Anda di halaman 1dari 33

1

husnunnisaabbas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar

atau rektum relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan

rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal

di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan

bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara

ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih

besar dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai

dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55

tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga

mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip.

Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun

terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah

menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens

meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya,

kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya,

meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan

diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di

bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena

terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan


2

orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan

kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada

kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.

Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui,

tetapi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat

kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus

inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah

serat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kanker rektum?

2. Bagaimana etiologi kanker rektum?

3. Bagaimana manifestasi klinis yang ditemukan pada klien dengan

kanker rektum?

4. Bagaimana patofisiologi kanker rektum?

5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic kanker rektum?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker rektum?


3

C. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan umum

Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan

keperawatan masalah pencernaan dengan kanker rektum.

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui dan memahami pengertian kanker rektum

b) Mengetahui dan memahami etiologi kanker rektum

c) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat

ditemukan pada klien dengan kanker rektum

d) Mengetahui dan memahami patofisiologi dari kanker rektum

e) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic dari

kanker rektum

f) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari kanker

rectum

g) Mengetahui dan memahami komplikasi dari kanker rektum


4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah

rektum. Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan

pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti

yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak

terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang

sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik

lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari

polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan

tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke

dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus

sebagai cincin anular (Price and Wilson, 2006).

2. Etiologi

Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui,

tetapi faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker

kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi


5

kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat

(Brunner & Suddarth, 2001)

a. Polip di usus (Colorectal polyps)

Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon

atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun

ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker),

tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

b. Ulseratif Kolitis

Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas

untuk kanker kolon sekitar 1% dari pasien yang memiliki

riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko perkembangan kanker

pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis

dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari

ulseratif kolitis.

c. Penyakit Crohn

Pasien dengan kondisi yang menyebabkan

peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau

penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko

yang lebih besar. Pasien yang menderita penyakit

crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk menderita kanker

kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan


6

ulseratif kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul

pada penyakit crohn’s sekitar 20%. Pasien dengan struktur

kolon mempunyai insiden yang tinggi dari

adenokarsinoma pada tempat yang terjadi fibrosis.

Adenokarsinoma meningkat pada tempat strikturoplasty

menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus

dilakukan pada saat melakukan strikturoplasty. Telah

dilaporkan juga bahwa squamous sel kanker dan

adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien dengan

crohn’s disease.

d. Riwayat Kanker

Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada

pasien dengan riwayat kanker kolorektal pada keluarga

terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang

mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan

untuk menderita kanker kolorektal dua kali lebih tinggi

bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak

memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.

e. Faktor Gaya Hidup

Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun

mempunyai risiko tiga kali untuk memiliki adenokarsinoma

yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan merokok


7

lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah

kali untuk menderita adenoma. Pada berbagai penelitian

telah menunjukkan hubungan antara aktifitas, obesitas

dan asupan energi dengan kanker kolorektal. The Nurses

Health Study telah menunjukkan hubungan yang

berkebalikan antara aktifitas fisik dengan terjadinya

adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik

akan meningkatkan risiko terjadinya adenoma.

f. Diet atau Pola Makan

Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi

kalori, daging dan diet rendah serat berkemungkinan

besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan

penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak

menunjukkan adanya hubungan antara serat dan kanker

kolorektal.
8

c. Patofisiologi

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma

(muncul dari lapisanepitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi

dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal

serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas

dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling

sering ke hati). Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke

dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai

cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian

rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering

terdapat pada sekum dan kolon asendens. Kanker kolorektal dapat

menyebar melalui beberapa cara yaitu :

a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke

dalam kandung kemih.

b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon

c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan

darah ke system portal.

d. Penyebaran secara transperitoneal

e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.


9

d. Manifestasi Klinis

a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses,

baik itu darah segar maupun yang berwarna hitam.

b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak

benar - benar kosong saat BAB

c. Feses yang lebih kecil dari biasanya

d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung,

rasa penuh pada perut atau nyeri

e. Penurunan berat badan

f. Mual dan muntah

g. Rasa letih dan lesuh.

e. Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk

mendeteksi kanker rektal, diantaranya ialah :

1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma

Embrionik Antigen) danUji faecal occult blood test (FOBT)

untuk melihat perdarahan di jaringan

2. Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai

pemeriksaan skriningawal. Kurang lebih 75 % karsinoma


10

rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal,

pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak

sekitar 10 cm dari rektum, tumor akan teraba keras dan

menggaung.

3. Barium Enema yaitu Cairan yang mengandung barium

dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-

rays pada traktus gastrointestinal bawah.

4. Sigmoidoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian

dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat polip kakner

atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan

melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel

jaringan dapat diambil untuk biopsi.

5. Colonoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian

dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat polip kanker

atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan

melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel

jaringan dapat diambil untuk biopsi.

6. Biopsi Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan

diatas, biopsi harus dilakukan. Secara patologi anatomi,

adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu

sekitar 90 Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh,

biasanya lebih lunak, tetapi Suatu bentuk khas dari ulkus


11

maligna dengan tepi noduler yang menonjol Suatu bentuk

karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk

umumnya mempunyai beberapa daerah indurasi dan

ulserasi dengan suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling

sering) sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya

ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,

adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumor

7. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema

dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan

pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak filling

defect biasanya sepanjang 5 6 cm berbentuk anular atau

apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran

mukosa rusak.

f. Penatalaksanaan

1. Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan

terutama untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada

pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan pembedahan.

Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode

penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal

dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan kemoterapi.

Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai

neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant


12

chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada

pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun

sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi,

beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi

setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang

tertinggal. Tipe pembedahan yang dipakai antara lain : Eksisi

lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor

dapat dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat

abdomen. Jika kanker ditemukan dalam bentuk polip, operasinya

dinamakan polypectomy. Reseksi: jika kanker lebih besar,

dilakukan reseksi rektum lalu dilakukananastomosis juga

dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu

diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel

kanker.

2. Radiasi Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi

dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan

pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai

terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal

yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk

penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama ketika

digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang

digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan

resiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka


13

kematian sebesar 29%. Radioterapi umumnya digunakan

sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal

yang unresectable.

3. Kemoterapi Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang

tidak terbukti memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi

mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien dimana

tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang

bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini

menurunkan angka kekambuhan kira - kira 15% dan

menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10%

4. Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang

dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar)

ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara

atau permanen.
14

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Aktivitas dan istirahat

a. Data Subyektif: Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri pada

abdomen).

b. Data obyektif: Kelemahan umum lemah

2. Integritas Ego

a. Data Subyektif : Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

b. Data obyektif : Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat,

kesedihan , kegembiraan, kesulitan berekspresi diri.

3. Nyeri (kenyamanan)

a. Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.

b. Data obyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah,

ketegangan otot / fasial 8.

b. Diagnosa keperawatan

a. aktual

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan

pemasukan cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas

pembuluh darah
15

2. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma

muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus, metastase

kanker

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual / muntah

b. Resiko

1. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan

dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat

mekanisme kanker kolon.

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,

ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman

terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis

stuasi atau krisis maturasi

c. Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Kekurangan setelah dilakukan tindakan 1. Kaji


volume cairan keperawatan selama 3 x 24 pengeluaran
berhubungan jam diharapkan urinarius,
dengan keseimbangan cairan tubuh terutama
pembatasan adekuat Kriteria hasil : untuk tipe
pemasukan cairan 1. tidak ada tanda-tanda prosedur
tubuh secara oral, dehidrasi (tanda- operasi yang
pengeluaran tanda vital stabil) di lakukan
integritas 2. kualitas denyut nadi 2. Monitoring
pembuluh darah baik, turgor kulit status hidrasi
normal, membrane (kelembaban
mukosa lembab membran
mukosa, nadi
adekuat,
tekanan
darah)
3. Monitoring
masukan
16

makanan/cair
an dan hitung
intake kalori
harian
4. Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien makan
5. Kolaborasi
dengan
dokter

2. Nyeri setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-


berhubungan keperawatan selama 3 x 24 tanda vital
dengan insisi jam diharapkan pasien 2. perhatikan
pembedahan, mengatakan bahwa rasa takikardi,
trauma nyeri telah terkontrol atau hipertensi dan
muskuloskletal, hilang dengan Kriteria hasil : peningkatan
kehancuran yang 1. Pasien tampak rileks pernapasan
terus-menerus, 2. dapat beristirahat/ 3. Ajarkan teknik
metastase kanker tidur dan melakukan relaksasi
pergerakan yang
berarti sesuai
toleransi
3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji sejauh
kurang dari keperawatan selama 3x24 mana
kebutuhan tubuh jam diharapkan klien mampu ketidakadeku
berhubungan mempertahankan & atan nutrisi
dengan mual / meningkatkan intake nutrisi pasien
muntah dengan Kriteria hasil : 2. Timbang
1. klien akan berat badan
memperlihatkan sesuai
perilaku indikasi
mempertahankanatau 3. Anjurkan
meningkatkan berat makan sedikit
badan dengan nilai tapi sering
laboratorium normal 4. Tawarkan
2. klien mengerti dan minum saat
mengikuti anjuran makan bila
diet, tidak ada mual / toleran.
muntah. 5. Kolaborasi
dengan ahli
gizi
pemberian
makanan
yang
bervariasi
4. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji warna
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 dan
dengan jam diharapkan pola eliminasi konsistensi
penurunan dalam rentang yang di feses,
asupan cairan harapkan feses lembut dan frekuensi,
dan serat, berbentuk dengan Kriteria keluarnya
kelemahan otot hasil : flatus, bising
17

abdomen 1. klien akan usus dan


sekunder akibat menunjukkan nyeri tekan
mekanisme pengetahuan akan abdomen
kanker kolon. program defekasi 2. pantau tanda
yang di butuhkan gejala rupture
2. melaporkan usus.
keluarnya feses 3. Kaji faktor
dengan berkurangnya penyebab
nyeri dan mengejan konstipasi
4. Anjurkan klien
makan
makanan
tinggi serat
5. Kolaborasi
dengan
dokter
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan
berhubungan keperawatan selama 3x24 dokumentasik
dengan ancaman jam diharapkan klien mampu an tingkat
terhadap konsep mengidentifikasikan ansietas kecemasan
diri, ancaman berkurang atau terkontrol pasien
terhadap dengan Kriteria hasil : 2. Lakukan
perubahan status 1. Klien mampu pendekatan
kesehatan, mempertahankan dan berikan
ancaman penampilan peran motivasi
terhadap pola 2. Klien melaporkan kepada
interaksi dengan tidak ada gangguan pasien untuk
orang yang persepsi sensori mengungkapk
berarti, krisis 3. Klien melaporkan an pikiran dan
stuasi atau krisis tidak ada perasaan.
maturasi manisfestasi 3. Intruksi
kecemasan secara pasien
fisik menggunaka
n teknik
relaksasi
4. Kolaborasi
dengan
dokter
18

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST LAPARATOMY
HARI KE 3

A. Pengkajian Keperawatan

Tanggal Pengkajian : 03-12-2018

Tanggal masuk : 24-11-2018

Ruangan/kelas : Cendrawasih

Diagnosa masuk : Tumor Rektum

IDENTITAS

Nama : Tn.R.A.S

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Suku/bangsa : Indonesia

Bahasa : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswata

Alamat : Larat

Alamat yg mudah dihubungi :

Ditanggung oleh : BPJS


19

RIWAYAT SEBELUM SAKIT

Penyakit berat yang pernah diderita : DM, Kolestrol, Maag

Obat-obat yang biasa dikonsumsi : Metformin

Kebiasaan berobat alergi : tidak pernah

Alat bantu yang digunakan : tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluhan utama : Nyeri post laparatomy hari ke-3

Tanggal mulai sakit : kurang leih 1 tahun yang lalu

Proses terjadinya sakit : pasien mengatakan bahwa sulit BAB kurang

lebih 1 tahun yang lalu. Pada saat BAB yang

keluar adalah lendir, sehingga pasien

melakukan pengobatan di makassar namun

belum diketahui penyakit yang dialami. Kurang

lebih 6 bulan terakhir pasien merasakan nyeri

pada perut bagian bawah menjalar sampai ke

bagian belakang. Pada bulan November pasien

dibawa oleh keluarga ke RSUD. Dr. P. P

Maghreti yang kemudian dirujuk ke RSUD. Dr.

M. Haulussy Ambon pada tanggal 24-11-2018

dirawat di IGD selanjutnya dipindahkan ke

ruangan Cendrawasih dan pada tanggal 30-11-

2018 dilakukan operasi.


20

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Genogram

: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal

: Pasien

..... : Tinggal serumah

Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga :

Penyakit yang sedang diderita anggota keluarga :


21

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING) :

Bentuk dada : simetris

Batuk : tidak ada

Sputum : tidak ada

Nyeri waktu bernafas : tidak ada

Frekuensi nafas :28x/m

Bunyi nafas : vesikuler

Pergerakan dada : intercostal

CARDIOVASKULER (B2: BLEEDING) :

Nadi : 80x/m

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Bunyi jantung : normal

Pembesaran jantung : tidak ada

Nyeri dada : tidak ada

Edema : tidak ada

Clubing finger : tidak ada

PERSARAFAN (B3: BRAIN)

Tingkat kesadaran : compos mentis

GCS : E:4 V:6 M:5,

Total GCS : 5

Refleks : normal
22

Koordinasi gerak : terbatas

Kejang : tidak ada

PENGINDRAAN (Persepsi Sensori) :

Mata (penglihatan)

Bentuk bola mata : normal

Pupil : iskor

Visus : menggunakan alat bantu penglihatan

Gerak bola mata : normal

Medan penglihatan : normal

Buta warna : tidak ada

Hidung (penciuman)

Bentuk : normal

Gagguan penciuman : tidak

Telinga (pendengaran)

Aurikel : normal

Membran tympani : terang

Gangguan pendengaran : tidak ada

Tinitus : tidak ada

Perasa : normal

Peraba : normal
23

PERKEMIHAN ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)

Masalah kandung kemih : terpasang kateter

Produksi urin : 700 cc/hari (jam 07.00-13.00 WIT)

Frekuensi : terpasang kateter jadi tidak diketahui

frekuensinya

Warna : kuning jernih

Bau : amoniak

PENCERNAAN ELIMINASI ALVI (B5 : BOWEL)

Mulut dan tenggorokan

Selaput lendir : lembab

Lidah : bersih

Kebersihan rongga mulut : tidak berbau

Tenggorokan : tidak ada

Abdomen : kenyal

Nyeri : pada luka operasi yaitu sepanjang luka

pembedahan dari bawah prosesus xipoideus

sampai 3 jari dibawah umbilikus. P : post

laparatomy, Q : tertusuk-tusuk, R : pada

abdomen area laparatomy, S : 5

(sedang), nyeri bertambah apabila bergerak,

T : 3-4 m (hilang timbul)


24

Keadaan luka : terdapat pus yang erwarna pada luka operasi antara

prosesus xypoideus dan bagian bawah umbilikus

Pembedahan hepar : tidak ada

Pembesaran lien : tidak ada

Masalah usus besar dan rectum/anus

: lewat colostomi

Konsistensi : cair

Warna : hijau

OTOT TULANG DAN INTEGUMENT (B6 : Bone)

Otot dan tulang

Kemampuan pergerkan sendi lengan dan tungkai (ROM)

Fraktur : tidak ada

Dislokasi : tidak ada

Heamatom : tidak ada

Integument

Warna kulit : sawo matang

Akral : hangat

Turgor : elastik
25

Reproduksi

Laki-laki

Bentuk : normal

Kebersihan alat kelamin : bersih dan terpasang kateter

No. Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit


1 Nutrisi Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : 3x/hari
Makan Jenis : nasi, ikan, Jenis : saring
sayur
Minum Frekuensi : 4-6x/hari Frekuensi : 3-4x/hari
Jenis : air putih, Jenis : air putih
minuman bersoda
2 Eliminasi
BAK 3-5X/hari Terpasang kateter
BAB 1x/hari
3 Kebersihan diri
Mandi 3x/hari Lap badan 2x/hari
Keramas 2x/minggu Tidak pernah
Sikat gigi 2x/hari 1x/hari
Memotong kuku 1x/minggu Tidak pernah
Ganti pakaian 3x/hari 2x/hari
4 Istirahat dan
aktivitas
Tidur malam 7-8jam/hari 6-7jam/hari
Jam 21.00-06.00 Jam 22.00-05.00
Tidur siang 2-3jam/hari 1-2jam/hari
Jam 13.00-15.00 Jam 14.00-15.00
Aktivitas Membuat mebel Di tempat tidur

Psikososial

Sosial / interaksi : pasien dapat beradaptasi dengan baik; Konsep diri

: pasien ingin cepat sembuh, Spiritual :

pasien rajin berbibadah, pasien dengan

keluarga juga percaya dengan pertolongan

Tuhan pasien pasti sembuh.


26

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium Hasil Satuan Nilai rujukan


Hemoglobin 8,5 g/dL 14,0-18,0 (L), 12,0-
15,0 (P)
Hematokrit 26,9 % 40-52 (L), 37-43(P)
Eritrosit 4,71 106/mm3 3,5-5,5
Trombosit 477 103/mm3 150-400
Leukosit 11,3 103/mm3 5,0-10,00
Kimia klinik Hasil Satuan Nilai rujukan
Glukosa sewaktu 168 Mg/dL <140
Ureum 14 Mg/dL 10-50
Kroatinin 12/habis Mg/dL <7(L), <6(P)
SGOT 31 U/L <33
SGPT 37 U/L <50
Bilirubin total 0,3 Mg/dL <1,5
Bilirubin oirek 0,1 Mg/dL <0,5
Bilirubin inderek 0,2 Mg/dL <1,1

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

- Pasien mengatakan nyeri - Wajah pasien tampak meringis


P : post laparatomy kesakitan
Q : tertusuk-tusuk - Pasien tampak gelisah
R : pada abdomen area laparatomy - Pasien tampak lemas
S : 5 (sedang), nyeri bertambah apabila - Bb pasien
bergerak sebelum sakit : 69kg
T : 3-4m (hilang timbul) saat sakit : 65kg
- Gelisah - Tampak pus berwarna coklat
- Lemas kental yang keluar dari tempat
- Berat badan turun oprasi
- Tidak kenyang denga makanan yang - Pus berbau, jumlah 13cc
diberikan - Leukosit 11,300

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Agen cedera fisik Nyeri akut


- pasien mengatakan (terputusnya kontinitas
nyeri jaringan)
P : post laparatomy
Q : tertusuk-tusuk
R : pada abdomen area
laparatomy
S : 5 (sedang), nyeri
bertambah apabila
bergerak
27

T : 3-4m (hilang timbul)


- Pasien mengatakan
merasa gelisah
DO :
- Wajah pasien tampak
meringis kesakitan
- Pasien tampak
gelisah
DS : Pembantasan nutrisi Ketidakseimbangan nutrisi
- Pasien mengatakan kurang dari kebutuhan
sering merasa tubuh
Tidak kenyang
dengan makanan
yang diberikan
- Pasien mengatakan
berat badan turun
- Pasien tampak lemas
DO :
- Pasien tampak lemas
- Bb : sebelum sakit
69kg, saat sakit 65kg
DS : Penyebaran infeksi Resiko Infeksi
DO :
- Tampak pus berwarna
coklat kental yang
keluar dari tempat
oprasi
- Pus berbau, jumlah
13cc
- Leukosit 11,300

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (terputusnya

kontinitas jaringan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pembatasan nutrisi

3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyebaran infeksi


28

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tgl Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil intervensi
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Observasi
dengan agen cedera fisik tindakan keperawatan reaksi
(terputusnya kontinitas selama 1x8 jam pasien nonverbal dan
jaringan) akan menunjukan nyeri ketidaknyamana
berkurang dengan kriteria n
hasil : 2. Lakukan
1. Menyatakan rasa pengkajian nyeri
nyaman setelah nyeri secara
berkurang komprehensif
2. Melaporkan bahwa 3. Atur posisi
nyeri berkurang pasien
dengan menggunakan senyaman
manajemen nyeri mungkin
3. Mampu mengenali 4. Ajarkan teknik
nyeri non farmakologi
5. Kolaborasi
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan kemampuan
kebutuhan tubuh selama 1x8 jam pasien pasien untuk
berhubungan dengan akan menunjukan
mendapatkan
pembatasan nutrisi kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria nutrisi yang
hasil : ditentukan
1. Adanya peningkatan 2. Monitor jumlah
berat badan sesuai nutrisi dan
dengan tujuan kandungan
2. Mampu kalori
mengidentifikasikan
3. Berikan
kebutuhan nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda makanan yang
mallnutrisi terpilih
Tidak terjadi 4. Bb pasien
penurunan berat dalam batas
badan yang berarti normal
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi

Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda


berhubungan dengan tindakan keperawatan dan gejala
penyebaran infeksi selama 1x8jam pasien infeksi
akan menunjukan tanda 2. Monitor
dan gejala infeksi dengan ketentuan
29

kriteria hasil : terhadap infeksi


1. Pasien bebas dari 3. Cuci tangan
tanda dan gejala sebelum dan
infeksi sesudah
tindakan
2. Menunjukan
keperawatan
kemampuan untuk 4. Pertahankan
mencegah timbulnya teknik aspesis
infeksi pada pasien
Jumlah leukosit dalam yang beresiko
batas normal 5. Ajarkan cara
menghindari
infeksi

TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Tanggal/jam Tindakan keperawatan Ttd


Dx
1 03-12-2018 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
09.00 komperhensif
Hasil : pasien mengatakan nyeri, tampak
gelisah
2. Menganjurkan teknik relaksasi nafas
dalam
Hasil : pasien mampu melakukannya
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
Hasil : pasien merasa nyaman
2 03-12-2018 1. Mengkaji kemampuan pasien untuk
09.40 mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Hasil : pasien tidak mampu
menghabiskan makaan
2. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan
nutrisi
Hasil : nutrisi tidak terpenuhi
3 04-12-2018 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
13.00 Hasil : terhindar dari gejala infeksi
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
Hasil : pasien mampu melakukannya
3. Mengajarkan pasien dan keluarga cara
menghindari infeksi
Hasil : untuk mencegah perkembangan
virus yang menyebabkan infeksi
30

EVALUASI
No.Dx Tanggal/jam Evaluasi
1 03-12-2018 S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
09.30 skala 4 (sedang)
O : K/U lemas
A : nyeri akut belum teratasi
P : intervensi 1 – 3 dilanjutkan
2 03-12-2018 S : pasien mengatakan makanannya tidak
10.00 dihabiskan
O : pasien tampak rtidak menghabiskan
makanannya
A : kebutuhan nutrisi belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
3 05-12-2018 O : masih terdapat pust pada luka laparatomy
13.30 A : masalah belum teratasi
P : intervensi 1 – 3 dilanjutkan

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi

4-12-2018 1. Melakukan S : pasien mengatatakan nyeri


09.30 pengkajian nyeri berkurang skala 2 (ringan)
secara komperhensif O : K/U membaik
Hasil : pasien A : nyeri akut teratasi
mengatakan nyeri, P : intervensi dihentikan
2. Menganjurkan teknik
relaksasi nafas
dalam
Hasil : pasien
mampu
melakukannya
3. Atur posisi pasien
senyaman mungkin
Hasil : pasien
merasa nyaman
2. 04-12-2018 1. Mengkaji S : pasien mengatakan tidak
10.00 kemampuan pasien merasa lapar
untuk mendapatkan O : pasien tampak lebih segar
nutrisi yang A : kebutuhan nutrisi terpenuhi
dibutuhkan P : intervensi dihentikan
Hasil : pasien
mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi
2. Memonitor jumlah
nutrisi dan
kandungan nutrisi
31

Hasil : nutrisi
terpenuhi
3. 05-12-2018 1. Memonitor tanda O : pus pada luka laparatomy
14.30 dan gejala infeksi berkurang
Hasil : terhindar dari A : masalah belum teratasi
gejala infeksi P : intervensi 1 dilanjutkan
2. Mencuci tangan
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
Hasil : untuk
menghindari kuman
3. Mengajarkan pasien
dan keluarga cara
menghindari infeksi
Hasil : untuk
mencegah
perkembangan virus
yang menyebabkan
infeksi
32

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebab nyata dari kanker rektum tidak diketahui, tetapi
faktor riwayat kanker kolon dalam keluarga, riwayat penyakit usus
inflamasi kronis dan diit tinggi lemak, protein dan daging serta rendah
serat. Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan
keberhasilan perawatan klien dengan kanker rektum.

B. Saran
Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi
rekan- rekan mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat
memahami mengenai penyakit KANKER REKTAL menjadi bekal
dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami
bahas ini.
33

DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwing, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing

Diagnostik Handbook, An Evidence- Based Guide to Planning Care.

11th Ed. St. Louis: Elsevier

Brunner & Suddarth, 2001. Buku saku, Pencernaan : Penerbit, EGC

Price and Wilson, 2006. Anatomi Fisiologi: Para Medis : Jakarta

Penerbit, EGC

Anda mungkin juga menyukai