Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN OBSERVASI GANGGUAN ANAK SD

MATA KULIAH DETEKSI MASALAH ANAK

Dosen Pembimbing :
Putri Agustina,M.Pd.

Disusun oleh kelompok 12 :


1. Krisna Pandu Wardana A510170136
2. Kani Rahmawanti A510170137
3. Ratih Hesti Saputri A510170153
3D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-NYA kelompok 12 dapat menyelesaikan laporan ini dalam mata
kuliah Deteksi Masalah Anak ini dengan baik. Laporan ini merupakan rangkaian kegiatan
observasi saya di SD Muhammadiyah Baturan.
Berhasilnya observasi Gangguan pada siswaSD dan penyusunan laporan ini tentunya
tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu ucapan terima
kasih saya sampaikan kepada yang terhormat:
1. Ibu Putri Agustina,M.Pd. selaku dosen pembimbing yang sangat banyak memberikan
arahan, bimbingan, petunjuk, dan motivasi kepada saya saat melaksanakan Observasi.
2. Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Baturan,Colomadu, Bapak Bejo Amir yang
telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
mengumpulkan data yang saya perlukan.
3. Wali Kelas IV SD Muhammadiyah Baturan , Ibu Nur Laeli , yang telah bersedia
untuk diwawancara.
4. Siswa SD Muhammadiyah Baturan ,
Semoga Bapak, Ibu dan Saudara-saudara yang telah turut membantu kelancaran
pelaksanaan kegiatan ini mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan guna perbaikan pada masa mendatang. Saya
mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi saya atau pihak lain yang membacanya.

Surakarta, Desember 2018


Penulis

Kelompok 12
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kelas-kelas rendah atau kelas bawah di sekolah dasar menjadi pondasi minat anak
dalam belajar pada tahap selanjutnya. Semakin enjoy anak dalam belajar pada masa kini akan
berpengaruh baik pada masa selanjutnya, begitu juga sebaliknya ketika anak mengalami
“kondisi” tidak menyenangkan, maka dapat memunculkan dampak traumatis pada masa-masa
selanjutnya.

Prestasi belajar anak tidak lepas dari faktor tingkat intelegensi. Intelligence Quotion
(IQ) memiliki korelasi signifikan dengan prestasi belajar. Barret dan Depinet (dalam
Semiawan, 2003: 16) menjelaskan bahwa anak yang lebih tinggi skor inteligensinya
mendapatkan nilai akademis lebih tinggi, lebih menikmati sekolah, lebih mampu mengikuti
pelajaran, dan dalam kehidupan selanjutnya cenderung mendapatkan keberhasilan. Oleh
karena itu siswa ber-IQ tinggi seharusnya mempunyai prestasi tinggi sesuai dengan potensi.

Pengklasifikasian IQ yang sering digunakan berdasar pada tes intelegensi ”Wechsler


Intelligence Scale for Children” yang sering dikenal tes intelegensi WISC. Tes intelegensi
ini merupakan perkembangan dari tes integensi ”Wechsler Bellevue Intelligence Scale yang
diciptakan David Wechsler pada tahun 1939.

B. Tujuan Observasi
1. untuk mengetahui dan mengidentifikasi peserta didik yang mengalami gangguan
belajar , baik dalam pelajaran dan perilakunya.
2. Untuk mengetahu faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi gangguan yang terjadi
pada anak SD .
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari ganguan tersebut.
4. Untuk memenuhi tugas Deteksi Masalah Anak.

C. Pelaksanaan Observasi
Tempat observasi : SD Muhammadiyah Baturan ,Colomadu

Waktu Pelaksanaan : Pukul 09.00 - 11.00

Hari dan Tanggal : Senin, 10 Desember 2018

Identitas Siswa

Nama : Muhammad Ali

Umur : 10 Tahun

Kelas : IV
Asal Sekolah : SD Muhammadiyah Baturan ,Colomadu.

D.Rumusan Masalah
1. Apakah ganguan yang di alami siswa di SD Muhammadiyah Baturan?
2. Apakah gejala-gejala yang terjadi dari gangguan tersebut ?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan gangguan tersebut ?
4. Bagaimana guru/wali kelas dalam memberlakukan anak yang mengalami gangguan ?

E. Landasan Teori
a. Pengetian Gangguan Belajar

Gangguan Belajar (Learning Disorder) adalah suatu gangguan neurologis yang


mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan
informasi. Anak dengan Gangguan Belajar mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang
sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi seringberjuang
untuk belajar secepat orang di sekitar mereka. Masalah yang terkait dengan kesehatan
mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat,
penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika.

Pengertian gangguan belajar secara bahasa adalah masalah yang dapat


mempengaruhi kemampuan otak dalam menerima, memproses, menganalisis dan
menyimpan informasi. Sedangkan pengertian yang diberikan oleh National Joint Committee
for Learning Disabilities (NJCLD) mengenai gangguan belajar adalah suatu kumpulan
dengan bermacam-macam gangguan yang mengakibatkan kesulitan dalam mendengar,
berbicara, menulis, menganalisis, dan memecahkan persoalan.

Hal ini tidak berarti anak memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Untuk
mengetahui apakah anak sedang mengalami kesulitan dalam belajar bisa dilihat dari waktu
yang dibutuhkan dalam memahami suatu persoalan di buku. Dan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan otak anak dalam mengalahkan kesulitan belajarnya bisa dilihat dari hasil
tes IQnya.Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi, akan mempengaruhi
kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih daripada teman-teman mereka, tetapi tidak
mendapatkan pujian atau reward dari guru atau orang tua. Demikian pula, Learning Disorder
yang tidak di terapi dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang besar untuk orang
dewasa.

B.Faktor-faktor Kesulitan Belajar


Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat dari
sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam.

1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa
sendiri.

2. Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah
ini.

A. Faktor intern siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

1.Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa;

2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;

3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera
penglihatan dan pendengar (mata dan telinga)

a. Fisiologi

Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit,
tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita
perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah
cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius)
seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.

b. Psikologis

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan
sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor
psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas
(110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan
cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu
mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang
memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami
kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui
tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang dapat
menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi,
kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.

B. Faktor ektern siswa

Faktor ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.

1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum


area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat pasar,
kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Adapun faktor-faktor ekternnya adalah sebagai berikut:

a.Social. Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah.
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan
anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian.
Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang
bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan
belajar anak

b.Non-social Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah


kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kurikulum dan sebagainya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian terhadap
masalah kesulitan belajar, ditemukan sejumlah faktor penyebabnya, diantaranya

1.Keturunan

Di Swedia, Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan rata-rata
anggota tersebut mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan mengija, setelah diteliti
secara lebih mendalam, ternyata salah satu faktor penyebabnya adalah faktor keturunan.

2. Otak

Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami gangguan pada
syaraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan yang cukup sengit. Beberapa peneliti
menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang mengalami kelambanan
atau kesulitan belajar dengan anak yan ab-normal. Hanya saja anak yang lamban atau
kesulitan belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada otak, oleh karena itu para ahli
tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf
membuktikan ini.

3.Pemikiran

Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menmgalami kesulitan dalam menerima
penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah mereka tidak dapat
mengorganisasikan cara berpikir secara baik dan sistematis. Para ahli berpendapat bahwa
mereka perlu dilatih berulang-ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.

4.Gizi

Berdasarkan penelitian para ahli yang dilakukan terhadap anak-anak dan binatang,
ditemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kesulitan belajar dengan kekurangan gizi.
Artinya, kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan
belajar.

5. Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan yang dapat nengganggu
perkembngan mental anak, baik yang terjadi di dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Meskipun faktor ini dapat pengaruhi kesulitan belajar, tetapi bukan satu-satunya
faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar. Namun, yang pasti faktor tersebut dapat
mengganggu ingatan dan daya konsentrasi anak..

Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, adapula faktor yang yang juga menimbulkan
kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus
ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
(syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan
psikis (Reber,1998) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.

1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan membaca.

2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.

3. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.

Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya
memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas
rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi
mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan
pada otak (Lask, 1985: Rebert, 1988)

Anda mungkin juga menyukai