(BERPIKIR KRITIS) 1. Kemamp ampuan memberi alasa asan secsecara terorganisasi dan mengeval mengevaluasi uasi kualit kualitas as suatu suatu alasan secara secara sistemat sistematis is (Hassoubah, 2007). 2. Kemampuan Kemampuan untukuntuk berpikir pada level level yang kompleks kompleks dan meng menggu guna naka kann pros proses es anal analisi isiss dan dan eval evalua uasi si (Gun (Gunawawan an,, 2003). 3. Proses berfikir secara aktif dalam menerapkan, menga menganal nalisi isis, s, mensin mensintes tesis, is, dan mengev mengevalualuasi asi inform informasi asi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, komunikasi, sebagai acua acuan n dala dalamm mey meyakin akinii sua suatu konse onsepp dan dan atau dala dalam m melakukan tindakan (Elder, 2007). CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS)
• Apa critical thinking (berpikir kritis) dalam
kehidupan sehari-hari adalah hal yang dianggap penting? – Ya, Sangat penting karena untuk mengembangkan kemampuan berpikir lainnya, seperti kemampuan untuk membuat keputusan dan menyelesaian masalah. 1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan menyebabkan informasi yang diterima mahasiswa semakin banyak ragamnya, 2. mahasiswa merupakan salah satu kekuatan (people power), 3. mahasiswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan menjalani kehidupan semakin kompleks. 4. berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana kreativitas muncul karena melihat fenomena-fenomena atau permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif. 5. banyak lapangan pekerjaan baik langsung maupun tidak, membutuhkan keterampilan berpikir kritis, misalnya sebagai pengacara atau sebagai guru maka berpikir kritis adalah kunci keberhasilannya. 6. setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan, mau ataupun tidak, sengaja atau tidak, dicari ataupun tidak akan memerlukan keterampilan untuk berpikir kritis (Zamroni dan Mahfudz, 2009). 3 KUNCI UTAMA UNTUK DAPAT BERFIKIR KRITIS (RED) 1. model pembelajaran (penguasaan materi, internalisasi, dan transfer materi pada kasus yang berbeda) 2. pemberian tugas mengkritisi buku 3. penggunaan cerita 4. penggunaan model pertanyaan (Zamroni dan Mahfudz, 2009) Internalisasi merupakan proses pengaplikasian materi yang sudah dikuasai dalam frekuensi tertentu, sehingga apa yang telah dikuasai, secara pelan-pelan terpateri pada diri siswa, dan jika diperlukan akan muncul secara otomatis (Zamroni dan Mahfudz, 2009). 1. komunikasi yang efektif 2. kemampuan pemecahan masalah 3. komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, PROSEDUR PROSES BERFIKIR KRITIS
1. Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara
yang bisa diterapkan guna memecahkan masalah 2. Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan masalah 3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan) 4. Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai 5. Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam 6. Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/pendapat 7. Menyadari keberadaan hubungan logis 8. Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah 9. Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas 10.Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan sehari-hari. MANFAAT DARI PROSES CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS) 1. Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/masalah yang sedang difikirkan, kemudian dapat merumuskan masalah dengan jelas dan tepat 2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan solusi pemecahan masalah, menguji alternatif pemecahan masalah terhadap kriteria dan standar yang relevan 3. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai setiap permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan konsekuensi praktis 4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang kompleks • Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan ataupun masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas (Post Partum), bayi setelah lahir serta keluarga berencana. • Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu atau klien yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan (Varney, 1997) • Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis, dan berfokus pada klien. 1. Pengumpulan data dasar 2. Interpretasi data untuk identifikasi diagnosa atau masalah 3. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya 4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasakan kondisi klien 5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah- langkah sebelumnya; 6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efesien dan aman 7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, dan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek • Asuhan yang diberikan segera setelah kelahiran sampai 6 mggu setelah kelahiran yang bertujuan untuk mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada masa post partum (Jannah, 2011) • Standar asuhan ibu post partum oleh bidan dengan mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan memenuhi kebuthan ibu dan bayi selama periode post partum (Saminem, 2010) Dalam proses pemberian asuhan, bidan diharapkan mampu menentukan kebutuhan akan pengumpulan data dasar berdasarkan keluhan klien (ibu post partum), dan mampu menginterpretasikan data-data tersebut dengan tepat sehingga diagnosis yang ditetapkan sesuai dengan keadaan klien (ibu post partum). Kemudian dalam menatalaksana kasus, asuhan- asuhan yang diberikan bidan harus sesuai dengan bukti ilmiah yang terpercaya. • Dalam proses memberikan asuhan kebidanan dibutuhkan keahlian bidan untuk dapat melakukan critical thinking (berfikir kritis). • Proses critical thinking (berfikir kritis) merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. • Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses critical thinking (berfikir kritis). Melaksanakan post natal care sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat postnatal, dengan menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses postnatal dapat berjalan dengan baik, ibu dapat menjalani proses postnatal dengan sehat dan selamat.