Mekanisme Vitamin K
Vitamin K ternyata merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu
protein berupa asam glutamat (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla). Protein-protein ini
dinamakan protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang
menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran hati dan tulang dan sedikit
di lain jaringan. Gla protein dengan mudah dapat mengikat ion kalsium. Kemampuan inilah yang
merupakan aktivitas biologik vitamin K. Pada proses pembekuan darah, gama-karboksilasis
terjadi didalam hati pada residu asam glutamat yang terdapat pada berbagai faktor pembekuan
darah, seperti faktor II (protrombin), VII, VIII, IX, X. Kemampuan gla protein untuk mengikat
kalsium merupakan langkah esensial dalam pembekuan darah ( Almatsier, 2004).
Gla protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat di dalam jaringan tulang dan
gigi sebagai osteokalsin dan gla protein- matriks. Kedua jenis gla protein ini mengikat
hidroksiapatait yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Tanpa vitamin K, tulang
memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat mineral-mineral yang
diperlukan dalam pembentukan tulang (Almatsier, 2004).
Gla- protein juga ditemukan di dalam jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paru-
paru dan endapan aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla protein di
dalam otak diduga berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk pengembangan
otak. ( Almatsier, 2004).
Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentuk residu α –
Karboksi glutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang tergantung vitamin K
terjadi dalam retikulum endoplasmic. Banyak jaringan dan memerlukan oksigen molekuler,
karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan di dalam siklus ini, produk 2,3
epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk
kuinon vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi.
Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin
K untuk menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut (Vivi, 2006 vol I (1) ).
Metabolisme asam arakidonat terjadi melalui dua jalur, yaitu jalur lipooksigenasi yang
dikatalisis oleh enzim lipooksigenase menghasilkan leukotriene, dan jalur siklooksigenase yang
dikatalisis oleh enzim siklooksigenase menghasilkan prostasiklin, prostaglandin, dan
tromboksan. Agregasi platelet dipengaruhi oleh produksi protasiklin dan tromboksan. Protasiklin
yang disintesis oleh COX2 akan menghambat agregasi platelet sedangkan tromboksan yang
disintesis COX1 akan menyebabkan terjadinya agregasi platelet. Obat-obat antiinflamasi
biasanya sebagai zat penghambat agregasi trombosit. Apabila enzim siklooksigenase dihambat
maka akan menghambat proses perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin sehingga akan
menghambat pembentukan tromboksan yang dapat menyebabkan agregasi platelet yang
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi dan pembentukan edema.
Pada kasus muntah darah hitam karena pecahnya varises esophagus maka pilihan terapinya
adalah tindakan endoskopi dan ligasi tempat perdarahan. Namun jika fasilitas kesehatan di
daerah yang tidak memiliki alat endoskopi, maka perdarahan disebabkan pecahnya varises
esofagus menurut Konsensus Nasional PGI-PPHI-PEGI mengenai Penatalaksanaan Perdarahan
Varises dapat diberikan obat somatostatin atau oktreotide secara drip intravena. Obat tersebut
bertindak sabagai vasoaktif untuk menghentikan perdarahan secepat mungkin.
Penyebab pecahnya varises esophagus karena peningkatan tekanan vena portal akibat sirosis
hepatis. Sehingga kadang ada tambahan terapi pada kasus ini yaitu pemberian vitamin K. Namun
perlu diingat, pemberian vitamin K bukan secara langsung untuk menghentikan perdarahan,
tetapi hal ini lebih karena ketika terjadi sirosis hepatis maka terjadi kegagalan sintesis faktor
koagulasi dependen vitamin K yaitu faktor 2, 7, 9 dan 10. Pada pemeriksaan laboratorium, ketika
terjadi kegagalan sistesis faktor tersebut dibuktikan dengan terjadinya pemanjangan Plasma
Protrombin Time (PPT) dan International Normalized Ratio (INR). Jika hasil laboratorium
tersebut terjadi pemanjangan, maka ada indikasi pemberian vitamin K.
Sedangkan pada kasus muntah darah diakibatkan karena erosi ataupun tukak lambung dan
duodenum, terapi yang direkomendasikan berdasarkan Clinical Guideline Consensus
Recommendations for Nonvariceal Upper Gastrointestinal Bleeding adalah pemberian golongan
Proton Pump Inhibitor (PPI) contohnya lansoprazol, omeprazol, pantoprazol, esomeprazol. Salah
satu pemberian yang direkomendasikan adalah bolus PPI 80 mg IV dilanjutkan drip kontinyu
PPI 8 mg/jam IV 12-24 jam terbukti secara ilmiah untuk menghentikan perdarahan. Alasan PPI
diindikasikan pada perdarahan nonvarises karena pemberian PPI dosis tinggi akan meningkatkan
pH lambung diatas 6 secara cepat yang diikuti dengan agregasi trombosit pada luka, terjadi
bekuan darah yang stabil dan tidak menjadi lisis, yang mana jika suasana lambung terlalu asam
proses ini tidak bisa berlangsung. Di clinical guideline tidak ada sedikitpun disinggung masalah
pemberian asam traneksamat.
Lantas asam traneksamat digunakan untuk apa? Asam traneksamat adalah golongan
antifibrinolitik yang artinya mencegah terjadinya lisis pada fibrin. Secara singkat proses
fibrinolitik terjadi karena adanya plasmin yang berasal dari plasminogen. Asam traneksamat
bekerja menghambat aktivasi plasminogen menjadi plasmin sehingga tidak terjadi fibrinolitik.
Jadi pemberian asam traneksamat diindikasikan pada perdarahan karena proses fibrinolisis.
Sebagai contoh adalah perdarahan karena tumor ganas di leher rahim, saluran pencernaan atau
saluran nafas, hal itu terjadi karena degradasi fibrin, sehingga sangat cocok sekali diberikan asam
traneksamat. Atau saat proses fibrinolitik pada pasien sindrom koroner akut, terjadi efek samping
perdarahan, maka antidotum yang disarankan salah satunya adalah asam traneksamat.
Bagaimana membuktikan terjadinya proses degradasi fibrin? Periksalah D-dimer, jika meningkat
sudah pasti itu adalah proses degradasi fibrin karena D-dimer adalah produk pecahannya (jika
RS sejawat terdapat pemeriksaan tersebut, red).