Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

A. HAK & KEWAJIBAN PETUGAS KESEHATAN

UUD 1945 yang telah diamandemen, secara jelas dalam pasal 28 H

menyebutkan, bahwa setiap warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan

yang layak. Dan terkait hak-hak pasien sendiri sudah diatur diantaranya dalam UU

No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, sebagian juga diatur dalam UU

Perlindungan Konsumen, UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU

No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit.

Selain itu hak-hak pasien juga diangkat dalam Surat Edaran Direktorat

Jendral Pelayanan Medis Depkes RI No YM.02.04.3.5.2504 tentang Pedoman

Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan RS; serta Deklarasi Muktamar IDI

mengenai Hak dan Kewajiban pasien dan Dokter. Sementara untuk kewajiban

pasien diatur dalam UU Praktik Kedokteran dan UU Perlindungan Konsumen.

Hak Pasien memang harus diatur dalam rangka melindungi kepentingan

pasien yang seringkali tidak berdaya. Demikian juga hak tenaga medis diperlukan

untuk melindungi kemandirian profesi. Sementara kewajiban tenaga medis diatur

untuk mempertahankan keluhuran profesi dan melindungi masyarakat.

Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang

Menurut ‘Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient”

disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat

dokter yang “bebas”, hak menerima atau menolak pengobatan setelah menerima

1
informasi, hak atas kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan

moral atau spiritual. Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53

menyebutkan beberapa hak pasien, yakni hak atas Informasi, hak atas second

opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas

masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.

Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8

disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan

kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yg

seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya.

Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:

 Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali

tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

 Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs,

kepentngan ybs, kepentingan masyarakat).

 Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan

penyelamatan nyawa atau cegah cacat).

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52

juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

 Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3.

 Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

 Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

2
 Menolak tindakan medis.

 Mendapatkan isi rekam medis.

Terkait rekam medis, Peraturan Menteri kesehatan No.269 pasal 12 menyebutkan:

 Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

 Isi rekam medis merupakan milik pasien.

 Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk

ringkasan rekam medis.

 Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat

diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa

atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak

untuk itu.

Hak Pasien dalam UU No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit (Pasal 32 UU 44/2009)

menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut:

 Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

Rumah Sakit.

 Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

 Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

 Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi

dan standar prosedur operasional.

 Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar

dari kerugian fisik dan materi;

 Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

3
 Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di rumah sakit.

 Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain

(second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam

maupun di luar rumah sakit.

 Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk

data-data medisnya.

 Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan

oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

 Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang

mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta

perkiraan biaya pengobatan.

 Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

 Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

 Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan

di Rumah Sakit.

 Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap

dirinya.

 Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya.

4
 Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara

perdata ataupun pidana.

 Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:

 Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.

 Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.

 Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.

 Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Terkait kewajiban pasien seperti disebut di atas, sebenarnya ada “pesan” implisit

terkait hal itu, diantaranya:

 Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus selalu

memberi informasi yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun sesudah

tindakan (preventif/diagnostik/terapeutik/rehabilitatif).

 Keputusan di tangan pasien, dokter mengadvokasi prosesnya (kecuali

keadaan darurat yang tak bisa ditunda).

 Layanan medis harus sesuai kebutuhan medisnya.

5
Hak dan Kewajiban Tenaga Medis

Di dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pada pasal 50

disebutkan adanya hak-hak dokter, yakni:

 Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai standar profesi dan

SOP.

 Memberikan layanan medis menurut standar profesi (SP) dan standar

operasional prosedur (SOP).

 Memperoleh info yg jujur & lengkap dari pasien atau keluarga pasien.

 Menerima imbalan jasa.

Adanya perlindungan hukum bagi dokter ini mengingat bahwa pekerjaan

dokter dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan

bahwa dalam bekerja seorang dokter harus bebas dari intervensi pihak lain, dan

bebas dari kekerasan. Jika pun terdapat dugaan “malpraktik” harus melalui proses

pembuktian hukum terlebih dahulu, termasuk diantaranya tentu saja seorang

dokter bebas memperoleh pembelaan hukum.

Pada pasal 52 UU yang sama diatur pula mengenai kewajiban dokter, yang

meliputi:

 Memberi pelayanan medis sesuai SP & SOP, serta kebutuhan medis

pasien.

 Merujuk pasien bila tak mampu.

 Menjamin kerahasiaan pasien.

 Pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila yakin ada

orang lain yg bertugas dan mampu.

6
 Menambah / ikuti perkembangan iptek kedokteran.

Selain dokter, rumah sakit juga memiliki kewajiban dalam melayani

pasiennya. Kewajiban itu dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit. Kewajiban rumah sakit itu sudah tentu mengikat juga pada para

tenaga medis. Dalam pasal 29 UU No.44 menyatakan kewajiban rumah sakit,

diantaranya:

 Informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

 Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, tidak diskriminasi,

dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit.

 Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya.

 Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,

sesuai dengan kemampuan pelayanannya.

 Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin.

 Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas

pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa

uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar

biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.

 Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan

di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

 Menyelenggarakan rekam medis.

7
 Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana

ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,

anak-anak, lanjut usia.

 Melaksanakan sistem rujukan.

 Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan

etika serta peraturan perundang-undangan.

 Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien.

 Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.

 Melaksanakan etika rumah sakit.

 Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

 Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara

regional maupun nasional.

 Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

 Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by

laws).

 Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah

Sakit dalam melaksanakan tugas.

 Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa

rokok.

8
Menurut Kode Etik Rumah Sakit Indonesia terdapat beberapa kewajiban

bagi tenaga medis. Kewajiban itu meliputi kewajiban umum, kewajiban kepada

masyarakat dan kewajiban terhadap pasien.

Kewajiban umum rumah sakit terdiri dari menaati Kode Etik Rumah Sakit

Indonesia, mengawasi dan bertanggungjawab terhadap semua kejadian di RS

(corporate liability), memberi pelayanan yang baik (duty of due care), memberi

pertolongan darurat tanpa meminta pembayaran uang muka, memelihara rekam

medis pasien, memelihara peralatan dengan baik dan siap pakai, dan merujuk

kepada RS lain bila perlu.

Kewajiban rumah sakit kepada Masyarakat terdiri dari berlaku jujur dan

terbuka, peka terhadap saran dan kritik masyarakat, berusaha menjangkau pasien

di luar dinding RS (extramural). Sedangkan Kewajiban rumah sakit kepada pasien

adalah mengindahkan hak-hak asasi pasien, memberikan penjelasan kepada pasien

tentang derita pasien dan tindakan medis atasnya, meminta informed consent,

mengindahkan hak pribadi (privacy), menjaga rahasia pasien.

9
B. HAK DAN KEWAJIBAN SARANA KESEHATAN

1 Puskesmas

Sebelum membahas hak dan kewajiban Puskesmas, diperlukan

pemahaman yang mendalam mengenai pengertian Puskesmas. Berikut ini

beberapa pengertian Puskesmas:

1. Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Kab/kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan

disatu atau sebagian wilayah kecamatan (Kepmenkes No.128 th 2004).

2. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di

suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004).

3. Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah : suatu kesatuan

organisasi Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh dan terintegrasi di masyarakat disuatu wilayah kerja

tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok (Departemen Kesehatan RI

1981).

4. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan

masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan

terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang

menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah suatu unit

organisasi fungsional yang secara profesional melakukan upaya pelayanan

kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif

10
untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu (Departemen Kesehatan RI,

1987).

5. Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan

pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok. Dengan perkataan lain puskesmas mempunyai

wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat

dalam wilayah kerjanya (Departemen Kesehatan RI, 1991).

6. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota

yang bertangungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2006).

2 Rumah Sakit

Pembahasan tentang hak dan kewajiban Rumah Sakit diperlukan

pemahaman tentang pengertiannya. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang

melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Pemahaman mendalam mengenai Rumah Sakit diperlukan untuk

mengenal jenis-jenisnya. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari

11
kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh

kepada pasien. Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan tipe rumah

sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus,

kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah.

Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya

kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui

keputusan dirjen medik.

Adapun jenis-jenis rumah sakit di Indonesia dibagi-bagi menurut kategori,

diantaranya sebagai berikut :

A. Berdasarkan kepemilikan

Berdasarkan kepemilikannya Rumah Sakit terdiri atas dua yaitu:

a) Rumah Sakit Pemerintah sifatnya tidak mencari keuntungan, yang

dikelola oleh Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, TNI

dan BUMN.

b) Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan,

baik yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang

memang mencari keuntungan (profit).

B. Berdasarkan Layanannya

Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi dua yaitu sebagai berikut:

Rumah Sakit Umum Untuk Rumah Sakit Pemerintah, digolongkan

menjadi 4 tingkatan, sebagai berikut:

a) Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan layanan

medis spesialistik dan subspesialistik yang luas.

12
b) Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan layanan

medis spesialistik dan subspesialistik yang terbatas.

3 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan

profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan

maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam

melakukan upaya kesehatan.

Tenaga kesehatan yang bermutu diwujudkan dengan subsistem sumber

daya manusia kesehatan. Subsistem tersebut adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan

tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pengadaan tenaga kesehatan harus berdasarkan tiga unsur Subsistem SDM

Kesehatan, yaitu:

1. Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan

kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan

kesehatan

2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya pengadaan tenaga

kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah

direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan

pembangunan kesehatan.

3. Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan, pemanfaatan,

pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan.

13
4 Pasien

Pengertian Pasien diatur dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004, yaitu

setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada dokter atau dokter gigi. Pada UU No. 44 Tahun 2009 terjadi

perubahan sedikit pada pengertian pasien, yaitu setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.

HAK DAN KEWAJIBAN PUSKESMAS

Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada

seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, memiliki hak dan

kewajiban dalam penyelenggaraan kesehatan. Namun, hingga saat ini belum ada

undang-undang yang secara khusus mengatur tentang hak dan kewajiban

puskesmas, sebagaimana undang-undang tentang Rumah Sakit.

Perlu bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang mengatur tentang

Puskesmas secara khusus. Pada KMK no. 128 tentang Kebijakan Dasar Pusat

Kesehatan Masyarakat hanya mengatur tentang tujuan dan fungsi, upaya dan azas

penyelenggaran, dan manajemen puskesmas.

1 Hak Puskesmas

Hak puskesmas belum di atur secara khusus dalam perundang-undangan. Namun

ada beberapa hal yang hampir merujuk kepada hak puskesmas, yaitu puskesmas

14
berhak untuk diperkuat oleh Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,

Posyandu, dan Poskesdes dalam melaksanakan tugas di wilayah kerjanya.

2 Kewajiban Puskesmas

Seperti halnya hak, kewajiban puskesmas pun belum diatur secara jelas dalam

undang-undang. Namun, dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 128 tentang

Kebijakan Dasar Puskesmas, diatur tentang upaya kesehatan wajib, fungsi dan

tugas, dan azas penyelenggaraan puskesmas yang konteksnya hampir mirip

dengan kewajiban puskesmas, yakni:

1. Menggerakan Pembangunan Kesehatan Berwawasan Kesehatan

1) Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah

kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan

kesehatan,

2) Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya

3) Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit

tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan

masyarakat :

1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat

2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan

termasuk pembiayaan

15
3) Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan

program kesehatan

3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan mencakup:

1) Pelayanan kesehatan perorangan

2) Pelayanan kesehatan masyarakat.

4 Melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam pemberian pelayanan

kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Posyandu, Polindes dan jaringan

pelayanan kesehatan lain dan dalam fungsi pembinaan (Dinkes Kabupaten dan

Kantor Kecamatan);

5 Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya;

1. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pemerataan kesehatan yang diselenggarakan;

2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya;

3. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya;

Program kesehatan yang telah dilaksanakan oleh puskesmas untuk

masyarakat sekitar sudah banyak dilaksanakan. Dampak positifnya pun sudah

banyak terlihat, sehingga semakin dekat langkah kita menuju masyarakat yang

sehat. Akan tetapi, meskipun banyak hal yang telah dapat dicapai, masih ada

16
permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan puskesmas. Masalah tersebut

diantaranya adalah belum adanya undang-undang yang khusus mengatur

mengenai hak dan kewajiban puskesmas.

Selama ini, penyelenggaraan puskesmas belum bisa dioptimalkan

sebagaimana yang tercantum dalam tugas pokok dan fungsi puskesmas itu sendiri.

Tidak adanya undang- undang yang secara resmi mengatur hak dan kewajiban

puskesmas menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini perlu dipertanyakan kepada

pemerintah mengenai alasan ketiadaan undang- undang tersebut. Padahal,

puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan juga memiliki andil

yang sama dalam memajukan kesehatan masyarakat, di samping rumah sakit.

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama seharusnya

mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Mengingat puskesmas sebagai

instansi kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, dimana keduanya

merupakan upaya kesehatan wajib bagi masyarakat. Oleh karena itu, sudah

semestinya pemerintah membuat peraturan yang lebih terperinci

termasuk mengenai hak dan kewajiban puskesmas dalam bentuk undang- undang.

Hal ini dimaksudkan untuk dapat menguatkan memperjelas posisi puskesmas

dalam kedudukannyan sebagai pusat layanan kesehatan.Selama ini peraturan yang

menjadi dasar penyelenggaraan puskesmas hanyalah Permenkes, yakni Permenkes

No.128 tentang kebijakan dasar puskesmas.

Perundang- undangan tersebut sebaiknya dibuat sebelum muncul isu di

kalangan masyarakat yang mengganggu stabilitas kesehatan nasional. Undang-

undang tersebut dapat digunakan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan di

17
kemudian hari. Selain itu, undang- undang juga dapat menjadi acuan mengenai

hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam penyelenggaraan puskesmas.

Dengan adanya undang- undang yang mengatur tentang puskesmas, maka

diharapkan program kesehatan yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai,

seperti Indonesia Sehat 2010. Salah satu kendalanya adalah belum adanya

peraturan tertinggi yang diakui pemerintah, yakni undang- undang yang dapat

mendukung permenkes mengenai hal ini.

HAK DAN KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan memiliki hak dan

kewajiban yang perlu diketahui oleh semua pihak.Hak dan kewajiban tersebut

digunakan untuk memberikan prosedur-prosedur bagi layanan kesehatan dalam

melakukan tugas dan fungsinya.Hak dan tanggung jawab tersebut berkaitan erat

dengan pasien sebagai penerima jasa, dan masyarakat harus mengetahui dan

memahaminya sebagai pengguna layanan kesehatan.

1 . Hak Rumah Sakit

Hak rumah sakit adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki rumah

sakit untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu yaitu:

1. Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di RS nya sesuai dengan

kondisi atau keadaan yang ada di RS tersebut (hospital by laws).

2. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan RS.

3. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang

diberikan dokter kepadanya.

18
4. Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di RS. melalui panitia

kredential.

5. Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk

pasien, pihak ketiga, dll).

6. Mendapat jaminan dan perlindungan hukum.

7. Hak untuk mendapatkan imbalan jasa pelayanan yang telah diberikan

kepada pasien.

2. Kewajiban Rumah Sakit

1. Mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

2. Memberikan pelayanan pada pasien tanpa membedakan golongan dan

status pasien.

3. Merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas

perawatan (Duty of Care).

4. Menjaga mutu perawatan tanpa membedakan kelas perawatan (Quality of

Care).

5. Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat tanpa

meminta jaminan materi terlebih dahulu.

6. Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan.

7. Menyediakan sarana dan peralatan medik sesuai dengan standar yang

berlaku.

8. Menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap

pakai.

19
9. Merujuk pasien ke RS lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana,

peralatan dan tenaga yang diperlukan.

10. Mengusahakan adanya sistem, sarana dan prasarana pencegahan

kecelakaan dan penanggulangan bencana.

11. Melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan hukum

bilamana dalam melaksanakan tugas dokter tersebut mendapatkan

perlakuan tidak wajar atau tuntutan hukum dari pasien atau keluarganya.

12. Mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang bekerja di rumah

sakit tersebut.

13. Membuat standar dan prosedur tetap untuk pelayanan medik, penunjang

medik, maupun non medik.

14. Mematuhi Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI).

Di dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan bermitra dengan

dokter, rumah sakit memiliki hak dan kewajiban yang diatur sesuai dengan Kode

Etik Rumah Sakit (KODERSI), Surat Edaran Dirjen Yan Med No: YM

02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah

Sakit.

Kewajiban Rumah Sakit

Dalam meninjau kewajiban Rumah Sakit, ada dua hal yang dapat

diperhatikan dalam peraturan-peraturan kesehatan dari pemerintah, yaitu

persyaratan serta tugas dan fungsi Rumah Sakit. Adapun persyaratan serta tugas

dan fungsi Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

20
a. Persyaratan Rumah Sakit

Untuk Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,

dalam pendirian dan perolehan izin Rumah Sakit, Rumah Sakit harus memiliki

persyaratan sebagai berikut :

1) studi kelayakan

2) master plan

3) status kepemilikan

4) rekomendasi izin mendirikan

5) izin undang-undang gangguan (HO)

6) persyaratan pengolahan limbah

7) luas tanah dan sertifikatnya

8) penamaan

9) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

10) Izin Penggunaan Bangunan (IPB)

11) Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

(2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin mendirikan

sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan ini.

Lampiran dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dapat

memperjelas isi dari undang-undang yang terdapat di atas tersebut. Persyaratan

pendirian RumahSakit dapat dibagi dua, yaitu: persyaratan izin mendirikan

Rumah Sakit dan persyaratan izin operasional Rumah Sakit

1) Persyaratan Pendirian Izin Rumah Sakit

21
a) Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal

kegiatanperencanaanrumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi

tentang:

(1) Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:

(a) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan

kepadatanpenduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi

umur, jenis kelamindan status perkawinan)

(b) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan,

tingkatpendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan

domesticrata-rata bruto

(c) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10

penyakit utama(Rumah Sakit, Puskesmas Rawat jalan, Rawat

inap), angka kematian(GDR, NDR), angka persalinan, dan

seterusnya

(d) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan

jumlah, jenisdan kinerja layanan kesehatan, jumlah spesialisa

22

Anda mungkin juga menyukai