luka kepla terbuka akibat cedera kepala dengan pecahnya tengkorak atau luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh velositas, masa dan bentuk dari benturan. Kerusakan otak jg dapat tejadi jika tulang tengkorak menusuk dan masuk kedalam jaringan otak dan melukai duramater saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam /tembakan. Cedera kepala terbuka memungkinkan kuman phatogen memiliki abses langsung keotak.
2. cedera kepala tertutup
benturan cranium pada jaringan otak didalam tengkorak ialah
goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan dalam otak cairan akan tumpah . cedera kepala tertutup meliputi : komusio (gegar otak),kontusio (memar) dan laserasi
1. Cedera kepala ringan Nilai GCS : 13-15, kehilangan kesadaran kurang dari 10 menit. Ditandai dengan : nyeri kepala, muntah vertigo dan tidak ada penyerta seperti pada fraktur tengkorak, kontusio
2. cedera kepala sedang
nilai GCS : 9-12,kehilangan kesadaran antara lebih dari 10 menit kurang dari 6 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak dan disorientasi ringan ( bingung ) 3. cedera kepala berat nilai GCS : 3-8 hilang kesadaran lebih dari 24 jam, meliputi kontusio serebral, laserasi, hematoma, dan edema serebral PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. CT-Scan Mengidentifikasi adanya hemorragic, ukuran ventrikuler, infark pada jaringan mati. 2. Foto tengkorak atau cranium Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak. 3. MRI (Magnetic Resonan Imaging) Gunanya sebagai penginderaan yang mempergunakan gelombang elektomagnetik. 4. Laboratorium Kimia darah: mengetahui ketidakseimbangan elektrolit. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran. 5. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. 6. Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis 7. X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang. 8. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil 9. PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak 10. CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial