UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
TUGAS PENDAHULUAN
OLEH :
YOUNDREE RUDY MANGALUK
D061171507
GOWA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relative serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan
sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi atau litostratigrafi, kandungan fosil
atau biostratigrafi, dan umur relative maupun absolutnya atau kronostratigrafi.
Stratigrafi digunakan untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Prinsip
Stratigrafi merupakan ilmu yang digunakan sebagai dasar penamaan segala sesuatu
yang menyangkut tentang pembagian batuan sedimen di muka bumi ini.
Vulkanostratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari urutan dari rekaman kegiatan
vulkanik dengan pemahaman satuan vulkanostratigrafi, yaitu satuan – satuan lapisan
yang terpetakan terdiri dari batuan vulkanik yang terbentuk di darat (subaerial) atau
di dalam air (subaqueous) oleh proses – proses vulkanik yang penentuannya
berdasarkan sumber, jenis litologi dan genesanya (Sutikno Bronto, 1996). Batuan
gunungapi merupakan hasil kegiatan gunungapi secara langsung (primer) maupun
tidak langsung (sekunder). Kegiatan secara langsung merupakan proses keluarnya
magma ke permukaan bumi (erupsi) berupa letusan (eksplosi) dan lelehan (efusi) atau
proses yang berhubungan. Kegiatan tidak langsung (sekunder) adalah proses yang
mengikuti kejadian primer.
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan
sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita
pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan (Allen,D. 1976).
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-19.
Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan
batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi).
Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang
terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena
banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-
beda maka dapat dibuat perbandingan antara satutempat ke tempat lainnya pada suatu
wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian Willian
Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk periode-periode geologi
tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil
pengamatan William Smith dan kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang
susunan, hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi
(Allen,D. 1976).
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu
kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata “grafi” yang
berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya gambar atau lukisan. Dengan
demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu pemerian
lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa)
macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu (Allen,D. 1976).
2.2 Satuan Vulkanostratigrafi
Vulkanostratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari urutan dari rekaman
kegiatan vulkanik dengan pemahaman satuan vulkanostratigrafi, yaitu satuan – satuan
lapisan yang terpetakan terdiri dari batuan vulkanik yang terbentuk di darat
(subaerial) atau di dalam air (subaqueous) oleh proses – proses vulkanik yang
penentuannya berdasarkan sumber, jenis litologi dan genesanya (Sutikno Bronto,
1996).
Satuan morfostratigrafi merupakan penggolongan stratigrafi dengan
penglompokan batuan menurut berbagai cara untuk mempermudah hubungan lapisan
satu terhadap lapisan lain. Penggolongan stratigrafi berdasarkan kenampakan
morfologinya, bentang alam dari endapan maupun batuan gunung api dari berbagai
fase erupsi secara berturut – turut akan saling tindih menindih, sehingga mempunyai
nilai stratigrafi.
Sebagai satuan dasar konsep satuan morfostratigrafi adalah Morfoset (morphocet
:morphological dan facet). Morfoset adalah suatu bentang alam yang tersusun dari
suatu endapan atau komplek endapan gunungapi hasil dari erupsi tufa seerupsi, yang
mempunyai ciri-ciri bentang alam tertentu, yang dapat dibedakan dengan bentang
alam yang tersusun dari suatu endapan atau komplek endapan gunung api hasil erupsi
atau fase erupsi sebelumnya, sesudah nya atau system gunung api lainya.
Jika suatu morfoset tersusun dari suatu komplek batuan seperti lava, breksi
atau tuff, dan apabila setiap batuan tersebut secara sendiri memiliki bentang alam
tertentu yang bias dibedakan satu dengan lainnya, maka bentang alam dari setiap
batuan tersebut dinamai Morfonit (morphonit :morfological unit). Jadi morfonit
merupakan bagian dari morfoset, yaitu suatu bentang alam yang mencirikan suatu
batuan tertentu dan biasanya dibedakan satu dengan yang lainya.
Gabungan dari beberapa morfoset yang membentuk bentang alam tertentu
dinamakan Morfotem (morphotem : morphological sistem). Morfotem adalah suatu
bentang alam yang dihasilkan oleh suatu rangkaian proses atau system gunungapi.
Satuan volkanostratigrafi adalah satuan-satuan lapisan yang terpetakan yang
terpetakan terdiri dari batuan vulkanik yang terbentuk di darat (subaerially) atau di
dalam air (subaqueously) oleh proses vulkanik.
Gambar 2.4 .Pembagian fasies gunung api menjadi fasies sentral, fasies proksimal, fasies
medial, dan fasies distal beserta komposisi batuan penyusunnya (Bogie & Mackenzie, 1998).
Fasies sentral merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi kepermukaan.
Oleh sebab itu daerah ini dicirikan oleh asosiasi batuan beku yang berupa kubah lava
dan berbagai macam batuan terobosan semi gunung api (subvolcanic intrusions)
seperti halnya leher gunung api (volcanic necks), sill, retas, dan kubah bawah
permukaan (cryptodomes). Batuan terobosan dangkal tersebut dapat ditemukan pada
dinding kawah atau kaldera gunungapi masakini, atau pada gunung api purba yang
sudah tererosi lanjut. Selain itu, karena daerah bukaan mulai dari conduit atau
diatrema sampai dengan kawah merupakan lokasi terbentuknya fluida hidrotermal,
maka hal itu mengakibatkan terbentuknya batuan ubahan atau bahkan mineralisasi.
Apabila erosi di fasies sentral ini sangat lanjut, batuan tua yang mendasari batuan
gunung api juga dapat tersingkap.
Fasies proksimal merupakan kawasan gunungapi yang paling dekat dengan
lokasi sumber atau fasies pusat. Asosiasi batuan pada kerucut gunungapi komposit\
sangat didominasi oleh perselingan aliran lava dengan breksi piroklastik da
aglomerat. Kelompok batuan ini sangat resistan, sehingga biasanya membentuk
timbulan tertinggi pada gunungapi purba.
Fasies medial, karena sudah lebih menjauhi lokasi sumber, aliran lava dan
aglomerat sudah berkurang, tetapi breksi piroklastik adan tuf sangat dominan, dan
breksi lahar juga sudah mulai berkembang.
Sebagai daerah pengendapan terjauh dari sumber, fasies distal didominasi
oleh endapan rombakan gunungapi seperti halnya breksi lahar, breksi fluviatil,
konglomerat, batupasir, dan batulanau. Endapan primer gunungapi di fasies ini
umumnya berupa tuf. Ciri-ciri litologi secara umum tersebut tentunya ada
kekecualian apabila terjadi letusan besar sehingga menghasilkan endapan aliran
piroklastika atau endapan longsoran gunungapi yang melampar jauh dari sumbernya.
Pada pulau gunungapi atau pungunung api bawah laut, di dalam fasies distal ini
batuan gunung api dapat berselang-seling dengan batuannon gunungapi, seperti
halnya batuan karbonat.
Batas satuan batuan/endapan gunungapi adalah sentuhan antara dua satuan atau
lebih yang berlainan, dibedakan berdasarkan sumber erupsi, ciri batuan/endapan
genesa, daur letusan atau waktu kejadiannya.Sentuhan antara dua satuan dapat berupa
bidang horizontal, miring atau tegak dan perubahannya dapat tegas maupun
berangsur.Satu atau lebih satuan batuan/endapan gunungapi dapat dihasilkan oleh
satu letusan (monogenetik) atau beberapa peristiwa letusan (poligenetik) (Sandi
Stratigrafi, 1996).
Batas daerah hukum (geografi) tidak dapat dipergunakan sebagai batas
berakhirnya penyebaran satuan batuan/endapan gunungapi. Sebaran lateral satuan
stratigrafi gunungapi dapat berupa jangkauan tubuh gunungapi atau benturan dengan
satuan lainnya, baik secara stratigrafis maupun struktur.
f) Gumuk gunungapi, merupakan bagian dari khuluk yang terbentuk sebagai hasil
suatu erupsi pada tubuh gunungapi tersebut, baik sebagai hasil erupsi pusat
gunungapi. Batas sebaran lateral suatu gumuk gunungapi tidak melampaui batas
lebih titik erupsi yang membentuk satu tubuh gunungapi. Khuluk gunungapi
dan lazimnya dapat dipetakan dengan skala 1:50.000 atau lebih besar.
endapan/batuan gunungapi hasil letusan yang terdiri dari dua atau lebih khuluk
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode
1. Batas Satuan Batuan
Pada problem set diberikan peta yang memuat kedudukan batuan di tiap stasiun.
Hal yang pertama kali dilakukan adalah mewarnai simbol litologi di setiap stasiun.
Setelah itu melakukan penarikan batas satuan batuan dengan berlandaskan hukum V.
Perhatikan pula garis kontur yang ada, dimana bila kedudukan batuan yang
garis kontur. Perlu diingat bahwa umumnya dip selalu mengarah ke batuan yang
berumur lebih muda, maka dalam penarikan batas satuan batuan selalu
memperhatikan lekukan garis apakah cembung atau cekung. Lekukan garis yang
cekung menunjukkan batuan tersebut lebih tua atau ditindih oleh batuan yang lebih
muda, sedangkan bila lekukan garis yang cembung menunjukkan batuan tersebut
2. Garis Sayatan
Untuk membuat garis sayatan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain
adalah garis sayatan harus tegak lurus dengan strike atau sejajar dengan kemiringan
batuan, garis sayatan harus melewati semua litologi (jika tidak melewati semua
litologi dapat membuat garis sayatan tambahan), garis sayatan pertama adalah sayatan
A-B sedangkan yang kedua adalah C-D, garis sayatan harus mewakili ketebalan
semua litologi.
3. Penampang Geologi
Untuk membuat penampang geologi terlebih dahulu kita harus mengoreksi dip tiap
kedudukan batuan, hal ini dimaksudkan untuk memastikan nilai dip yang
sesungguhnya. Pertama perpanjang garis strike hingga memotong garis sayatan. Dari
Sudut terkecil itulah yang disebut dengan sin bearing (sin β).
menggunakan kertas kosong. Nilai garis kontur yang ada kemudian dibuatkan
penampang geologi sesuai dengan nilai ketinggian pada kertas grafik. Titik
4. Ketebalan
5. Kolom Stratigrafi
butir dan struktur sedimen, litologi, pemerian, dan lingkungan pengendapan .pada
kolom masing-masing.
6. Sejarah Geologi
pengendapan.
Membuat arah
lintasan
Menghitung koreksi
DIP
Menghitung jarak
datar dan beda
tinggi
Membuat
penampang profil
lintasan
Menghitung
ketebalan lapisan
Membuat
penampang
stratigrafi terukur
Adapun alat dan bahan yang digunakan demi kelancaran Praktikum Penampang
Stratigrafi Terukur antara lain :
1. Alat Tulis Menulis
2. Milimeter Block
3. Kalkulator
4. Pensil Warna
5. DoubleTip
6. Busur Derajat
7. Penggaris
DAFTAR PUSTAKA