Setelah mahasiswa selesai mempelajari mata kuliah ini, diharapkan dapat memiliki
rangkain.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : menjelaskan arus dan
dan tegangan sinusoidal pada elemen-elemen rangkaian baik elemen murni maupun gabungan
dari beberapa elemen, menghitung impedansi rangakaian sederhana, nialai efektif dan
2.3. Pendahuluan
Bila Hukum Kirchhoff diterapkan pada suatu rangkaian akan menghasilkan persamaan
difrensial dan integral. Metoda dari persamaan difrensial klasik memberikan solusi yang
dibutuhkan. Bila metode ini digunakan untuk mencari arus yang seharusnya dihasilkan dari
tegangan disuplai, arus ini akan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah arus
peralihan (transient) yang waktunya sangat singkat dalam hitungan detik, dan bagian yang
kedua adalah arus pada keadaan mantap ( steady state) yaitu arus yang berlangsung pada suatu
Sebab banyak kasus mahasiswa dalam menganalisa rangkaian tidak dapat menyesuaikan teknik
persamaan difrensial, pada topik ini hanya membahas bagian keadaan mantap tanpa
menyebutkan keadaan peralihan. Untuk pembaca yang belum mengerti persamaan dipfrensial,
1
2.4. Arus Sinusoidal
Bila arus melalui elemen-elemen murni R, L dan C adalah sinusoidal, tegangan pada
Tabel 2.1 Tegangan melintang pada elemen murni jika Arus sinusoidal
Bila tegangan melintang pada ketiga elemen adalah sinusoidal, maka arus yang melalui
Impedansi dari suatu elemen, dari satu cabang atau dari suatu rangkaian yang kompleks
Dengan perbandingan tegangan dan arus sinusoidal ini akan mempunyai suatu besaran dan
sudut. Sudut impedansi besarnya sama dengan perbedaan sudut tegangan v dan arus i yang
2
2.7. Sudut Fasa
Jika tegangan dan arus keduanya fungsi sinusoidal terhadap waktu, keduanya digambarkan
pada skala waktu yang sama akan terlihat suatu pergeseran waktu antara tegangan dan arus
kecuali untuk kasus hambatan murni ( resistance ). Pergeseran ini sama dengan sudut fasa dan
tidak perna lebih besar dari 90 atau /2 radian. Berdasarkan perjanjian ini sudut fasa selalu
digambarkan seperti apa arus i yang akan selalu berkenaan dengan tegangan; sebagai contoh
arus mendahului tegangan 90 pada kapasitor murni, arus tertinggal dari tegangan sebesar 45
Hambatan Murni R.
Pada resistor murni arus dan tegangan adalah sefasa sebagaimana diperlihatkan gambar
gelombang arus dan tegangan berikut. Dan besar impedansinya sama dengan Z = R 0, besar
sudut fase sama dengan 0 seperti pada gambar 2.1., jika arus yang melalui resistor i(t) = Im sin t
3
Gambar 2.1 Gelombang tegangan dan arus pada hambatan murni
Induktor Murni L
Arus tertinggal dari tegangan sebesar 90 atau /2 radian pada inductor murni. Lihat gambar
Kapasitor Murni C
Arus mendahului tegangan sebesar 90 atau /2 radian pada suatu kapasitor murni. Seperti
pada gambar 2.3 berikut. Besar impedansinya sama dengan 1/C = XC.
Z = XC-90
4
v(t) = Vm sin t; i(t) = (Vm . C ) sin (t + 90 ), dimana (Vm . C ) = Im
Arus tertinggal dari tegangan sebesar = tan-1 ( L / R ) pada rangkaian RL seri. Lihat
Z=Z
v(t)
i(t)
v(t) = Vm sin t; i(t)
t
= (Vm /( R2 + (L)2).)
sin (t - ), Im =
(Vm /( R2 + (L)2).)
Arus mendahului dari tegangan sebesar = tan-1 ( 1 /-CR ) pada rangkaian RC seri. Lihat
v(t)
i(t)
5
Gambar 2.5 Gelombang tegangan dan arus pada RC seri
Untuk elemen-elemen rangkaian hubung seri tegangan total sama dengan jumlah jatuh tegangan
vT = v1 + v2 + v3
iT
i1 i2 i3
v1 v2 v3
VT
Pada impedansi elemen-elemen hubung paralel arus total yang diambil oleh rangkaian
sama dengan jumlah arus pada tiap-tiap cabang. Seperti pada gambar diatas i T = i1 + i2 +i3. Ini
dijumpai pada penerapan hukum arus Kirchhoff dimana ada empat arus bertemu pada titik yang
sama.
Karena nilai sesaat dari tegangan AC selalu berubah-ubah setiap waktu, kita membutuhkan
beberapa nilai efektif untuk mengevaluasi tegangan dan arus AC secara kwantitatif. Untuk itu
Vef =
=
√ 1
T [∫ v (t ) dt ]
T
0
2
√
T
1
∫ V 2 sin2 ωtdt
T 0 m
= Vm / 2 = 0,707 Vm
maka
Vm = 2 Vef
6
Nilai efektif dari tegangan AC adalah 1/2 dari nilai maksimum, sebaliknya Vm adalah 2 dari V.
Contoh 2.1
Suatu rangkaian seri RL dimana induktansi L = 100 mH dan tahanan R = 40 dihubung pada
sebuah sumber tegangan dengan nilai efektif 100 V, frekuensi sumber 50 Hz diberikan.
Tentukan:
a) Impedansi rangkaiannya
b) Arus yang mengalir dalam rangkaian
R1
40ohm
V1 L1
100mH
100V 50Hz 0Deg
v(t) = Vm sin t V
Z=
√R +X
2
L
2
Maka
= 50,86
7
Z = 50,8638,13
i(t) = v(t) / Z
= (Vm sin (t - ) A) / Z
= [100. 2 sin ( 2 X 50t - )] / 50,56
= 2,79 sin ( 100 t - ), Im = 2,79 A
= 2,79 sin (314t – 38,13) = 2,797 sin (314t –38,13 )
2.10. Rangkuman
Arus Sinusoidal
8
Bila arus melalui elemen-elemen murni R, L dan C adalah sinusoidal, tegangan melintang
Tabel 2.1 Tegangan melintang pada elemen murni jika Arus sinusoidal
Tegangan Sinusoidal
Bila tegangan melintang pada ketiga elemen adalah sinusoidal, maka arus yang melalui
catatan
Vm/R = Im, Vm/L = Im, Im = Vm .C
Impedansi ( Z )
Impedansi dari suatu elemen, dari satu cabang atau dari suatu rangkaian yang kompleks
1. Suatu rangkain seri R = 5 Ohm dan L = 0,06 henry, jika jatuh tegangan pada
induktansi adalah vL = 15 cos 200t volt. Tentukan tegangan total, arus dan besar
9
2. Dua elemen murni dihubung secara seri diberi tegangan v T = 225 sin (300t –
30°)V dan arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut i(t) = 8,5 sin (300t + 15°)
3. Suatu resistor R = 27,5 Ohm dan suatu kapasitor C = 66,7 F dihubung secara
seri. Jatuh tegangan pada kapasitor v C = 50 cos 1500t volt. Tentukan tegangan
total, besar impedansinya dan sudut beda fasa antara tegangan dan arus.
4. Carilah arus total pada rangkaian paralel dari L = 0,05 H dan C = 0,667 F
Jika arus didalam cabang induktansi i L = 5 sin (2000t – 45 ) amper. Tentukan arus
Daftar Pustaka
1. A. Edminister Joseph. 1981. Thory and Problems of Electric Circuits. Schaum’s Outline
2. Del Toro Vincen. 1985. Electric Machines and Power Systems. Prentice-Hall, Inc.
Englewood Cliffs,
10
4. Franco Sergio. 1995. Electrical Circuit Fundamentals. By Saunders Colleg Publishing.
6. Hörneman Ernst, dkk. 1988 Electrical Power Engineering Proficiency Course. GmbH,
Kogakusha, LTD.
8. Shepherd J. 1978. Higher Electrical Engineering. The English Lanuage Book Society
BAB III
IMPEDANSI KOMPLEKS DAN NOTASI PHASOR
Setelah mahasiswa selesai mempelajari mata kuliah ini, diharapkan dapat memiliki
rangkain.
11
3.2. Tujuan Instruksional Khusus :
3.3. FASOR
Pengamatan singkat terhadap tegangan dan arus sinusoidal yang diuji pada bab sebelumnya
telah memperlihatkan bahwa amplitudo dan beda fasa adalah dua hal yang utama. Jika sebuah
segmen garis terarah, atau fasor yang diputar berlawanan arah jarum jam pada suatu kecepatan
sudut tetap (rad/dt) seperti diperlihatkan pada gambar 3.1, bila perputaran segmen garis tersebut
diproyeksikan pada garis horizontal akan menghasilkan sebuah sebuah fungsi cosinus dan jika
diproyeksikan pada garis vertical akan menghasilkan fungsi sinus. Panjang fasor sama dengan
amplitudo kurva cosinus dan sinus; sudut antara dua posisi fasor atau segmen garis sama dengan
beda fasa antara titik-titik yang berhubungan pada kurva cosinus dan sinus.
Dimana e sering pula digunakan untuk menyatakan bentuk pangkat sebagai pengganti e untuk
menghindari kekacauan, karena e sering digunakan lambang tegangan pada rangkaian listrik.
12
Karena biasanya kita memandang arus AC dengan harga efektinya, maka kita dapat
I=I A
Sebaliknya juga perubahan dari bentuk fasor kebentuk sesaat dapat dilakukan dengan mudah,
dengan mengingat janji kita diatas. I dan V masing-masing disebut fasor arus dan fasor
tegangan. Pada persamaan I = I eJ(t + ) , eJ(t ) menyatakan bahwa fasor arus berubah-ubah terhadap
waktu, dengan frekuensi sudut . Hubungan antara harga sesaat dengan fasor seperti dijelakan
Contoh
Gambarkan diagram fasor tegangan dan arus berikut jika V = 10030 V dan I = 5-45A dan
V(t) = 100 cos (t +30), V(t) = 100 sin(t +30 - 90) = 100 sin(t - 60) = 100-60 V
jawab
13
Gambar 3.2. Diagram fasor tegangan dan arus
Bilangan Kompleks
1. bentuk rektanguler : z = a ± jb
2. bentuk polar : z = r
3. bentuk eksponensial : z = rej
4. bentuk trigonometri : z = r cos + j r sin
r = (a2 + b2), = tan-1( b/a), atau = cos-1 ( a/r), atau = sin-1 (b/r)
Contoh
Z = 4 + j3, Z* = 4 – j3
JAWAB
= 5 36,87
a = r cos , b = r sin
Z = 1045°
14
jawab
Z = r cos + j r sin
= 10 cos 45 + j 10 sin 45
= 7,071 + j7,071
Z = re ±(j)
Bentuk rektanguler
a = r cos , b = r sin
Z = rcos ± j r sin
Contoh
rektanguler,
Z = 8e-j/3
Jawab
Z = 8 cos /3 - j 8 sin /3
= 8 . 0,5 – j 8 . 0,8660
= 4 – j6,93
Z = 4 – j6,93
Jawab
Z =(42 + (-6,93)2)tan-1(-6,93/4)
= (52,9664) tan-1(-1,7325)
= 8 -60
= 8 e-j(/3)
15
Penjumlahan atau pengurangan bil kopmpleks hanya dapat dilakukan bila
Contoh
Z1 = a1 + jb1 Z 2= a2 + jb2
bilangan ril
Z1 / Z2 = ( a1 + jb1) /( a2 + jb2)
Konyugasi Z2* = a2 – jb2
= (Z1.Z2*)/(Z2 . Z2*)
= ( a1 + jb1) (a2 – jb2) /( a2 + jb2) (a2 –jb2 )
= (a1.a2 + jb1.a2 –jb2.a1 – j2b1.b2)/ (a22 +jb2.a2 –a2.jb2 – j2b22)
= ((a1.a2 + b1.b2) + j (a2.b1 – a1.b2)) / (a22 + b22)
=(a1.a2 + b1.b2)/ (a22 + b22) + j (a2.b1 – a1.b2) / (a22 + b22)
BENTUK POLAR : Z = R, bilangan konyugasinya adalah Z* = R-
Z1 = R11 Z2 = R22
Z1 . Z2 = R11 . R22
= R1 . R2(1 + 2)
Z1 / Z2 = R11 / R22
= ( R1/ R2)(1 - 2)
BENTK EKSPONENSIAL : Z = Rej
Z1 = R1ej1 Z2 = R2ej2
Z1 . Z2 = R1. R2ej(1 + 2)
Hubungan antara arus dan tegangan, untuk ketiga elemen pasif, bentuk fasor atau
Kita menamakan perbandingan tegangan dan arus dalam bentuk vector dengan “ vector
dimensi Ohm. Dalam bentuk rectangular komponen resistif atau tahanan dinyatakan dalam R
Jadi
16
Z = R ± JX
X = XL - XC
Dimana
Jika XL > XC maka beban bersifat induktif, sudut impedansinya positif, sebaliknya X L < XC
Z = (R2 + X2 )
Dimana
= tan –1( X/R), = cos –1( R/(R2 +X2), atau = sin –1( X/( R2 +X2),
Z=Z
Karena impedansi sama dengan bilangan kompleks ia dapat ditampilkan pada bidang kompleks.
Bagaimanapun, tahanan tak perna negatif, hanya berada pada kuadran pertama atau keempat.
Hasil yang ditampilkan disebut diagram impedansi seperti pada gambar 3.3
j j
R
JXL Z
-jXC Z
R
Bersifat induktif Bersifat kapasitif
Gambar 3.3 Diagram Impedansi
Contoh 3.1
tegangan e = 14,14 sin 376,8t V. Isi tabel dibawah ini sesuai dengan variabelnya.
R XL Total
E 7,95-37,001 5,9952,99 10 + j0 V
100
I 1,59-37,001 1,59-37,01 1,59-37,0016 A
Z 5 + j0 0 + j3,768 5 + j3,768
50 3,76890 6,2637,0016
17
Gambar 3.4 Rangkaian RL seri
Penyelesaian;
Z = 5 + j3,6679 Ohm
Contoh 3.2
tegangan e = 10 sin (5000t +45) V. Isi tabel dibawah ini sesuai dengan variabelnya dan
Z 20 + j0 0 + j10 20 + j10
200 10 90 22,36 26,56
j XL = j10 Z= 22,36
26,56 R = 20
= (500) tan-1(0,5)
Z = 22,36 26,56
= 63,439
Contoh 3.3.
18
Suatu rangkaian seri RL dengan R = 8 Ohm dan L = 0,06 H dihubung pada sumber
tegangan v = 70,7 sin (200t + 30). Tentukan arus I yang melalui rangkaian tersebut
Penyelesaian
Jika V = (70,7/2) 30 V = 50 30 V,
30
-26,3
I
Contoh 3.4
Tiga impendansi dihung seri seperti pada gambar rangkaian berikut, dihubung pada
sumber tegangan V = 2000 V. Jika Z1 = (40 + j10) , Z2 = (63,25-18.43) dan Z3 = ( 20 + j 20 ) .
Hitung impendansi total rangkaian dan arus yang mengalir di dalam rangkaian tersebut serta
gambarkan diagram impedansi total dan diagram fasor tegangan dan arus.
19
Gambar 3.7. Rangkaian hubung seri
Penyelesaian
ZT = Z1 + Z2 + Z3
Z2 = (63,25-18.43) = 63,25 .COS(-18,43) + J63,25.SIN(-18,43)
= 60 – J20 Ohm
ZT = (40 + j10) + (60 – j20) + ( 20 + j 20 ).
= ( 120 + j10)
= tan(-1) (10 / 120)
√ 1202+102
= (14500) tan(-1) (0,083)
= 120,4 4,76
IT = V /ZT
= 2000 / 120,4 4,76 A
= (1,66 (0 - 4,76 )) A
= (1,66 (- 4,76 )) A
Gambar diagram impedansinya
jXL
10 Z =120,4
4,76 120
R
Gambar 3.8 Diagram impendasi
1,66 A
Gambar 3.9 Diagram fasor tegangan dan arus
Hitung tegangan pada Z1, Z2, Z3
20
Admitansi Kompleks ( Y )
Y = I / V I = Y.V
Jadi
Y=1/Z
Bagian nyata dari admitansi adalah “ konduktansi” G satuannya adalah mho (siemen) dan
Jadi,
Y = G – JB = 1/Z = 1/( R + JX )
Antara admitansi dan impedansi dapat saling ditukar seperti berikut ini :
Y = 1 / ( R + jx)
[ ][ ]
1 R− jx
R+ jx R− jx
= ( R – jX )/ ( R2 – (-1)X2)
= ( R – jX )/ ( R2 + X2)
[ R
R 2 + x2] [
−J
x
R 2+ x2 ]
G = [R/(R2 + X2)], B = [ X/(R2 + X2)
Atau
Z = 1 / Y, dimana Y = G - jB
= 1/( G – JB )
[ 1
][
G+ jB
G− jB G+ jB ]
= (G + jB )/(G2 + B2 )
21
Z=
[ 2
G
G +B 2] [
−J
B
G +B 2
2 ]
R = G /(G2 + B2 ), X = B /(G2 + B2 )
Contoh. 3.4
mho
Konsep admitansi sangat baik diterapkan pada rangkaian paralel seperti pada rangakaian 3. 10.
IT
I1 I2 I3
V Y1 Y2 Y3
dan
Yek = Y1 + Y2 + Y3, dimana ZT = 1 / Yek
Karena itu admitansi ekuivalen dari sejumlah admitansi yang dihubung paralel sama dengan
Contoh 3.5
Carilah arus total dan impedansi ekuivalen pada rangkaia paralel seperti pada gambar 3.8
IT
I1 I2 I3
V= 500 V Z1 = 100 Z2 = 553,1 Z3 = 10-36,9
22
Gambar 3.11. Rangkaian paralel tiga cabang
Penyelesaian
IT = I1 + I2 + I3
= V(Y1 + Y2 + Y3)
Dimana:
Y1 = 1 / Z1 = 1/100 = 0,10 S
Y3 = 1 / Z3 = 1 / 10-36,9= 0,136,9 S
IT = V . YT
= 50(0,3 – j0,1)
Atau
= (15 – j5) = 50((0,32 + 0,12)tan-1(-0,1/0,3)
= 50((0,1) -18,435
= 15 2 5 2 tan 1 (-5/15)A
= 50(0,316) -18,435
1
= 15,8 tan (-0,33)A Yek = 0,316) -18,435 Siemen
= 15,8 -18,26 A Ztot = 1 / Yek
Ztot = V / I = 1 / 0,316) -18,435
= 500 / 15,8 -18,26 = 3,16 18,435 Ohm
= 3,1618,26 Ohm
Maka
Dan
23
IT
V I1 V
Zeq
I -53,1 IT
I2
I3
(a ) (b) (c)
Contoh 3.6
dihubung pada sumber tegangan V = 500 V seperti pada gambar 3.9. Hitung arus pada tiap-tiap
I1 I2 I3 I4
V= 500 V Z1 = Z2 = Z3 = 15 Z4 = -j 10
j5 (5 + j8,66)
Penyelesaian Soal-soal
= -j0,2 S
Yek =Y1 + Y2 + Y3 + Y4
= 0,22-58 S
24
Zek = 1/Yek = 1/ (0,22-58 S ) = 4,5558
Kemudian
I1 = (150 45)(0,2-90
= 30 -45 A
= 15-15A
Contoh 3.7
Suatu rangkaian kombinasi seri paralel seperti pada gambar 3.11. dihubung pada
sumber tegangan V = 1500 V, jika Z1 = (40 + j20), Z2 = (30 – j15) dan Z3 = (60 + j30).
Hitung impedansi total dan arus setiap cabang serta arus totalnya.
25
26
3.5. Rangkuman
Impedansi Kompleks
Impedansinya merupakan bentuk kompleks dengan dimensi Ohm. Dalam bentuk rectangular
komponen resistip atau tahanan dinyatakan dalam R dan komponen reaktansi atau reaktif
dengan X.
Jadi Z = R + JX
Dimana
X = XL - XC
Admitansi Kompleks
Y=I/V
Jadi
Y=1/Z
Admitansi merupakan bilangan kompleks dimana bagian nyatanya disebut kondukdtansi dan
Y = G – JB
Dimana
Atau sebaliknya.
R = G /(G2 + B2 ), X = B /(G2 + B2 )
Latihan soal-soal
1. Tentukan tegangan yang terbaca pada voltmeter yang dipasang pada tiga
impedansi yang dihubung seri seperti pada gambar berikut jika jatuh tegangan pada
27
V1
V2
V3
2. Pada gambar paralel tiga cabang seperti pada gambar berikut, tegangan sumber
dan arus total diketahui, dan impedansi pada cabang dua dan tiga juga diketahui.
IT = 25-30A
1. I1 I2 I3
V= 1000 V Z1 Z2 = 50 Z3 = (5 + j4)
3. Suatu rangkaian seri seperti pada gambar berikut, carilah V sumber jika jatuh
Z1 Z2 Z3
345 10 +j10 - j5
terlihat pada gambar berikut. Jika frekuensi = 500 rad/det, Tentukan dua elemen
63,5 45
28
I = 7,91 A
V =250 V
5. Tentukan pembacaan pada ampermeter pada gambar berikut bila arus i 1 = 14,14
i1
iT A
i2
6. Suatu rangkaian paralel dua cabang seperti pada gambar berikut, dihubung pada
IT I1 I2
7. Suatu rangkaian paralel dua cabang disuplai suatu sumber tegangan dan
menghasilakn arus seperti pada diagram fasor berikut. Tentukan impedansi Z 1 dan
I1
6,5A
30
-53,1 -30
5A
150 V
Daftar Pustaka
29
2. Del Toro Vincen. 1985. Electric Machines and Power Systems. Prentice-Hall,
Publishing.
LTD.
30