Anda di halaman 1dari 5

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI (PROSES DASAR)

Pendahuluan
Ada tiga kemungkinan interaksi radiasi yang dapat terjadi ketika suatu partikel bermuatan
mengenai materi, yaitu ionisasi, eksitasi dan brehmstrahlung. Ketika menumbuk suatu materi,
radiasi alpha yang memiliki massa dan muatan yang relatif besar cenderung melakukan proses
ionisasi, sedangkan radiasi partikel yang lebih kecil seperti beta, elektron, atau proton dapat
melakukan ketiganya.
Selain ketiga reaksi tersebut diatas, ada interaksi lain yang dapat terjadi, yaitu reaksi inti yang
probabilitas kejadiannya jauh lebih kecil dibandingkan interaksi lainnya. Contoh reaksi inti yang
dapat terjadi adalah proses aktivasi inti, yaitu proses pembuatan inti atom baru dengan
menggunakan alat pemercepat proton yang disebut akselerator.

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI


1.Interaksi partikel radiasi bermuatan (radiasi Alpha dan Beta ) dengan materi
Termasuk dalam kelompok ini adalah partikel radiasi Alpha dan radiasi Beta, karenaradiasi Alpha
yang tak lain adalah inti helium, yaitu 2H4 yang bermuatan positif, dan radiasiBeta yang merupakan
elektron dan positron yang bermuatan negatif dan positif. Oleh karenaradiasi Alpha dan radiasi
Beta termasuk dalam kelompok radiasi bermuatan makainteraksinya dengan materi akan
menimbulkan efek :
1. Ionisasi
2. eksitasi
3. absorbsi
a. Ionisasi
Ionisasi adalah proses fisik yang mengubah suatu atom atau molekul menjadi ionmelalui
penambahan atau pelepasan elektron dari atom atau molekul tersebut. Pada peristiwa ionisasi
molekul ataupun atom yang semula tidak bermuatan listrik dipaksa menjadi bermuatan listrik.
Peristiwa ionisasai dapat digambarkan melalui salah satu mekanisme berikut:
Gambar 1 : Proses terjadinya ionisasi Partikel berupa elektron dapat bergerak bebas dari suatu
senyawa, molekul atau atom. Geraknya yang bebas ini dapat menumbuk senyawa, molekul atau
atom lain, seperti yang terlihat pada Gambar 1 dimana partikel menumbuk suatu atom. Dalam
Gambar 1 tersebut partikel menumbuk atom dan mengenai elektron pada kulit terluar sehingga
terpental keluar.
Elektron yang terpental keluar ini disebut ion negatif, sedangkan atom yang kehilangan
elektronnya menjadi ion positif.
Setiap partikel bermuatan bila berinteraksi dengan materi dapat menimbulkan ionisasi, karena
dalam setiap lintasannya pada materi yang dikenai akan meninggalkan sejumlah pasangan ion
positif dan ion negatif. Radiasi Alpha yang bermuatan positif akan menghasilkan 10.000-70.000
pasangan ion per cm panjang lintasannya. Akan tetapi jejak lintasannya tidak terlalau jauh, karena
massanya yang besar (bermassa 4) dan juga karena muatannya yang positif mudah ditarik oleh
elektron bebas (yang bermuatan negatif) yang banyak sekali tersebar di alam ini. Di udara radiasi
alpha hanya mampu melintas sejauh 2-3 cm (Wardana, 2007). Ionisasi yang dihasilkan oleh radiasi
Beta yang bermuatan negatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan radiasi Alpha yang bermuatan
positif. Radiasi beta yang berinteraksi dengan materi akan menghasilkan 60-7000 pasangan ion
per cm panjang lintasannya, jauh lebih sedikit bila dibandingakan dengan lintasan radiasi alpha
(Wardana, 2007). Hal ini disebabkan karena massanya relatif amat sangat kecil (massanya bisa
dianggap sama dengan nol) dan muatannya yang negatif membantu dalam perjalanannya melintasi
materi, karena didorong oleh gaya coulumb elektron yang bermuatan negatif yang banyak terdapat
di alam ini. Untuk radiasi beta yang bermuatan positif (positron) yang kebolehjadiannya di alam
sangat kecil, jelas jauh lebih sedikit kemampuannya untuk mengionisasikan materi yang
dilaluinya. Hal ini disebabkan karena sebelum mengionisasikan materi, terlebih dahulu positron
ini akan ditangkap oleh elektron yang banyak tersebar di alam. Eksitasi Salah satu postulat Bohr
menyatakan bahwa elektron dapat berpindah dari satu tingkat energi ke tingkat energi yang lain.
Berpindahnya elektron ini karena mendapatkan tambahan energi dari luar, salah satunya dapat
berasal dari radiasi alpha dan radiasi betha. Apabila elektron berpindah dari tingkat energi rendah
menuju tingkat energi tinggi maka energi akan diserap untuk melakukan proses tersebut. Elektron
yang berpindah dari tingkat energi rendah
menuju tingkat energi yang lebih tinggi menyebabkan elektron tereksitasi. Akan tetapi keadaan
elektron tereksitasi ini tidak stabil sehingga elektron kembali dari tingkat energi tinggi menuju
tingkat energi rendah yang disertai pelepasan energi dalam bentuk radiasi (deeksitasi).
Pada tingkat yang lebih rendah, energi yang dimiliki elektron lebih rendah daripada di tingkat
sebelumnya. Perbedaan energi ini muncul sebagai sebuah kuantum radiasi berenergi hv yang sama
besar dengan beda energi antara kedua tingkat tersebut. Artinya, jika elektron melompat dari n =
n2 ke n=n1, seperti Gambar 2, maka terpancar sebuah foton dengan energi
hυ = E n2 – E n1 Proses eksitasi dapat terjadi karena partikel radiasi bermuatan yang
berinteraksi dengan materi yang menyebabkan struktur atom bahan terganggu atau dalam keadaan
tereksitasi.Pada radiasi alpha, peristiwa eksitasi yang terjadi disebabkan karena energi radiasi
alpha yang ditransfer ke elektron orbital dari struktur atomnya. Keadaan ini yang menyebabkan
atom suatu bahan terganggu. Pada radiasi beta, peristiwa eksitasi bisa terjadi karena pengaruh
adanya peristiwa stopping power yang menyebabkan energi radiasi beta hilang di sepanjang
lintasannya. Energi radiasi beta yang hilang ini menyebabkan atom-atom yang ada di sepanjang
lintasan radiasi beta juga terganggu (Wardana, 2007). Absorbsi Peristiwa absorbsi adalah
peristiwa terserapnya partikel radiasi oleh suatu bahan yang terkena radiasi. Pada peristiwa
absorbsi ini ada radiasi yang terserap seluruhnya oleh materi, ada yang hanya sebagian terserap
oleh materi dan sisanya ada yang diteruskan keluar dari materi. Akibat peristiwa absorbsi radiasi
oleh suatu bahan (materi), bahan akan menjadi panas sesuai dengan energi radiasi yang ditransfer
ke atom-atom bahan. Partikel radiasi yang bermassa besar akan lebih mudah terabsorbsi daripada
prtikel yang bermassa kecil. Hal ini mudah dipahami karena massa yang besar relatif gerak
kinetisnya lebih lamban daripada massa yang kecil. Selain daripada itu, muatan yang dibawa
partikel radiasi juga berpengaruh pada peristiwa absorbsi. Partikel radiasi yang bermuatan positif
akan lebih mudah tertangkap oleh elektron-elektron bahan. Dengan kata lain partikel radiasi yang
bermuatan positif akan lebih mudah diabsorbsi oleh materi. Berdasarkan uraian tersebut di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada interaksi radiasi dengan materi, radiasi alpha lebih mudah
diabsorbsi daripada radiasi beta. Dengan dasar pengertian ini maka radiasi alpha dapat ditahan
oleh kertas sedangkan radiasi beta baru bisa ditahan oleh papan kayu yang tebal. Kenyataan ini
sesuai dengan harga koefisien absorbsi linear kayu yang memang lebih tinggi daripada koefisien
absorbsi linear kertas. Bila dikaitkan dengan koefisien absorbsi linear materi, maka proses
penyerapan akan mengikuti perasamaan de’alembert berikut ini :
I = Io eμt
Dimana dalam hal ini :
I = intensitas radiasi setelah menembus bahan
I0= intensitas radiasi mula-mula (sebelum terabsorbsi)
μ = koefisien absorbsi linier bahan
t = tebal bahan
Untuk mengetahui banyaknya radiasi yang terserap oleh suatu bahan digunakan satuan dosis serap
atau Radiation Absorbed Dose yang disingkat Rad. Jadi dosis serap merupakan ukuran
banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium. Dosis serap sebesar 1 Rad
sama dengan energi yang diberikan kepada bahan sebesar 1 Joule/kg (Wardana, 2007).
2. Interaksi foton (γ) dengan materi Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah interaksi antara foton dengan sebuah elektron yang terikat kuat dalam atom
yaitu elektron pada kulit bagian dalam suatu atom, biasanya kulit K atau L. Foton akan menumbuk
elektron tersebut dan karena elektron itu terikat kuat maka elektron akan menyerap seluruh tenaga
foton. Sebagai akibatnya elektron akan dipancarkan keluar dari atom dengan tenaga gerak sebesar
selisih tenaga foton dan tenaga ikat elektron (Knoll, 2000), yaitu
Ek = hυ - E b
Dengan E adalah energi foton(eV), Ek adalah energi kinetik elektron (eV), Eb adalah energi ikat
elektron (eV), h adalah konstanta Planck (6,63 x 10-34 J.s) dan vadalah frekuensi gelombang
elektromagnetik yang diserap atau yang dipancarkan elektron (Hz).
Hamburan Compton Hamburan Compton terjadi antara foton dan sebuah elektron bebas
yangterdapat pada kulit terluar sebuah atom. Apabila foton menumbuk elektron tersebut maka
berdasarkan hukum kekekalan momentum tidak mungkin elektron akan dapat menyerap seluruh
energi foton seperti pada efek fotolistrik. Foton akan menyerahkan sebagian energinya kepada
elektron dan kemudian terhambur sebesar sudut terhadap arah gerak foton dating.
3. Interaksi sinar beta dengan materi
Interaksi sinar beta dengan materi menyerupai sinar alfa namun menghasilkan kerapatan pasangan
ion jauh lebih sedikit (sekitar 4-8 pasangan ion per mm lintasan). Jangkauan partikel alfa jauh
lebih panjang daripada partikel alfa dan partikel beta akan disimpangkan ke luasan yang lebih
besar dengan lintasan berbentuk zig zag. Ionisasi pada radiasi beta lebih banyak ditimbulkan oleh
ionisasi sekunder. Dengan menggunakan kurva energi vs jangkau, energi maksimum dapat
ditentukan. Hubungan antara berkurangnya intensitas radiasi dengan ketebalan linier jika energi
elektron konversi di atas o,2 MeV. Penentuan energi radiasi beta harus memperhatikan adanya
serapan diri. Pada interaksi radiasi beta terdapat fenomena back scattering. Energi radiasi sinar
beta dapat berkurang akibat tabrakannya dengan materi, dapat juga karena diperlambat oleh
medan listrik positif inti atom.

Wisnu Arya Wardhana, (2007), Teknplogi Nuklir: Proteksi Radiasi dan Aplikasinya, Jakarta,
Andi.
Knoll G. F., 2000, Radiation Detection and Measurement, Third Edition, John. Wiley & Sons, Inc.
Kubešova M.

Anda mungkin juga menyukai