Anda di halaman 1dari 2

8 Poin Penting dalam UU Jasa Konstruksi No.

2 Tahun 2017

April 16, 2017

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI akhirnya membenahi iklim usaha jasa konstruksi dengan
menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) Jasa Konstruksi menjadi undang-undang (UU) No
12 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi dalam Rapat Paripurna Ke-15 di Gedung DPR RI yang
dipimpin oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Kamis (15/12). UU Jasa Konstruksi terbaru ini
memiliki beberapa poin penting yang akan menggantikan Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor
18 Tahun 1999 yang sudah berlaku kurang lebih selama 17 tahun.

Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly saat menyampaikan Pendapat Akhir Presiden atas RUU
tentang Jasa Konstruksi dalam Sidang Paripurna mengatakan bahwa RUU tentang Jasa Konstruksi
ini telah melalui proses pembahasan yang mendalam. Dirinya juga mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam proses pembahasan RUU serta mengapresiasi
Pimpinan serta Anggota DPR RI karena telah memberikan perhatian penuh selama berlangsungnya
pembahasan RUU Jasa Konstruksi.

“Kiranya, niatan baik kita untuk kepentingan dan kemajuan bangsa-negara demi NKRI bisa terwujud
dan didukung oleh seluruh rakyat Indonesia,” katanya. Turut hadir dalam Sidang Paripurna tersebut
Sekjen Kementerian PUPR Anita Firmanti dan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Yusid Toyib
mewakili Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang tengah berada di Aceh mendampingi Presiden
RI Joko Widodo.

UU Jasa Konstruksi No 12 Tahun 2017 yang baru disahkan ini terdiri dari 14 Bab dan 106 pasal
telah melalui harmonisasi dengan peraturan sektor lain, seperti UU Nomor 11/2014 tentang
Keinsinyuran, UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, UU Nomor 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, UU Nomor 23/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan aturan terkait
lainnya.

Menurutnya, tantangan kedepan terhadap perkembangan jasa konstruksi mendorong dilakukannya


revisi RUU, mengingat industri konstruksi Indonesia yang sangat dinamis dan perlu adanya
pengaturan terhadap rantai pasok, system delivery dalam sistem pengadaan barang dan jasa serta
mutu konstruksi.

Sementara itu Ketua Komisi V DPR RI, Fary Djemy Francis mengatakan bahwa RUU Jasa
Konstruksi yang menjadi inisiatif DPR RI telah dibahas bersama pemerintah sejak 27 Februari 2016
dan pemerintah telah menyampaikan 905 Daftar Inventaris Masalah (DIM). Kemudian dilanjutkan
dengan Rapat Panitia Kerja (Panja) dan Tim Perumus (Timus) secara intensif serta menghasilkan
rumusan yang disepakati bersama pemerintah.

Substansi Penting UU Jasa Konstruksi

Yasonna menegaskan bahwa RUU Jasa Konstruksi ini tidak lagi berorientasi hanya kepada urusan
bidang PUPR tetapi mencakup penyelenggaraan pekerjaan konstruksi di Indonesia secara utuh.

Ia menyampaikan bahwa ada beberapa substansi penting dalam UU Jasa Konstruksi yang disepakati
antara Pemerintah dan DPR-RI, antara lain
1. Adanya pembagian peran berupa tanggung jawab dan kewenangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi;
2. Menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil, sehat dan
terbuka melalui pola persaingan yang sehat;
3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi melalui
kemitraan dan sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan penyelenggaraan jasa
konstruksi;
4. Lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi
melainkan mengatur rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha
penyediaan bangunan;
5. Adanya aspek perlindungan hukum terhadap upaya yang menghambat penyelenggaraan
jasa konstruksi agar tidak mengganggu proses pembangunan. Perlindungan ini termasuk
perlindungan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan
konstruksi. Pada RUU tentang Jasa Konstruksi yang baru tidak terdapat klausul
kegagalan pekerjaan konstruksi hanya ada klasul kegagalan bangunan. Hal ini sebagai
perlindungan antara pengguna dan penyedia jasa saat melaksanakan pekerjaan
konstruksi;
6. Perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia dalam bekerja di bidang jasa konstruksi,
termasuk pengaturan badan usaha asing yang bekerja di Indonesia, juga penetapan
standar remunerasi minimal untuk tenaga kerja konstruksi;
7. Adanya jaring pengaman terhadap investasi yang akan masuk di bidang jasa konstruksi;
8. Mewujudkan jaminan mutu penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan nilai-
nilai keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4).

sumber: pengadaan.web.id

Berikut UU No 12 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi bisa dibaca: detail UU Jasa Konstruksi
terbaru.

Anda mungkin juga menyukai