan di lingkungan puskesmas yang sekiranya
berkaitan dengan peran mereka dalam kegiatan tersebut.
2. Buat feedback hasil kegiatan dan kirimkan ke lintas sektor
3. Informasikan setiap kegiatan yang berkaitan dengan lokasi, keikut sertaan lintas sektor dalam
kegiatan puskesmas.
4. Ajak lintas sektor dalam kegiatan-kegiatan di luar gedung. Misalnya memantau, mengevaluasi,
mensupervisi dan memberikan masukan dalam kegiatan tersebut guna kemajuan berkelanjutan.
5. Jalin hubungan baik sesuai dengan porsinya.
Lantas seberapa besar peran lintas sektor dalam memaksimalkan akreditasi puskesmas ? berikut
ulasan sederhananya :
1. Peran evaluasi. Dapat membantu mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
perannya di dalam akreditasi puskesmas. Misalnya, kegiatan pada pokja UKM imunisasi. Maka
lintas sektor dapat membantu mengevaluasi capaian, kendala dan membantu memecahkan
masalahnya.
2. Peran informasi. Memberikan informasi perkembangan di masyarakat atau di populasinya
mengenai perkembangan kegiatan puskesmas.
3. Peran supervisi. Membantu puskesmas dalam mensupervisi.
4. Peran inovatif. Peran ini membantu puskesmas dalam menelurkan ide-ide dalam pengembangan
inovatif kegiatan puskesmas.
5. Peran partisipatif. Peran ini mencakup segala hal berkaitan dengan ke ikut sertaan lintas sektor
dalam semua kegiatan pusksemas.
Demikian beberapa peran lintas sektor dalam memaksimalkan akreditasi puskesmas dan bagaimana
melibatkannya dalam setiap kegiatan puskesmas. Sejatinya lintas sektor tidak dapat di pisahkan
dalam setiap kegiatan yang ada. Selalu ada dan tergabung dalam ruh kegiatan pusksemas.

3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasiadalah pemasukan atau pengenalan hal-
hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru, pembaharu dan penemuan baru.
Didalam kegiatan puskesmas yang berorientasi kesehatan masyarakat sebetulnya banyak sekali
kegiatan yang bisa di katakan sebagai kegiatan pembaharu. Kegiatan inovatif yang fungsinya sebagai
penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping sebagai penunjang, kegiatan ini juga dapat
dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya.
Dalam konteks akreditasi puskesmas tentunya diperlukan sebuah ide, konsep dan implementasi
pembaharu sebagai wujud dari aktualisasi sikap pembaharu dan inovatif. Di bawah ini 3 contoh
Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat yang paling sederhana dapat dilaksanakan
oleh tim UKM Puskesmas.

1. Survey berkala dengan instrument quisioner. Konsep ini telah di ujicoba oleh puskesmas
Kelapa kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Konsep kerja nya adalah puskesmas membuat quisioner yang pertanyaanya dapat menjawab
beberapa masalah kesehatan di masyarakat ( misalnya, angka konsumsi zat gizi besi pada ibu
hamil, angka bebas jentik di tiap rumah, persentase penggunaan jamban sehat serta akses air
bersih pada suatu desa ).
2. Arisan jamban. Ini merupakan salah satu aksi dari tindaklanjut hasil survey yang dilakukan.
Dari survey diatas bisa saja muncul ide-ide yang baru untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan. Dalam konteks arisan jamban objeknya adalah rumah masyarakat. Persentase rumah
dari hasil survey tersebut yang belum memiliki jamban masih sedikit dan akan berpengaruh pada
timbulnya penyakit Diare. Maka inisiatif untuk pengadaan jamban bagi masyarakat di telurkan.
Salah satu kegiatannya adalah arisan jamban. Menghimpun semua sumber daya masyarakat
untuk gotong royong bahu membahu memenuhi jamban keluarga.
3. Kelas edukatif Penyakit Menular dan Tidak Manular. Ini bisa dilakukan di indoor dan
outdoor. Tergantung situasi dan kondisi masing-masing puskesmas. Sebagai contoh Puskesmas
Sekar Biru Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kep. Bangka Belitung memulai
kegiatan ini pada hari jumat pada saat pasien antri menunggu dilakukan pemeriksaan pada ruang
tunggu poli umum. Dilakukan secara berkala dan bervariasi materinya pada tiap-tiap sesi.
Manfaatnya jelas, menambah pemahaman masyarakat tentang penyakit menular dan tidak
menular.
Tentunya dari ke tiga contoh kegiatan diatas butuh dievaluasi kegiatannya guna perbaikan kedepan.
Berikut beberapa langkah agar kegiatan inovatif tersebut tetap berkelanjutan dan punya daya ungkit
untuk masyarakat.

1. Konsep yang jelas. Buatlah konsep yang mumpuni. Jelas, terukur, dapat dilakukan,
terdokumentasi, objek yang jelas, manfaat yang di dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dukungan dana. Ini penting, tidak dapat dilakukan bila tanpa dana. Sumbernya dapa diambil
dari dana BOK, dana APBD program maupun CSR yang sesuai dengan ketentuan.
3. Tim yang solid. Dengan tim yang solid akan memudahkan dalam pengerjaanya. Pembagian
tugas yang jelas, jadwal yang tepat serta dukungan moril.
4. Konsisten. Konsisten diperlukan guna berkelanjutan. Tidak pula hanya sebentar ibarat
parasetamol penurun panas. Konsistensi menjadi motivasi bagi masyarakat dalam menilai
keseriusan pelaksanaan program tersebut.
5. Evaluasi. Jangan lupa di evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan. Ajukan ide-ide perbaikan,
sampaikan semua kendala. Bahas di semua level puskesmas dan ambil kebijakan strategis guna
menyelesaikan masalah yang ada.
7 Fakta tentang RUK dan RPK Puskesmas

Puskesmas sejatinya adalah wadah dalam memberikan pembelajaran kepada kita tentang
merencanakan, memanajemen, mengelola, mendengarkan, memimpin, menelurkan gagasan dan
mengimplementasikan ide serta evaluasi terhadap kegiatan yang sudah di lakukan.

Salah satu dari esensi dari implementasi kegiatan puskesmas adalah bagaimana kita merencanakan
kegiatan-kegiatan di puskesmas baik di dalam gedung maupun diluar gedung. Baik targetnya orang
yang sakit maupun orang yang tidak sakit atau sehat.
Kalau mendengar kata “ perencanaan dan kegiatan “ puskesmas maka tidak lepas dari pembuatan
RUK ( Rencana Usulan Kegiatan ) dan RPK ( Rencana Pelaksanaan Kegiatan ). Nah berikut ini
beberapa fakta tentang kedua hal tersebut :

1. RUK sejatinya adalah sebuah rencana usulan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskes mas
pada tahun berikutnya. Dasar dari pembuatan RUK adalah berdasarkan analisis kebutuhan
masyarakat yang sebelumya “ di tangkap “ oleh puskesmas melalui berbagai forum diskusi.
Misalnya, MMD atau SMD yang telah di kompilasi dari berbagai usulan yang ada. Di analisis
dan di evaluasi oleh tim kaji puskesmas. RUK hendaknya dibuat satu tahun sebelum kegiatan
berjalan. Artinya, bila kegiatan akan dilakukan pada tahun 2018 maka RUK mestinya dbuat pada
tahun 2017. Sehingga metode perencanaanya dapat berjalan lancar berdasarkan kompilasi dari
hasil usulan masyarakat. ( baca : identifikasi kebutuhan masyarakat ).
2. RUK juga sebagai turunan dari rencana strategis puskesmas yang di buat dalam rencana lima
tahunan puskesmas. Setelah di sepakati maka di lanjutkan usulan tersebut ke dinas kesehatan
untuk mengadvokasi anggaran yang ada. Bisa jadi tidak semua usulan kegiatan di approve oleh
dinas kesehatan setelah menyesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia. ( baca : peran
lintas sektor dalam akreditasi puskesmas )
3. RUK di susun secara integrasi oleh tim perencanaan puskesmas yang meliputi berbagai disiplin
ilmu dan bidang. Semakin beragam masukan maka akan semakin baik dalam merumuskan
kegiatan yang akan di rencanakan. Kegaitan yang di usulkan haruslah dari hasil analis bukan
berdasarkan perencanaan seketika.
4. RPK ( Rencana Pelaksanaan Kegiatan ) adalah suatu manajemen perencanaan dalam
melaksanakan kegiatan untuk tahun berjalan. Munculnya dari RUK yang telah di sepakati.
Perencaanya dilakukan pada awal tahun dengan mempertimbangkan pengalaman dan evaluasi
kegiatan yang sudah di lakukan pada tahun sebelumnya.
5. RPK di diskusikan dalam forum lintas program dan lintas bidang. Masing-masing program
membuat perencanaan kegiatan yang mestinya terintegrasi sehingga bisa mengakomodir semua
ide dan usulan.
6. Setelah masing-masing program memberikan usulan maka di bahas lagi untuk mensinkronkan
dengan usulan kegiatan dari program lainnya.
7. Masing-masing program membuat time line pengerjaan kegiatan tersebut. Kapan di mulai sampai
kapan berakhir, berapa sumberdaya yang dbutuhkan dan penyesuaian kebutuhan anggaran yang
dbutuhkan.
RUK dan RPK tidak dapat di pisahkan dalam akreditasi puskesmas. Menjadi satu kesatuan yang
terintegrasi dalam memaksimalkan kegiatan puskesmas. So, jangan lupa di evaluasi setelah di
lakukan kegiatan di puskesmas ya
Mau Kaji Banding Akreditasi Puskesmas ?, Berikut Tahapannya

Dalam akreditasi puskesmas kegiatan kaji banding diperlukan sebagai kesempatan untuk belajar dari
pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan Admen, UKM dan UKP puskesmas di puskesmas yang lain
dan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak untuk perbaikan kinerja masing-masing
puskesmas.

Sebelum kaji banding dalam akreditasi sebaiknya teman-teman menyiapkan instrumen kaji banding
puskesmas, rencana pelaksanaan kaji banding, kerangka acuan kaji banding. Ada baiknya juga
dilakukan evaluasi internal sebagai acuan bagian mana saja yang akan diperbaiki nanti. Saya coba
mendeskripsikan hal tersebut untuk memudahkan teman-teman dalam pelaksanaannya nanti.
1. Rencana pelaksanaan kaji banding. Dalam perencanaan pelaksanaan kaji banding puskesmas
sebaiknya memperhatian beberapa hal berikut :
 Target puskesmas kita apa dalam hasil penilaian akreditasi nanti.
 Topografi yang mirip ( misalnya dari segi budaya, demografi, wilayah )
 Ini berfungsi untuk mengukur berapa besar biaya nanti yang akan dikeluarkan dalam pelaksanaan
kahi banding tersebut.
 Tentukan waktu yang tepat termasuk administrasinya ( surat tugas, surat permohonan kaji
banding ke puskesmas yang di tuju, nota dinas bila perlu, stake holder terkait bila memungkinkan
). Rencanakan waktu sebaik mungkin. Bila memungkinkan semua penanggung jawab bab dapat
ikut serta sehingga dapat mempelajari secara menyeluruh.
2. Kerangka acuan kaji banding. Membuat kerangka acuan sesuai petunjuk yang sudah ada.
3. Instrumen kaji banding. Adalah alat bantu yang akan di gunakan pada saat kaji banding
misalnya ( ceklist wawancara, kamera, quisioner, bahan persentasi, diskusi personal dan
observasi ).
Setelah pelaksanaan kaji banding dilakukan. Tugas selanjutnya adalah

1. Laporan kaji banding. Tim akreditasi membuat laporan perjalanan dinas yang isi nya memuat
tentang apa saja yang dikerjakan pada saat kaji banding ( misalnya, diskusi apa saja, diterima
siapa, hal apa saja yang di dapat dan akan diterapkan di puskesmas ).
2. Rencana perbaikan. Membuat rencana dan time line pelaksanan perbaikan setelah kajibanding.
3. Laporan pelaksanaan perbaikan. Setelah implementasi perbaikan dilaksanakan. Di buatkan
laporan perbaikan. Di sisi mana saja yang sudah di perbaiki atau diperbaharui sesuai dari hasil
kaji banding tersebut.
4. Hasil evaluasi kaji banding. Membuat laporan matrik hasil evaluasi kaji banding.
5. Hasil evaluasi perbaikan kaji banding. Setiap kegiatan di evaluasi perbaikannya sehingga
terukur arah perubahannya ( membuat matrik evaluasi perbaikan kaji banding dapat melibatkan
tim auditor ).
10 Puskesmas yang sudah terakreditasi : Puskesmas Wonosobo I, Puskesmas Selomerto I,
Puskesmas Mojo Tengah, Puskesmas Garung, Puskesmas Tamanan, Puskesmas Panarukan,
Puskesmas Mangaran, Puskesmas Banyuanyar, Puskesmas Omben dan Puskesmas Waepana.
Pembahasan BAB 4.1 Kebutuhan Akan Upaya Kesehatan Masyarakat Di Analisis.

Pada tulisan saya sebelumnya tentang cara identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat sudah
membahas berbagai cara konvensional terapan yang dapat digunakan untuk memenuhi elemen
penilaian tersebut. Sebagai tambahan secara garis besar beberapa instrumen yang dapat di gunakan
untuk identifikasi tersebut diantara nya adalah :
1. Wawancara. Tim UKM puskesmas dapat mewawancari sasaran sesuai dengan kebutuhan.
Tentunya quisionernya sudah di siapkan terlebih dahulu sehingga memudahkan pada saat
wawancara. Mengingat sasaran mungkin tidak memiliki banyak waktu.
2. Pengamatan. Mengamati apa sebetulnya kebutuhan dari masyarakat itu sendiri. Contoh, jam
buka puskesmas pukul 8:00 WIB tetapi calon pasien sudah berkumpul pada pukul 7:30 WIB. Ini
dapat di tarik kesimpulan bahwa sebetulnya masyarakat ingin puskesmas buka jam pelayanan
lebih pagi.
3. Angket. Dengan menyebarkan angket dengan metode pertanyaan yang sudah dibuatkan oleh tim
puskesmas.
4. Fokus diskusi. Meluangkan waktu untuk sambil berdiskusi dengan masyarakat pada acara-acara
tertentu. Dengan membawa pesan spesial tentang apa yang mereka inginkan dari puskesmas.
5. Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan. pendekatan dan metode yang memungkinkan
masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan
perencanaan dan kebijakan secara nyata.
Yuk kita bahas satu persatu bagaimana menyelesaikan elemen penilaian 1 – 7 yang ada pada Bab 4.1.

>4.1.1.1 Dilakukan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat, kelompok masyarakat dan
individu yang merupakan sasaran kegiatan.Berikut ini cara menyelesaikannya : puskesmas
melakukan berbagai kegiatan guna mengidentifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat seperti yang
sudah saya sebutkan di atas. Ingat pada telusurnya bahwa kegiatan ini harus dilakukan karena yang di
nilai adalah proses melakukan identifkasinya. Nanti yang akan di tanya adalah kepala puskesmas, PJ
UKM, tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Dokumen : Sebelum melakukan kegiatan
identifikasi tersebut hendaknya di buatkan SOP nya dan ini yang menjadi dokumen penilaian.
>4.1.1.2 Identifikasi kebutuhan masyarakat dan harapan masyarakat, kelompok masyarakat dan
individu yang merupakan sasaran kegiatan dilengkapi dengan kerangka acuan, metode dan
instrumen, cara analisis yang di susun oleh PJ UKM. Dokumen : ada 3 dokumen yang harus
disiapkan.
 Kerangka acuan. Buat kerangka acuan dengan format yang benar. Buat sedetail mungkin apa
yang nanti akan dikerjakan.
 Metode. Dengan metode apa yang nanti akan dikerjakan. Kalau metodenya angket maka siapkan
dokumen angkatnya, bila metode wawancara maka siapkan dokumen wawancaranya.
 Instrumen analisis. ini adalah cara untuk melakukan analisisnya. Dokumennya adalah hasil dari
metode yang dikerjakan. Bisa berupa rekapan hasil wawancara.
> 4.1.1.3 Hasil identifikasi di catat dan di analisis sebagai masukan untuk penyusunan
kegiatan. Dokumen : rekapitulasi hasil identifikasi tadi yang sudah di buatkan matrik/tabel. Saran
masukan sasaran sudah di bahas satu persatu dan di label. Serta sudah ada draft rencana kegiatan
UKM terkait hasil identifikasi tersebut.
>4.1.1.4 kegiatan tersebut di tetapkan oleh kepala puskesmas bersama dengan PJ UKM puskesmas
dengan mengacu pada pedoman hasil analisis kebutuhan dan harapan masyarakat, kelompok
masyarakat dan individu sebagai sasaran kegiatan UKM. Dokumen : daftar kegiatan kerja UKM
puskesmas di tetapkan oleh kepala puskesmas. Ini bisa dibuat dalam bentuk matrik dan di
tandatangani oleh kepala puskesmas.
> 4.1.1.5 Kegiatan-kegiatan tersebut di komunikasikan kepada masyarakat, kelompok masyarakat
maupun individu yang menjadi sasaran. Dokumen :kegiatan yang sudah di tetapkan tadi di
informasikan kepada sasaran. Bisa melalui surat resmi ke desa atau LSM atau sasaran ( lampirkan
bukti expedisi suratnya dan tanda terima suratnya bila dilakukan via surat ). Bisa juga dilakukan pada
rapat-rapat tingkat desa atau kecamatan ( lampirkan notulen rapat nya yang menyebutkan kalau
puskesmas menyampaikan hal tersebut pada forum-forum itu ).
>4.1.1.6 kegiatan-kegiatan tersebut di komunikasikan dan di koordinasikan kepada lintas sektor
terkait sesuai dengan pedoman pelaksanaan kegiatan UKM. Dokumen : membuat SOP koordinasi
dan komunikasi lintas sektor dan lintas program.
>4.1.1.7 kegiatan kegiatan tersebut disusun dalam rencana kegiatan untuk tiap UKM
puskesmas. Dokumen : penetapan oleh kepala puskesmas tentang kegiatan untuk tiap UKM
puskesmas. Bisa dalam bentuk matrik dan tabel di tandatangani oleh kepala puskesmas.
Cara Strategis Identifikasi Kebutuhan Dan Harapan Masyarakat

Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas terutama dalam kegiatan UKM ( Usaha
Kesehatan Masyarakat ) tentunya mengacu pada panduan atau pedoman yang sudah ada pada masing
– masing program UKM sesuai dengan kebijakan program tersebut. Kegiatan yang dilakukan yang
objeknya masyarakat atau pelanggan guna memacu peran serta masyarakat. Disamping mengacu
pada pedoman yang sudah ada. Puskesmas tentunya harus berinovasi untuk mendapatkan masukan
yang lebih rasional untuk menciptakan kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang
menjadi sasaran program – programnya.
Pada instrumen penilaian akreditasi puskesmas hal diatas tertuang dalam BAB IV standar 4.1 kriteria
4.1.1 dan elemen penilaian 1 sampai 7.

Dalam hal menampung masukan, harapan dan kebutuhan masyarakat hendaknya puskesmas
menggunakan berbagai metode aspiratif untuk mengkompilasinya. Berikut beberapa metode strategis
untuk mengatasi hal tersebut :

1. Memanfaatkan rapat – rapat perangkat desa yang dilaksanakan pada setiap desa pada wilayah
kerja puskesmas tersebut.
2. Mengikuti rapat dengar pendapat yang biasanya dilaksanakan di tingkat kecamatan dimana setiap
kepala desa berkumpul pada acara tersebut.
3. Memanfaatkan temu kader kesehatan.
4. Kotak saran juga dapat di gunakan untuk menampung aspirasi masyarakat ( dengan membuat
SOP ).
5. Melakukan survey aspirasi kebutuhan masyarakat ( bisa dilakukan dengan metode terbuka atau
metode tertutup dengan sudah kita siapkan pertanyaannya ).
6. Temu pamong dan tokoh masyarakat dalam acara adat juga dapat di manfaatkan dengan meminta
waktu khusus.
7. Grup diskusi internal yang memanfaatkan komunitas – komunitas kecil dalam masyarakat.
Hasil identifikasi tersebut di catat dan di rangkum serta di analisis sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan puskesmas.

Semakin banyak puskesmas menampung aspirasi masyarakat maka semakin dapat mendekati
harapan dan kebutuhan masyarakat. Puskesmas dapat mengidentifikasi secara rasional dan
mengkomparasinya dengan anggaran dan pedoman yang sudah ada. Tentunya tidak semua kebutuhan
masyarakat dapat di penuhi oleh puskesmas, skala prioritas menjadi tolak ukur dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat tersebut.

Setelah rangkuman hasil identifikasi kebutuhan masyarakat tersebut di analisis oleh tim puskesmas
dan di dapati prioritas kegiatannya selanjutnya kepala puskesmas menetapkan kegiatan tersebut
dalam rencana kerja puskesmas yang nantinya akan di sinkronkan dengan anggaran puskesmas baik
itu bersumber dari APBD maupun dari sumber lain seperti BOK dan CSR.
Langkah selanjutnya adalah puskesmas menginformasikan kegiatan – kegiatan tersebut ke
masyarakatnya berikut jadwal kegiatan, sasaran, waktu pelaksanaan dan implikasi dari kegiatan
tersebut.
5 Nilai yang wajib dimiliki oleh Ketua Tim Mutu Akreditasi Puskesmas

Setelah dilakukan lokakarya ( tahapan awal akreditasi ) dan akan menentukan tim mutu akreditasi
puskesmas, maka kepala puskesmas mempunyai hak prerogatif dalam menentukan struktur tim mutu.
Karena tim ini lah yang nanti akan bekerja sama dengan fasilitator atau pengelola program
puskesmas dalam menyukseskan akreditasi pada puskesmas tersebut.
Setidaknya tim mutu ini terdiri dari 4 tokoh kunci utama yang menjadi motor dalam penyiapan
dokumen, implementasi dan pemikir dalam menyelesaikan setiap elemen penilaian yang ada. Adapun
ke 4 ( empat ) tokoh kunci tersebut adalah :
1. Ketua Tim Mutu
2. Ketua Pokja ADMEN
3. Ketua Pokja UKM
4. Ketua Pokja UKP
Dari ke 4 ( empat ) masing – masing ketua ini nantinya akan di bantu lagi oleh wakil ketua, masing –
masing penanggung jawab BAB yang akan membantu dalam mempermudah menyelesaikan elemen
penilaian yang ada.

Nah, sebagai kepala Puskesmas dalam memilih 4 tokoh kunci ini paling tidak masing – masing ketua
ini mempunyai kompetensi sebagai berikut :

1. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik. Ini wajib karena nanti akan membuat SK, SOP,
Pedoman, KAK yang semuanya menggunakan bahasa resmi atau bahasa baku.
2. Komitmen. Komitmen menjadi penting karena melatar belakangi keberlangsungan penyusunan
dokumen. Karena memakan waktu, fikiran, tenaga serta jam kerja opsional sesuai kebutuhan.
3. Sinergi. Sikap ini sebagai arahan dari bagaimana bisa memanajemen tim dan bekerja dalam tim.
Sinergitas yang tinggi di tuntut dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul.
4. Inovatif. Banyak hal yang dapat di modifikasi dalam menyelesaikan setiap elemen penilaian (
EP ), maka strategi inovasi dan kiat mempermudah penyelesaian pekerjaan lah yang dibutuhkan.
Beragam inovasi mestinya muncul sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan sempurna.
5. Bertanggung jawab. Sikap tanggung jawab merupakan salah satu orientasi bahwa ada niat yang
kuat dalam merampungkan semua yang di minta dalam elemen penilaian.
Mungkin masih banyak lagi tetapi pada prinsipnya ada tanggungjawab, sinergi, komitmen dan
inovasi dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan masing – masing Ketua Tim.
Sesuai Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (Depkes RI, 2006), Manajemen Puskesmas
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan,
penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen
penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya Mini.
Berikut beberapa hal yang tercantum dalam Pedoman tersebut terkait minlok Puskesmas.

Tujuan umum Lokakarya Mini Puskesmas adalah untuk meningkatkan fungsi Puskesmas melalui
penggalangan kerja sama tim baik lintas program maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan
Puskesmas sesuai dengan perencanaan.

Sedangkan tujuan khusus Minlok Puskesmas antara lain


untuk :

1. Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sektor.


2. Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.
3. Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas.
4. Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan masalah.
5. Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya.
Mini lokakarya Puskesmas merupakan salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan
pemantauan berbagai kegiatan melalui pertemuan.

Ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu :

Lintas Program ¨Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas ber-dasarkan perencanaan dan


memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa.
2. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yaitu Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
3. Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan (RPK).
4. Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah disusun, memecahkan masalah yang terjadi dan
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.
Lintas Sektor: Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor
yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan untuk :
1. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembangkan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan.
2. Mengkaji hasil kegiatan kerja sama, memecahkan masalah yang terjadi serta menyusun upaya pemecahan
dalam bentuk rencana kerja sama.
Lokakarya Bulanan Intern Puskesmas
Tujuan umum Lokakarya Bulanan Intern Puskesmas adalah untuk pemantauan hasil kerja petugas
Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil
kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta
tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.

Sedangkan Tujuan Khusus untuk :

1. Diketahuinya hasil kegiatan Puskesmas bulan lalu.


2. Disampaikannya hasil rapat dari Kabupaten/Kota, Kecamatan dan berbagai kebijakan serta program.
3. Diketahuinya hambatan/ masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu.
4. Dirumuskannya rencana pemecahan masalah.
5. Disusunnya rencana kerja bulan baru.
Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas, diselenggarakan dalam dua tahap yaitu :

Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama


Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama, merupakan Lokakarya penggalangan Tim diselenggarakan
dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas
(RPK).Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan pelaksana
setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja
Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas Puskesmas, dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai berikut :

Masukan
1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggungjawab staf dan kewenangan
Puskesmas.
2. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan Puskesmas.
3. Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas.
Proses
1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk
2. kegiatan lapangan/ daerah binaan.
3. Analisis beban kerja tiap petugas.
4. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab daerah binaan.
5. Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas tahunan berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).
Keluaran
1. Rencana kegiatan (Plan Of Action POA) Puskesmas tahunan.
2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA.
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Lokakarya Bulanan Puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari Lokakarya Mini
Bulanan yang pertama. Lokakarya Bulanan Rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan
POA Puskesmas, yang diiakukan setiap bulan secara teratur.

Penanggungjawab penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan adalah Kepala Puskesmas, yang


daiam pelaksanaannya dibantu staf Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya.
Fokus utama Lokakarya Mini Bulanan Rutin adalah ditekankan kepada masalah pentingnya
kesinambungan arch dan kegiatan antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaannya serta
hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna.

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas adalah sebagai berikut :

Masukan
1. Laporan hash] kegiatan bulan lalu
2. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota
3. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
Proses
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan
3. Merurnuskan alternatif pemecahan masalah
Keluaran
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
2. Rencana kerja bulan yang baru
Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan
1. Pengarah : Kepala Puskesmas
2. Peserta: Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan Sidan di Desa.
3. Waktu: Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi Puskesmas
serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari Sabtu
minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan
diatur oleh Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 — 15.00. Prinsip yang harus dipegang
adalah bahwa Lokakarya Mini Bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas,
tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
4. Acara: Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat disusun sesuai
dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai contoh susunan acara
Lokakarya Mini adalah sebagai berikut
Lokakarya Mini Bulanan Yang pertama disebut juga dengan Lokakarya Penggaiangan Tim

1. Pembukaan
2. Dinamika kelompok
3. Pengenalan program baru
4. POA Puskesmas
5. Analisa beban kerja petugas
6. Pembagian tugas dan desa binaan
7. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru
Lokakarya Mini Bulanan Rutin
1. Pennbukaan
2. Dinamika Kelompok; menumbuhkan motivasi
3. Pengenalan program baru
4. Inventarisasi kegiatan bulan !arta
5. Analisa pemecahan masalah dan pemecahan
6. Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang
7. Pembagian tugas bulan yang akan datang
8. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru
5. Tempat : Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat diselenggarakan di Puskesmas, apabila tidak
memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang Iokasinya berdekatan dengan Puskesmas.
Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta.
6. Persiapan : Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang meliputi :

 Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.


 Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”.
 Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik.
 Rencana Kerja Harian bulan lalu.
 Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu dibandingkan dengan target bulanan per Desa,
antara lain menggunakan PINS.
 Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas Sektor/Kecamatan.
 Materi Pelajaran dan slat peraga yang digunakan.
 Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya.

Anda mungkin juga menyukai