BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ketimpangan dari hasil pembangunan dibidang kesehatan antar daerah dan antar
golongan, serta derajat kesehatan masih tertinggal di negara tetangga. Ada lima
Tahun 2009 menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
manajemen keperawatan.
pengarahan dan pengendalian. Kelima fungsi tersebut saling terkait serta saling
bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut,
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan produktif
membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah
Organisasi kesehatan dunia dalam WHO for patient safety solutions with
keselamatan pasien yang perlu tercapai pada sebuah rumah sakit (Adji, 2012)
efektif; (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4) kepastian
terkait pelayanan kesehatan; dan (6) pengurangan risiko pasien jatuh. Untuk
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, infeksi adalah invasi tubuh oleh
merupakan salah satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena
infeksi di suatu rumah sakit adalah salah satunya dengan hand hyigene.
yang terlibat dalam merawat pasien karena cuci tangan merupakan prosedur awal
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan tindakan. Cuci tangan
menjalankan dan mempraktekan teknik aseptik, peralatan dan obat yang sesuai.
5
Menurut Darmadi (2009) infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan oleh
pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit.
Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila sebelum dirawat tidak
ditemukan tanda – tanda klinis infeksi namun setelah dirawat muncul tanda –
tanda infeksi dalam waktu 3x 24 jam. Hal ini terkait dengan kontak langsung
dengan pasien, prosedur invasif, terapi yang diberikan dan lamanya perawatan
kesehatan meliputi: dokter, perawat, terapis, apoteker dan lain-lain. Oleh karena
itu sangat penting dilakukan tindakan mencegah infeksi di suatu rumah sakit
hari rawat dan menimbulkan efek yang dapat merugikan pasien serta akan
menmbulkan dampak negatif yang akan di terima oleh rumah sakit, hal ini dapat
berupa penurunan mutu rumah sakit, sehingga hal ini akan menyebabkan nilai
Rumah Sakit dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit umum daerah
yang ada di Kota Padang yang memiliki visi dan misi dalam mewujudkan
pelayanan yang prima kepada pasien. Syarat untuk terwujudnya pelayanan prima
salah satunya haruslah didukung oleh fungsi manajemen pelayanan yang baik
kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih
yang baik antara pasien dan perawat dapat dilakukan apabila menerapkan suatu
model asuhan keperawatan yang baik. Dengan demikian, maka pelayanan pasien
pasien di rumah sakit, hal yang demikian akan terus menerus berulang jika tidak
segera diatasi.
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan diharapkan dapat
kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap maupun
pada pasien poliklinik (PERSI 2006). Komitmen, kompeten dan etis keperawatan
langkah yang sudah menjadi standar untuk menuju Keselamatan Pasien Rumah
dengan pasien; (6) belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 11-
16 Februari 2019 di Ruangan Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin
maksimal, dimana masih banyak sampah medis yang seharusnya masuk dalam
sampah infeksius tetapi malah masuk kedalam tempat sampah non infeksius.
Seperti masih ditemukannya pembuangan masker dan bekas plabot infus pada
tempat sampah non infeksius. Kantong tempat sampah infeksius dan non
infeksius warnya sama, sehingga jika petugas mau membuang sampah infeksius
orang keluarga pasien di kelas III laki-laki tidak melakukan cuci tangan 5 momen
dan 6 langkah. Dimana perawat sangat jarang ditemukan cuci tangan ketika
berpindah dari satu pasien ke pasien lain dengan alasan hanya tersedia satu
handrub di depan ruangan pasien, dan handrub tempat tidur pasien hanya tersedia
8
dari 7 tempat tidur di kelas III wanita, sedangkan handrub di kelas II pria hanya
tersedia 1 dari 5 tempat tidur, dan kelas III pria handrub hanya 1 dari 7 tempat
tidur. Diantara yang tersedia terlihat ada yang kosong sehingga susah untuk di
jangkau ketika ingin melakukan cuci tangan saat berpindah dari satu pasien ke
pasien yang lain. Banyak keluarga pasien yang belum mengerti tentang cara cuci
momen dan 6 langkah. Hasil wawancara kepada salah satu perawat pelaksana
Dari hasil observasi tanggal 11 Februari 2019 pada perawat shift pagi
ditemukan 2 dari 4 orang tidak melakukan double check pada saat memberikan
obat NaCL 3%, ditemukan bebasnya akses NaCl 3%, Manitol 20%, dan KCl
7,46% berada di lemari cairan lain padahal di ruangan sudah ada lemari khusus
obat high alert, tidak ada tertempelnya daftar obat high alert, tidak tersedianya
stiker high alert. Hasil pengamatan juga ditemukan tidak adanya leaflet sebagai
asuhan keperawatan.
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
solving) yang ada di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.
2. Tujuan Khusus