Anda di halaman 1dari 30

BAB II

ARUS BOLAK BALIK SEDERHANA

2.1. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah mahasiswa selesai mempelajari mata kuliah ini, diharapkan dapat memiliki

pengetahuan dalam mendefiniskan besaran-besaran listrik, menghitung variable-variabel

rangkaian listrik dan ketrampilan menyusun komponen-komponen listrik dan menyederhanakan

rangkain.

2.2. Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : menjelaskan arus dan

tegangan sinusodal sebagai fungsi waktu, menggambarkan bentuk gelombang-gelombang arus

dan tegangan sinusoidal pada elemen-elemen rangkaian baik elemen murni maupun gabungan

dari beberapa elemen, menghitung impedansi rangakaian sederhana, nialai efektif dan

maksimum besaran-besaran listrik.

2.3. Pendahuluan

Bila Hukum Kirchhoff diterapkan pada suatu rangkaian akan menghasilkan persamaan

difrensial dan integral. Metoda dari persamaan difrensial klasik memberikan solusi yang

dibutuhkan. Bila metode ini digunakan untuk mencari arus yang seharusnya dihasilkan dari

tegangan disuplai, arus ini akan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah arus

peralihan (transient) yang waktunya sangat singkat dalam hitungan detik, dan bagian yang

kedua adalah arus pada keadaan mantap ( steady state) yaitu arus yang berlangsung pada suatu

nilai tertentu hingga diperkenankan suatu gangguan.

Sebab banyak kasus mahasiswa dalam menganalisa rangkaian tidak dapat menyesuaikan teknik

persamaan difrensial, pada topik ini hanya membahas bagian keadaan mantap tanpa

menyebutkan keadaan peralihan. Untuk pembaca yang belum mengerti persamaan dipfrensial,

disarankan belajar bagaimana menerapkan metode analisa rangkaian sehingga dapat

memberikan manfaat pada waktu mendatang.

1
2.4. Arus Sinusoidal

Bila arus melalui elemen-elemen murni R, L dan C adalah sinusoidal, tegangan pada

kedua terminal elemen-elemen akan diberikan pada table berikut.

Tabel 2.1 Tegangan melintang pada elemen murni jika Arus sinusoidal

Elemen Tegangan jika Tegangan v jika Tegangan v jika


Arus i i = Im sint i = Im cos t
Hambatan R vR = R.i vR = R Im sint vR = R.Im cos t
Induktansi L vL = L di/dt vL = L Im cos t vL = - L Im sin t
= (L)Im sin (t + 90) = L Im cos (t + 90)
Kapasitansi C VC = 1/C ( i dt) vC = -(1/ C) Im cos t vC = (1/C) Im sin t
= (1/C)Im sin (t - 90) = (1/C) Im cos (t - 90)

2.5. Tegangan Sinusoidal

Bila tegangan melintang pada ketiga elemen adalah sinusoidal, maka arus yang melalui

elemen-elemen adalah sebagaimana yang diberikan pada table 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Arus pada elemen murni jika Tegangan sinusoidal

Elemen jikaTegangan pada R = Arus i jika Arus i jika


v maka arus i = v = Vm sint v = Vm cost
Hambatan R iR = v / R iR = (Vm / R) sint iR = (Vm/R)cost
Induktansi L iL = (1/L) v dt iL = -(Vm/L) cost iL = (Vm/L) sint
= (Vm/L) sin(t – 90)
Kapasitansi C iC = C (dv/dt) iC = (CVm) cost iC = - (CVm) sint
= (Vm/C) sin(t + 90)
catatan
Vm/R = Im, Vm/L = Im, Im = Vm .C
2.6. Impedansi ( Z )

Impedansi dari suatu elemen, dari satu cabang atau dari suatu rangkaian yang kompleks

adalah perbandingan dari tegangan terhadap arus

Impedansi ( Z ) = Fungsi Tegangan (v(t)) / Fungsi Arus i(t)

Dengan perbandingan tegangan dan arus sinusoidal ini akan mempunyai suatu besaran dan

sudut. Sudut impedansi besarnya sama dengan perbedaan sudut tegangan v dan arus i yang

disebut sudut fasa.

2
2.7. Sudut Fasa

Jika tegangan dan arus keduanya fungsi sinusoidal terhadap waktu, keduanya digambarkan

pada skala waktu yang sama akan terlihat suatu pergeseran waktu antara tegangan dan arus

kecuali untuk kasus hambatan murni ( resistance ). Pergeseran ini sama dengan sudut fasa dan

tidak perna lebih besar dari 90 atau /2 radian. Berdasarkan perjanjian ini sudut fasa selalu

digambarkan seperti apa arus i yang akan selalu berkenaan dengan tegangan; sebagai contoh

arus mendahului tegangan 90 pada kapasitor murni, arus tertinggal dari tegangan sebesar 45

pada rangkain RL seri dengan R sama dengan L.

Gambar berikut akan menjelaskan impedansi dan sudut fasa.

Hambatan Murni R.

Pada resistor murni arus dan tegangan adalah sefasa sebagaimana diperlihatkan gambar

gelombang arus dan tegangan berikut. Dan besar impedansinya sama dengan Z = R 0, besar

sudut fase sama dengan 0 seperti pada gambar 2.1., jika arus yang melalui resistor i(t) = Im sin t

maka tegangan pada resistor v(t) = Vm sin t, Vm = R.Im

3
Gambar 2.1 Gelombang tegangan dan arus pada hambatan murni
Induktor Murni L

Arus tertinggal dari tegangan sebesar 90 atau /2 radian pada inductor murni. Lihat gambar

2.2 berikut. Besar impedansinya sama dengan L = XL. (Z = XL90), Z = jL

v(t) = Vm sin t V, i(t) = Im sin (t - 90) A

Gambar 2.2. Gelombang tegangan dan arus pada inductor murni

Kapasitor Murni C

Arus mendahului tegangan sebesar 90 atau /2 radian pada suatu kapasitor murni. Seperti

pada gambar 2.3 berikut. Besar impedansinya sama dengan 1/C = XC.

Z = XC-90

4
v(t) = Vm sin t; i(t) = (Vm . C ) sin (t + 90 ), dimana (Vm . C ) = Im

Gambar 2.3 Gelombang tegangan dan arus pada kapasitor murni

2.8. Rangkaian RL seri

Arus tertinggal dari tegangan sebesar = tan-1 ( L / R ) pada rangkaian RL seri. Lihat

gambar 2.4 berikut. Besar impedansi Z = ( R2 + (L)2). =(( R2 + (L)2)1/2

Z=Z

= 2f; dimana = 3,14; f : frekuensi jala-jala

v(t)
i(t)
v(t) = Vm sin t; i(t)
t
= (Vm /( R2 + (L)2).)


sin (t - ), Im =

(Vm /( R2 + (L)2).)

Gambar 2.4 Gelombang tegangan dan arus pada RL seri

2.9. Rangkaian RC seri.

Arus mendahului dari tegangan sebesar = tan-1 ( 1 /-CR ) pada rangkaian RC seri. Lihat

gambar 2.5 berikut. Besar impedansi Z = ( R2 + (1/C)2).

v(t)
i(t)

v(t) = Vm sin t; i(t) = (Vm /( R2 + (1/C)2) sin (t + ); dimana Im = Vm /( R2 + (1/C)2).

5
Gambar 2.5 Gelombang tegangan dan arus pada RC seri

Rangkaian Seri dan Paralel

Untuk elemen-elemen rangkaian hubung seri tegangan total sama dengan jumlah jatuh tegangan

pada tiap-tiap elemen. Karena itu pada gambar 2.6 berikut,

vT = v1 + v2 + v3

iT

i1 i2 i3
v1 v2 v3

VT

Gamabar 2.6 Gambar 2.7


Rangkaian hubung seri Rangkaian hubung paralel

Pada impedansi elemen-elemen hubung paralel arus total yang diambil oleh rangkaian

sama dengan jumlah arus pada tiap-tiap cabang. Seperti pada gambar diatas i T = i1 + i2 +i3. Ini

dijumpai pada penerapan hukum arus Kirchhoff dimana ada empat arus bertemu pada titik yang

sama.

2.10. NILAI EFEKTIF AC

Karena nilai sesaat dari tegangan AC selalu berubah-ubah setiap waktu, kita membutuhkan

beberapa nilai efektif untuk mengevaluasi tegangan dan arus AC secara kwantitatif. Untuk itu

nilai RMS ( root-mean-square ) didefisikan sebagai berikut

Vef =

=
√ 1
T [∫ v (t ) dt ]
T
0
2


T
1
∫ V 2 sin2 ωtdt
T 0 m
= Vm / 2 = 0,707 Vm
maka
Vm = 2 Vef

6
Nilai efektif dari tegangan AC adalah 1/2 dari nilai maksimum, sebaliknya Vm adalah 2 dari V.

jadi tegangan sesaat dapat dinyatakan sebagai berikut :

V(t) = 2 Vef sin (t + 0 )

Contoh 2.1

Suatu rangkaian seri RL dimana induktansi L = 100 mH dan tahanan R = 40 dihubung pada

sebuah sumber tegangan dengan nilai efektif 100 V, frekuensi sumber 50 Hz diberikan.

Tentukan:

a) Impedansi rangkaiannya
b) Arus yang mengalir dalam rangkaian

R1

40ohm
V1 L1
100mH
100V 50Hz 0Deg

Tegangan sesaat yang ada dapat dinyatakan sebagai berikut:

v(t) = Vm sin t V

= 100 2 sin ( 2 . 50t) V =2πf

v(t) = 141 sin ( 314t) V

Impedansi dari rangakaian seri RL ini adalah

Z=
√R +X
2
L
2

Dimana reaktansi induktif XL adalah:

XL = L = 2f L = 2.50.0,100 = 31,41 , = 3,14

Maka

Z = (402 +31,412) = (1600 + 986,588)

= 50,86

= tan-1( 31,41/40), = cos-1 (40/50,86) = sin-1 (31,41/50,86)

= tan-1(0,785) = cos-1 0,78647 = 0.6175

= 38,13 = 38,14 38,13

7
Z = 50,8638,13

Arus sesaat i adalah

i(t) = v(t) / Z
= (Vm sin (t - ) A) / Z
= [100. 2 sin ( 2 X 50t - )] / 50,56
= 2,79 sin ( 100 t - ), Im = 2,79 A
= 2,79 sin (314t – 38,13) = 2,797 sin (314t –38,13 )

Dimana i(t) = 2,797 sin ( 314 t - 38,146),

Nilai efektif arus yang didapat adalah 2,797/2 = 1,98 A

2.10. Rangkuman

Arus Sinusoidal

8
Bila arus melalui elemen-elemen murni R, L dan C adalah sinusoidal, tegangan melintang

pada elemen-elemen akan diberikan pada table berikut.

Tabel 2.1 Tegangan melintang pada elemen murni jika Arus sinusoidal

Elemen Tegangan jika Tegangan v jika Tegangan v jika


Arus i i = Im sint i = Im cos t
Tahanan R vR = R.i vR = R Im sint vR = R.Im cos t
Induktansi L vL = L di/dt vL = L Im cost vL = - L Im sin t
= (L)Im sin (t + 90)
Kapasitansi C vC = 1/C ( i dt) vC = -(1/ C) Im cos t vC = (1/C) Im sin t
= (1/C)Im sin (t - 90)

Tegangan Sinusoidal

Bila tegangan melintang pada ketiga elemen adalah sinusoidal, maka arus yang melalui

elemen-elemen adalah sebagaimana yang diberikan pada table 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Arus pada elemen murni jika Tegangan sinusoidal

Elemen Arus untuk Arus i jika Arus i jika


Tegangan v v = Vm sint v = Vm cost
Tahanan R iR = v / R iR = (Vm / R) sint iR = (Vm/R)cost
Induktansi L iL = 1/L ( v dt) iL = -(Vm/L) cost iL = (Vm/L) sint
Kapasitansi C iC = C (dv/dt) iC = (CVm) cost iC = - (CVm) sint

catatan
Vm/R = Im, Vm/L = Im, Im = Vm .C
Impedansi ( Z )

Impedansi dari suatu elemen, dari satu cabang atau dari suatu rangkaian yang kompleks

adalah perbandingan dari tegangan terhadap arus

Impedansi ( Z ) = Fungsi Tegangan (v(t)) / Fungsi Arus i(t)

2.11. Soal-Soal Latihan

1. Suatu rangkain seri R = 5 Ohm dan L = 0,06 henry, jika jatuh tegangan pada

induktansi adalah vL = 15 cos 200t volt. Tentukan tegangan total, arus dan besar

impedansi serta sudutnya.

9
2. Dua elemen murni dihubung secara seri diberi tegangan v T = 225 sin (300t –

30°)V dan arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut i(t) = 8,5 sin (300t + 15°)

amper. Tentukan elemen-elemen penyusun rangkaian tersebut.

3. Suatu resistor R = 27,5 Ohm dan suatu kapasitor C = 66,7 F dihubung secara

seri. Jatuh tegangan pada kapasitor v C = 50 cos 1500t volt. Tentukan tegangan

total, besar impedansinya dan sudut beda fasa antara tegangan dan arus.

4. Carilah arus total pada rangkaian paralel dari L = 0,05 H dan C = 0,667 F

dengan suatu tegangan supplai v = 100 sin 5000t volt

5. Suatu resistor R = 10 Ohm dan suatu induktansi L = 0,005 H akan diparalel.

Jika arus didalam cabang induktansi i L = 5 sin (2000t – 45 ) amper. Tentukan arus

total dan sudut antara tegangan dan arus total.

Daftar Pustaka

1. A. Edminister Joseph. 1981. Thory and Problems of Electric Circuits. Schaum’s Outline

Series McGraw-Hill International Book Company.

2. Del Toro Vincen. 1985. Electric Machines and Power Systems. Prentice-Hall, Inc.

Englewood Cliffs,

3. Dittrich Harry. 1969. Fundamental of Electrical Engineering. Winkler Verlag

10
4. Franco Sergio. 1995. Electrical Circuit Fundamentals. By Saunders Colleg Publishing.

5. Dittrich Harry. 1969. Fundamental of Electrical Engineering. Winkler Verlag

6. Hörneman Ernst, dkk. 1988 Electrical Power Engineering Proficiency Course. GmbH,

Eschborn, Federal Repoblic of Germaby.

7. Risdali R.E. 1976. Electric Circuits For Engineering Technology. McGraw-Hill

Kogakusha, LTD.

8. Shepherd J. 1978. Higher Electrical Engineering. The English Lanuage Book Society

and Ptman Publishing

9. Theraja B. L. 2004. Electrical Technology, Texbook. S. Chand & Company LTD.

BAB III
IMPEDANSI KOMPLEKS DAN NOTASI PHASOR

3.1. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah mahasiswa selesai mempelajari mata kuliah ini, diharapkan dapat memiliki

pengetahuan dalam mendefiniskan besaran-besaran listrik, menghitung variable-variabel

rangkaian listrik dan ketrampilan menyusun komponen-komponen listrik dan menyederhanakan

rangkain.

11
3.2. Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menggambarkan diagram fasor tegangan dan arus

2. Menghitung impedansi kompleks dan admitansi kompleks pada rangkaian

seri dan paralel.

3.3. FASOR

Pengamatan singkat terhadap tegangan dan arus sinusoidal yang diuji pada bab sebelumnya

telah memperlihatkan bahwa amplitudo dan beda fasa adalah dua hal yang utama. Jika sebuah

segmen garis terarah, atau fasor yang diputar berlawanan arah jarum jam pada suatu kecepatan

sudut tetap (rad/dt) seperti diperlihatkan pada gambar 3.1, bila perputaran segmen garis tersebut

diproyeksikan pada garis horizontal akan menghasilkan sebuah sebuah fungsi cosinus dan jika

diproyeksikan pada garis vertical akan menghasilkan fungsi sinus. Panjang fasor sama dengan

amplitudo kurva cosinus dan sinus; sudut antara dua posisi fasor atau segmen garis sama dengan

beda fasa antara titik-titik yang berhubungan pada kurva cosinus dan sinus.

Gambar 3.1 Gelombang sinus dan bentuk fasor putar

Dengan menggunakan prinsip Euler


v(t) = V eJ(t + ) = V cos(t + ) + j V sin(t + )

Dimana e sering pula digunakan untuk menyatakan bentuk pangkat sebagai pengganti e untuk

menghindari kekacauan, karena e sering digunakan lambang tegangan pada rangkaian listrik.
12
Karena biasanya kita memandang arus AC dengan harga efektinya, maka kita dapat

mendefinisikan bentuk fasor arus AC sebagai berikut :

I = I eJ(t + ) A atau dapat juga dituliskan dalam bentuk

I=I A

dan untuk tegangan

V = VeJ(t + ) atau V = V V, Vef = V / 2

Sebaliknya juga perubahan dari bentuk fasor kebentuk sesaat dapat dilakukan dengan mudah,

dengan mengingat janji kita diatas. I dan V masing-masing disebut fasor arus dan fasor

tegangan. Pada persamaan I = I eJ(t + ) , eJ(t ) menyatakan bahwa fasor arus berubah-ubah terhadap

waktu, dengan frekuensi sudut . Hubungan antara harga sesaat dengan fasor seperti dijelakan

pada gambar 3.1 diatas.

Contoh

Gambarkan diagram fasor tegangan dan arus berikut jika V = 10030 V dan I = 5-45A dan

nyatakan dalam bentuk sesaat

V(t) = 100 cos (t +30), V(t) = 100 sin(t +30 - 90) = 100 sin(t - 60) = 100-60 V

jawab

13
Gambar 3.2. Diagram fasor tegangan dan arus

3.4. Impedansi Kompleks dan Admitansi Kompleks

Bilangan Kompleks

Bentuk Bilangan Kompleks ada 4

1. bentuk rektanguler : z = a ± jb

2. bentuk polar : z = r
3. bentuk eksponensial : z = rej
4. bentuk trigonometri : z = r cos + j r sin

Konversi bentuk rektanguler ke polar

r = (a2 + b2), = tan-1( b/a), atau = cos-1 ( a/r), atau = sin-1 (b/r)

Contoh

Konversi bilangan kompleks berikut dari bentuk rektanguler ke bentuk polar,

Z = 4 + j3, Z* = 4 – j3

JAWAB

Z = (42 + 32) tan-1( 3/4)

= (16 + 9) tan-1( 0,75)

= (25) tan-1( 0,75)

= 5 36,87

Konversi bentuk polar ke rektanguler

a = r cos , b = r sin

Konversi bilangan kompleks berikut dari bentuk polar ke bentuk regtanguler,

Z = 1045°

14
jawab

Z = r cos + j r sin

= 10 cos 45 + j 10 sin 45

= 10. 0,7071 + j 10 . 0,7071

= 7,071 + j7,071

Konversi bentuk rektanguler ke eksponensial dan sebaliknya

r = (a2 + b2), = tan-1( b/a),

Z = re ±(j)

Bentuk rektanguler
a = r cos , b = r sin

Z = rcos ± j r sin

Contoh

a. Rubah bentuk bilangan kompleks bentuk eksponensial berikut ke dalam bentu

rektanguler,

Z = 8e-j/3

Jawab
Z = 8 cos /3 - j 8 sin /3

= 8 . 0,5 – j 8 . 0,8660

= 4 – j6,93

Konversi bentuk bil berikut ke dalam bentu ekxponensial

Z = 4 – j6,93

Jawab

Z =(42 + (-6,93)2)tan-1(-6,93/4)

= (16 + 48,02) tan-1(-1.7325)

= (52,9664) tan-1(-1,7325)

= 8 -60

= 8 e-j(/3)

Operasi bilangan kompleks

15
 Penjumlahan atau pengurangan bil kopmpleks hanya dapat dilakukan bila

dalam bentuk rektanguler

Contoh

Z1 = a1 + jb1 Z 2= a2 + jb2

Z1 + Z2 = (a1 + a2) + j(b1 + b2), Z2 – Z1 = (a2-a1) + j(b2-b1)

Catatan j =-1 atau j2 = -1

 Perkalian dan pembagian bilangan kompleks


Z1 x Z2 = (a1 + jb1) x (a2 +jb2)
= a1.a2 + a1jb2 + a2jb1 + j2b1b2
= (a1.a2 – b1.b2) + j(a1.b2 + a2.b1)
Pembangian bilangan kompleks kalau dalam bentuk rektanguler penyebutnya harus

bilangan ril
Z1 / Z2 = ( a1 + jb1) /( a2 + jb2)
Konyugasi Z2* = a2 – jb2
= (Z1.Z2*)/(Z2 . Z2*)
= ( a1 + jb1) (a2 – jb2) /( a2 + jb2) (a2 –jb2 )
= (a1.a2 + jb1.a2 –jb2.a1 – j2b1.b2)/ (a22 +jb2.a2 –a2.jb2 – j2b22)
= ((a1.a2 + b1.b2) + j (a2.b1 – a1.b2)) / (a22 + b22)
=(a1.a2 + b1.b2)/ (a22 + b22) + j (a2.b1 – a1.b2) / (a22 + b22)
BENTUK POLAR : Z = R, bilangan konyugasinya adalah Z* = R-
Z1 = R11 Z2 = R22
Z1 . Z2 = R11 . R22
= R1 . R2(1 + 2)
Z1 / Z2 = R11 / R22
= ( R1/ R2)(1 - 2)
BENTK EKSPONENSIAL : Z = Rej
Z1 = R1ej1 Z2 = R2ej2
Z1 . Z2 = R1. R2ej(1 + 2)

Z1 / Z2 = (R1 /R2) ej(1 - 2)

3.4.1. Impedansi Kompleks ( Z )

Hubungan antara arus dan tegangan, untuk ketiga elemen pasif, bentuk fasor atau

vektornya dapat disimpulkan sebagai berikut:

VR = R.I, VL = JL.I, VC = ( 1/JC )I = -J( 1/C )I

Kita menamakan perbandingan tegangan dan arus dalam bentuk vector dengan “ vector

impedansi “ ditandai dengan lambang Z. Impedansinya merupakan bentuk kompleks dengan

dimensi Ohm. Dalam bentuk rectangular komponen resistif atau tahanan dinyatakan dalam R

dan komponen reaktansi atau reaktif ditandai dengan X.

Jadi

16
Z = R ± JX

X = XL - XC

Dimana

R : tahanan (resistor) X : reaktansi , X L : reaktansi induktif, XC : reaktansi kapasitif

Jika XL > XC maka beban bersifat induktif, sudut impedansinya positif, sebaliknya X L < XC

maka beban bersifat kapasitif, sudut impedansinya negatif.

Atau dalam bentuk polar

Z = (R2 + X2 )

Dimana
= tan –1( X/R), = cos –1( R/(R2 +X2), atau = sin –1( X/( R2 +X2),
Z=Z

Karena impedansi sama dengan bilangan kompleks ia dapat ditampilkan pada bidang kompleks.

Bagaimanapun, tahanan tak perna negatif, hanya berada pada kuadran pertama atau keempat.

Hasil yang ditampilkan disebut diagram impedansi seperti pada gambar 3.3

j j
R
JXL Z

-jXC Z
R
Bersifat induktif Bersifat kapasitif
Gambar 3.3 Diagram Impedansi

Contoh 3.1

Suatu rangakaian seri dengan R = 5 ohm, dan L = 10 mH dihubung pada sumber

tegangan e = 14,14 sin 376,8t V. Isi tabel dibawah ini sesuai dengan variabelnya.

R XL Total
E 7,95-37,001 5,9952,99 10 + j0 V
100
I 1,59-37,001 1,59-37,01 1,59-37,0016 A

Z 5 + j0 0 + j3,768 5 + j3,768
50 3,76890 6,2637,0016

17
Gambar 3.4 Rangkaian RL seri

Penyelesaian;

XL = L = 3,14 . 120 . 10 . 10-3 = 3,7699 ohm; karena itu impedansi kompleks

Z = 5 + j3,6679 Ohm

Contoh 3.2

Suatu rangakaian seri dengan R = 20 ohm, dan L = 2 mH dihubung pada sumber

tegangan e = 10 sin (5000t +45) V. Isi tabel dibawah ini sesuai dengan variabelnya dan

gambarkan diagram impedansinya.

E 9 18,44 4,5108,44 7,07 + j 7,07 V


1045
I 0,4518,44 0,4518,44 0,4518,44 A

Z 20 + j0 0 + j10 20 + j10
200 10 90 22,36 26,56

Berikut ini adalah diagram impedansinya.

j XL = j10 Z= 22,36

26,56 R = 20

Gambar 3.5. Diagram Impedansi

Z = (R2 + X2 ) = (202 + 102 ) tan –1( X/R)

= (202 + 102 ) tan –1( 10/20)

= (500) tan-1(0,5)

Z = 22,36 26,56

= 63,439

Contoh 3.3.

18
Suatu rangkaian seri RL dengan R = 8 Ohm dan L = 0,06 H dihubung pada sumber

tegangan v = 70,7 sin (200t + 30). Tentukan arus I yang melalui rangkaian tersebut

dan gambarkan diagram fasor tengan dan arus.

Penyelesaian

Diketahui R = 8 Ohm, L = 0,06 H dan v = 70,7 sin (200t + 30)

Jawab: XL = 200 x 0,06 = 12 dan Z = R + J XL = (8 + J 12) Ohm

atau Z = ( (82 + 122 ) tan –1( 12/8)

= 14,4 56,3 Ohm

Jika V = (70,7/2) 30 V = 50 30 V,

I = V / Z = (50 30 )/(14,4 56,3)

= ( 50 /14,4 ) (30 - 56,3)

= 3,47-26,3 A dan dalam bentuk fungsi sinus

i = 3,47. 2 sin (200t - 26,3) A

= 4,91 sin (200t - 26,3) A

Diagram fasor tegangan dan arus

30

-26,3
I

Gambar 3.6. Diagram fasor


= 200 rad/sec.

Contoh 3.4

Tiga impendansi dihung seri seperti pada gambar rangkaian berikut, dihubung pada
sumber tegangan V = 2000 V. Jika Z1 = (40 + j10) , Z2 = (63,25-18.43) dan Z3 = ( 20 + j 20 ) .
Hitung impendansi total rangkaian dan arus yang mengalir di dalam rangkaian tersebut serta
gambarkan diagram impedansi total dan diagram fasor tegangan dan arus.

19
Gambar 3.7. Rangkaian hubung seri
Penyelesaian
ZT = Z1 + Z2 + Z3
Z2 = (63,25-18.43) = 63,25 .COS(-18,43) + J63,25.SIN(-18,43)
= 60 – J20 Ohm
ZT = (40 + j10) + (60 – j20) + ( 20 + j 20 ).
= ( 120 + j10)
= tan(-1) (10 / 120)
√ 1202+102
= (14500) tan(-1) (0,083)
= 120,4 4,76
IT = V /ZT
= 2000 / 120,4 4,76 A
= (1,66 (0 - 4,76 )) A
= (1,66 (- 4,76 )) A
Gambar diagram impedansinya

jXL

10 Z =120,4
4,76 120
R
Gambar 3.8 Diagram impendasi

Diagram fasor tegangan dan arus


200 V

1,66 A
Gambar 3.9 Diagram fasor tegangan dan arus
Hitung tegangan pada Z1, Z2, Z3

VZ1 VZ2 VZ3


I . Z1 I. Z2 I . Z3
= 68,449,24 = 10523,19 = 4740,24
VT = VZ1 + VZ2 + VZ3 = 68,449,24 + 10523,19 + 4740,24
= 2000 V = (68,44.COS 9,24 + J68,44.SIN9,24) + 105.COS(-23,1)9 +
J105SIN(-23,19)) + (47.COS 40,24 + J47.SIN40,24)
= (67.55 + J11) + (96 - J41,34) + (35,87 + J30,36)
= 199,4 + J 0,02
= 2000 V

20
Admitansi Kompleks ( Y )

Kita mendefinisikan “ vector admitansi dengan Y yang merupakan perbandingan antara

vector arus dan tegangan

Y = I / V I = Y.V

Jadi

Y=1/Z

Bagian nyata dari admitansi adalah “ konduktansi” G satuannya adalah mho (siemen) dan

bagian khayal disebut “suseptansi”B satuannya adalah mho (siemen).

Jadi,

Y = G – JB = 1/Z = 1/( R + JX )

Antara admitansi dan impedansi dapat saling ditukar seperti berikut ini :

Y = 1 / ( R + jx)

[ ][ ]
1 R− jx
R+ jx R− jx

= ( R – jX )/[( R + jX)(R - jX)]

= ( R – jX )/ ( R2 – jXR + jXR – j2X2)

= ( R – jX )/ ( R2 – (-1)X2)

= ( R – jX )/ ( R2 + X2)

[ R
R 2 + x2] [
−J
x
R 2+ x2 ]
G = [R/(R2 + X2)], B = [ X/(R2 + X2)

Atau
Z = 1 / Y, dimana Y = G - jB

= 1/( G – JB )

[ 1
][
G+ jB
G− jB G+ jB ]
= (G + jB )/(G2 + B2 )

21
Z=

[ 2
G
G +B 2] [
−J
B
G +B 2
2 ]
R = G /(G2 + B2 ), X = B /(G2 + B2 )

Satuan untuk admitansi, konduktansi dan suseptansi adalah “ Siemen “

Contoh. 3.4

Z = 4 + j3, jika dikonversi dalam bentuk admitansi Y, maka Y = 1 / ( 4 + j3 )

= 10 /( 42 + 32 ) tan-1(3/4) = 10 / ((25)36,87) = 10 /(536,87) = 0,20-36,87 mho = 0,2-36,87

mho

Y = 0,2 cos(-36,87) + j0,2 sin (-36,87) = (0,16 – j0,12) Siemen (mho)

Konsep admitansi sangat baik diterapkan pada rangkaian paralel seperti pada rangakaian 3. 10.

IT

I1 I2 I3

V Y1 Y2 Y3

Gambar 3. 10. Rangkaian paralel tiga cabang

IT = I1 + I2 + I3 = VY1 + VY2 + VY3

= V (Y1 + Y2 + Y3) = V.Yek

dan
Yek = Y1 + Y2 + Y3, dimana ZT = 1 / Yek
Karena itu admitansi ekuivalen dari sejumlah admitansi yang dihubung paralel sama dengan

jumlah dari admitansi tiap cabang.

Contoh 3.5

Carilah arus total dan impedansi ekuivalen pada rangkaia paralel seperti pada gambar 3.8

berikut dan gambarkan diagram fasor

IT
I1 I2 I3
V= 500 V Z1 = 100 Z2 = 553,1 Z3 = 10-36,9

22
Gambar 3.11. Rangkaian paralel tiga cabang
Penyelesaian

IT = I1 + I2 + I3

= V(Y1 + Y2 + Y3)

Dimana:

Y1 = 1 / Z1 = 1/100 = 0,10 S

Y2 = 1 / Z2 = 1 / 553,1 = 0,2 -53,1 S

Y3 = 1 / Z3 = 1 / 10-36,9= 0,136,9 S

Masukkan nilai admitansi pada persamaan IT di atas maka

IT = V . YT

= 500(0,10 + 0,2 -53,1 + 0,136,9)

= ( 500 ) (( 0,10 ) + ( 0,2-53,1 ) + ( 0,1 36,9 ))

= 50 [cos 0 + j sin 0] ( 0,1[cos 0 + jsin0] + 0,2 [cos (-53,1) + j sin (-53,1)] +

0,1[cos (36,9) + j sin (36,9)])

= 50 [1 + j0](0,1[1 + j0] + 0,2[0,6 - j 0,799] + 0,1[0,799 + j0,6])

= (50 + j0)((0,1 +j0) + (0,120 - j0,16) + (0,08 + j0,060))

= 50(0,3 – j0,1)

Atau
= (15 – j5) = 50((0,32 + 0,12)tan-1(-0,1/0,3)
= 50((0,1) -18,435
= 15 2  5 2 tan 1 (-5/15)A
= 50(0,316) -18,435
1
= 15,8 tan (-0,33)A Yek = 0,316) -18,435 Siemen
= 15,8 -18,26 A Ztot = 1 / Yek
Ztot = V / I = 1 / 0,316) -18,435
= 500 / 15,8 -18,26 = 3,16 18,435 Ohm
= 3,1618,26 Ohm
Maka

ZT = V / IT = ( 500/ 15,8-18,45 ) = 3,16 18,45 = (3 + j1)

Dan

23
IT

V I1 V
Zeq
I -53,1 IT
I2
I3
(a ) (b) (c)

(a) Diagaram fasor VI ( b) Jumlah arus fasor ( c ) Rangkaian ekuivalen


Gambar 3.12. Diagram fasor

Contoh 3.6

Untuk rangkaian paralel empat cabang dimana Z 1= j5 , Z2 = j5 , Z3 = 5 + j8,66 , dan Z4 = -j 10

dihubung pada sumber tegangan V = 500 V seperti pada gambar 3.9. Hitung arus pada tiap-tiap

cabang dan arus total rangkaian serta impedansi ekuivalennya.

I1 I2 I3 I4

V= 500 V Z1 = Z2 = Z3 = 15 Z4 = -j 10
j5 (5 + j8,66)

Gambar 3.13. Rangkaian paralel empat cabang

Penyelesaian Soal-soal

Y1 = (1/j5)(-j5/-j5) = -j5 / (-j225)

= -j5 / - (-1) 25 = -j5/25

= -j0,2 S

Y2 = 1/( 5 + j 8,66 ) = 1/ (1060) = 0,1-60 =

= 0,1 [cos -60 + j sin -60] = ( 0,05 – j0,0866 ) S

Y3 = 1 / 15 = 0,067 S = 0,0670 S = 0,067 S

Y4 = 1 / -j10 = j0,1 = 0,190 S = j0,1 S

Yek =Y1 + Y2 + Y3 + Y4

= -j0,2 +( 0,05 – j0,0866 ) + 0,067 + j0,1

= 0 ,117 – j 0,1866 = (0,1172 + (-0,1866)2)tan-1(-0,1866/0,117)

= (0,04850856) tan-1 (-1,594)

= 0,22-58 S

24
Zek = 1/Yek = 1/ (0,22-58 S ) = 4,5558

Kemudian

I1 = (150 45)(0,2-90

= 30 -45 A

I2 = (150 45)( 0,05 – j0,0866 )

= (150 45)( 0,1-60)

= 15-15A

IT = V Yek = ( 150 45)(0,22-58) = 33-13 A,

Zek = 1/Yek = 1 / 0,22-58 S = 4,5558

Contoh 3.7
Suatu rangkaian kombinasi seri paralel seperti pada gambar 3.11. dihubung pada
sumber tegangan V = 1500 V, jika Z1 = (40 + j20), Z2 = (30 – j15) dan Z3 = (60 + j30).
Hitung impedansi total dan arus setiap cabang serta arus totalnya.

Gambar 3.14 Rangkaian seri paralel

25
26
3.5. Rangkuman

Impedansi Kompleks

Impedansinya merupakan bentuk kompleks dengan dimensi Ohm. Dalam bentuk rectangular

komponen resistip atau tahanan dinyatakan dalam R dan komponen reaktansi atau reaktif

dengan X.

Jadi Z = R + JX

Dimana

X = XL - XC

Admitansi Kompleks

Kita mendefinisikan “ vector admitansi dengan Y yang merupakan perbandingan antara

vector arus dan tegangan

Y=I/V

Jadi

Y=1/Z

Admitansi merupakan bilangan kompleks dimana bagian nyatanya disebut kondukdtansi dan

bagian imajinernya disebut suseptansi. Dapat dituliskan dalam bentuk

Y = G – JB

Dimana

G = [R/(R2 + X2)], B = [ X/(R2 + X2)

Atau sebaliknya.
R = G /(G2 + B2 ), X = B /(G2 + B2 )

Latihan soal-soal

1. Tentukan tegangan yang terbaca pada voltmeter yang dipasang pada tiga

impedansi yang dihubung seri seperti pada gambar berikut jika jatuh tegangan pada

masing-masing impedansi, v1 = 70,7sin (t + 30) volt, v2 = 28,3 sin (t +120) volt,

v3 = 14,14 cos (t +30) V


V

27
V1

V2

V3

2. Pada gambar paralel tiga cabang seperti pada gambar berikut, tegangan sumber

dan arus total diketahui, dan impedansi pada cabang dua dan tiga juga diketahui.

Carilah impedansi Z1 dan komponen penyusunnya.

IT = 25-30A

1. I1 I2 I3
V= 1000 V Z1 Z2 = 50 Z3 = (5 + j4)

3. Suatu rangkaian seri seperti pada gambar berikut, carilah V sumber jika jatuh

tegangan VZ1 = 27-10 V.

Z1 Z2 Z3

345 10 +j10 - j5

4. Tiga elemen rangkaian dihubung secara seri mengandung satu induktansi L =

0,02 H. Dihubung pada sumber tegangan dan menghasilkan arus sebagaimana

terlihat pada gambar berikut. Jika frekuensi = 500 rad/det, Tentukan dua elemen

rangkaian yang lain.

63,5 45

28
I = 7,91 A
V =250 V
5. Tentukan pembacaan pada ampermeter pada gambar berikut bila arus i 1 = 14,14

sin (t - 20 ) A dan i2 = 7,7 sin (t + 60 ) A

i1

iT A

i2

6. Suatu rangkaian paralel dua cabang seperti pada gambar berikut, dihubung pada

sumber tegangan tentukan VS = 24045. Jika besar impedansi Z1 = 2525 dan Z2 =

2015. Tentukan arus IT dan gambarkan diagram fasornya.

IT I1 I2

24045 2525 2025

7. Suatu rangkaian paralel dua cabang disuplai suatu sumber tegangan dan

menghasilakn arus seperti pada diagram fasor berikut. Tentukan impedansi Z 1 dan

Z2 pada cabang rangkaian.

I1
6,5A
30

-53,1 -30

5A
150 V

Daftar Pustaka

1. A. Edminister Joseph. 1981. Thory and Problems of Electric Circuits. Schaum’s

Outline Series McGraw-Hill International Book Company.

29
2. Del Toro Vincen. 1985. Electric Machines and Power Systems. Prentice-Hall,

Inc. Englewood Cliffs,

3. Franco Sergio. 1995. Electrical Circuit Fundamentals. By Saunders Colleg

Publishing.

4. Hörneman Ernst, dkk. 1988 Electrical Power Engineering Proficiency Course.

GmbH, Eschborn, Federal Repoblic of Germaby.

5. Theraja B. L. 2004. Electrical Technology, Texbook. S. Chand & Company

LTD.

6. Theraja B. L. 1977. Advanced Problems in Electrical Engineering. S. Chand &

Company LTD Ram Nagar, New Delhi-110055

30

Anda mungkin juga menyukai