Anda di halaman 1dari 29

ASPEK LEGAL

DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
ETIKOLEGAL KEBIDANAN

Oleh :
Febiriani Martha P2.06.24.3.18.011
Fifi Safiroh P2.06.24.3.18.012
Fitri Nuraisyah P2.06.24.3.18.013
Inda Shopia Benita P2.06.24.3.18.014
Intan Pramugita P2.06.24.3.18.015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan”.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etikolegal
Kebidanan.

Tidak lupa kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi,
maupun sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada
kritik dan saran untuk perbaikan dari kesalahan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang


membacanya dalam upaya peningkatan wawasan wacana pendidikan nasional.
Akhir kata kami hanya dapat mengucapkan terima kasih dan semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.

Tasikmalaya, 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Definisi Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan ....................... 4
B. Legislasi Praktek Kebidanan .......................................................... 5
1. Tujuan ........................................................................................ 6
2. Latar Belakang Legislasi ........................................................... 6
3. Model Aspek Legislasi (Registrasi,Lisensi,Sertifikasi) ............ 8
C. Aspek Hukum Pelayanan Kebidanan ............................................. 9
D. Pelayanan Bidan terkait Aspek Hukum .......................................... 10
E. Otonomi Bidan ................................................................................ 10
BAB III PEMBAHASAN .................................................................... 13
A. Biodata Singkat Narasumber .......................................................... 12
B. Hasil Wawancara ............................................................................ 12
C. Dokumentasi ................................................................................... 15
D. Pengkajian Hasil Observasi Di Lapangan dengan Peraturan Kebidanan
Tentang Aspek Legal Kebidanan ......................................................... 18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................. 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... iii
LAMPIRAN

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, yang
tidak kalah penting dari bidang lain adalah bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi. (Kementrian Kesehatan,2015)
Kesehatan adalah hak asasi manusia, hak tersebut haruslah
diwujudkan dalam bentuk memberikan upaya kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan berkualitas.Salah satunya mempunyai patokan atau standard kode etik
profesi, mengembangkan ilmu pengetahuan, mengikuti pelatihan
berkelanjutan, memiliki sertifikasi, registrasi dan lisensi serta membina,
mengawasi dan memantau agar pengabdian sesuai dengan standar
pelayanan atau pun standar pendidikan yang berlaku. (Arimbi, 2014)
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya adalah mendekatkan
pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya.Atas dasar
itulah profesi bidan merupakan profesi yang sangat strategis dalam
konteks pelayanan kesehatan di Indonesia.Bidan merupakan profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, memiliki pertanggung
jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang
dilakukannya, sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas
wewenang profesi yang bersangkutan. (Tajmiati, 2016)

1
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di
suatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui
oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
(Arimbi, 2014)
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang
profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
Pengetahuan dan penerapan etika dalam praktik kebidanan, akan
menjadikan seorang bidan terlindung dari pelanggaran etik ataupun moral
yang sedang berkembang di hadapan publik.
Masalah hukum di dalam kesehatan merupakan ilmu yang saling
berhubungan satu sama lain. Salah satu yang berpengaruh terhadap tenaga
kesehatan yaitu pelanggaran etik ataupun pelanggaran hukum.Bidan perlu
mengetahui aspek hukum yang sebagai acuan dasar dalam memberikan
pelayanan dan sebagai landasan dalam memberikan pelayanan
kebidanan.Tentunya dalam kasus-kasus pelayanan kebidanan tidak lepas
dari hubungan bermasyarakat untuk selalu memperhatikan moral dan etika
berprilaku dalam memberikan pelayanan agar risiko kelalaian dalam
memberikan pelayanan dapat dicegah dengan adanya hukum yang
mengatur kebijakan dalam memberikan pelayanan. Jika tidak diterapkan
maka berlaku hukum pidana atau hukum perdata yang nantinya berupa
tuntutan akan pelayanan yang diberikan, apakah sesuai standar atau tidak.
Pelayanan kebidanan di Praktek Mandiri Bidan (PMB) merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang arahnya untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga sehingga
terwujud keluarga sehat sejahtera.Oleh karena itu, untuk izin dan
penyelenggaraan praktik bidan perlunya aspek legal dalam pelayanan
kebidanan.Berdasarkan uraian tersebut di atas, membuat penulis tertarik
untuk membuat makalah dengan judul “Aspek Legal dalam Pelayanan
Kebidanan Di Praktek Mandiri Bidan N di Desa S, Kecamatan S,
Kabupaten C Tahun 2018”.

2
B. Rumusan Masalah
1 Apa definisi dari aspek legal dalam pelayanan kebidanan?
2 Apaitu legislasi dalampraktek kebidanan?
3 Apa itu registrasi, lisensi, dan sertifikasi dalam praktek kebidanan?
4 Bagaimana hasil observasi terhadap kesesuaian penerapan aspek legal
kebidanan di Praktek Mandiri Bidan N?

C. Tujuan
1 Mengetahui definisi dari aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
2 Mengetahui latar belakang sistem legislasi tenaga bidan Indonesia.
3 Mengetahui registrasi, lisensi dan sertifikasi dalam praktik kebidanan.
4 Mengetahui kesesuaian penerapan aspek legal kebidanan di Praktek
Mandiri Bidan N.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan masalah kesehatan
diartikan pelayanan yang diterima oleh seseorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.
Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan
Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada
obyek pelayanan. Yaitu pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis upaya,
meliputi upaya peningkatan (promotif) pencegahan (preventif), pengobatan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI
Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, Pelayanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat
disimpulkan pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan)— yang sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari
kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya adalah sah menurut undang-undang.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian
aspek legal pelayanan kebidananadalah penggunaan norma hukum yang telah
disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang
paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan, dalam
upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.

4
B. Legislasi Praktik Kebidanan
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan).STR (Surat Tanda Registrasi)
adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI) atas nama Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa
bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan.
1. Tujuan Legislasi
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut
adalah meliputi :
a. Mempertahankan kualitas pelayanan
b. Memberi kewenangan
c. Menjamin perlindungan hukum
d. Meningkatkan profesionalisme
2. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
a. UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dari UUD 1945 adalah upaya
pembangunan nasional yaitu pembangunan disegala bidang guna
kepentingan, keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
b. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga
negara indonesia melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas.Bidan erat hubungannya dengan penyiapan SDM sepanjang
siklus kehidupan wanita.Karena pelayanan bidan meliputi kesehatan
wanita selama kurun kesehatan reproduksi wanita, Sejak remaja, masa
calon pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode

5
interval, masa klimakterium dan menopouse serta memantau tumbuh
kembang balita serta anak pra sekolah.
c. Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah derajat
kesehatan yang optimal dengan strategi: paradigma sehat,
profesionalisme, JPKM, dan desentralisasi.
3. Model Aspek Legislasi
a. Registrasi (Pengaturan Kewenangan)
Pengertian Menurut Permenkes No 1464/Menkes/X/2010,
registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal
kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan,
sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik
profesinya.
Tujuan registrasi, sebagai berikut :
- Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
pesat.
- Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif
dalam penyelesaian kasus mal praktik.
- Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik.
Syarat Registrasi sebagai berikut :
- Fotokopi ijasah bidan
- Fotokopi transkrip nilai akademik
- Surat keterangan sehat dari dokter
- Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak2 (dua) lembar.
- Sertifikat Uji kompetensi.
Dengan diselenggarakannya uji kompetensi diharapkan
bahwa bidan yang menyelenggarakan praktik kebidanan
adalah bidan yang benar-benar kompeten. Upaya ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan, mengurangi medical error atau malpraktik dalam

6
tujuan utamauntuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak.
Dalam rancangan uji kompetensi apabila bidan tidak lulus
uji kompetensi, maka bidan tersebut menjadi binaan Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) setempat. Materi uji kompetensi sesuai
9 area kompetensi dalam standard profesi bidan
Indonesia.Namun demikian uji kompetensi belum di bakukan
dengan suatu dasar hukum, sehingga baru pada tahap draft
atau rancangan.
b. Lisensi (Pengaturan Penyelenggaraan Kewenangan)
Pengertian lisensi adalah proses ministrasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang
diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan
mandiri.
Tujuan umum lisensi adalah melindungi masyarakat dan pelayanan
profesi. Sementara tujuan khusus lisensi adalah:
- Memberikan kejelasan batas wewenang.
- Menetapkan sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk
SlPB (Surat Ijin Praktik Bidan).SIPB adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan
praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang
menjalankan praktik harus memiliki SIPB yang yang diperoleh dengan
cara mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
- Fotokopi STR yang masih berlaku
- Fotokopi ijazah bidan
- Surat persetujuan atasan
- Surat keterangan sehat dari dokter
- Rekomendasi dari organisasi profesi

7
- Pas foto
Menurut Permenkes No. 28 tahun 2017 SIPB berlaku sepanjang
STR belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
c. Sertifikasi (Pengaturan Kompetensi)
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu
melalui kegiatan pendidikan formal maupun non formal. Lembaga
pendidikan non formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM
kesehatan yang akreditasinya ditentukan profesi. Sedangkan sertifikasi
dan lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang terakreditasi
sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu :
- Ijazah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi
tertentu, mempunyai kekuatan hukum atau sesuai peraturan
perundangan yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan
formal.
- Sertifikat merupakan dokumen penguasaan kompetensi
tertentu, bisa diperoleh dari kegiatan pendidikan formal
maupun lembaga pendidikan non formal yang akreditasinya
ditentukan oleh profesi kesehatan.
Tujuan umum sertifikasi adalah sebagai berikut:
- Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
- Meningkatkan mutu pelayanan.
- Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan
Tujuan khusus sertifikasi adalah sebagai berikut:
- Menyatakan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku (kompetensi) tenaga profesi.
- Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
- Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
(kompetensi) pendidikan tambahan tenaga profesi.
- Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan
tambahan tenaga profesi.

8
- Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.
C. Aspek-Aspek Hukum Praktek Kebidanan
Bidan merupakan profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, memiliki pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability)
atas semua tindakan yang dilakukannya, sehingga semua tindakan yang
dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence
based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur
batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
1. Permenkes No. 28 Tahun 2017 Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
2. Permenkes No. 1464/MENKES/ X/2010 Tentang Registrasi dan Praktik
Bidan
3. PP No 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
4. Kepmenkes Republik Indonesia 1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kemenkes
5. UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
6. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang
Standar Profesi Bidan
7. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
8. UU Tentang Aborsi, Adopsi, Bayi Tabung, dan Transplantasi
9. KUHAP, dan KUHP, 1981
10. Permenkes No. 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan
Medis.
11. UU yang terkait dengan Hak Reproduksi dan Keluarga Berencana
12. UU No 10/1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera
13. UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di
Dalam Rumah Tangga m. Undang-Undang Tentang Otonomi daerah
14. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996:

9
a. Tenaga kesehatan sarjana yaitu dokter, dokter gigi, apoteker,sarjana lain
dalam bidang kesehatan.
b. Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah misalo asisten
apoteker, perawat, bidan.

D. Pelayanan Bidan Terkait Dengan Aspek Hukum


1. Tindakan kesehatan Administrasi meliputi: pendidikan formal,SIB, SIPB
Inform consent.
2. Tindakan kesehatan diagnostik meliputi: jaminan kerahasiaan,mutu
pelayanan.
3. Tindakan kesehatan terapi meliputi : SPK, Standar profesi .

E. Otonomi Bidan Dalam Pelayanan


Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung
gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga
semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan
didasari suatu evidence based. Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan
hukumyang mengatur batas-batas wewang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai
standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan
mutunya melalui :
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Penelitian dalam kebidanan
3. Pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan
4. Akreditasi

10
5. Registrasi, sertifikasi dan lisensi
6. Uji Kompetensi

11
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori tentang aspek legal yang dipaparkan penulis dalam


kajian teori yang didapat dari berbagai sumber buku dan jurnal. Pada bab ini,
penulis akan memaparkan hasil observasi aspek legal pelayanan kebidanan yang
berfokus pada Praktek Mandiri Bidan. Subjek pengamatan adalah Praktek Mandiri
Bidan Nuryanah,SST. bertempat di Desa Sindangkasih, Kecamatan Sindangkasih,
Kabupaten Ciamis.
Hasil observasi akan menunjukan ada atau tidak kesesuaian antara teori
dan praktik di lapangan.Aspek legal yang diamati meliputi sertifikasi (pengaturan
kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan
penyelenggaraan kewenangan).Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
dan pengumpulan bukti fisik berupa foto dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan aspek legal kebidanan.

A. Biodata Singkat Narasumber


Nama : N, SST.
Pendidikan : D IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya - 2013
Bertugas di : Puskesmas “S” , Ketua POKJA 4 Kecamatan “S” (2013
s.d sekarang).
B. Hasil Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban

Surat Tanda Registasi (STR)


Apakah Anda sudah memiliki, sedang
Saya telah memiliki STR Bidan
memperpanjang, atau sudah
1. yang belaku dari tahun 2017 sampai
memperpanjang Surat Tanda
2022
Registrasi (STR)?

12
Persyaratan yang harus dilampirkan
Apa saja persyaratan yang harus sama untuk setiap daerah di
2.
terpenuhi untuk memiliki STR? Indonesia, sesuai dengan permenkes
yang mengatur registrasi Bidan.
Berdasarkan pengalaman anda,
berapa lama waktu yang diperlukan
3. Cukup lama, sekitar satu tahun
dari mulai proses pendaftaran
sampai dengan terbit STR?
Menurut Anda apakah waktu
4. untuk penerbitan STRterlalu Iya
lama?
Pada dasarnya tidak ada.
Apalagi jika setiap pelayanan
Apakah ditemukan kesulitan dan
didokumentasikan dengan baik,
5. hambatan dalam pembuatan dan
akan memudahkan untuk mengisi
perpanjangan STR?
log book (salah satu syarat
perpanjangan STR).
Karena difasilitasi langsung oleh
MTKI,sehingga jumlah bidan yang
Apabila ada kesulitan maupun
melakulan pembuatan dan
6. hambatan, adakah saran untuk
perpanjangan STR pun, berimpas
instansi terkait?
pada lamanya proses pembuatan dan
perpanjangan STR.
Bagaimana pendapat anda apabila
Tentu saja harus dilakukan uji
akan memperpanjang STR, harus
7. kompetensi. Sangat bermanfaat
dilakukan uji kompetensi oleh
untuk bidan sendiri.
IBI?
Sangat berperan, membantu dalam
Bagaimana peran IBI dalam proses
8. proses pembuatan STR, juga
pembuatan STR ?
memfasilitasi uji kompetensi.

13
Surat Ijin Praktik Bidan (SIPB)

SIPB saya masih dalam proses


perpanjangan. Sudah 2 bln
Apakah anda sudah memiliki, sedang
prosesnya untuk SIPB 2. Sementara
1. memperpanjang, atau sudah
untuk SIPB 1 sudah saya peroleh
memperpanjang SIPB?
dalam jangka waktu satu bulan
setelah mengajukan perpanjangan.
Sangat penting. Sebagai legalisasi
Apakah penting bagi Bidan untuk
2. praktek kebidanan. SIPB merupakan
memiliki SIPB?
surat ijin kita sebagai Bidan.
Persyaratan yang harus dilampirkan
Apa saja persyaratan yang harus sama untuk setiap daerah di
3. dipenuhi untuk membuat maupun Indonesia, sesuai dengan permenkes
memperpanjang SIPB? yang mengatur ijin dan
penyelenggaraan praktek Bidan.
Berapa lama waktu yang diperlukan SIPB 1 hanya 1 Bulan. Sementara
4. untuk membuat/memperpanjang SIPB 2 jauh lebih lama dkarenakan
SIPB? adanya proses visitasi.
Apakah prosedur
5. pembuatan/memperpanjang SIPB itu Tidak sama sekali
sulit? Jika iya, apa kesulitannya?
Apakah ada kesulitan dan hambatan
6. dalam pembuatan/perpanjangan Tidak sama sekali
SIPB?
Apabila ada kesulitan maupun
Proses visitasi dipercepat sehingga
7. hambatan, adakah saran untuk instansi
SIPB lecih cepat keluar.
terkait?
Menurut pendapat anda, apakah
8. prosedur registrasi dan lisensi harus Untuk saai ini tidak.
ditinjau ulang?

14
C. Dokumentasi
No. Foto Keterangan

Surat Tanda Registasi


1.
Berlaku dari 2017-2018

SIPB dalam proses


diperpanjang,
Persyaratan sudah dikumpulkan
dan diajukan kurang lebih 2
2. -
bulan lalu.
SIPB 1: Puskesmas
Sindangkasih
SIPB 2: Praktek Mandiri Bidan

Sertifikat-sertifikat

15
Pelatihan standarisasi Midwifery
Update
3. Diselenggarakan oleh IBI
Ciamis
2016

Penatalaksanaan Kontrasepsi
Darurt dan Insersi IUD Post
Plasenta
4.
Diselenggarakan oleh IBI
Ciamis
2015

PPGD-ON
Diselenggarakan oleh RSUP Dr.
5.
Hasan Sadikin Bandung
2013

16
Pelatihan Preseptor Mentor
Diselenggarakan oleh Jurusan
6. Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2011

Seminar Inisisasi Menyusui Dini


diselenggarakan oleh Dinas
7.
Kesehatan Kabupaten Ciamis
2009

Pelatihan Klinik Primer dan


Kesehatan Reproduksi
8. Diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Ciamis
2008

17
Pelatihan Klinik Primer dan
Kesehatan Reproduksi
9. Diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Ciamis
2008

D. Pengkajian Hasil Observasi Di Lapangan dengan Peraturan Kebidanan


Tentang Aspek Legal Kebidanan.
Berdasarkan hasil observasi di Praktek Mandiri Bidan Nuryanah,
SST.,terhadap pemenuhan aspek legal pelayanan kebidanan, diperoleh hasil :
1. Serangkaian proses legislasi aspek legal pelayanan kebidanan telah
terpenuhi, dimulai dari registrasi, dibuktikan dengan adanya STR
yang telah diperpanjang dari tahun 2017 dan berlaku sampai dengan
tahun 2022.
Berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2017 pasal 1 ayat 5,
disebutkan bahwa : “praktik mandiri bidan adalah tempat
pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang dilakukan
oleh bidan secara perorangan”. Sementara pada ayat 3 disebutkan
bahwa : “Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya
disingkat STRB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Pemerintah kepada Bidan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”.
Sementara itu pada Bab 2 Tentang Perizinan, Bagian Kedua
Tentang STRB, disebutkan dalam ayat 1 sampai ayat 4 bahwa :
(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat
melakukan praktik keprofesian.

18
(2) STRB sebagaimana dimasud pada ayat (1) diperoleh
setelah Bidan memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan peraturan peundang-undangan.
(3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
selama 5 tahun.
(4) Contoh STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Begitu pula pasal 4 menyatakan bahwa : “STRB yang telah
habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketetuan perundang-undangan”.
2. Sertifikasi, berupa ijazah pendidikan formal maupun pendidikan tidak
formal, terdiri dari pelatihan dan seminar.
Berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2017 pada Bab 1
tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa : “bidan
adalah perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Sementara itu, pada Bab 2 tentang Perizinan, Bagian Kesatu tentang
Kualifikasi Bidan pasal 2, disebutkan bahwa : “Dalam menjalankan
praktik kebidanan, Bidan paling rendah memiliki kualifikasi jenjang
pendidikan diploma tiga kebidanan”
Peraturan mengenai sertifikat kompetensi kebidanan tercantum
dalam pasal 3 ayat 2.
3. Sementara itu lisensi yang berupa SIPB masih dalam proses
perpanjangan.
Peraturan tentang SIPB ini tercantum dalam Permenkes No. 28
Tahun 2017 dimulai dari pasal 5 sampai dengan pasal 14. Berikut
garis besar dari setiap pasal tersebut :
a. Pasal 5 : Bidan wajib memiliki SIPB, berlaku selama STR
masih berlaku dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan

19
b. Pasal 6 : Bidan hanya dapat memiliki 2 SIPB.
c. Pasal 7 : Instansi pemberi ijin SIPB.
d. Pasal 8 : Pernyaratan permohonan pengajuan SIPB.
e. Pasal 9 : Jangka waktu permohonan sampai pengeluaran
SIPB.
f. Pasal 10 : Hal-hal yang menyebabkan SIPB tidak berlaku.
g. Pasal 11 - 12 : Mengatur perizinan untuk Bidan dari Negara
asing.
h. Pasal 13 : Mengatur perizinan untuk Bidan lulusan luar
negeri.
i. Pasal 14 : Kewajiban pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk hanya memperkerjakan Bidan dengan SIPB.
Berdasarkan hasil wawancara kepada narasumber, diperoleh
data bahwa narasumber memiliki 2 SIPB. SIPB 1 diperuntukan di
Puskesmas tempat narasumber bekerja dan SIPB 2 diperuntukan
untuk praktek mandiri bidan. Jangka waktu permohonan sampai
pengeluaran SIPB ternyata tidak sesuai dengan apa yang disebutkan
dalam Permenkes No. 28 Tahun 2017 pasal 9, yakni 14 hari. SIPB 1
didapatkan narasumber 30 hari setelah pengajuan permohonan,
sementara SIPB 2 belum narasumber dapatkan padahal sudah lebih
dari 60 hari semenjak pengajuan permohonan.
Wawancara mendalam kepada narasumber diperoleh jawaban
bahwa hal ini bisa disebabkan belum dilakukan visitasi oleh instansi
terkait terhadap praktik mandiri narasumber. Sebagaimana disebutkan
bahwa SIPB 2 diperuntukan bagi praktek mandiri bidan.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek legal dalam pelayanan kebidanan adalah penggunaan norma hukum
yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber hukum
yang utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan kebidanan dalam upaya
kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan,pengobatan dan pemulihan yang
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Aspek legal pelayanan
kebidanan meliputi sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan
kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Permenkes No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan merupakan sumber hukum aspek legal pelayanan kebidanan yang
sekarang berlaku di Indonesia. Registrasi praktik bidan aplikasinya berupa
Surat Tanda Registrasi (STR) Bidan, Sedangkan lisensi praktik kebidanan
aplikasinya berupa Surat Ijin Praktik Kebidanan (SIPB). Alur dan prosedur
Pengajuan SIPB sebelumnya telah diatur dalam Permenkes No.1464 tahun
2010. Namun, Pada saat Permenkes No. 28 Tahun 2017 ini mulai berlaku,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Berdasarkan observasi terhadap Praktik Mandiri Bidan N, diperoleh
hasil bahwa Bidan N telah mengamalkan aspek legal dalam pelayanan
kebidanan sesuai dengan Permenkes No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.

B. Saran
Sebagai bidan, kita harus memperhatikan, menghayati dan mengamalkan
aspek legal dalam praktek kebidanan agar kita dapat menjalankan tugas sesuai
dengan peraturan pemerintah dan standar praktek kebidanan, serta terhindar
dari segala bentuk pelanggaran.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Arimbi, Diah, 2014, Etikolegal Kebidanan.Pustaka Rihama: Yogyagkarta

AS, Wahyuni, 2011, Etika Profesi Bidan, Universitas Sumatra Utara. Di akses 23-

8-2018

Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone,1997, Fundamental Of Nursing

Care, ThirdEdition, 2002. by Lippicot Philadelpia, New York.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017. Izin

dan Penyelenggaran Praktik Bidan.IBI:Jawa Barat

Purwoastuti,Endang. Elisabeth Siwi Walyani. 2015. Etikolegal Dalam Praktik

Kebidanan. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.

Kemenkes RI.2015. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Kemenkes RI:

Jakarta

Marimba, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik ProfesiKebidanan. Mitra Cendikia

Tajmiati, Atit. Kh Endah Widhi Astuti. Emy Suryani. 2016. Konsep Kebidanan

dan Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Kemenkes RI BPPSDM:Jakarta

Wahyuningsih, Heni Puji.2008. Etika ProfesiKebidanan. Fitramaya; Yogyakarta.

Perundang-undangan
RI, UUD 1945
RI, UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
RI, UU No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan RI, Permenkes
RI Nomor 1464/ Menkes/ Per/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelelenggaraan
Praktik Bidan RI, Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
RI, Kepmenkes No.369/ Menkes SK/ III/ 2007 Tentang Standar Profesi Bidan

iii
Lampiran
Perihal : Permohonan Surat Izin Praktik
Bidan (SIPB)
Kepada Yth,
Kepala Instansi Pemberi Izin
Kabupaten/Kota..............
Di
.....................................
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama Lengkap : .............................................................................
Alamat : .............................................................................
Tempat/Tanggal lahir : ..............................................................................
Jenis Kelamin : ..............................................................................
Tahun Lulusan : ..............................................................................
Nomor STRB : ..............................................................................
Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik
Bidan (SIPB) pada ................. (sebut nama fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat
praktik, dan alamat).
Sebagai bahan pertimbangan bersama ini dilampirkan:
j. fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
k. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
l. surat pernyataan memiliki tempat praktik;
m. surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat
Bidan akan berpraktik;
n. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm sebanyak 3
(tiga) lembar;
o. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat;
dan
p. rekomendasi dari Organisasi Profesi.

Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.


........................................201.....
Yang memohon,
( ................................................)

iv
KOP ....... (INSTANSI PEMBERI IZIN) KABUPATEN/KOTA*
SURAT IZIN PRAKTIK BIDAN(SIPB)
Nomor ...
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ... tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala ......
kabupaten/kota ...... (Instansi Pemberi Izin) memberikan izin praktik kepada:
(Nama Lengkap)
Tempat/tanggal lahir : ...............................................................................
Alamat : …............................................................................
Nomor STRB : ...............................................................................
Untuk menjalankan praktik sebagai Bidan di … (tempat dan alamat lengkap tempat
praktik).
Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) ini berlaku sampai dengan tanggal ... (sesuai
pemberlakuan STRB).
Dikeluarkan di .................................................
Pas Foto
Pada tanggal ....................................................
4x6
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ...............
Kepala ... (Instansi Pemberi Izin) Kabupaten/Kota .....
(.............................)
Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ...;
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ...;
3. Ketua Organisasi Profesi Bidan Cabang ...; dan
4. Pertinggal.

Anda mungkin juga menyukai