TINJAUAN TEORI
2. Persayaratan MOW
Persyaratan secara umum yang harus dilakukan agar bisa menjadi akseptor
kontrasepsi MOW, yaitu :
a. Sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang
cara cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap
serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini
b. Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan
harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang
kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun
c. Kesehatan
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat
memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau
kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap.
Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan
apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang
tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi mantap antara lain ibu
yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul, obesitas
berlebihan dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sedang hamil.
3. Keuntungan MOW
Menurut Pinem (2009) ada beberapa keuntungan dari MOW antara lain,
yaitu:
1. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
2. Permanen.
3. Tidak mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui.
4. Tidak dipengaruhi faktor senggama.
5. Baik bagi klien dimana kehamilan menjadi resiko yang serius.
6. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
7. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
8. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual ( tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium).
4. Kerugian MOW
Beberapa kerugian dalam penggunaan MOW, yakni : pasangan harus
mempertimbangkan sifat permanen dari metode kontrasepsi ini, pasien
dapat menyesal dikemudian hari, resiko komplikasi kecil (meningkat apabia
digunakan anastesi umum), rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka
pendek setelah tindakan, tidak melindungi diri dari IMS dan HIV/AIDS.
(Meilani dkk, 2010)
5. Kontraindikasi MOW
Menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani
MOW yaitu:
1. Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
2. Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan
atau dikontrol
4. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa
depan
5. Belum memberikan persetujuan tertulis.
6. Pelaksanaan MOW
Pelaksanaan MOW dapat dilaksanakan pada :
1. Setiap waktu selama siklus haid, bila diyakini akseptor tidak hamil.
2. Hari ke-6 hingga hari ke-13 siklus haid (fase proliferasi).
3. Pascapersalinan
Minilap, dalam 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
Sedanglan laparoskopi, tidak tepat untuk akseptor pascapersalinan.
4. Pascakeguguran
Triwulan pertama dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ditemukan
infeksi pelvis untuk minilap dan laparoskopi, triwulan kedua dalam
waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvis (untuk minilap saja).
7. Mekanisme MOW
Menurut Proverawati dkk (2010) mekanise dari MOW atau tubektomi
dapat dibagi berdasarkan atas :
1. Saat operasi :
a. Paska keguguran
Paska persalinan atau masa interval, dimana dianjurkan 24 jam atau
selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin.
2. Cara mencapai tuba : Laparatomi, Laparatomi mini, dan
laparoskopi.
3. Cara penutupan tuba :
a . Pomeroy
Tuba dijepit pada pertengahannya, kemudian diangkat sampai
melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai catgut biasa no. 0 atau
no. 1. Lipatan tuba kemudian dipotong di atas ikatan catgut tadi.
b . Kroener
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari
jepitan diikat dengan sehelai benang sutera, atau dengan catgut yanng
tidak mudah direabsorbsi. Bagian tuba distal dari dari jepitan dipotong
(fimbriektomi).
c . Irving
Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung
potongan diikat dengan catgut kromik no. 0 atau 00. Ujung potongan
proksimal ditanamkan didalam miometrium dinding depan uterus.
Ujung potongan distal ditanamkan di dalam ligamentum latum.
d . Pemasangan cincin falope
Pemasangan cincin falope dengan aplikator, bagian isthmus tuba
ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut. Sesudah
terpasang lipatan tuba tampak keputih- putihan oleh karena tidak
mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotik.
8. Keterbatasan
Keterbatasan dalam menggunakan kontrasepsi mantap (Noviawati
dan Sujiyati (2009) yaitu antara lain:
1. Peluang kecil untuk memiliki anak kembali
2. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat
dipulihkan kembali.
3. Klien dapat menyesal dikemudian hari
4. Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
5. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
6. Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis
ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.
7. Tidak melindungi dari IMS, HIV/AIDS
9. Pra-Operasi MOW
Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum tindakan operasi tubektomi
antara lain :
1. Konseling perihal kontrasepsi dan menjelaskan kepada klien bahwa ia
mempunyai hak unutk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur
dilakukan.
2. Menanyakan riwayat medis yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan
operasi atau anestesi antara lain : penyakit- penyakit pelvis, pernah
mengalami operasi abdominal/pelvis, riwayat diabetes mellitus, riwayat
penyakit paru-paru contohnya asthma, pernah mengalami problem
dengan anestesi, penyakit-penyakit perdarahan, alergi, dan pengobatan
yang dijalani saat ini.
3. Pemeriksaan fisik
Kondisi-kondisi yang memungkinkan dapat mempengaruhi keputusan
pelaksanaan operasi atau anestesi.
4. Pemeriksaan laboratorium sperti pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan urine dan pap smear.
5. Informed consent harus diperoleh
Standard consent form harus ditandatangani oleh suami atau isteri dari
calon akseptor sebelum prosedur dilakukan. Umumnya penandatanganan
dokemen Informed consent dilakukan setelah calon akseptor dan
pasangannya mendapatkan konseling. Dokumen juga dapat
ditandatanganin oleh saudara atau pihak yang bertanggungjawab atas
klien apabila klien kurang paham atau kurang kompeten secara kejiwaan.
Apabila calon akseptor buta huruf, maka dapat memberikan cap
jempolnya disertai seorang saksi yang tetap harus ikut menandatanganin
dokumen tersebut yang menyatakan bahwa calon akseptor tersebut telah
diberi penjelasan lisan mengenai kontrasepi.
C. Laparoskopi
Laparoskopi merupakan gabungan dari dua tindakan yaitu laparoskopi dan
oklusi tuba fallopi (Hanafi, 2010). Laparoskopi adalah suatu pemeriksaan
endoskopik dari bagian dalam rongga peritoneum dengan alat laparoskop yang
dimasukkan melalui dinsing anterior abdomen. Laparoskopi digunakan untuk
diagnostic Non-chirurgis seperti infertilitas, second look pada karsinoma
ovum dan lain-lain. Diagnostik chirurgis seperti biopsi, aspirasi cairan, punki
folkuler cyst. Therapeutik chirurgis seperti kontrasepsi mantap wanita,
salpingolisis, koagulasi endometrosis. Berikut adalah prosedure laparoskopi :
a. Persiapan pre operatif
1) Pengosongan kandung kemih
2) Rambut pubis tidak perlu dicukur
b. Pemberian neurolept analgesia dan anastesi lokal
c. Insisi transversal 1-1,5 cm yang superfisial dari dinding kulit abdomen
pada pinggir bawah umbilikus atau sub umbilikal.
d. Pneumo peritoneum
Dimasukkan gas sejumlah 1- 3,5 liter dengan janrum Verres atau jarum
Tuohy melalui luka insisi superfisial tersebut.
e. Trocar dengan tabungnya distusukkan melalui luka insisi suoerfisial tadi
dengan arah kaudal, trocar dikeluarkan dan laparoskop dimasukkan.
f. Dalam posisi trendelenburg, dilakukan manipulasi uterus dengan cannula
khusus/ elefator uterus dan dilakukan oklusi tuba fallopi dengan cara
koagulasi, koagulasi + pemisahan atau pemotongan, koagulasi +
pemisahan atau pemotongan + pengangkatan suatu segmen dari tuba
fallopi, fallope ring atau dengan clips
g. Laparoskop dikeluarkan, gas di dalam rongga abdomen dikeluarkan
melalui tabung trocar, tabung trocar dikeluarkan, sisa sisa gas dikeluarkan
melalui luka insisi
h. Luka insisi ditutup.