Anda di halaman 1dari 9

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memasuki area reformasi yang ditandai dengan perubahan-

perubahan yang cepat disegala bidang. Munculnya reformasi total karena

ketimpangan dari hasil pembangunan dibidang kesehatan antar daerah dan antar

golongan, serta derajat kesehatan masih tertinggal di negara tetangga. Ada lima

fenomena formasi bidang kesehatan meliputi perubahan pada bidang dinamika

kependudukan, temuan substansial iptek kesehatan, tantangan global perubahan

lingkungan dan demokrasi disegala bidang (Nursalam, 2012).

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan publik yang

bergerak di bidang kesehatan. Undang-Undang tentang Rumah Sakit No 44

Tahun 2009 menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah pengelolaan dalam

manajemen keperawatan.

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Gillies, 2009). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan


3

keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan

lima fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,

pengarahan dan pengendalian. Kelima fungsi tersebut saling terkait serta saling

berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar

manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang

bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut,

manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam

pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan

tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan

memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap

perubahan yang terjadi (Nursalam, 2012).

Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan dirumah sakit

wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan produktif

kepada masyarakat. Perawat merupakan pemberi asuhan keperawatan kepada

pasien serta memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil

langkah – langkah keperawatan dalam kesembuhan pasien dan keselamatan

pasien (patient safety).

Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang

membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Organisasi kesehatan dunia dalam WHO for patient safety solutions with

joint commission international (2007) juga telah menjelaskan bahwa sasaran


4

keselamatan pasien yang perlu tercapai pada sebuah rumah sakit (Adji, 2012)

adalah : (1) ketepatan identifikasi pasien; (2) peningkatan komunikasi yang

efektif; (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4) kepastian

tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; (5) pengurangan risiko infeksi

terkait pelayanan kesehatan; dan (6) pengurangan risiko pasien jatuh. Untuk

mencapai sasaran keselamatan pasien, manajemen ruangan harus menjalankan

fungsi manajerial untuk patient safety dengan optimal (Tribowo, 2013).

Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya pengurangan

resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, infeksi adalah invasi tubuh oleh

patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Rumah sakit

merupakan salah satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena

mengandung populasi mikroorganisme yang sangat tinggi dengan jenis virulen

yang mungkin telah resisten terhadap antibiotik. Adapun indikator pencegahan

infeksi di suatu rumah sakit adalah salah satunya dengan hand hyigene.

Mencuci tangan sangat penting dilakukan oleh semua tenaga kesehatan

yang terlibat dalam merawat pasien karena cuci tangan merupakan prosedur awal

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan tindakan. Cuci tangan

bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala jenis kotoran, mencegah

terjadinya infeksi silang melalui tangan dan mencegah perpindahan transmisi

kuman antar pasien.

Standar asuhan keperawatan sangat mempengaruhi terjadinya infeksi di

rumah sakit karena tenaga keperawatan memiliki kemampuan dalam

menjalankan dan mempraktekan teknik aseptik, peralatan dan obat yang sesuai.
5

Menurut Darmadi (2009) infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan oleh

pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit.

Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila sebelum dirawat tidak

ditemukan tanda – tanda klinis infeksi namun setelah dirawat muncul tanda –

tanda infeksi dalam waktu 3x 24 jam. Hal ini terkait dengan kontak langsung

dengan pasien, prosedur invasif, terapi yang diberikan dan lamanya perawatan

mempengaruhi terjadinya infeksi.

Menurut WHO (2010) menyatakan bahwa pencegahan infeksi rumah

sakit membutuhkan keterpaduan, pemantauan dan program dari semua tenaga

kesehatan meliputi: dokter, perawat, terapis, apoteker dan lain-lain. Oleh karena

itu sangat penting dilakukan tindakan mencegah infeksi di suatu rumah sakit

karena jika tidak dilakukan tindakan pencegahan infeksi dapat memperpanjang

hari rawat dan menimbulkan efek yang dapat merugikan pasien serta akan

menmbulkan dampak negatif yang akan di terima oleh rumah sakit, hal ini dapat

berupa penurunan mutu rumah sakit, sehingga hal ini akan menyebabkan nilai

promosi rumah sakit akan mengalami penurunan.

Rumah Sakit dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit umum daerah

yang ada di Kota Padang yang memiliki visi dan misi dalam mewujudkan

pelayanan yang prima kepada pasien. Syarat untuk terwujudnya pelayanan prima

salah satunya haruslah didukung oleh fungsi manajemen pelayanan yang baik

termasuk manajemen keperawatan. Dengan demikian, dibutuhkan adanya

manajemen keperawatan untuk mencapai pelayanan yang prima pada pasien

karena perawatlah yang lebih lama berinteraksi dengan pasien.


6

Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih

tinggi sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien.Hubungan

yang baik antara pasien dan perawat dapat dilakukan apabila menerapkan suatu

model asuhan keperawatan yang baik. Dengan demikian, maka pelayanan pasien

menjadi sempurna sehingga dapat meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di

rumah sakit. Asuhan keperawatan yang rendah menyebabkan mutu pelayanan

keperawatan juga menurun dan akhirnya memicu penurunan tingkat keselamatan

pasien di rumah sakit, hal yang demikian akan terus menerus berulang jika tidak

segera diatasi.

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan diharapkan dapat

mencegah terjadinya cidera. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko; identifikasi

dan pengelolaan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis insiden;

kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi

untuk mencegah, mengurangi serta meminimalkan risiko (Adji, 2012).

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang sangat dibutuhkan

mengingat saat ini banyak pasien yang dalam penanganannya sangat

memprihatikan, dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meminimalisir

kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap maupun

pada pasien poliklinik (PERSI 2006). Komitmen, kompeten dan etis keperawatan

diperlukan untuk menjaga keselamatan pasien (Can, 2012).


7

Untuk mencapai sasaran keselamatan pasien sebagaimana yang telah

dicanangkan oleh Menteri Kesehatan tersebut, manajemen ruangan harus

menjalankan fungsi manajerial untuk patient safety dengan optimal. Ada 7

langkah yang sudah menjadi standar untuk menuju Keselamatan Pasien Rumah

Sakit, yaitu : (1)membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien; (2)

memimpin dan mendukung staf; (3) mengintegrasikan aktivitas pengelolaan

risiko; (4) mengembangkan sistem pelaporan; (5) melibatkan dan berkomunikasi

dengan pasien; (6) belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;

dan (7) mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 11-

16 Februari 2019 di Ruangan Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin

Padang didapatkan bahwa pemilahan sampah masih belum berjalan secara

maksimal, dimana masih banyak sampah medis yang seharusnya masuk dalam

sampah infeksius tetapi malah masuk kedalam tempat sampah non infeksius.

Seperti masih ditemukannya pembuangan masker dan bekas plabot infus pada

tempat sampah non infeksius. Kantong tempat sampah infeksius dan non

infeksius warnya sama, sehingga jika petugas mau membuang sampah infeksius

ketika selesai melakukan tindakan penempatannya tidak tepat.

Saat dilakukan observasi langsung ditemukan 6 orang perawat dan 6

orang keluarga pasien di kelas III laki-laki tidak melakukan cuci tangan 5 momen

dan 6 langkah. Dimana perawat sangat jarang ditemukan cuci tangan ketika

berpindah dari satu pasien ke pasien lain dengan alasan hanya tersedia satu

handrub di depan ruangan pasien, dan handrub tempat tidur pasien hanya tersedia
8

1 dari 4 tempat tidur di ruang isolasi, 3 dari 5 tempatbtidur di kelas II wanita, 3

dari 7 tempat tidur di kelas III wanita, sedangkan handrub di kelas II pria hanya

tersedia 1 dari 5 tempat tidur, dan kelas III pria handrub hanya 1 dari 7 tempat

tidur. Diantara yang tersedia terlihat ada yang kosong sehingga susah untuk di

jangkau ketika ingin melakukan cuci tangan saat berpindah dari satu pasien ke

pasien yang lain. Banyak keluarga pasien yang belum mengerti tentang cara cuci

tangan 5 momen dan 6 langkah, berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang

keluarga di ruang kelas III laki-laki didapatkan sebelum masuk ke ruangan

rawatan mereka tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan 5

momen dan 6 langkah. Hasil wawancara kepada salah satu perawat pelaksana

dikatakan bahwa di ruangan sudah ada penanggung jawab untuk pengelolaan

handrub namun tidak berjalan baik. Hasil wawancara kepada

Dari hasil observasi tanggal 11 Februari 2019 pada perawat shift pagi

ditemukan 2 dari 4 orang tidak melakukan double check pada saat memberikan

obat NaCL 3%, ditemukan bebasnya akses NaCl 3%, Manitol 20%, dan KCl

7,46% berada di lemari cairan lain padahal di ruangan sudah ada lemari khusus

obat high alert, tidak ada tertempelnya daftar obat high alert, tidak tersedianya

stiker high alert. Hasil pengamatan juga ditemukan tidak adanya leaflet sebagai

media pendidikan kesehatan untuk discharge planning.

Berdasarkan data tersebut mahasiswa praktek profesi manajemen

keperawatan bersama tenaga keperawatan di ruangan rawat inap penyakit dalam

tertarik untuk mengangkat permasalahan di atas untuk dapat mencapai


9

penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan.

B. Tujuan Praktik

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan mahasiswa

mampu mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem

solving) yang ada di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu :

a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatandi

Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang

b. Mengidentifikasi prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan di

Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr.Rasidin Padang.

c. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang

d. Membuat Planning Of Action (POA) bersama perawat ruangan untuk

pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.

e. Melaksanakan Planning Of Action (POA) yang telah disusun bersama

perawat ruangan dalam pemecahan masalah manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.


10

f. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai Planning Of Action

(POA) terhadap masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.

Anda mungkin juga menyukai