2) Hadis hasan :
ان ا ْل َج ْونِي ع َْن ِ ضبَ ِعي ع َْن أَ ِب ْي ِع ْم َرُّ ان ال ُ ح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ َح َّدثَنَا َج ْعفَ ُر ْب ُن
َ سلَ ْي َم
ْ س ِم ْعتُ أَبِي بِ َح
: ض َر ِة العَ ُد ِّ ِو يَقُ ْو ُل َ : شعَ ِر ْي قَا َل ْ َسي ْاْل َ أَبِي بَ ْك ِر ْب ِن أَبِي ُم ْو
الحديث..… ف َ ِإ َّن أَ ْب َو: س ْو ُل هللاِ ص م
ُّ اب ا ْل َجنَّ ِة تَ ْحتَ ِظالَ ِل ال
ِ سيُ ْو ُ قَا َل َر
“
“Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada kamu ja’far
bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa al-Asy’ari ia berkata:
aku mendengar ayahku berkata ketika musuh datang : Rasulullah Saw bersabda :
sesungguhnya pintu-pintu syurga dibawah bayangan pedang…” (HR. At-Tirmidzi,
Bab Abwabu Fadhailil jihadi).
3) Hadis dhaif :
1) Hadits Muallaq
4) Hadits muallaq menurut bahasa berarti hadits yang tergantung. Dari segi istilah,
hadits muallaq adalah hadits yang gugur satu rawi atau lebih diawal sanad.
Contoh: Bukhari berkata, kala Malik, dari Zuhri,dari Abu Salamah, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
التقاضلوابين األنبياء )5
6) Artinya:
7) “Jangan lah kamu melebihkan sbagian Nabi dan sebagian yang lain”. (HR.
Bukhari)[2]
8) Menurut kesimpulan diatas tadi dapat diambil kesimpulan bahwa hadits dha’if
karena gugurnya rawi artinya tidak adanya satu, dua, atau beberapa rawi, yang
seharusnya ada dalam suatu sanad, baik pada permulaan, pertengahan,
maupun diakhir sanad hadits ini terbagi menjadiempat, yaitu: hadits mursal
(melepaskan), hadits muqati’(terputus), hadits mudal (yang sulit dipahami), dan
hadits muallaq (tergantung).
4) Hadis maudhu’ :
“Barangsiapa berpuasa di waktu pagi pada hari ‘Idul Fithri, dia bagaikan puasa
sepanjang waktu”
Ini adalah hadits palsu yang dibuat oleh Ibnu al-Bailami. Ibnu Hibban rahimahullah
berkata : “Dia meriwayatkan hadits dari ayahnya sebanyak kurang lebih 200 hadits,
semuanya palsu dan tidak boleh berhujjah dengan dia dan juga tidak boleh disebut
namanya kecuali hanya untuk menjelaskan keheranan terhadapnya