tetap bekerja mengelola alam semesta yang tak bertepi. Dengan demikian
nyatalah bahwa Tuhan merancang hakekat kerja dalam diri manusia bukan
hanya untuk digunakan di bumi kecil ini dan yang sementara tetapi juga untuk
dunia yang akan datang yang luas tak terbatas di kekekalan. Manusia yang
tidak mau bekerja hari ini dengan motif kerja yang benar, tidak akan
dipekerjakan Tuhan di kekekalan.
Kerja sebagai sukacita ibadah.
Kerja mempunyai arti dan nilai lengkap bukan hanya ditempatkan dalam
rencana penciptaan alam semesta tetapi juga dalam rencana Allah untuk
menyelamatkan dunia ini melalui karya salib Kristus. Manusia bukan saja
dipercayai untuk mengelola alam semesta, tetapi di jaman penggenapan
(jaman Injil diberitakan) umat pilihan juga dipercayai untuk terlibat dalam
penerusan karya keselamatan dalam Yesus Kristus. Dalam hal yang kedua ini
manusia dilibatkan untuk mengambil bagian dalam rencana penyelamatan
Allah atas dunia ini. Manusia menjadi kawan sekerja Allah bukan saja dalam
meneruskan karya penciptaan, tetapi juga dalam karya penyelamatan Allah
dalam Yesus Kristus atas orang berdosa. Itulah sebabnya karya penyelamatan
Allah melalui korban Kristus dalam keadaan “belum selesai”, atau dalam
keadaan “harus diteruskan”. Karya keselamatan tidak boleh berhenti hanya di
bukit Kalvari tetapi harus sampai ke ujung bumi. Dalam hal ini jelaslah bahwa
setiap orang percaya dipanggil untuk turut serta dalam pelebaran kerajaan
Allah, penginjilan yaitu memperkenalkan Yesus kepada orang yang belum
mengenal Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan pendewasaan rohani umat
Tuhan yaitu mereka yang sudah percaya melalui proses pemuridan.
Untuk penyelenggaraan pelebaran Kerajaan Allah ini atau pelayanan pekerjaan
Tuhan dibutuhkan berbagai sarana, dari manusia sebagai pelakunya sampai
fasilitas pelayanan (uang, transportasi, gedung, alat musik untuk ibadah dan
lain sebagainya). Anak-anak Tuhan dipanggil untuk bekerja mencari nafkah
guna kehidupannya sendiri dan menyediakan fasilitas pelayanan tersebut.
Sesuai dengan kasih karunia, kerja manusia telah disucikan menjadi kerja yang
kekal, maksudnya bahwa kerja manusia bagi Allah adalah kerja yang
berdampak dalam kekekalan (Yoh 15:16). Berdampak kekal disini maksudnya
adalah bahwa hasil kerja anak-anak Tuhan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan diperhitungkan Tuhan di Kerajaan-Nya yang kekal nanti. Dalam hal
ini manusia diperkenankan menjadi kawan sekerja Allah. Inilah maksud dan
tujuan kekal Allah menciptakan manusia. Ditempat masing-masing sesuai
dengan panggilan khusus yang diemban anak-anak-Nya sebagai pedagang,
4
arsitek, dokter, guru, petani dan lain sebagainya, semuanya memberi diri bagi
kepentingan penerusan karya salib Tuhan bagi dunia ini. Ditempat masing-
masing mereka memerankan panggilan secara sinergi (menggabungkan
kekuatan) untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Bila terjadi demikian, yaitu seluruh kerja kita diperuntukkan bagi Tuhan maka
kerja tidak lagi menjadi beban dan susah payah, kerja merupakan sukacita
pengabdian bagi Tuhan. Kerja seperti ini adalah kerja yang sangat
menggembirakan sebab Tuhan pasti memberkati dan hasil jerih payah dalam
kerja tersebut diperhitungkan oleh Tuhan di kekekalan. Dengan demikian kita
dapati bahwa ukuran sukses kerja dan kehidupan seseorang terletak pada:
Apakah dengan melakukan pekerjaan tersebut dan hasil pekerjaan tersebut
nama Tuhan dipermuliakan, pekerjaan Tuhan dalam penerusan karya salib
Tuhan diatas muka bumi ini benar-benar didukung. Oleh sebab itu, kerja harus
dibersihkan dari motif-motif yang salah, yang dapat merusak arti, nilai dan
tujuan kerja. Seperti yang kita tahu bahwa akibat dosa maka motif kerja
manusia telah dirusak.
Hidup adalah ibadah kepada Tuhan.
Hari ini pada umumnya orang masih memisahkan antara ibadah kepada Tuhan
dan kehidupan setiap hari. Mereka beranggapan bahwa ibadah kepada Tuhan
adalah bagian dari hidup ini. Itulah sebabnya mereka membedakan antara
kegiatan yang bersangkut-paut dengan Tuhan seperti doa, menyanyi lagu
rohani, ke gereja dengan kegiatan yang tidak bersangkut-paut dengan Tuhan
seperti bekerja di kantor, rekreasi dengan keluarga, olah raga, makan, minum
dan lain-lain. Pemisahan atau perbedaan ini biasa disebut juga antara yang
rohani dan duniawi. Bila kita masih memiliki anggapan atau sikap berpikir
seperti ini, berarti kita belum mengerti kebenaran. Kita tidak boleh lupa bahwa
dunia ini diciptakan oleh Tuhan. Bukan oleh iblis. Dunia ini tidak najis atau
berdosa. Sebab yang berdosa adalah manusia dan yang disebut najis adalah
perbuatan dan produknya yang bertentangan dengan prinsip kebenaran
Tuhan. Hendaknya kita tidak sesat seperti aliran agama-agama tertentu yang
memandang dunia ini jahat, harus dijauhi. Karena orang yang mau hidup suci
menjauhi dunia dengan segala kegiatannya. Termasuk tidak menikah (catatan:
menikah itu kudus sebab Tuhan yang menciptakan seks. Bila ada orang/hamba
Tuhan yang tidak menikah, itu bukan karena menikah itu najis lalu kita
menganggap mereka lebih suci tetapi karena demi kepentingan kerajaan sorga
ia tidak menikah).
5
Yang menjadi masalah terbesar dalam hidup kita sekarang ini adalah
menterjemahkan iman dalam kehidupan. Bukan dalam pengakuan atau ritual.
Itulah yang dilakukan dalam agama-agama pada umumnya. Seluruh gerak
hidup kita adalah kebaktian dan penyembahan kepada Tuhan. Dalam Roma
12:1-2, sebenarnya sudah jelas bagaimana seharusnya kita menterjemahkan
iman kita. Banyak orang ibadahnya masih dalam wujud ritual atau upacara.
Upacara kita adalah seluruh hidup ini. Ini berarti:
Seluruh hidup kita telah dimiliki Tuhan. Pengakuan ini ditandai dengan
kesediaannya tidak mencari penghormatan apapun dari dunia ini. Segala
sesuatu dari Dia oleh Dia dan bagi Dia (Rom 11:36). Kalau hidup kita dimiliki
Tuhan maka tidak ada pujian atau sanjungan yang kita layak terima. Semuanya
harus dikembalikan kepada Tuhan. Hal ini adalah sikap hati. Yang penting
bagaimana hati kita memberi penghormatan kepada Tuhan. Seluruh gerak kita
adalah pengabdian kepada Tuhan. Kesediaan menggunakan hidup ini untuk
melayani Tuhan. Untuk kesenangan hati-Nya. Inilah yang dikatakan Paulus
bahwa apapun yang kita lakukan kita memuliakan Tuhan (1Kor 10:31). Inilah
sebenarnya irama yang benar, seluruh hidup kita adalah irama menyembah
Tuhan (Luk 4:8).