Anda di halaman 1dari 4

Macam-macam cedera kepala

Cedera kepala dibagi menjadi :

1. cedera kepala terbuka


luka kepla terbuka akibat cedera kepala dengan pecahnya
tengkorak atau luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada
tipe ini ditentukan oleh velositas, masa dan bentuk dari
benturan. Kerusakan otak jg dapat tejadi jika tulang
tengkorak menusuk dan masuk kedalam jaringan otak dan
melukai duramater saraf otak, jaringan sel otak akibat benda
tajam /tembakan. Cedera kepala terbuka memungkinkan
kuman phatogen memiliki abses langsung keotak.

2. cedera kepala tertutup

benturan cranium pada jaringan otak didalam tengkorak ialah


goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan
sesuatu yang bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan
bila ada cairan dalam otak cairan akan tumpah . cedera
kepala tertutup meliputi : komusio (gegar otak),kontusio
(memar) dan laserasi

( brunner & suddarth,2001 : 2211 ; Long, 1990 : 203 )

klasifikasi cedera kepala berdasarkan nilai GCS


1. Cedera kepala ringan
Nilai GCS : 13-15, kehilangan kesadaran kurang dari 10
menit. Ditandai dengan : nyeri kepala, muntah vertigo dan
tidak ada penyerta seperti pada fraktur tengkorak, kontusio

2. cedera kepala sedang


nilai GCS : 9-12,kehilangan kesadaran antara lebih dari 10
menit kurang dari 6 jam, dapat mengalami fraktur
tengkorak dan disorientasi ringan ( bingung )
3. cedera kepala berat
nilai GCS : 3-8 hilang kesadaran lebih dari 24 jam,
meliputi kontusio serebral, laserasi, hematoma, dan edema
serebral
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT-Scan
Mengidentifikasi adanya hemorragic, ukuran ventrikuler, infark
pada jaringan mati.
2. Foto tengkorak atau cranium
Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak.
3. MRI (Magnetic Resonan Imaging)
Gunanya sebagai penginderaan yang mempergunakan gelombang
elektomagnetik.
4. Laboratorium
Kimia darah: mengetahui ketidakseimbangan elektrolit.
Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit
sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial
Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran.
5. Cerebral Angiography:
Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan
jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
6. Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang
patologis
7. X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur),
perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
8. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
9. PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
10. CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi
perdarahan subarachnoid.
ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial

Anda mungkin juga menyukai