Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
CAMSEN ( CAMERA SENSOR )
ALAT BANTU PENDERITA TUNA NETRA
TANPA TONGKAT

BIDANG KEGIATAN:
PKM KARSA CIPTA

Diusulkan oleh:
Chalid Ahmad Aulia 135150200111141 Angkatan 2013
Siti Febrianti Romadhani 135150200111051 Angkatan 2013
Irma Pujidayanti 135150201111243 Angkatan 2013
Poltak G. Hutajulu 135150201111111 Angkatan 2013
Jawara Wahyu Al Faraday 145150400111054 Angkatan 2014

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2015

1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………….……………………………………………………………………. 1

HALAMAN PENGESAHAN ….………………..…………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………….. 3

RINGKASAN…………………………………………………………………………………………………………….. 4

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………….. 5

BAB 2 GAMBARAN UMUM DAN KAJIAN PUSTAKA………………………………………………….. 8

BAB 3 METODE PELAKSANAAN……………………………………………………………………………….. 11

BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN…………………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………. 15

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………………….. 16

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………… 16

LAMPIRAN DOSEN……………………………………………………………………………………………………. 26

LAMPIRAN JUSTIFIKASI ANGGARAN KEGIATAN………………………………………………………… 30

LAMPIRAN KERJA TIM………………………………………………………………………………………………. 33

LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN……………………………………………………………………………… 34

LAMPIRAN DESAIN ALAT …………………………………………………………………………………………. 35

3
RINGKASAN

Di Indonesia pada saat ini, kebutaan cederung meningkat. Resiko ini banyak yang dirasakan
berbagai macam orang. Banyak orang yang menderita kebutaan ini di sebabkan karena usia yang
sudah manula atau yang disebabkan oleh penyakit. Contohnya seperti penyakit katarak cenderung
menyebabkan kebutaan yang sangat banyak. Pada tahun 1990-an, angka kebutaan nasional sekitar
1,47 persen, sementara studi validasi Riskesdas Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia
(PERDAMI) tahun 2013 memperlihatkan angka kebutaan nasional sebesar 0,6 persen.
Keberhasilan penurunan angka tersebut tentu patut disyukuri dan diapresiasi, meskipun Indonesia
masih kalah dibanding angka kebutaan di Singapura (kurang lebih 0,35 persen) dan Thailand
(kurang lebih 0,4 persen), dan angka kebutaan di Indonesia sebesar 0,6 persen (antara 0,5 - 1
persen). Suhardjo menuturkan, penyebab kebutaan terbanyak berturut-turut adalah katarak,
kebutaan kornea, glaukoma dan retinopati. Untuk menurunkan angka kebutaan, lanjut Suharjo,
pelayanan pemeriksaan kesehatan mata sebaiknya ada di tingkat pusat pelayanan primer, yakni
puskesmas.
Dalam hal ini kami membuat alat aplikatif khusus untuk penderita kebutaan yang membantu
mereka untuk berjalan. Dengan alat ini bisa membantu mereka berjalan seperti layaknya orang
normal. Dengan adanya sensor di dalamnya bisa membantu orang tersebut berjalan dengan santai
tanpa harus meraba-raba untuk mengetahui apakah ada benda di depannya. Dengan CAMSEN
(Camera Sensor) ini orang yang mengalami kebutaan bisa meringankan bebannya. Tidak
merepotkan orang lain ketika dia berjalan.

Keyword : Angka kebutaan, sensor, camera

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kebutaan di Indonesia masih cukup tinggi, khususnya di Jawa Barat. Salah satu upaya
memberantas kebutaan itu, Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung pun membentuk Asosiasi
Dokter Mata Indonesia, bersamaan dengan peringatan World Sight Day 2014, yang jatuh pada
9 Oktober kemarin. Direktur Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung,
Hikmat Wangsaatmadja, SpM, Mkes, MM mengatakan, secara nasional jumlah kebutaan
mencapai 1,5% dari total penduduk. Namun di Jawa Barat angka kebutaan ini di bawah rata-
rata nasional, yakni 1,1% atau sekitar 480.000 orang. Jumlah pengidap di atas satu persen ini
dapat dikatakan tinggi. Padahal sebenarnya kasus kebutaan merupakan hal yang bisa dicegah.
Presentase kesembuhannya bahkan bisa mencapai 60% sampai 80%. Sehingga menurut
Hikmat, kasus tingginya angka kebutaan ini bukan lagi hanya masalah kesehatan tapi sudah
mencakup masalah sosial. “Masih banyak ketidaktahuan dari yang sakitnya untuk datang
memeriksakan diri, untuk datang mau berobat. Kita berantas kebutaan ini untuk
menghilangkan kemiskinan, karena orang buta tidak sekolah. Tidak bekerja ya miskin,” kata
dr. Hikmat Wangsaatmadja. Penyebab tertinggi kebutaan di Indonesia adalah katarak.
Penyebab kebutaan lainnya yaitu infeksi, kelainan refraksi, gangguan retina, dan glaucoma.
Pada umumnya kelainan mata terjadi dengan sendirinya. Meskipun ada faktor lain seperti
genetik, makanan, dan lainnya. Misalnya katarak. Kini katarak tidak hanya menyerang orang
lanjut usia dan orang dewasa, namun juga anak-anak, bahkan bayi juga bisa terserang katarak.
Namun katarak masih bisa disembuhkan. Hanya saja pemahaman sebagian besar masyarakat
mengenai penyakit katarak ini masih sangat minim. “Kurang dari tiga meter untuk melihat
kurang itu sebetulnya sudah masuk kriteria buta menurut WHO. Jadi bukan hanya yang gelap
sama sekali, bukan itu. Tapi yang penglihatannya kurang dari tiga meter itu sudah bisa
dikatakan buta.” kata dr. Mayasari Wahyu Kuntorini, SpM, Dokter Spesialis Mata. Seorang
penderita katarak, yang juga seorang buruh tani asal Majalaya, Kabupaten Bandung, Yani
mengatakan, sebelumnya ia tidak tahu jika katarak bisa disembuhkan. Namun setelah
mendapat penyuluhan dari relawan penyuluh Pusat Mata Nasional, Yani akhirnya menjalani
operasi katarak di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung secara gratis.

5
“Dulu waktu sebelum umur 30-an kenanya (katarak), masih agak muda lah. Pertamanya (mata)
yang kanan kena katarak, yang kirinya menyusul, kata Yani. Pusat Mata Nasional Rumah Sakit
Mata Cicendo terus berupaya mendidik warga untuk melakukan tindakan preventif dan
memberikan penyadaran mengenai kebutaan. Selain itu, para petugas kesehatan di level yang
bersentuhan dengan masyarakat, seperti puskesmas juga harus melakukan penyuluhan. Karena
masalah kebutaan sudah masuk ke dalam ranah masalah sosial, sehingga harus dibentuk suatu
komisi kebutaan. Pentukan asosiasi mata ini diikuti oleh delapan rumah sakit mata di
Indonesia, yaitu dari Jakarta, Surabaya, Bali, Yogyakarta, Bandung, dan Makassar. Asosiasi
ini akan fokus mengatasi kebutaan yang terjadi di Indonesia.
Pada alat CAMSEN (camera sensor) ini merupakan alat aplikatif yang sangat membantu bagi
penderita kebutaan. Alat yang hanya berisikan camera dan headset yang sangat berhubungan
untuk membuat orang buta dapat berjalan secara santai dan tidak meraba-raba.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat disusun rumusan masalah yang
akan dijadikan pokok pembahasan karya tulis ini, yaitu:
1) Apakah CAMSEN merupakan alat paling aplikatif untuk digunakan orang menderita
kebutaan ?
2) Bagaimanakah metode perancangan CAMSEN yang sesuai dengan pasar sehingga
diperoleh alat untuk memberi bantuan pada orang menderita kebutaan ?
3) Bagaimanakah metode pembuatan dan pengujian CAMSEN yang efektif?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1) Mengetahui apakah CAMSEN dapat menjadi solusi yang efektif dalam membantu
orang yang menderita kebutaan untuk berjalan
2) Mengetahui metode perancangan CAMSEN yang sesuai dengan pasar sehingga dapat
membantu mereka untuk berjalan.
3) Mengetahui metode pembuatan CAMSEN yang efektif.

6
1.4 Luaran yang Diharapkan
1) Prototipe atau Rancang Bangun Alat Sebagai inovasi yang dapat menghasilkan suatu
produk yang berdayaguna untuk masyarakat pada umumnya, khususnya dalam
teknologi kedoteran mata.
2) Potensi Publikasi Ilmiah Mengingat begitu besarnya potensi dari CAMSEN serta
belum ada alat bantu lainnya yang terikat dengan camera otomatis di Indonesia. Maka
penulis akan mempublikasi secara ilmiah penerapan teknologi ini, dengan tujuan untuk
perluasan informasi sehingga masyarakat dapat mengenal dan mengetahui CAMSEN.
3) Potensi Paten merupakan alat camera sensor pembantu orang buta yang baru dan
belum ada produk sejenis yang dipatenkan pada DJHKI. Oleh karena itu, invensi ini
memiliki peluang untuk dipatenkan. Selama ini, alat yang digunakan hanyalah tongkat
biasa dan hanya dibuat untuk berjalan dengan cara meraba-raba untuk mengerti
keadaan sekitar.
1.5 Kegunaan Program
1) Bagi masyarakat: khususnya bagi penderita kebutaan dapat meringankan beban mereka
2) Bagi Pemerintah: Sebagai salah satu solusi alternatif alat yang sangat membantu
pendderita kebutaan dalam hal medis juga membantu untuk memajukan teknologi yang
sudah ada.
3) Bagi Akademisi dan Mahasiswa: menjadi media aktualisasi dalam mengembangkan
potensi diri sekaligus guna mengamalkan sebagai mahasiswa interphenuer dan menjadi
momok untuk mencapai kesuksessan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutaan
Kebutaan ialah keadaan tentang kekurangan persepsi penglihatan, akibat faktor fisiologi
ataupun psikologi. Berbagai skala telahpun dimajukan bagi menggambarkan tahap
kehilangan penglihatan dan mengtakrifkan "buta".Buta sepenuhnya adalah kehilangan
menyeluruh segala bentuk deria cahaya dan direkodkan secara perubatan (klinikal) sebagai
"NLP", ringkatan kepada ("no light perception"). "Buta" seringkali digambarkan sebagai
kecacatan penglihatan teruk dengan sisa penglihatan. Untuk menentukan mereka yang
memerlukan bantuan khas disebabkan kecacatan penglihatan, pelbagai perundangan
kerajaan telah membentuk takrifan yang semakin rumit yang dirujuk sebagai disahkan buta
- (legal blindness). Di Amerika Utara dan kebanyakan Eropah, disahkan buta ditakrifkan
sebagai tahap penglihatan pada tahap 20/200 (6/60) atau kurang dari itu pada mata terbaik
dengan pembetulan sebaik mungkin. Ini bererti individual yang disahkan buta. Ini bererti
mereka yang disahkan buta perlu berdiri sejauh 20 kaki daripada sesuatu objek bagi
melihatnya sejelas apa yang orang normal mampu lihat pada jarak 200 kaki. Pada
kebanyakan kawasan, mereka dengan penglihatan tajam purata bagaimanapun mempunyai
lapangan pandangan kurang daripada 20 sudut darjah (biasanya 180 darjah) juga
dikelaskan sebagai disahkan buta. (Julia Haller, MD, kepala ophthalmologis di Wills Eye
Institute di Philadelphia, 1990)
2.2 Camera
Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama ini didapat dari camera
obscura, bahasa Latin untuk "ruang gelap", mekanisme awal untuk memproyeksikan
tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang
modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain
secara manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti
untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Pada kamera
televisi, sistem lensa membentuk gambar pada sebuah lempeng yang peka cahaya.
Lempeng ini akan memancarkan elektron ke lempeng sasaran bila terkena cahaya.
Selanjutnya, pancaran elektron itu diperlakukan secara elektronik. Dikenal banyak jenis
kamera potret (Sir John Herschel,1839)

8
2.3 Ultrasonik HC-SR04
HC-SR04 adalah sebuah modul yang berfungsi untuk melakukan pengukuran jarak suatu
benda/ halangan dengan memanfaatkan sinyal suara ultrasonic. Performa yang stabil dan
akurasi yang tinggi dengan harga yang murah merupakan kelebihan dari HC-SR04. Karena
kelebihannya, HC-SR04 banyak dipakai dalam berbagai aplikasi pengukuran jarak. Pada
umumnya, sensor ultrasonic ini berbentuk papan elektronik berukuran kecil yang
dilengkapi dengan beberapa rangkaian elektronik dan dua buah transducer. Transducer
yang pertama berfungsi sebagai transmitter gelombang ultrasonic dan transducer yang
satunya berfungsi sebagai receiver. Pada beberapa produk kadang hanya ditemukan satu
buah transducer yang bertindak sebagai transmitter sekaligus receiver sekaligus. Sensor ini
bekerja dengan cara menghasilkan gelombang suara pada frekuensi tinggi yang kemudian
akan segera dipancarkan oleh tranducer yang bertindak sebagai transmitter. Pantulan
gelombang yang mengenai benda di depannya akan di tangkap oleh transducer yang
bertidak sebagai receiver. Dengan mengetahui lamanya waktu antara dipancarkannya
gelombang ultrasonic sampai dengan ditangkap kembali oleh receiver, maka akan
diketahui jarak dari benda yang terdapat di depan sensor tersebut. Kecepatan suara adalah
340m/detik, lamanya waktu tempuh gelombang ultrasonic dikalikan kecepatan suara,
kemudian dibagi dua akan menghasilkan jarak antara sensor tersebut dengan benda di
depannya. Sensor yang diguanakan adalah Ultrasonik dan fotografik. Sensor adalah suatu
peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal
dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi,
energi mekanik dan sebagainya..
Contoh; Camera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit
sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan
lainnya. (D Sharon, dkk 1982)
2.4 Handsfree
Handsfree adalah suatu peralatan menggambarkan sifat yang dapat digunakan tanpa
menggunakan tangan (misalnya melalui perintah suara) atau, dalam arti yang lebih luas
peralatan yang membutuhkan hanya menggunakan tangan terbatas, sehingga tangan bisa
menyibukkan diri dengan tugas lain. Atau dalam pengertian lain yaitu perangkat yang
terdiri dari earphone dan microphone dimana terdapat fungsi kontrol didalamnya. Misalnya

9
untuk menjawab panggilan telepon, memulai memutar musik atau yang lainnya sehingga
pengguna tidak langsung menyentuh ponsel. Handsfree dapat berupa koneksi nirkabel
(bluetooth) atau menggunakan kabel.

10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan alat dilaksanakan di Laboratorium Robotika Jurusan Informatika Brawijaya.
Proses pembuatan alat ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai Agustus 2016.
3.2 Tahapan Pelaksanaan
Pada pelaksanaan program ini akan dilakukan beberapa tahapan mulai dari tahap studi
literatur hingga tahap evaluasi, secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.

Pengumpulan literatur

Menganalisis kebutuan pembuatan alat

Perancangan alat

Pembuatan alat

Uji coba alat

Evaluasi alat

Gambar 2 . Alur Mekanisme pembuatan alat


3.2.1. Studi Pustaka
Metode ini digunakan untuk mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan
perancangan dan pembuatan alat. Pustaka yang digunakan yaitu berupa buku- buku teks
yang berupa tulisan ilmiah, handbook, e-book, buku reverensi mata kuliah dan juga tulisan-
tulisan bebas seperti tulisan pada suatu forum maya, artikel bebas dari suatu situs, dan
tulisan surat kabar baik berupa hardcopy maupun softcopy yang berhubungan dengan
program yang dikembangkan.

11
3.2.2. Tahap Penganilissan Kebutuhan
Tahap penganalisissan ini digunakan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk
pembuatan alat tersebut.
3.2.3. Tahap Perancangan Alat
Sebagai tahap penerapan studi pustaka, tahap selanjutnya adalah perancangan CAMSEN
dengan cara pembuatan desain CAMSEN. Desain dapa dilihat pada lampiran 4. CAMSEN
ini terdiri dari camera dengan sensor untuk melihat dan memberi tahu apa saja di
sekelilingnya dan heandsfree yang untuk alat pendengaran jika terjadi peringatan.
3.2.4. Tahap Pembuatan Alat
Pertama, kita harus menyiapkan beberapa kebutuhan yang sangat banyak. Yang
paling pentng adalah kamera kecil seperti fish eyes, yang berfungsi untuk melihat kemana
saja kita berada. Setelah itu camera tersebut di manipulasi dengan sensorik untuk
pembuatan pengidentifikasi alat tersebut kemana saja. Camera digunakan untuk
mengambil gambar atau merekam kemana saja orang tersebut melangkah, sedangkan
sensor tersebut digunakan untuk mengetahui atau sebagai sensor peringat jika orang
tersebut berjalan ketempat salah. Yang terakhir handsfree ini digunakan untuk memberi
informasi kemana saja dia berjalan serta bahaya apa saja yang ada di depan samping serta
belakangnya.
Cara kerja alat tersebut :

Camera melihat jalan

Sensor diguanakan jika ada bahaya di


depan, belakang atau samping pengguna

Handsfree diguanakn untuk memberi


tahu jika ada bahaya

Gambar 3 cara kerja alat

12
3.2.5. Tahap Pengujian Alat
Pengujian alat dilakukan setelah perancangan alat CAMSEN. Pengujian ini dilakukan
dengan tujuan untuk menguji kelayakan alat serta produk yang dihasilkan.
Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui apakah alat ini dapat mempermudah orang
yang mengalami kebutaan secara baik dan efesien.
3.2.6. Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif kah Program Kreativitas
Mahasiswa Karsa Cipta yang telah dilakukan. Tahap ini dilakukan dengan
membandingkan kondisi lingkungan sebelum dan sesudah pemanfaatan CAMSEN.
3.2.7. Pembuatan Laporan Akhir
Penyusunan laporan dilakukan setelah semua tahap terselesaikan sehingga hasil yang
diperoleh dari pembuatan alat dapat dijelaskan secara rinci sesuai dengan data yang
diperoleh.

13
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PROGRAM

4.1 Anggaran Biaya


No. Jenis Pengeluaran Biaya
1. Peralatan Penunjang Rp. 4.500.000
2. Bahan Habis Pakai Rp. 1.500.000
3. Perjalanan Rp. 1.600.000
4. Lain-lain Rp. 550.000
Total Rp. 8.150.000

4.2 Jadwal Kegiatan

bulan ke-1
kegiatan
1 2 3 4 5
study pustaka
analasisis kebutuhan
perencanaan dan pembuatan
alat
pengujian alat
evaluasi alat
perbaikan alat
pembuatan laporan akhir

14
DAFTAR PUSTAKA

Hollwich, fritz.1993.Oftalmologi. Jakarta : Binarupa Aksara


Sherwood Lauralee.2001. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Staifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba
Medikahttp://portalkesehatanku.blogspot.co.id/2013/06/penyebab-kebutaan.html
http://obatpropolis.com/katarak-kabut-pada-mata
Clemons TE, Chew EY, Bressler SB et al. National eye institute visual function questionnaire in age
related eye disease. Arch Ophthalmil 2003;121: 211-217
Sloan F, Brown D, Carlisle ES, Ostermann J, Lee PP. Estimates of incidences rates with longitudinal claims
data. Arch Ophthalmol 2003;121:146 2-8
http://www.voaindonesia.com/content/angka-kebutaan-tinggi-indonesia-bentuk-asosiasi-dr-mata-
/2479486.html
blogakaptek.blogspot.co.id/2014/06/transduser-dan-sensor.html

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Lampiran 1. Biodata tentang Dosen Pembimbing

26
27
28
29
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang
Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah(Rp)
Pemakaian Satuan(Rp)
Sewa Tempat 3 Bulan 250.000 750.000
Laboratorium pengujian alat
Kaca Mata Untuk kerangka 1 buah 450.000 450.000
pembuatan alat
Sensor Untuk pemberi 2 buah 350.000 700.000
Ultrasonik arah jalan
Mikrofon Untuk perekam 1 buah 150.000 150.000
suara
Headset ultra Untuk 1 pasang 350.000 350.000
pendeteksi suara
Rel cable utra Untuk 1 meter 250.000 250.000
penghubung
suara
Busa headset Untuk pelindung 2 buah 100.000 200.000
telinga
Hard Disk Penyimpanan 1 buah 750.000 750.000
Eksternal 1 TB data rekaman
suara
Recorder Alat perekam 1 buah 450.000 450.000
suara
Perekat tape Untuk 2 buah 150.000 300.000
menempelkan
tape
Cable Untuk 1 meter 150.000 150.000
penyambung memanipulasi
suara dan
gambar
Sub Total 4.500.000

2. Bahan Habis Pakai


Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah(Rp)
Pemakaian Satuan(Rp)
Kertas HVS Digunakan 3 Rim 70.000 210.000
untuk
pembuatan
laporan, proses
desain,
dokumentasi
tertulis website
dan surat
menyurat

30
Tinta Printer Digunakan 3 Botol 80.000 240.000
untuk
pembuatan
laporan, proses
desain dan surat
menyurat

Materai Digunakan 6 buah 6.000 36.000


untuk
pembuatan
proposal
Desain Digunakan 1 paket 1.000.000 1.000.000
untuk
mendesain
sebuah
komponen dan
enjadi alat bantu
Lem UG Digunakan 1 buah 14.000 14.000
untuk
menggabungkan
kedua benda
seperti sensor
dan kacamata
Sub Total 1.500.000

3. Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah(Rp)
Pemakaian Satuan(Rp)
Transportasi ke Biaya 4 orang 4.000 128.000
lokasi Transportasi
narasumber (di darat menuju
Universitas lokasi
Brawijaya narasumber
Malang) untuk selama 1
bulan 8 kali
pertemuan
Pembuatan Alat Perjalanan ke 6 kali perjalanan 80.000 / jalan 480.000
bengkel

Pengujian Alat Perjalanan ke 6 kali perjalanan 80.000 / jalan 480.000


Lab

Transportasi Perjalanan 3 bulan 4.000 450.000


kumpul untuk berkumpul
pembuatan alat

31
Biaya parker Parkir di bengkel 3 bulan 2.000 62.000
keluar masuk dan lab
Lab dan bengkel
Sub Total 1.600.000

4. Lain-Lain
Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah(Rp)
Pemakaian Satuan(Rp)
Konsumsi Makan siang 5 Orang 11.000 550.000
anggota tim
selama 20
minggu

Sub Total 550.000


Keseluruhan 8.150.000

32
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program Studi Bidang Ilmu Alokasi Waktu Uraian Tugas


(jam/minggu)
1. Chalid Achmad Aulia Teknik Teknik 30 Menyusun ide,
Informatika Informatika dan
penggunaan
alat
2. Siti Febrianti R Teknik Teknik 30 -pembuatan
Informatika informatika alat
-pengujian
alat
-penulisan
artikel ilmiah
3. Irma Pujadayanti Teknik Teknik 30 -study literatur
Informatika Informatika -pembuatan
alat
-survey alat
dan bahan
-pembelian
alat dan bahan
4. Poltak G Hutajulu Teknik Teknik 30 -pendesainan
Informatika Informatika alat
-pengujian
alat
-pengurusan
paten
5. Jawara Wahyu Al Sistem Sistem 30 -publikasi
Faraday Informasi Informasi -penulisan log
book
-pembelian
alat dan bahan

33
34
Lampiran 5 Desain Program

Headset but
pendengar
suara

Sensor
ultrasonic

Penyimpan
perekam suara

35

Anda mungkin juga menyukai