Anda di halaman 1dari 18

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.


Seperti yang telah kita ketahui bersama dan pada umumnya oleh kalangan umat
muslim dunia, bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW akan banyak sekali
golongan-golongan dalam umat muslim, ketika Islam dalam tahap perkembangan
kebeberapa wilayah semasa Khulafa al-Rasyidun bermunculanlah golongan-golongan itu,
salah satunya dari beberapa golongan tersebut termasuk yang paling menarik untuk
dibahas ialah golongan Syi’ah dan Sunni
Sejarah politik Islam banyak diwarnai oleh pemikiran politik Syiah dan Sunni. Walaupun
majoriti negara umat Islam hari ini mengamalkan politik demokrasi Barat, namun
perbahasan mengenai politik Islam sentiasa menjadi mauduk penting dalam dunia Islam.
Pemahaman Islam sebagai satu sistem hidup merangkumi semua aspek kehidupan
menjadi faktor peting isu mengenai politik dan negara Islam sentiasa hangat
diperbahasakan.
Dari beberapa aliran atau kelompok muslim tersebut telah memiliki banyak sekali
pengikut diberbagai kalangan umat muslim dunia. Masing-masing kelompok ini memiliki
pandangan tersendiri dalam memahami makna dan pedoman dalam menjalankan agama
Islam. Tentunya ini yang menjadikan Islam terbagi-bagi dan diragukan untuk
kesahihannya untuk dicari dan dipelajari.

1.2 Rumusan Masalah.


Dalam makalah ini akan membahas :
1. Apa yang di sebut dengan golongan Syiah ?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya Golongan Syiah ?
3. Bagaimana Pemikiran dan Doktrin-Doktrin Syi'ah ?
4. Apa saja Aliran dalam golongan Syiah dan Tokoh-tokoh Syi'ah ?
5. Bagaimana corak Pemikiran Politik golongan syi'ah?

1
1.3 Tujuan Masalah.
Dalam makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui yang di sebut dengan golongan Syiah.
2. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Golongan Syiah.
3. Untuk mengetahui Pemikiran dan Doktrin-Doktrin dalam Syi'ah
4. Untuk mengetahui Aliran dalam golongan Syiah dan Tokoh-tokoh dalam Syi'ah
5. Untuk mengetahui corak Pemikiran Politik dalam syi'ah

2
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian golongan syiah.

syiah secara bahasa berarti "pengikut" pendukung partai atau "kelompok", sedangkan
secara terminologis istilah ini dikaitkan dengan sebagian kaum Muslim yang dalam bidang
spiritual dan keagamaan merujuk pada keturunan Nabi Muhammad Saw, atau di sebut
sebagai Ahl aHbait. Poin penting dalam doktrin syi'ah adalah pernyataan bahwa segala
petunjuk agama bersumber dari Ahl aHbait, mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan
dari para sahabat yang bukan Ahl albait atau para pengikutnya. (Hamid Dabashi' 1995: 55).
syiah menurut etimologi bahasa Arab bermakna pembela dan pengikut seseorang.
Selain itu juga bermakna setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun menurut
terminologi syariat, bermakna mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sangat
utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum
Muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau. Kelompok ini sangat
mengagungkan Ali bin Abi Thalib. (Ahmad Rifai zen, 2011: 71).

2.2 Sejarah Golongan syiah.


Menurut Ath-Thabathaba' (1903-1981 M), istilah "syiah" untuk pertama kalinya
ditujukan pada para pengikut Ali Syiah A), pemimpin pertama Ahl aHbait pada masa Nabi
Muhammad. Para pengikut Ali yang disebut Syiah, di antaranya adalah Abu Dzar A-Ghiffari,
Miqdad bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir. (M.H. Thabathaba'i, 1989: 37,71). Mengenai
kemunculan Syiah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut
Abu Zahrah, syiah mulai muncul ke permukaan pada masa akhir pemerintahan Utsman bin
Affan, selanjutnya Aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib. (Muhammad Abu Zahrah, 1996 :34). Sebagian berpendapat, bahwa kelompok Syiah
lahir setelah Nabi Muhammad saw meninggal dunia. Ketika itu terjadi perebutan kekuasaan
antara muhajirin dan anshar di balai pertemuan Bani Saidah. Sebagian lain menyebutkan,
bahwa Syiah lahir semenjak utsman bin affan meninggal dunia (35HA656M) atau ketika Ali
bin Abi Thalib naik tahta sebagai khalifah. (Aceng Zakaria dan Irfan N.H.:181) Watt
menyatakan bahwa Syi'ah muncul, ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu'awiyah
yang dikenal dengan perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respons atas penerimaan

3
Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu'awyah, pasukan Ali diceritakan pecah menjadi
dua, satu kelompok mendukung sikap Ali disebut syi'ah dan kelompok lain menolak sikap
Ali (w. Montgomery watt, Teri umar Basalim, disebut Khawarij 1987:10). Berbeda dengan
pandangan di atas, kalangan Syi'ah berpendapat bahwa kemunculan syiah berkaitan dengan
masalah pengganti khalifah) Nabi uhammad saw. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar,
umar bin Khattab, dan utsman bin Affan, karena dalam pandangan mereka hanya Al bin Abi
Thalib yang berhak menggantikan Nabi. Ketokohan Ali dalam pandangan syiah sejalan
dengan isyarat-syarat yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw pada masa hidupnya. Pada
awal kenabian, ketika Muhammad diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya,
yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Pada saat Nabi mengatakan bahwa
orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain
itu sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang menunjukkan perjuangan dan
pengabdian yang luar biasa besar. (Harun Nasution, 1992 :904). Bukti utama tentang sahnya
'All sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khum. (Hadits tentang Ghadir Khum ini
terdapat dalam versi sunni ataupun Syiah dan semuanya merupakan hadits shahih). Lebih dari
seratus sahabat telah meriwayatkan hadits ini dalam berbagai sanad dan ungkapan.
Thabathaba'i, 1989: 72) Diceritakan, bahwa ketika kembali dari haji terakhir dalam
perjalanan dari Mekah ke Madinah, di padang pasir yang bernama Ghadir Khum, Nabi
memilih Ali sebagai penggantinya di hadapan massa yang penuh sesak menyertai beliau.
Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menempatkan sebagai pemimpin umum umat (wilayat-
imamah), tetapi juga menjadikan Ali sebagai Nabi, sebagai pelindung (wali) mereka.
Thabathabai, 1989: 38). Berlawanan dengan harapan mereka, ketika Nabi wafat dan jasadnya
masih terbaring belum dikuburkan, anggota keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk
dengan persiapan penguburan dan upacara pemakamannya. Teman-teman dan pengikut
pengikut Ali mendengar kabar adanya kegiatan kelompok lain, yang telah pergi ke masjid
tempat umat berkumpul menghadapi hilangnya pemimpin yang tiba-tiba. Kelompok ini
kemudian menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh, dan dengan sangat tergesa-gesa memilih
kaum Muslim dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan memecahkan masalah mereka
saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding dengan ahl albait, keluarganya ataupun
sahabatnya yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman, dan sedikitpun tidak memberi
tahu mereka. Dengan demikian kawan-kawan Ali dihadapkan pada suatu keadaan yang sudah
tidak dapat berubah lagi (faith accompli. (Thabathaba'i 1989: 39-40). Berdasarkan realitas
itulah, pandangan kaum Syiah, tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa
keagamaan yang sah adalah Ali. (Ada riwayat yang menceritakan bahwa pada saat-saat akan

4
meninggal, Nabi berkata "sediakanlah tinta sehingga aku mempunyai sehelai surat tertulis
untuk kalian yang akan menyebabkan kalan mendapat bimbingan terhindar dari kesesatan').
Umar mencegah perbuatan itu dengan alasan sakit beliau gawat. (Riwayat ini terdapat dalam
Tarikh Al-Thabari, jilid II 436, Shahih Al-Bukhari, jilid II, dan Shahih Muslim, Jilid V. lihat
Ibid: 72) Mereka berkeyakinan, bahwa persoalan kerohanian dan keagamaan harus merujuk
kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya. Thabathaba'i, 1989: 41) Inilah
yang kemudian disebut dengan syiah. Akan tetapi lebih dari itu seperti dikatakan Nasr, sebab
utama munculnya Syiah terletak pada kenyataan, bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu
Islam sehingga harus diwujudkan Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai
golongan syiah merupakan suatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah
perpecahan" dalam Islam yang mulai mencolok pada masa pemerintahan utsman bin Affan,
dan memeroleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib,
tepatnya setelah perang siffin. Adapun kaum syiah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka
terima dari ahl albat berpendapat bahwa perpecahan itu mulai, ketika Nabi Muhammad saw
wafat dan kekhalifahannya jatuh ke tangan Abu Bakar. Setelah itu terbent Syiah. Bagi
mereka, pada masa kepemimpinan Khulafaur rasyidin, kelompok Syiah sudah ada. Mereka
bergerak kepermukaan mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin syiah kepada
masyarakat. Tampaknya, syiah sebagai salah satu faksi politik Islam yang bergerak secara
terang-terangan, muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, Syi'ah
sebagai doktrin yang diajarkan diam-diam oleh ahl a-bait muncul setelah wafatnya Nabi.
Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl al. bait dihadapan
dinasti Ummayyah dan Abbasiyyah, Syiah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya.
Berkaitan dengan teologi, mereka lima rukun iman yaitu: tauhid kepercayaan kepada keesaan
Allah); nubuwwah (kepercayaan kepada kenabian); ma'ad (kepercayaan akan adanya hidup di
akhirat); imamal (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan hak ahl a-bait; dan
adl(keadilan ilahi). Dalam Enskopedi Islam Indonesia, ditulis bahwa perbedaan sunni dan
syiah terletak pada doktrin imamah. (Harun Nasution, 1992: 904). selanjutnya, meskipun
mempunyai landasan keimanan yang sama, syiah tidak bisa mempertahankan kesatuannya.
Dalam perjalanan sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte.
Perpecahan yang terjadi dikalangan syiah, terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Di
antara sekte-sekte Syi'ah adalah Itsna Asyariah, Sab?ah, Zalaiah, Ghullat. pendapat lain
menyatakan, bahwa syiah lahir bersamaan dengan Khawarj lahir, yaitu pada saat peperangan
antara kelompok Ali yang dikalahkan secara diplomatik oleh kelompok Mu'awiyah. Dengan
demikian pada awalnya syiah adalah kelompok gerakan politik untuk mendukung Ali bin Abi

5
Thalib. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah, perpecahan memang mulai mencolok
pada masa pemerintahan Usman bin dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada
masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib tepatnya setelah perang siffin. Adapun kaum syiah,
berdasarkan hadits- hadits yang mereka terima dari ahli bait, berpendapat bahwa perpecahan
itu sudah mulai ketika Nabi Saw wafat dan kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar. Segara
setelah itu terbentuklah Syi'ah. Bagi mereka, pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyain
sekalipun, kelompok syiah sudah ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk
mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin Syiah pada masyarakat. Tampaknya Syiah
sebagai salah satu faksi Islam yang bergerak secara terang-terangan, memang baru muncul
pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, sedangkan Syiah sebagai doktrin yang diajarkan
secara diam-diam oleh ahli bait muncul setelah wafat Nabi saw (Abdul Rozak dan Rosihon
Anwar, 2012:114). Syiah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti
Umayyah. Hal ini, menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kejam dan kasar
dinasti ini terhadap ahli bait, di antara bentuk kekerasan itu adalah apa yang dilakukan
penguasa bani Umayah. Misalnya, Yazid bin Muawiyah yang memerintahkan pasukannya
yang dipimpin oleh Ibnu Ziyad untuk memenggal kepala Husen bin Ali di Karbala.
Diceritakan bahwa setelah dipenggal, kepala Husain dibawa ke hadapan Yazid, kemudian
oleh Yazid kepala tersebut dipukul-pukul dengan tongkatnya, padahal kepala yang ia pukul
pada waktu kecilnya sering dicium oleh Rasulullah. Kekejaman semacam ini menyebabkan
sebagian kaum Muslimin tertarik dan mengikuti madzhab Syi'ah.

2.3 Pemikiran dan Doktrin-Doktrin Syi'ah .

Aliran Syiah mempunyai lira prinsip utama yang wajib dipercayai oleh para
pengikutnya, (rhamdi Nasda, 2016) yaitu :

a. Al-Tauhid Kaum Syiah mengimani sepenuhnya bahwa Allah itu Ada, Maha Esa,
Tunggal, Tempat bergantung segala makhluk, Tidak beranak dan tidak diperanakan
dan tidak seorangpun yang menyamai-Nya.
b. Al-Adl Aliran syiah berkeyakinan Allah Maha Adil, Allah tidak melakukan perbuatan
zalim/buruk.
c. Al-Nubuwwah Kepercayaan syiah terhadap para Nabi-Nabi, tidak berbeda dengan
keyakinan umat Muslim lainnya. Nabi diutus untuk membimbing manusia.

6
d. Al-Imamah Menurut Syiah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan Agama dan
dunia sekaligus, Imam adalah pengganti Rasul dalam memelihara syariat,
melaksanakan hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.
e. Al-Ma'ad Maad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syiah sangat percaya
sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.

Secara garis besar pemikiran dan keyakinan aliran ini, IVini zikra, 2016) yaitu:

a. Persoalan imamah/khalifah adalah bagian dari pokok-pokok agama. Allah


memberitahukan kepada Nabi, siapa yang akan menggantikannya kelak, sehingga
khalifah harus orang yang ditunjuk langsung oleh Nabi dan yang berhak adalah Ali.
b. Khalifah secara turun temurun diangkat dari keturunan Ali.
c. Abu Bakar, Umar dan utsman dituduh telah merampas hak Ali untuk menjadi
khalifah.
d. Khalifah adalah orang yang mashum yaitu orang yang terbebas dari dosa dan
kesalahan.
e. Tanya yaitu ajaran yang membolehkan seseorang menyembunyikan keyakinannya
dan melakukan atau menampakkan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya,
demi menjaga keselamatannya dari ancaman
f. A-Rada yaitu Allah boleh mengubah keputusanNya, ketika melihat sesuatu
kemashlahatan yang tidak diketahuiNya sebelumnya.
g. Rajah yaitu Allah akan menghidupkan kembali manusia yang telah meninggal. Maka,
pada saat itu akan diutus Imam Mahdi untuk memimpin dipermukaan bumi ini dengan
penuh keadilan di saat kezaliman merajalela
h. Nikah Mutah yaitu ajaran yang membolehkan nikah dilaksanakan untuk batas waktu
tertentu (nikah kontrak atau berjangka)

2.4 Aliran dalam golongan Syiah dan Tokoh-tokoh Syi'ah


Syiah terpecah menjadi beberapa bagian, perpecahan tersebut dipicu oleh masalah
doktrin imamah. Di antara sekte-sekte tersebut, yaitu (Abdul Rozak dan Rosihon Anwar,
2012:130). :

A. siah Itsna Asyariah (syi'ah Dua Belas/syi'ah rmamiah)

7
- Asal Usul Penyebutan Imamiah dan syi'ah Itsna Asyariah Dinamakan syiah Imamiah
karena yang menjadi dasar aqidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin
religio-politik, (H.M Rasyidi, 11). Yaitu bahwa Ali berhak menjadi khalifah bukan
hanya kecakapannya atau kemuliaan akhlaknya, tetapi ia telah ditunjuk dan pantas
menjadi khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad Saw (W. Montgomery
Watt, 1968 :43). Syiah Itsna 'Asyariah sepakat, bahwa Ali adalah penerima wasiat
Nabi Muhammad saw seperti yang ditunjukkan Nash. Al- Ausya (penerima wasiat),
selain Ali bin Abi Thalib adalah keturunan dari garis Fatimah, yaitu Hasan bin Ali
dan Husen bin Ali sebagaimana yang disepakati. (Heinz Halm, 1991: 29).Bagi Syiah
Itsna 'Asyariah, AHausia yang telah dikultuskan setelah Husein adalah Ali Zainal
Abidin, kemudian serta berturut-turut. Muhammad Al-Baqir (w. 115h/733 M),
Abdullah Jafar Ash-shadig (w.148 H/765 M), Musa Al Khazim (w. 220 H/835 M, Ali
Ar-Rida (w 183 H/799 M), Muhammad Al Jawwad (w.220 H/835 M), Ali Al-Hadi
(w. 254 H/874 M), Hasan Al-Askari dan terakhir adalah Muhammad Karena pengikut
sekte Syiah, telah berbaiat di bawah imamah dua belas imam, mereka dikenal dengan
sebutan syiah Itsna Asyariah Nama dua belas (syiah Itsna 'Asyariah) ini mengandung
pesan penting dalam tinjauan sejarah, yaitu bahwa golongan ini terbentuk setelah
lahirnya semua imam yang berjumlah dua belas, kira-kira pada tahun 260 H/878 M.
(Ahmad Syalabi, 1988 220; Salman Ghaffari, 1967:147).

- Doktrin- Doktrin Syi'ah Itsna Asyariah Di dalam sekte syi'ah Itsna 'Asyariah
dikenal konsep ushuluddin. Konsep ini menjadi akar atau fondasi pragmatisme
agama. Konsep Ushuluddin mempunyai lima akar (Ghaffari, 1967:41-42), yaitu
sebagai berikut:

a). Tauhid (The Devine Unit) Tuhan adalah Esa. Keesaan Tuhan adalah Mutlak. Ia
bereksistensi dengan sendiri-Nya. Tuhan adalah Qadim. Tuhan maha tahu, maha
mendengar, selalu hidup, mengerti semua bahasa, selalu benar, dan bebas
berkehendak. Tuhan tidak membutuhkan sesuatu Ia berdiri sendiri, tidak dibatasi oleh
ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa (Ghaffari, 1967:42-52).

b). Keadilan (The Devine Justice) Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta
merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadilan.
Sebab, ketidakadilan dan kezaliman terhadap yang lain, merupakan tanda kebodohan

8
dan ketidak mampuan, sementara Tuhan adalah maha tahu dan maha kuasa. Segala
macam keburukan dan ketidak mampuan adalah jauh dari keabsolutan dan kehendak
Tuhan. Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui benar dan salah
melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan penglihatan, pendengaran dan indera
lainnya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk.
Jadi, manusia dapat memanfaatkan potensi berkehendak, sebagai anugerah Tuhan
untuk mewujudkan dan bertanggung jawab atas perbuatannya. (Ghaffari, 1967: 53)

c). Nubuwwah (Apostleship) Makhluk telah diberi insting, secara alami juga masih
membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun manusia. Rasul merupakan
petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus memberikan acuan untuk
membedakan antara yang baik dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan
syiah Itsna Asyariah, Tuhan telah mengutus 124.000 Rasul untuk memberikan
petunjuk kepada manusia. (Ghaffari, 1967: 58-59) syiah Itsna 'Asyariah, percaya
tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak Adam hingga Muhammad, dan tidak ada
Nabi atau Rasul setelah Muhammad. Mereka percaya dengan kiamat. Kemurnian dan
keaslian Al-Quran jauh dari tahrir perubahan atau tambahan. (Ghaffari, 1967: 4-5).

d). Ma'ad (The Last Da) Maad adalah hari terakhir (kiamat) untuk menghadap
pengadilan Tuhan di akhirat, setiap Muslim harus yakin keberadaan hari kiamat dan
kehidupan suci, setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati
adalah periode transit dan kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. (Ghaffari,
1967: 67. 68)

e). Imamah (The Devine Guidance) Imamah adalah institusi yang diinagurasikan
Tuhan, untuk memberikan petunjuk manusia yang dip dari keturunan Ibrahim dan
didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Terakhir.
(Ghaffari, 1967: 71-74) Selanjutnya, dalam sisi yang bersifat mahahah, syi'ah Itsna
Asyariah berpihak pada delapan cabang agama yang disebut dengan furu' ad-din.
Delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus atau pajak
sebesar seperlima dari penghasilan, jihad, alamr bi al maruf dan an nahyu an a
munkar.

9
B. Syi'ah Sabiah (Syi'ah Tujuh)

- Asal Usul Penyebutan Syi'ah Sab'iah Istilah syiah sabiah syiah tujuh"
dianalogikan dengan syi'ah Itsna Asyariah. Istilah itu memberikan pengertian bahwa
sekte Syiah yang ini hanya mengakui tujuh imam. (Ghaffari, 1967: 162). Tujuh imam
itu ialah Ali, Hasan, Husein, Ali Zainal Abidin Muhammad Al-Baqir, Jafar As-shadiq,
dan Ismail bin Ja'far. (Ahmad Imam Salabi, Terj, Mukhtar Yahya, 1992: 208). Karena
dinisbatkan pada imam ketujuh, Ismail bin Ja'far Ash-Shadiq Syi'ah sab iah disebut
juga Syiah ISmailiyah. (Harun Nasution, 1985 100) Berbeda dengan syiah Sabiah,
Syi'ah Itsna Asyariah membatalkan Ismail bin Ja far sebagai imam ketujuh, karena di
samping Ismail berkebiasaan tidak terpuji, juga karena dia wafat (143 H 760 M)
mendahului ayahnya, Jafar (w.756). Sebagai gantinya adalah Musa Al-Kazhim, adik
Ismail. (Nasution, 1992:450). syi'ah sabiah menolak pembatalan di atas, berdasarkan
sistem pengangkatan imam dalam syiah dan menganggap Ismail tetap sebagai imam
ketujuh dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang tertua, Muhammad bin Ismail
(Nasution, 1992:450)

- Doktrin Imamah dalam pandangan syi'ah sabiah

Para pengikut syi'ah sabah percaya, bahwa Islam dibangun oleh tujuh pilar, seperti
dijelaskan Al-Qadhi An-Nu'man dalam Daaim Apr Islam. Tujuh pilar tersebut adalah:

a) Iman,

b) Thaharah,

c shalat,

d) zakat,

e) Shaum (puasa),

f) Haji, dan

g) Jihad.

10
Berkaitan dengan pilar (rukun) pertama yaitu iman, Qadhi An- Nu'man (974 M)
memerincinya sebagai berikut: iman kepada Allah, tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad utusan Allah; iman kepada surga; iman kepada neraka; iman kepada hari
kebangkitan; iman kepada hari pengadilan man kepada para Nabi dan Rasu iman
kepada imam, percaya, mengetahui, dan membenarkan imam zaman, (Sami Nasib
Makareem, 1972 :13) Tentang imam zaman, Syi'ah Sabah mendasarkan pada sebuah
Hadits Nabi Muhammad saw, yang terjemahan bahasa inggrisnya He who dies
without knowing of time when still alive dies in ignorance" (ia telah wafat dan waktu
wafatnya masih belum diketahui sampai kin). Hadits yang seperti ini juga terdapat
dalam sekte Sunni dan syiah itsna 'Asyariah, tetapi tidak mencantumkan imam zaman.
(sami Nasib Makareem, 1972 :13) Dalam pandangan kelompok syiah Sabah
keimanan hanya bisa diterima apabila sesuai dengan keyakinan mereka, yaitu dengan
melalui wakyah (kesetiaan) kepada imam zaman. Imam adalah seorang yang
menuntun pada pengetahuan (ma rifat) dan dengan pengetahuan tersebut seseorang
Muslim akan menjadi seorang mukmin yang sebenar-benarnya. Sabiah berbeda
dengan Syi'ah dua belas yang meyakini adanya imam al-Mahdi Al-Muntadzar
berkeyakinan, bahwa di bumi akan selalu ada imam. Hanya imam itu adakalanya
tersembunyi (batin) dan ada kalanya menampakan diri (dzahir). Ibrahim Madkour,
1995 :95) Ketika imam bersembunyi, para dainya harus dzahir (nampak). Sebaliknya
apabila imamnya Dzahir, dainya dapat tersembunyi. (Muhammad Syahrastani, tt. 192)

- Ajaran Syi'ah Sabiah lainnya .

Ajaran Sabiah yang lain pada dasarnya sama dengan ajaran-ajaran sekte-sekte
syiah lainnya. Perbedaannya terletak pada konsep kemaksuman imam, adanya aspek
batin pada setiap yang lahir dan penolakannya terhadap Al Mahdi Al-Muntazhar.
Menurut sabiah, Al-Quran memiliki makna batin selain yang lahir. Dikatakan bahwa
segi segi lahir atau tersurat dari syariat itu, diperuntukan bagi orang awam yang
kecerdasannya terbatas dan tidak memiliki kesempurnaan rohani. Bagi orang-orang
tertentur mungkin terjadi ubahan dan peralihan, bahkan penolakan terhadap
pelaksanaan syariat tersebut, karena mendasarkan pada yang batin tersebut. Yang
dimaksud dengan orang-orang tertentu adalah para imam yang memiliki ilmu Dzahir
dan ilmu batin Thabathaba'i, 1989:79-83) Mengenai sifat Allah. Sab?ah sebagaimana

11
halnya Mu'tazilah meniadakan sifat dari Dzat Allah. Penetapan sifat menurut Sabiah
merupakan penyerupaan dengan makhluk. (Syahrastani, tt.: 193)

C. Syi’ah Zaidiah

- Asal- Usul Penamaan Syi'ah Zaidiah Sekte ini mengakui Zaid bin Ali Zainal
Abidin, sebagai imam kelima, putra Imam keempat, Ali Zainal Abidin. Ini berbeda
dengan sekte syi'ah lain yang mengakui Muhammad Al-Baqir, anak Zainal Abidin
yang lain, sebagai imam kelima, dan nama Zaid bin Ali zainal Abidin inilah nama
zaidiah diambil. (gnaz Gotziher, Ter. Heri setiawan, 1991: Syiah Zaidiah merupakan
sekte Syi'ah yang moderat. (Abu zahrah, Ter. Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad
Qarib, 1996: 45). Bahkan Abu zahrah mengatakan bahwa syi'ah zaidiah merupakan
sekte yang paling dekat dengan Sunni.

- Doktrin Imamah menurut Syi'ah Zaidiah Imamah sebagaimana telah


disebutkan, merupakan doktrin fundamental dalam Syiah secara umum. Berbeda
dengan doktrin imamah yang dikembangkan Syiah lain syi'ah zaidiah
mengembangkan doktrin imamah yang tipikal. Kaum Zaidiah menolak pandangan
yang menyatakan, bahwa seorang imam yang mewarisi kepemimpinan Nabi
Muhammad Saw, telah ditentukan Nama dan orangnya oleh Nabi, tetapi hanya
ditentukan sifat-sifatnya. Ini jelas berbeda dengan sekte syi'ah lain yang percaya,
bahwa Nabi Muhammad saw, telah menunjuk Ali sebagai orang yang pantas sebagai
imarn, setelah Nabi wafat, karena sifat-sifat itu tidak dimiliki oleh orang lain, selain
Ali. Sifat-sifat itu adalah keturunan Bani Hasyim, wara' (saleh, menjauhkan diri dari
segala dosa), bertaqwa, baik dan membaur dengan rakyat untuk mengajak mereka,
hingga mengakuinya sebagai imam. Dengan doktrin imamah seperti itu, tidak heran
jika syiah zaidlah sering mengalami krisis dalam keimanan. Hal ini, karena terbukan
kesempatan bagi setiap keturunan ahl a bat untuk memproklamasikan dirinya sebagai
imam. Ini berbeda dengan sya itsna Asyariah yang hanya mengakui keturunan Husen
sebagai imam. (Golziher, :212).

Dalam sejarahnya, krisis dalam Syiah Zaidiah, disebabkan oleh dug hal. Pertama,
terdapat pemimpin yang memproklamasikan diri sebagai imam. Kedua, tidak
seorangpun yang memproklamasikan diri atau pantas diangkat sebagai imam. Dalam
12
menghadapi krisis ini, zaidiah telah mengembangkan mekanisme pemecahannya, di
antaranya dengan membagi tugas imam pada dua individu, yaitu dalam bidang politik
dan dalam bidang ilmu, serta keagamaan. (Nasution, 1992: 998)

- Doktrin-doktrin Syi'ah Zaidiah lainnya Bertolak dari Doktrin tentang imam a-


mafdhu, Syiah Zaidiah berpendapat, bahwa kekhalifahan Abu Bakar Umar bin
Khattab adalah sah dari sudut pandang Islam. Dalam pandangan Zaidiah, mereka
tidak merampas kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib. Dalam pandangan merekapun,
jika ahl a-hall wa araadi telah memilih seorang imam dari kalangan kaum muslim,
meskipun orang yang dipilih itu, tidak memenuhi sifat-sifat keimanan yang ditetapkan
oleh zaidiah, padahal mereka telah membaiatnya, keimanannya menjadi sah dan
rakyat wajib berbaiat kepadanya. (Abu zahrah, 1996: 47).

Selain itu, mereka juga tidak mengkafirkan seorang pun sa Mengenai ini, zaid
sebagaimana dikutip Abu Zahrah mengatakan “Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib
adalah sahabat yang paling utama Kekhalifahannya diserahkan kepada Abu Bakar
karena mempertimbangkan kemaslahatan dan kaidah agama yang mereka pelihara,
yaitu untuk meredam timbulnya fitnah dan menenangkan rakyat. Era peperangan yang
teradi pada masa kenabian baru berlalu. Pedang Amir Al-Mu'minin Ali belum lagi
kering dari darah orang-orang kafir. Begitu pula, kedengkian suku tertentu untuk
menuntut balas dendam belum surut. Sedikitpun, hati kita tidak pantas untuk
cenderung ke sana. Jangan sampai ada lagi leher yang terputus, hanya karena masalah
itu. Melaksanakan pandangan inilah, ang dinamakan kemaslahatan bagi orang yang
mengenal dengan kelemahlembutan dan kasih sayang, juga bagi orang yang lebih tua
lebih dahulu memeluk Islam, serta yang dekat dengan Rasulullah. (Abu Zahrah, 1996:
42) Prinsip inilah yang menurut Abu zahrah, menyebabkan banyak orang keluar dari
Syiah Zaidiah. Salah satu implikasinya adalah mengendornya dukungan terhadap zaid
ketika berperang melawan pasukan Hisyam bin Abdul Malik (691-743). Hal ini wajar,
mengingat salah satu doktrin syiah yang cukup mendasar adalah menolak
kekhalifahan Abu Bakar dan Umar serta menuduh mereka sebagai perampas hak
kekhalifahan dari tangan Ali. Meskipun demikian dalam bidang ibadah, Zaidiah tetap
cenderung menunjukkan simbol dan amalan Syi'ah pada umumnya.

13
D. Syi'ah Ghulat
- Asal Usul Penamaan syi'ah Ghulat Istilah "ghulat berasal dari kata ghala-yaghl
ghuluw artinya "bertambah" dan "naik". Ghala bi ad din artinya memperkuat dan
mienjadi ekstrem sehingga melampaui batas (Louis Maluf, 1935: 586) syiah Ghulat
berarti, kelompok pendukung Ali yang memiliki sifat berlebihan atau ekstrem. Lebih
jauh, Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syi'ah ekstrem (Ghulat adalah kelompok yang
menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada deraja
kenabian, bahkan lebih tinggi dari Muhammad. (Zahrah, 1996: 39) Gelar ekstrem
(ghulun) yang diberikan kepada kelompok berkaitan dengan pendapatnya yang ganjil,
yaitu ada beberapa orang yang secara khusus dianggap Tuhan dan ada beberapa ora
yang dianggap rasul setelah Nabi Muhammad Saw. (Zahrah, 19 45) Selain itu mereka
mengembangkan doktrin-doktrin ekstrem lainn seperti tanasu hulal tasbi, dan ibaha.
(Heinz Halm, 1991:156)

- Doktrin-Doktrin Syi'ah Ghulat


Menurut Syahrastani ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrem, yaitu
tanasukh, bada raj'ah, dan tasbih. (Syahrastani, tt. :173). Moojan momen
menambahkannya dengan hulul dan ghalba. (Momen op cit, :66)
Tanasukh adalah keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad lain.
Paham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut agama Hindu berkeyakinan, bahwa
roh disiksa dengan cara berpindah ke tubuh hewan yang lebih rendah, dan diberi
pahala dengan cara berpindah, dari satu kehidupan pada kehidupan yang lebih tinggi.
(Abu Zahrah, 1996:45).
Syiah Ghulat menerapkan paham ini dalam konsep imamahnya, sehingga ada yang
menyatakan seperti Abdullah bin Mu'awiyah bin Abdullah bin Jafar bahwa roh Allah
berpindah ke pada Adam, kemudian kepada imam secara turun-temurun. (Al-Ghurabi,
tt. 228) bada' adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak Nya sejalan dengan
perubahan ilmu-Nya. Serta dapat memerintahkan perbuatan kemudian memerintahkan
yang sebaliknya. (zahrah, 1996:44)
Syahrastani menjelaskan bahwa bada' dalam pandangan Syiah Ghulat mempunyai
beberapa arti, apabila berkaitan dengan ilmu, artinya menampakkan sesuatu yang
bertentangan dengan yang diketahui Allah. Apabila berkaitan dengan kehendak,
artinya memperlihatkan yang benar, dengan menyalahi yang dikehendaki dan hukum
yang diterapkan-Nya. Apabila berkaitan dengan perintah, artinya memerintahkan hal

14
lain yang bertentangan dengan perintah sebelumnya. (Syahrastani, 1996 :148-149)
Faham ini dipilih oleh Al-Mukthar ketika mendakwahkan dirinya mengetahui hal-hal
yang akan terjadi, baik melalui wahyu yang diturunkan kepadanya maupun surat dari
imam. Jika ia menjanjikan kepada pengikutnya akan terjadi sesuatu, lalu hal itu benar-
benar terjadi seperti apa yang diucapkannya, dijustifikasi sebagai bukti kebenaran
ucapannya. Jika terjadi sebaliknya, ia mengatakan bahwa Tuhan menghendaki bada
Rajah ada hubungannya dengan Mahdiyah. Syiah Ghulat mempercayai, bahwa imam
Mahdi akan datang ke bumi. Faham raj'ah dan mahdiyah merupakan ajaran seluruh
Syi'ah. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan kembali.
Sebagian menyatakan, bahwa Ali yang akan kembali. Sedangkan sebagian lainnya
menyatakan Jafar ash-Shadiq, Muhammad bin A Hanafiah, bahkan ada yang
mengatakan Mukhtar ats-Tsaqafi. Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan.
Syi'ah Ghulat menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau
menyerupakan Tuhan dengan Makhluk. Tasbih diambil dari paham huuliah, dan
tansisukh dengan klali (syahrastani, 1996 173) Huluilartinya Tuhan berada disetiap
tempat. Berbicara dengan semua bahasa dan ada pada setiap individu manusia.
(Syahrastani, 1996 17s). bagi Syiah Ghulat berarti Tuhan menjelma dalam diri Hulul
imam sehingga imam harus disembah.
Ghalba artinya menghilangnya imam Mahdi. Ghaiba merupakan kepercayaan Syiah,
bahwa Imam Mahdi ada di dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa.
(Abdorahim Gavahi, 1988. 253 Konsep ghaiba pertama kali diperkenalkan oleh
Mukhtar a tahun 66 H/686 Kufah ketika mempropagandakan Muhammad bin
Hanafiah sebagai Imam Mahdi.

2.5 . Corak Pemikiran Politik Syi'ah.

Para pembela Sayyidina Ali pada mulanya disebut sebagai "Syiah Al" atau Pengikut
Ali, kemudian istilah itu berubah menjadi "Syiah" saja. Walaupun beberapa orang Bani
Hasyim dan sebagian sahabat Nabi beranggapan bahwa Sayidina Ali adalah orang yang
paling berhak menduduki jabatan khalifah sepeninggal Rasulullah Saw, sebagiannya lagi
berpendapat, bahwa ia lebih utama dari para sahabat lainnya, terutama dari Sayyidina Utsman
ra Akan tetapi pada masa kekhalifahan Sayyidina utsman, mereka belum memiliki bentuk
aqidah atau mazhab, dan mereka juga tidak tidak menentang kekhalifahan Utsman, tapi
15
sebaliknya mereka mengaku kekhalifahan ketiga yang pertama. Pada saat terjadinya
peperangan-peperangan yang dihadapi oleh sayyidina Ali, seperti perang Jamal dan perang
Siffin, kemudian melawan kaum Khawarij. Pembunuhan atas Al-Husen bin Abi Thalib, telah
mempersatukan kaum syiah dan menciptakan sikap yang keras dan tajam, sehingga mereka
menuangkan ideologi-ideologi mereka dalam suatu acuan yang jelas. Selain itu, rasa simpati
yang timbul dari kebanyakan kaum Muslimin terhadap anak cucu sayyidina Ali akibat
perlakuan kekejaman dan kezaliman, telah membangkitkan kekuatan yang luar biasa bagi
gerakan syiah. Adapun pandangan-pandangan mereka yang khas ialah:
a. Bahwasannya imamah merupakan salah satu rukun agama dan an penting dalam
Islam. Adalah kewajiban Nabi saw untuk menunjuk menetapkan seorang imam
dengan ketetapan yang jelas, sebagai ganti membiarkan masalah imamah sebagai
objek pemilihan oleh umat. Seorang yang dipilih jadi Imam harus mashum, yakni
seorang yang suci,
b. terjaga dan terpelihara dari perbuatan dosa besar dan kecil.
c. Sayyidina Ali adalah imam yang telah ditetapkan oleh Nabi saw.
d. Kelompok-kelompok Syiah bersepakat bahwa imamah adalah hak milik anak cucu
Ali saja. (Abul Ala Al-Maududi, 1996 271-273)

16
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai