Anda di halaman 1dari 5

1

Antropologi Alkitab (pelajaran 5)


Hakekat Manusia Sama Dengan Allah Dalam Bekerja

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan oleh Allah yang


memiliki keberadaan seperti Allah sendiri, yaitu seturut gambar dengan Allah
(Imago Dei). Salah satu hakekat yang dimiliki Allah adalah bahwa Allah adalah
Allah yang bekerja. Allah bukanlah Allah yang tidak berkehendak, bukan Allah
yang diam tanpa karya. Ia adalah Allah yang aktif berkarya, penuh inisiatif dan
bekerja. Demikianlah, sebagaimana Allah adalah Allah yang bekerja maka
manusia juga adalah manusia yang bekerja. Kerja merupakan unsur hakekat
manusia yang dijadikan menurut gambar Allah (The nature of man is a worker).
Oleh karena kerja adalah suatu unsur hakekat manusia, maka kerja itu juga
merupakan perintah Allah. Allah dapat memerintahkan manusia untuk bekerja
sebab manusia memiliki potensi dan natur atau kodrat demikian. Oleh karena
manusia adalah seorang pekerja maka bumi ini diciptakan Tuhan dalam
keadaan yang “harus masih diteruskan”. Manusia menerima mandat dari
Tuhan untuk mengelola bumi ini (Kej 2:15). Ini bukan berarti Allah tidak
mampu menyelesaikan atau meneruskan pekerjaan-Nya. Disini Allah
melibatkan manusia sebagai pekerja untuk bekerja mengelola hasil karya-Nya.
Bila tidak demikian yaitu diadakannya peluang untuk bekerja, maka berarti
Allah membunuh hakekat manusia itu sendiri. Perintah kerja dari Tuhan untuk
manusia merupakan petunjuk bahwa Tuhan konsekuen dengan maksudnya
menjadikan manusia kawan sekerja-Nya dalam mengelola alam semesta ini.
Manusia bekerja mengembangkan diri bertalian dengan fasilitas alam semesta
yang Tuhan telah ciptakan. Inilah yang disebut sebagai mandat untuk
berbudaya. Oleh karena manusia yang diciptakan Allah adalah seorang pekerja,
maka bekerja mempunyai tempat didalam rencana Allah yang Agung. Dunia ini
diciptakan dalam keadaan yang belum dikerjakan, memerlukan tangan
manusia yang harus mengelolanya (Kej 1:27-28; 2:5). Oleh sebab itu
hendaknya tidak berpikir bahwa ketika Adam dan Hawa di Eden hanya makan
minum tanpa kerja. Ketika manusia memberi nama binatang, yaitu tatkala
Allah membawa semua binatang untuk dinamai oleh manusia, Alkitab
membuktikan bahwa di Eden pun manusia sudah mulai bekerja (Kej 2:19-20).
Perintah kepada manusia didalam Kejadian 2:15 untuk mengelola bumi
merupakan bukti nyata bahwa manusia sudah berkarya (berbudaya) sejak
didalam Eden. Kalimat “mengusahakan dan memelihara” di Kejadian 2:15
dalam teks aslinya “laabdaah uwishaamaraah” (Ing. To dress it and to keep it),
2

mendandani dan memelihara atau menjaganya. Manusia menjadi manager


(pengelola) atas bumi ini.
Hal tersebut itulah yang membedakan manusia dari hewan atau makhluk lain.
Hewan atau makhluk lain bergerak hidup hanya sekedar memenuhi siklus
kehidupan sesuai dengan habitatnya. Manusia bekerja dengan kerelaan,
kesadaran dan kesengajaan sebagai pengabdian kepada Tuhan, yaitu sebagai
kawan sekerja Allah dengan hakekat yang sama dalam bekerja.

Hakekat bekerja bernilai kekal.


Sekalipun manusia sudah jatuh didalam dosa tetapi perintah untuk kerja ini
tidak pernah dibatalkan Tuhan. Hal ini nyata dari hukum yang ke delapan yang
berbunyi: “Jangan mencuri” salah satu signal petunjuk yang jelas bahwa
manusia bukan saja dipanggil untuk menghargai milik orang lain tetapi juga
harus bekerja mencari “milik” dan nafkah dari keringat dan tenaganya sendiri.
Oleh sebab itu barang siapa tidak mau bekerja, padahal ia mampu bekerja
maka ia telah melanggar perintah-Nya dan berbuat dosa kepada Tuhan serta
menyangkal hakekatnya sendiri.
Seorang yang menolak bekerja berarti tidak menerima dirinya sebagai manusia
dengan kebesarannya sebagai oknum yang berhakekat seperti Tuhan yaitu
“oknum yang bekerja”. Perlu dijelaskan disini bahwa Kerajaan Sorga nanti
bukanlah alam roh, seperti alam hantu. Tuhan Yesus memperagakan tubuh
kebangkitan-Nya, bukan tubuh maya yang tidak berdaging. Hantu tidak
berdaging, tetapi tubuh kebangkitan yang dimiliki Yesus dan dimiliki semua
orang yang dibangkitkan benar-benar berdaging. Alkitab tegas mengatakan
bahwa Dia, Allah semesta alam bukanlah Allah orang mati tetapi Allah orang
hidup.
Kerajaan Sorga adalah alam fisik yang dapat berinteraksi dengan “indra” tubuh
kebangkitan. Pada akhirnya nanti, realitas hidup adalah realitas fisik, bukan
alam roh, sebab semua manusia akan dibangkitkan dan Tuhan Yesus sendiri
akan tampil dengan tubuh kebangkitan-Nya. Sorga, dalam bahasa
Ibraninya samayim dan dalam bahasa Yunaninya ouranos menunjuk “langit”
(alam semesta yang tidak terbatas). Langit disini bukanlah “sky” (langit yang
melingkupi bumi kita), tetapi “heaven” yaitu alam semesta dengan gugusan
planet-planet yang tidak terbatas jumlahnya.
Didalam kerajaan sorga nanti, alam semesta yang tidak terbatas tersebut
menjadi sarana kreatifitas kerja tanpa batas bagi manusia yang telah
disempurnakan. Dalam hal ini manusia di dunia yang akan datang nanti akan
3

tetap bekerja mengelola alam semesta yang tak bertepi. Dengan demikian
nyatalah bahwa Tuhan merancang hakekat kerja dalam diri manusia bukan
hanya untuk digunakan di bumi kecil ini dan yang sementara tetapi juga untuk
dunia yang akan datang yang luas tak terbatas di kekekalan. Manusia yang
tidak mau bekerja hari ini dengan motif kerja yang benar, tidak akan
dipekerjakan Tuhan di kekekalan.
Kerja sebagai sukacita ibadah.
Kerja mempunyai arti dan nilai lengkap bukan hanya ditempatkan dalam
rencana penciptaan alam semesta tetapi juga dalam rencana Allah untuk
menyelamatkan dunia ini melalui karya salib Kristus. Manusia bukan saja
dipercayai untuk mengelola alam semesta, tetapi di jaman penggenapan
(jaman Injil diberitakan) umat pilihan juga dipercayai untuk terlibat dalam
penerusan karya keselamatan dalam Yesus Kristus. Dalam hal yang kedua ini
manusia dilibatkan untuk mengambil bagian dalam rencana penyelamatan
Allah atas dunia ini. Manusia menjadi kawan sekerja Allah bukan saja dalam
meneruskan karya penciptaan, tetapi juga dalam karya penyelamatan Allah
dalam Yesus Kristus atas orang berdosa. Itulah sebabnya karya penyelamatan
Allah melalui korban Kristus dalam keadaan “belum selesai”, atau dalam
keadaan “harus diteruskan”. Karya keselamatan tidak boleh berhenti hanya di
bukit Kalvari tetapi harus sampai ke ujung bumi. Dalam hal ini jelaslah bahwa
setiap orang percaya dipanggil untuk turut serta dalam pelebaran kerajaan
Allah, penginjilan yaitu memperkenalkan Yesus kepada orang yang belum
mengenal Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan pendewasaan rohani umat
Tuhan yaitu mereka yang sudah percaya melalui proses pemuridan.
Untuk penyelenggaraan pelebaran Kerajaan Allah ini atau pelayanan pekerjaan
Tuhan dibutuhkan berbagai sarana, dari manusia sebagai pelakunya sampai
fasilitas pelayanan (uang, transportasi, gedung, alat musik untuk ibadah dan
lain sebagainya). Anak-anak Tuhan dipanggil untuk bekerja mencari nafkah
guna kehidupannya sendiri dan menyediakan fasilitas pelayanan tersebut.
Sesuai dengan kasih karunia, kerja manusia telah disucikan menjadi kerja yang
kekal, maksudnya bahwa kerja manusia bagi Allah adalah kerja yang
berdampak dalam kekekalan (Yoh 15:16). Berdampak kekal disini maksudnya
adalah bahwa hasil kerja anak-anak Tuhan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan diperhitungkan Tuhan di Kerajaan-Nya yang kekal nanti. Dalam hal
ini manusia diperkenankan menjadi kawan sekerja Allah. Inilah maksud dan
tujuan kekal Allah menciptakan manusia. Ditempat masing-masing sesuai
dengan panggilan khusus yang diemban anak-anak-Nya sebagai pedagang,
4

arsitek, dokter, guru, petani dan lain sebagainya, semuanya memberi diri bagi
kepentingan penerusan karya salib Tuhan bagi dunia ini. Ditempat masing-
masing mereka memerankan panggilan secara sinergi (menggabungkan
kekuatan) untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Bila terjadi demikian, yaitu seluruh kerja kita diperuntukkan bagi Tuhan maka
kerja tidak lagi menjadi beban dan susah payah, kerja merupakan sukacita
pengabdian bagi Tuhan. Kerja seperti ini adalah kerja yang sangat
menggembirakan sebab Tuhan pasti memberkati dan hasil jerih payah dalam
kerja tersebut diperhitungkan oleh Tuhan di kekekalan. Dengan demikian kita
dapati bahwa ukuran sukses kerja dan kehidupan seseorang terletak pada:
Apakah dengan melakukan pekerjaan tersebut dan hasil pekerjaan tersebut
nama Tuhan dipermuliakan, pekerjaan Tuhan dalam penerusan karya salib
Tuhan diatas muka bumi ini benar-benar didukung. Oleh sebab itu, kerja harus
dibersihkan dari motif-motif yang salah, yang dapat merusak arti, nilai dan
tujuan kerja. Seperti yang kita tahu bahwa akibat dosa maka motif kerja
manusia telah dirusak.
Hidup adalah ibadah kepada Tuhan.
Hari ini pada umumnya orang masih memisahkan antara ibadah kepada Tuhan
dan kehidupan setiap hari. Mereka beranggapan bahwa ibadah kepada Tuhan
adalah bagian dari hidup ini. Itulah sebabnya mereka membedakan antara
kegiatan yang bersangkut-paut dengan Tuhan seperti doa, menyanyi lagu
rohani, ke gereja dengan kegiatan yang tidak bersangkut-paut dengan Tuhan
seperti bekerja di kantor, rekreasi dengan keluarga, olah raga, makan, minum
dan lain-lain. Pemisahan atau perbedaan ini biasa disebut juga antara yang
rohani dan duniawi. Bila kita masih memiliki anggapan atau sikap berpikir
seperti ini, berarti kita belum mengerti kebenaran. Kita tidak boleh lupa bahwa
dunia ini diciptakan oleh Tuhan. Bukan oleh iblis. Dunia ini tidak najis atau
berdosa. Sebab yang berdosa adalah manusia dan yang disebut najis adalah
perbuatan dan produknya yang bertentangan dengan prinsip kebenaran
Tuhan. Hendaknya kita tidak sesat seperti aliran agama-agama tertentu yang
memandang dunia ini jahat, harus dijauhi. Karena orang yang mau hidup suci
menjauhi dunia dengan segala kegiatannya. Termasuk tidak menikah (catatan:
menikah itu kudus sebab Tuhan yang menciptakan seks. Bila ada orang/hamba
Tuhan yang tidak menikah, itu bukan karena menikah itu najis lalu kita
menganggap mereka lebih suci tetapi karena demi kepentingan kerajaan sorga
ia tidak menikah).
5

Yang menjadi masalah terbesar dalam hidup kita sekarang ini adalah
menterjemahkan iman dalam kehidupan. Bukan dalam pengakuan atau ritual.
Itulah yang dilakukan dalam agama-agama pada umumnya. Seluruh gerak
hidup kita adalah kebaktian dan penyembahan kepada Tuhan. Dalam Roma
12:1-2, sebenarnya sudah jelas bagaimana seharusnya kita menterjemahkan
iman kita. Banyak orang ibadahnya masih dalam wujud ritual atau upacara.
Upacara kita adalah seluruh hidup ini. Ini berarti:
Seluruh hidup kita telah dimiliki Tuhan. Pengakuan ini ditandai dengan
kesediaannya tidak mencari penghormatan apapun dari dunia ini. Segala
sesuatu dari Dia oleh Dia dan bagi Dia (Rom 11:36). Kalau hidup kita dimiliki
Tuhan maka tidak ada pujian atau sanjungan yang kita layak terima. Semuanya
harus dikembalikan kepada Tuhan. Hal ini adalah sikap hati. Yang penting
bagaimana hati kita memberi penghormatan kepada Tuhan. Seluruh gerak kita
adalah pengabdian kepada Tuhan. Kesediaan menggunakan hidup ini untuk
melayani Tuhan. Untuk kesenangan hati-Nya. Inilah yang dikatakan Paulus
bahwa apapun yang kita lakukan kita memuliakan Tuhan (1Kor 10:31). Inilah
sebenarnya irama yang benar, seluruh hidup kita adalah irama menyembah
Tuhan (Luk 4:8).

Anda mungkin juga menyukai