Bab I - Iii F
Bab I - Iii F
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pendidikan nasional yang harus dicapai oleh bangsa
sumber daya manusia. Untuk mewujudkan cita -cita luhur tersebut, maka secara
satu lembaga pendidikan yang disengaja, berencana, teratur, dan sistematis dan
merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah atas.
Kesulitan mempelajari ilmu kimia terkait dengan karakteristik atau ciri-ciri ilmu
1
kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Midllecamp (dalam Rumansyah,
2002) yaitu: Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, sifat ilmu kimia berurutan
dan berkembang dengan cepat dan ilmu kimia tidak hanya memecahkan soal.
Pelajaran kimia juga termasuk mata pelajaran yang kurang difahami oleh
siswa. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli
dipahami oleh siswa, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, metode
dan model pembelajaran yang diterapkan tidak sesuai dengan konsep yang
diajarkan guru kepada siswa di kelas. Metode yang digunakan masih demonstrasi.
Kedua faktor tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas X2 SMA Negeri 3
Leihitu materi ikatan kimia pada tahun ajaran 2015/20161, 11 dari 20 siswa yang lulus
dengan presentse kelulusan dengan nilai ketuntasan 70 hanya 55 %. Hal ini tentu tidak
memenuhi KKM di sekolah untuk mata pelajaran kimia. Dengan demikian, salah satu cara
untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan penyajian materi, metode, dan
model pembelajaran yang menarik. Seperti Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Mikael
Nardi (2015), dengan judul penerapan model tsts dan carousel untuk meningkatkan
efikasi diri dan prestasi akademik siswa materi ikatan kimia. Data yang terkumpul
ditemukan adanya peningkatan efikasi diri siswa yang dapat dilihat dari
persentase siswa yang mencapai tingkat efikasi diri dengan kategori tinggi dan
sangat tinggi, yakni 65% pada siklus I dan 85% pada siklus II. Prestasi akademik
2
siswa juga meningkat tajam yang dilihat dari persentase ketuntasan klasikal,
yakni 73,68% pada siklus I dan 89,47% pada siklus II. Demikian pula persentase
tanggapan siswa terhadap penerapan model TSTS dan carousel meningkat dari
80% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II untuk kategori baik dan sangat baik.
Jefri Ulia Marta (2014) dengan judul penerapn model pembelajran corousel dan
showdown pada mata pelajaran kimi materi ikatan kimia untuk meningkatkan
hasil beljr, keaktifan, dan efikasi diri. Menunjukan adanya peningkatan hasil
belajar, keaktifan, dan efekasi diri siswa dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar
siswa meningkat dari 73,44% pad siklus pertama menjadi 86,44% pada siklus ke
II, dari 60% dari siklus pertama menjadi 79% pada siklus kedua ditemukan pula
peningkatan jumlah siswa yang memiliki efikasi diri sangat tinggi di siklus
Pada proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah terkait
corousel adalah salah satu variasi dari model pembelajaran Numbered Head
Together yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen 1993. Dengan perpaduan model
3
pembelajaran corousel dan media video pembelajaran, siswa diharapkan dapat
sehingga adanya ruang yang cukup bagi adanya sujumlah kelompok siswa,
(Cahyani, 2010).
corousel dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran ini menuntut kerjasama
siswa dalam kelompok diskusi, siswa diarahkan belajar sambil bermain, siswa
membangun sendiri pengetahuannya dan menggali potensi yang ada pada dirinya
media video pada materi ikatan kimia, karena materinya ditampilkan melalui layar
lebih besar dan dijelaskan secara lisan oleh peneliti kepada siswa. Perlunya
diterapakan media video dalam pembelajaran ini adalah adanya perhatian yang
secara lebih luas, dan penyajian visual dapat membuat siswa lebih berkonsentrasi.
Dan untuk memotivasi siswa agar lebih kreatif, kritis, serta bekerja sama dalam
4
Menggunakan Media Video Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
meningkatkan hasil belajar siswa materi ikatan kimia pada siswa kelas X SMA
Negeri 3 Leihitu.
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
pembelajaran yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar agar siswa
5
3. Bagi Peneliti
Untuk lebih memahami kata atau istilah yang dipakai dalam penelitian ini,
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
yang menyatakan bahwa, belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia
tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai
masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses
belajar adalah proses atau tahapan aktifitas yang berpengaruh terhadap perubahan
tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman, dan interaksinya dengan
2. Pengertian Pembelajaran
dimana pihak yang mengajar adalah guru dan pihak yang belajar adalah siswa
7
yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar.
yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu dicapai atas tujuan
pengajuan yang telah ditetapkan, hasil itu dapat berupa perubahan dalam bentuk
A. Ranah Kognitif
8
2. Pemahaman, meliputi kemampuan menangkap makna dari hal yang
dipelajari.
tertentu.
B. Ranah Afektif
terhadap fenomena.
9
4. Organisasi, yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan
hidup seseorang.
C. Ranah Psikomotor
menerima pengalaman belajar tertentu. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan
dari pada apektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar
psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian
pembelajaran di sekolah.
merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah atas.
itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Midllecamp (dalam Rumansyah, 2002)
sebagai berikut:
Atom, molekul dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak
pusat kegiatan kimia, maka walaupun kita tidak melihat atom secara
10
untuk mewakili sebuah atom, misalnya sebuah atom oksigen kita
dahulu. Disamping itu perkembangan ilmu kimia itu sangat cepat seperti
kloning.
bagian yang penting dalam mempelajari kimia. Namun kita harus juga
dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna
dengan lebih baik dan sempurna. Media pembelajaran merupakan sarana untuk
diklasifikasikan dalam 8 kriteria, yaitu : media audio visual gerak, media audio
11
visual diam, media audio semi-gerak, media visual gerak, media visual diam,
a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang
b. Media visual : media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur
c. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya: rekaman video,
film, slide suara. Kemampuan media ini dianggap lebih menarik sebab
siswa. Secara umum media dibagi atas media cetak, media audio, media visual,
dan media audio-visual. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
12
1. Kelebihan Media Video
video, yaitu: video dapat memberikan pesan yang dapat diterima lebih merata oleh
keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis dan dapat diulang atau dihentikan
2. Video dapat menunjukan objek secara normal yang tidak dapat dilihat.
video memiliki beberapa kelebihan bila digunakan untuk mata pelajaran kimia
terutama pada materi ikatan kimia. Bila dibandingkan, video dapat digunakan
untuk melihat objek yang tidak dapat dikunjungi siswa atau video dapat
13
merangsang motivasi belajar siswa, video dapat mempertinggi proses dan hasil
belajar siswa.
memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak, pada saat diputarkan
video, gambar dan suara akan berjalan terus sehingga tidak semua siswa mampu
mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui video tersebut. Video yang
tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan
kecuali video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
media video juga dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran berkenaan
14
dengan tingkat berpikir siswa. Dengan demikian, maka media video pembelajaran
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
siswa.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan tidak
untuk belajar, lebih memperhatikan, dan lebih mudah dalam memahami materi,
yang di dalam aplikasinya siswa diarahkan belajar sambil bermain. Bahan atau
alat yang digunakan dalam model pembelajaran ini yaitu seperangkat alat komedi
putar sederhana dan undian yang terdiri dari nomor 1 sampai dengan 4.
15
Pengertian model pembelajaran corousel secara khusus adalah suatu model
oleh Spencer Kagen 1993, terdapat beberapa langkah dalam menerapkan model
juga berfungsi untuk menghargai pendapat teman, tenggang rasa anatara sesama
berikut:
5. Pada tempat dimana posisi kelompok baru yang akan dibentuk, siswa dengan
16
6. Para siswa dengan nomor yang sama dari kelompok yang lain kemudian
datang ikut berkumpul dengan siswa yang tetap duduk diam tadi, dan
8. Kegiatan ini diulang lagi dengan memanggil nomor-nomor yang lain sampai
dengan pertanyaan yang disediakan guru habis, atau waktu yang tersedia bagi
pembelajaran habis.
sebagainya.
17
a. Suasana kelas akan menjadi ribut pada saat siswa yang nomor undiannya
c. Siswa yang kurang mampu akan merasa tidak percaya diri karena bergabung
keseluruhan siswa.
kestabilan dan kestabilan diperoleh saat berikatan denga atom lain membentuk
18
senyawa. Senyawa terdapat gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul atau
dan Langmuir dari Amerika, serta Albert Kossel dari Jerman pada tahun 1916.
1) Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar
yang stabil seperti gas mulia. Susunan elektron yang stabil hanya dicapai
dengan cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan
sama.
Nomor
Kulit
Periode Unsur Atom
K L M N O P
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
1. Aturan Oktet
19
Aturan oktet adalah kecenderungan atom-atom untuk memiliki
struktur atau konfigurasi gas mulia (8 elektron valensi seperti Ne, Ar, Kr, Xe,
Contoh :
2. Aturan Duplet
atau konfigurasi gas mulia (2 elektron valensi seperti He) untuk mencapai
kestabilan.
c. Lambang Lewis
Lewis. Lambang Lewis suatu unsur dinyatakan dalam lambang unsur serta
jumlah elektron valensi unsur tersebut yang digambarkan dengan tanda titik (.)
20
Tabel 2.2 Lambang Lewis beberapa unsur dalam tabel periodik.
2. Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi antara atom logam dengan atom
nonlogam yang juga disebut dengan perpindahan elektron dari satu atom ke atom
yang lain dengan cara menerima dan melepaskan ion. Ikatan ion menghasilkan
ion-ion positif dan negatif yang berpisah. Muatan-muatan ini umumnya berkisar
sama dengan jumlah elektron yang terima. Ion-ion yang berlawanan muatan
yang kuat sehingga terjadi ikatan ion dan membentuk suatu senyawa yang
Contoh :
21
17Cl :287 Menerima 1 elektron
Reaksi : Na → Na+ - e
𝐶𝑙 + 𝑒 → 𝐶𝑙¯
+
𝑁𝑎 + 𝐶𝑙 → 𝑁𝑎 + + 𝐶𝑙¯ → 𝑁𝑎𝐶𝑙
Lambang Lewis :
Cl + e Cl- .......... 2)
Lambang Lewis :
22
Ikatan ion dapat terjadi antara :
3. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang terjadi karena pemakaian elektron
23
Ikatan kovalen tunggal terjadi jika terdapat satu pasangan elektron yang
digunakan bersama.
1) Konfigurasi elektron : 1H : 1
2) Struktur Lewis
H • + ◦ H → H •◦ H
3) Rumus struktur : H – H
4) Rumus Molekul : H2
Ikatan kovalen rangkap dua terjadi jika terdapat dua pasangan elektron
digunakan bersama.
1) Konfigurasi elektron : 8O : 2 6
elektron seperti gas mulia (10Ne). Aturan oktet dapat dipenuhi jika 1 atom
2) Stuktur Lewis
24
3. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga ( )
Ikatan kovalen rangkap tiga terjadi jika terdapat tiga pasangan elektron yang
digunakan bersama.
a. Konfigurasi elektron : 7N = 2 5
seperti gas mulia (10Ne). Aturan oktet dapat dipenuhi jika 1 atom N
b. Struktur Lewis
langkah yang dapat digunakan dalam menuliskan struktur lewis adalah sebagai
berikut :
25
c. Menggunakan satu pasangan elektron untuk membentuk ikatan antara dua atom
yang berikatan.
– jika atom pusat belum memenuhi aturan oktet, dilakukan pengaturan kembali
Contoh :
1) Keterangan molekul
F—C—F
|
F
2) Konfigurasi elektron : 6C : 2s 4
9F :27
1 atom F : 4 x 7 = 28
26
4) Jumlah elektron valensi : 32
terminal atau atom pusat (F) sehingga mencapai aturan oktet. Setiap atom F
2) Konfigurasi elektron 6C : 2 4
7N :25
1 atom N = 1 X 5 =5
1 muatan negatif : 1 x 1 = 1
27
Sisa elektron : 10 – 2 = 8. Sisa elektron ditambahkan pada atom C dan N.
(Sumber: Buku kimia untuk SMA/MA kelas X oleh Candra Purnawan dan
Ikatan kovalen polar terjadi jika pasangan elektron ikatan tertarik lebih
kuat ke salah satu atom. Adanya kepolaran ikatan disebabkan oleh perbedaan
Pada ikatan kovalen polar, pasangan elektron ikatan tertarik oleh atom
Contoh : ikatan kovalen polar pada molekul HCl, H2O, dan HF.
28
perbedaan keelktronegatifan suatu unsur yang membentuk senyawa, maka
sama kuat ke semua atom. Ikatan kovalen nonpolar memiliki momen dipol
Cara menentukan polar atau tidak polarnya suatu molekul adalah sebagai
berikut :
b) Suatu molekul membentuk ikatan kovalen polar jika kedua atom tidak
sejenis.
29
a) Suatu molekul membentuk ikatan nonpolar jika atom pusat tidak
(Sumber: Buku kimia untuk SMA / MA kelas X oleh Tim Bimata, Penerbit: CV
Willian)
30
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan penerapan model corousel dan video dalam meningkatkan hasil belajar
siswa konsep materi ikatan kimia pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Leihitu.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi pada SMA Negeri 3 Leihitu, Kab. Maluku Tengah.
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Leihitu Kabupaten Maluku Tengah yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah
31
2. Sampel
Variabel dalam penelitian ini adalah variable tunggal, yaitu hasil belajar
sebagai berikut :
1. Lembaran Observasi
selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung yang terdiri dari aspek
3. Soal Tes
Tes berupa soal-soal secara tertulis yang digunakan pada tes awal
32
3.6. Teknik Pengumpulan Data
yakni pada pertemuan 1 dan 2, dan dilakukan oleh satu orang pengamat
yaitu Bpk Hamza Paisuli, S.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia kelas X
pertemuan 1 dan 2.
3. Teknis tes, berupa tes awal (Diberikan pada awal kegiatan dan hasil tesnya
pembelajaran.
33
Kemudian dikonversikan kedalam bentuk ukuran kuantitatif sesuai dengan
nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) SMA Negeri 3 Leihitu Tahun Ajaran
Tabel 3.1. Konfersi Nilai KKM SMA Negeri 3 Leihitu Tahun Ajaran 2016/2017
Interval Nilai Nilai Huruf Kualifikasi
1. Hasil Observasi
LKS untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa, serta lembar penilaian aspek
𝑁𝐻𝑇𝐿𝐾𝑆1 + 𝑁𝐻𝑇𝐿𝐾𝑆2
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑜𝑔𝑛𝑖𝑡𝑖𝑓 = … … (4)
2
Ket :
34
b. Nilai Komponen Psikomotor
𝑁𝐻𝑇𝑃1 + 𝑆𝑃𝐾𝑃2
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑠𝑖𝑘𝑜𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = … … (5)
2
Dimana:
𝑁𝐻𝑇𝐴1 + 𝑁𝐻𝑇𝐴2
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = … … (6)
2
Dimana :
Keterangan:
P = Angka persentase.
3. Nilai Proses
35
Keterangan:
4. Nilai Akhir
Hasil belajar atau nilai akhir diperoleh melalui hasil tes akhir siswa.
Untuk mendapatkan skor perolehan tes akhir siswa diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
Dari rumus di atas dapat diketahui nilai tes ahir sebagai berikut :
36