Anda di halaman 1dari 149

KATA PENGANTAR

L aporan Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral di Perairan Teluk

Tomini, Gorontalo merupakan salah satu program dari Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), melalui Proyek Pengembangan Geologi

Kelautan Tematik (PGKT) tahun anggaran 2004.

Data-data yang dihimpun dari lapangan berupa data-data geologi, geofisika dan

hidro-oseanografi yang diolah dan dianalisis secara langsung ataupun dilakukan di

laboratorium. Selain menampilkanissu utama mengenai keterdapatandan

penyebaran mineral ekonomis, pada laporan ini juga coba disinggung mengenai

permasalahan yang muncul lainnya seperti dinamika lingkungan.

Puji syukur ke hadirat Nya, penulis panjatkan dengan segala kerendahan hati

dengan terselesaikannya penyusunan laporan ini. Dalam kesempatan yang

berbahagia ini pula, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan;

 Pemimpin Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik beserta

jajarannya;

 Koordinator Program Lingkungan dan Sumber Daya Mineral serta

Pejabat Fungsional di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi Kelautan;

 Bapak Kepala Dinas Pertambangan Propinsi Gorontalo;

 Keluarga besar Ilahude dan Wartabone;

 Istri dan anak-anakku, atas pengertian dan doa yang tiada putusnya;
Kata Pengantar i
 Semua rekan dan kolega di lingkungan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Kelautan yang turut membantu secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini.

Kami sadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan-

perbaikan di masa datang.

Akhir kata, menjadi harapan kami laporan ini dapat bermanfaat bagi kepentingan

kita bersama. Semoga ridho Allah selalu menyertai kita.

Desember 2004

Penulis.

Kata Pengantar ii
S ARI

L aporan ini selain sebagai wujud pertanggungjawaban dari hasil kegiatan Penyelidikan Potensi

Sumberdaya Mineral Pantai dan Lepas Pantai di Perairan Pantai Gorontalo, Kabupaten

Gorontalo dan sekitarnya juga sebagai ajang penyeberluasan informasi, yang dituangkan dalam suatu

kolokium Puslitbang Geologi Kelautan. Kegiatan penyelidikannya sendiri dimaksudkan untuk mengetahui

sejauh mana dugaan akan potensi unsur logam dasar (base metal) di atas sebagai jawaban untuk

mengantisipasi kebutuhan mineral-mineral letakan menurut konsep pembentukan endapan letakan yang

terjadi di daerah telitian selain sebagai wujud pelaksanaan kegiatan dari Proyek Pengembangan Geologi

Kelautan Tematik tahun anggaran 2004.

Tujuan penelitian adalah selain untuk melengkapi data dasar geologi dan geofisikan kelautan juga untuk

mengetahui penyebaran dan besarnya kandungan dan variasi mineral letakan, khususnya mineral berat

yang prospek dan ekonomis secara lateral (horisontal) pada sedimen dasar laut maupun sedimen pantai.

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap 10 contoh singkapan di darat (dan pantai) serta 9

contoh di lepas pantai dengan menggunakan metoda Atomic Absorption Spectrometric (AAS) berhasil

mengindentifikasi besaran konsentrasi dari beberapa logam dasar seperti Au, Cu, Zn dll. Dari hasil

analisa tersebut diketahui kandungan Au berkisar antara 8 ppb di pantai Batato sekitar muara sungai

Bone sisi barat (GRTP-01) dan pantai Batudaa (GRTP-09) hingga 17.3 ppm yang dijumpai pada daerah

hulu Sungai Oluhutu di sekitar tinggian Bubotulo (GRTP-17). Konsentrasi kandungan Cu memiliki kisaran

relatif merata antara 5 ppm yang dijumpai di sebelah tenggara Pantai Molutabu timur (GRTP-20) hingga

13 ppm terdapat sangat berdekatan dengan lokasi yang memiliki konsentrasi Au tertinggi (GRTP-17A).

Sedangkan kisaran konsentrasi Pb antara 11 ppm (GRTP-20) hingga 179 ppm (GRTP-17A).

Pendeliniasian yang dilakukan dengan berdasarkan ploting kandungan unsur-unsur yang bersangkutan

dengan mempertimbangkan kondisi singkapan menghasilkan zonasi mineralisasi yang berbentuk sub-

radier ke arah pantai dengan lokasi GRTP-17 dan 17-A sebagai pusatnya.

Hasil di atas merupakan informasi awal yang diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan

eksplorasi tahapan selanjutnya (misalnya pemboran) guna mendapatkan konsentrasi kandungan yang

lebih terukur yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi nyata bagi daerah secara langsung tentu

saja dengan tetap mengedepankan aspek keseimbangan lingkungan.

Sari
iii
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

BAB I

PENDAHULUAN
P
enyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral di pantai dan perairan

Teluk Tomini adalah untuk mengetahui (identifikasi) potensi

nirhayati dalam hal ini variasi mineral letakan dan konsentrasinya.

1.1 LATAR BELAKANG

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Geologi Kelautan

adalah merupakan salah satu instansi pemerintah di bawah

Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral yang berkewajiban dalam

kegiatan inventarisasi penyelidikan geologi dan potensi sumberdaya

mineral di seluruh wilayah perairan laut dan pesisir Indonesia.

Penyelidikan Potensi Sumberdaya Mineral Perairan Teluk Tomini,

Gorontalo yang dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan dalam hal ini

di bawah pengelolaan Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik

Pendahuluan I-1
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

tahun anggaran 2004 adalah suatu bukti nyata dalam melaksanakan

kewajiban di atas guna pengumpulan data dan inventarisasi geologi dan

geofisika kelautan.

Kecenderungan kebutuhan akan bahan galian yang bersifat konstruksi

dan sumberdaya alam nirhayati (mineral) meningkat dengan pesat

seiring dengan pesatnya pembangunan di segala bidang. Sehubungan

dengan peningkatan tersebut, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

sumberdaya mineral harus terus ditingkatkan di seluruh wilayah

Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.

Potensi sumberdaya mineral dan bahan galian di pantai dan dasar laut

di wilayah perairan dan pesisir akhir-akhir ini menjadi suatu alternatif

pilihan mengingat makin terbatasnya cadangan sumberdaya mineral di

daratan, mengingat sumberdaya mineral merupakan salah satu dari

banyak jenis sumber daya alam yang berpotensi untuk dapat

meningkatkan perekonomian suatu daerah.

Kenyataan bahwa Propinsi Gorontalo yang relatif masih muda juga

merupakan salah satu alasan yang melatarbelakangi kegiatan ini.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Penyelidikan Potensi Sumberdaya mineral Pantai dan Lepas Pantai di

Perairan sekitar Pantai Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan sekitarnya

ini, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dugaan akan potensi di

atas sebagai jawaban untuk mengantisipasi keberadaan mineral-

mineral letakan menurut konsep pembentukan endapan letakan yang

terjadi di daerah telitian selain sebagai wujud pelaksanaan kegiatan

dari Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik tahun anggaran

2004.

Pendahuluan I-2
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penyebaran dan besarnya

kandungan dan variasi mineral letakan, khususnya mineral berat yang

prospek dan ekonomis secara lateral (horisontal) pada sedimen dasar

laut maupun sedimen pantai yang tercermin dari berbagai kegiatan

seperti di bawah ini:

1) Pemetaan sebaran mineral berat di permukaan dasar laut;

2) Pemetaan kedalaman dan morfologi dasar laut;

3) Pemetaan karakter garis pantai;

4) Pemetaan sebaran sedimen permukaan dasar laut;

5) Pemetaan parameter hidro-oseanografi (pasang surut dan

kecepatan arus).

1.3 INDENTIFIKASI MASALAH

Kurangnya informasi mengenai potensi sumberdaya mineral

(pertambangan) khususnya sumberdaya mineral pantai dan lepas

pantai, ini dapat dimengerti apabila mengingat usia Propinsi Gorontalo

yang relatif masih muda selain masih kurangnya sumber daya manusia

(juga peralatan) guna menginventarisasi segala potensi tersebut

merupakan permasalahan menonjol hingga keberadaan berikut potensi

dari sumberdaya mineral tersebut belum tergarap secara sungguh-

sungguh.

Sebagai solusi alternatif diperlukan suatu kegiatan penyelidikan yang

menghasilkan data yang berisi informasi mengenai letak, macam hingga

besarnya kandungan, baik kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

pusat terkait maupun kegiatan dimana peran daerah lebih menonjol

sejalan dengan semangat otonomi daerah. Untuk kedepannya karena

jenis kegiatan ini memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit selain

Pendahuluan I-3
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

diperlukan kelengkapan peralatan yang memadai, maka kerjasama

antar instansi (dinas) di daerah dengan instansi di pusat perlu mulai

dipikirkan.

Informasi yang dimaksud selain memuat data terkini, hendaknya juga

mudah diakses, diperbaharui dan dievaluasi dengan kemampuan

menumpangtindihkan (overlayered) antara satu peta dengan peta

lainnya dalam satu tampilan sehingga memudahkan para pengambil

keputusan dalam merancang suatu kebijaksanaan. Untuk memenuhi

kondisi di atas maka segala luaran (product) informasi tersebut

haruslah bersifat digital yang dibangun dalam suatu sistim yang

dinamakan Sistim Informasi Geografis (GIS).

1.4 GEOLOGI REGIONAL

Secara regional daerah penelitian merupakan bagian dari kawasan

Indonesia Timur, yang secara geologi memiliki karakteristik yang lebih

kompleks dan rumit bila dibandingkankan dengan kawasan Indonesia

Barat. Ini dikarenakan kawasan timur Indonesia merupakan pertemuan

dari lempeng-lempeng litosfera : Eurasia yang relatif stabil di bagian

baratlaut, Lempeng Indo-Australia di bagian barat dan baratdaya yang

bergerak relatif ke timurlaut, Lempeng Pasifik di bagian timur yang

bergerak ke barat laut dan Lempeng Filipina Barat di bagian timurlaut

yang bergerak ke arah barat. Bagian timurlaut Sulawesi merupakan

akibat perputaran searah jarum jam dari lempeng kecil bagian

baratdaya Sulawesi dan Kalimantan pada masa lalu yang diikat pada

bagian baratdaya oleh sistem busur pada sesar-sesar mendatar

mengiri, dan penolakan dasar laut Sulawesi di utara oleh adanya

penujaman di Parit Sulawesi Utara. Sesar-sesar Palu dan Matano,

Pendahuluan I-4
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

keduanya merupakan sesar-sesar aktif yang merupakan bagian dari

satu sistim sesar, meskipun hubungan antara keduanya belum dapat

dibuktikan. Berdasarkan data seismik yang ada, zona seismik benioff

memiliki kemiringan ke arah selatan dari parit Sulawesi Utara

sedangkan gunungapi aktif Una-una, terletak antara Lengan Utara dan

Lengan Timur Sulawesi, yang kemungkinan merupakan hasil dari sistim

penujaman ini.

Gambar 1.1
Geotektonik Regional Sulawesi (disederhanakan dari Silver drr.,1983; Sukamto
& Simandjuntak, 1983 & Parkinson,1996, 1997)

Pendahuluan I-5
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

1.4.1 Struktur dan Tektonika

Struktur geologi yang utama di daerah penelitian adalah sesar, berupa

sesar normal dan sesar mendatar. Sesar normal yang terdapat di G.

Boliohuto menunjukan pola memancar, sedangkan sesar mendatar

umumnya bersifat menganan tetapi adapula yang mengiri. Sesar

tersebut memotong batuan yang berumur tua (Formasi Tinombo)

hingga batuan yang berumur muda (Satuan Batugamping Klastik).

Struktur lipatan hanya terdapat setempat, terutama pada Formasi

Dolokapa dan Formasi Lokodidi, dengan sumbu lipatan secara umum

berarah barat-timur. Kelurusan banyak tedapat di daerah ini dengan

arah yang sangat beragam. Kelurusan ini terlihat baik dengan citra

radar dan foto udara.

Kegiatan tektonik di daerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen

sampai Oligosen yang diawali dengan kegiatan magmatik yang

menghasilkan Satuan Gabro. Masih pada Eosen, terjadi pemekaran

dasar samudra yang berlangsung hingga Miosen Awal dan ini

menghasilkan lava bantal yang cukup luas. Kegiatan tersebut diikuti

pula oleh terjadinya retas-retas yang umumnya bersusunan basa, dan

banyak menerobos Formasi Tinombo.

Pada Miosen selain terjadi pengendapan Formasi Randangan dan

Formasi Dolokapa, terjadi pula kegiatan magmatik yang menghasilkan

diorit Bone. Diduga pada waktu itu terjadi pula penunjaman dari utara

ke arah selatan dari Laut Sulawesi, yang dikenal sebagai Jalur

Tunjaman Sulawesi Utara (Simandjuntak, 1983). Diduga penunjaman ini

mengakibatkan kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan

gunungapi Bilungala dan gunungapi yang menyusun Formasi Dolokapa.

Pendahuluan I-6
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Kegiatan magmatik Diorit Bone yang berlangsung sampai Miosen

Tengah dilanjutkan oleh kegiatan magmatik Diorit Boliohuto yang

berlangsung hingga Miosen Akhir. Bersamaan dengan kegiatan

magmatik tersebut, terjadilah pengangkatan pada akhir dari Miosen

Akhir.

Pada akhir kegiatan magmatik diorit Boliohuto, terjadilah kegiatan

gunungapi yang menghasilkan Batuan Gunungapi Pani dan breksi

Wobudu. Pada waktu itu, jalur tunjaman Sulawesi Utara diduga masih

aktif, dan menghasilkan sejumlah sesar mendatar di bagian barat

daerah penelitian.

Pada pliosen terjadi pula kegiatan magmatik yang menghasilkan batuan

terobosan granodiorit Bumbulan, yang kemudian diikuti oleh kegiatan

gunungapi. Kegiatan gunungapi ini berlangsung hingga plistosen Awal

dan menghasilkan batuan gunungapi Pinogu. Pada saat itu juga terjadi

pengendapan batuan sedimen yang membentuk Formasi Lokodidi.

Sementara itu, retas-retas yang bersusunan basal, andesit dan dasit

masih terbentuk yang kemudian tidak lama lagi berhanti setelah

berakhirnya gunung kegiatan api tersebut.

Pada akhir Pliosen hingga Plistosen di daerah ini terjadi pengendapan

yang membantuk satuan Batugamping Klastik pada laut dangkal.

Sedangkan pada Plistosen Awal, terbentuklah endapan danau dan

endapan sungai tua. Ketiga satuan batuan tersebut telah mengalami

pengangkatan pada sekitar akhir plistosen.

Pada akhir Plistosen hingga sekarang terjadi proses pendataran serta

kegiatan tektonik yang masih aktif. Proses pendataran menghasilkan

endapan aluvium sedangkan kegiatan tektonik menghasilkan beberapa

Pendahuluan I-7
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

sesar jurus mendatar di bagian timur lembar serta mengakibatkan

terangkatnya satuan Batugamping Terumbu.

1.4.2 Fisiografi Dan Morfologi

Daerah penelitian merupakan bagian dari lengan Utara Sulawesi.

Sebagian besar daearah ini ditempati oleh batuan guningapi Tersier.

Di wilayah tengah bagian timur daerah penelitian dijumpai dataran

rendah yang berbentuk memanjang, terbentang dari danau Limboto ke

lembah Paguyaman yang diduga pada awalnya merupakan danau.

Foto 1.1
Morfologi pedataran lembah merupakan sisa danau
(foto koleksi: N. Cahyo)

Daerah yang dipetakan dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi;

satuan pegunungan berlereng terjal, perbukitan bergelombang dan

satuan dataran rendah. Satuan pegunungan berlereng terjal

menempati bagian tengah dan utara daerah penelitian dengan

beberapa puncaknya antara lain G. Tentolomatinan (2207 m), G.

Bondalo (918 m), G. Pentolo (2051 m), G. Bian (1620 m), G. Pomonto
Pendahuluan I-8
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

(1490 m), G. Lemuli ( 1920 m), G. Boliohuto (2065 m), serta G.

dolokapa (1770). Satuan morfologi ini terutama ditempati oleh batuan

gunungapi tersier dan batuan plutonik.

Satuan perbukitan bergelombang terutama dijumpai di daerah selatan

dan disekitar Tolotio. Satuan ini pada umumnya menunjukan bentuk

puncak membulat dengan lereng yang relatif landai dan berjulang

kurang dari 200 m. satuan morfologi perbukitan bergelombang

terutama ditempati oleh batuan gunungapi dan batuan sedimen

berumur Tersier hingga Kuarter.

Satuan dataran rendah dijumpai di daerah selatan daerah penelitian,

disepanjang pesisir selatan. Di lembah Paguyaman dan di sekitar danau

Limboto umumnya ditempati oleh aluvium dan endapan danau.

1.4.3 Stratigrafi Regional

Berdasarkan stratigrafi regional, daerah penelitian terdiri dari

beberapa formasi, yaitu:

Qal ALUVIUM dan ENDAPAN PANTAI : Pasir, Lumpur, dan Krikil:

di sekitar Tumani, Poopo, dan di sebelah utara Telaga Mooat

batuannya agak mengeras dan sedikit berubah bentuk. Di daerah

Tawaang satuan ini sulit dipisahkan dari satuan Qs yang terdapat di

Lembar Manado.

Ql BATUGAMPING TERUMBU : Batugamping koral. Batugamping

koral berwarna putih dan umumnya pejal. Satuan ini sebagian sudah

terangkat membentuk perbukitan sedang sebagian lainnya masih

berkembang terus di bawah permukaan laut hingga sekarang. Umurnya

di perkirakan Plistosen Akhir hingga Holosen. Satuan ini dijumpai di

dekat Danau Limboto, di pantai selatan bagian timur dan di pantai


Pendahuluan I-9
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

utara bagian barat dari lembar ini. Ketinggian dari satuan ini ada yang

mencapai 100 m di atas permukaan laut.

Qpl ENDAPAN DANAU : Batulempung, Batupasir dan Kerikil.

Endapan ini pada umumnya didominasi oleh Batulempung yang berwarna

abu-abu kecoklatan; setempat mengandung sisa tumbuhan dan Lignit.

Di beberapa tempat terdapat Batupasir berbutir halus hingga kasar,

serta Kerikil. Pada batupasirnya setempat terdapat struktur Silang

siur berskala kecil.

Umumnya satuan ini masih belum padu. Umurnya diperkirakan Plistosen

sampai Holosen. Sebaran batuan ini terutama menempati daerah

lembah Paguyaman dan di sekitar danau Limbioto. Ketebalannya

mencapai 94 m, dialasi oleh batuan Diorit (Trail, 1974).

QTs MOLASA CELEBES SARASIN DAN SARASIN (1901) :

Konglomerat, Breksi, dan Batupasir. Konglomerat tersusun dari

Andesit, Granit, Batupasir putih, dan kepingan Batugamping kelabu

berukuran krikil sampai brangkal; setempat-setempat dengan sisipan

batupasir kelabu dengan tebal 15 sampai 30 cm, sebagian besar

mengeras lemah. Breksi terdiri dari kepingan Andesit, Granit, Basal;

berukuran krikil sampai krakal. Singkapan kecil yang tidak dapat

dipetakan di sebelah timur Sangkup di pantai utara yang terdiri dari

Batupasir halus hingga kasar berlapis baik dengan kemiringan rendah,

barangkali termasuk Molasa Celebes. Satuan ini terjadi di dalam

cekungan-cekungan kecil, dan diperkirakan berumur Pliosen hingga

Plistosen.

QTv BATUAN GUNUNGAPI : Breksi gunungapi, Tufa, dan Lava.

Singkapan Breksi gunungapi yang terjadi terutama di sekitar

Pendahuluan I-10
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Pegunungan Bone, Gunung Mongaladia dan Pusian terdiri breksi

gunungapi yang berkomposisi Andesit Piroksen dan Dasit. Tufa yang

terutama tersingkap di daerah sekitar Gunung Lemibut dan Gunung

Lolombulan kebanyakan berbatu apung, kuning muda, berbutir sedang

sampai kasar, setempat mengandung sisipan batuan gunungapi yang

bersifat menengah sampai basa. Lavanya kelabu muda hingga tua,

pejal, dan umumnya berkomposisi Andesit Piroksen.

Termasuk ke dalam satuan ini adalah batuan Gunungapi Pinogu yang

diperkirakan berumur Pliosen hingga Plistosen.

Tmbo DIORIT BOLIOHUTO : Diorit dan Granodiorit. Satuan ini

terdiri dari batuan Diorit sampai Granodiorit yang mengandung kuarsa

sampai 20 % dengan kandungan Feldspar dam Biotit yang cukup

menonjol. Di beberapa tempat dijumpai Senolit bersusunan basa,

menunjukan kemungkinan batuan dioritan tersebut berasosiasi dengan

batuan basa jauh di bawah permukaan. Batuan ini menerobos Formasi

Dolokapa.

Tml BATUGAMPING : Kelabu terang, pejal, mengandung pecahan

batuan Gunungapi Hijau. Batugamping ini sebagian membentuk lensa-

lensa di dalam batuan sedimen (Tms). Fosil-fosil yang dikandungnya

Lepidocyclina (Eulepidina) sp., Lepidocyclina parva (OPPENOORTH),


Lepidocyclina sumatrensis (BRADY), Lepidocyclina eppioides (JONES
& CHAPMAN), Myogypsinoides sp., Spriroclypeus sp., Operculina sp.,

dan ganggang gampingan. Umur satuan ini adalah Miosen awal sampai

Miosen akhir.

Tmv/ Tmvl BATUAN GUNUNGAPI : Breksi gunungapi, Aglomerat,

dan Lava; mengandung sisipan Batupasir, Batulanau, Serpih, dan

Pendahuluan I-11
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Batugamping. Breksi gunungapi dan Aglomerat tersusun dari pecahan

batuan bersifat menengah sampai basa, kelabu dan hijau, pejal,

sebagian terkersikkan kelabu muda, kompak, berbutir halus. Lava,

kelabu kehijauan, berkristal halus sampai sedang; sebagian

mengandung urat Kalsit, Pirit, dan Kalkopirit; terdiri dari Andesit

Hipersten, Andesit Horblende dan Dasit. Lava yang dapat dipetakan

(Tmvl) di sebelah timur Danau Mala terdiri dari dasit. Sisipan

batugamping kelabu mengandung fosil Lepidocyclina sumatrensis


(BRADY), Lepidocyclina cf.verbeeki (NEWTON & HOLLAND),

Lepidocyclina parva (OPPENOORTH), Myogypsina thecidaeformis


(RUTTEN), dan Austrotrillina howchini (SCHLUMBERGER). Umur

satuan batuan ini adalah Miosen awal sampai Miosen tengah. Termasuk

ke dalam satuan ini adalah batuan Gunungapi Bilungala.

BATUAN TEROBOSAN : batuan terobosan ini terutama terdiri dari

Granit (gr), Granodiorit (gd), dan Diorit (di); setempat-setempat

terjadi pula Trakit Gabro (gb), dan Lamprofir (lp); mungkin terjadi

dalam beberapa kala. Di beberapa tempat sekitar kontak batuan

terobosan mineralisasi terjadi dan terlihat mineral-mineral Pirit, dan

Kalkopirit. Rupanya batuan terobosan ini menerobos batuan-batuan

yang lebih tua daripada batuan gunungapi Qtv.

Teot FORMASI TINOMBO : Lava basal, Lava andesit, Breksi

gunungapi; dengan selingan Batupasir wake, Batupasir hijau, Batulanau,

Batugamping merah, Batugamping kelabu dan sedikit batuan yang

termetamorfkan.

Lava basal dijumpai sebagai Basal masif, Basal terkekarkan dan Basal

berstruktur bantal. Lava bantal masif berwarna abu-abu tua,

bertekstur hipokristalin-porfiri afanitis, dengan hablur sulung terdiri


Pendahuluan I-12
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

dari plagioklas dan piroksen. Lava basal terkekarkan berwarna abu-

abu tua sampai abu-abu kehijauan, banyak mengandung Barik kuarsa,

mengalami kloritisasi dan pengepidotan, serta mengalami pengisian

oleh Zeolit.

Lava berstruktur bantal, yang sebagian bersusunan spilit berwarna

abu-abu tua, dan sering dijumpai Zeolit sebagai mineral pengisi. Lava

bantal bertekstur hipokristalin-porfiroafanitik, dengan hablur sulung

utamanya berupa piroksen dan plagioklas telah teralbitkan, serta

berubah menjadi karbonat. Di beberapa tempat dijumpai karbonat

atau kalsit sebagai pengisi rongga-rongga atau sebagai urat-urat.

Sedangkan lava yang bersusunan Andesit berwarna abu-abu dan

bertekstur hipokristalin-porfiritik, serta tidak banyak dijumpai dalam

formasi ini.

Breksi gunungapi berwarna abu-abu tua, berukuran butir sekitar 2 – 6

cm, sangat kompak, berkemas tertutup, berkomponen batuan basalan,

serta dijumpai dalam jumlah sedikit di antara lava.

Batupasir wake berwarna kelabu, setempat bersifat gampingan,

mempunyai ukuran butir halus sampai sedang, dan sangat kompak.

Struktur perarian sejajar dijumpai pada batuan ini.

Batupasir hijau berbutir sedang, sangat kompak dan keras dan

berlapis tipis dengan ketebalan lapisan sekitar 1 cm. Sedangkan

batulanaunya berwarna abu-abu dan abu-abu kehitaman, sangat

kompak, sebagian gampingan, serta mempunyai struktur perarian

sejajar di beberapa tempat.

Batugamping merah umumnya berwarna merah kecoklatan, berbutir

sangat halus, sangat kompak dan keras serta memperlihatkan pecahan

Pendahuluan I-13
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

konkoidal. Batugamping ini dijumpai sebagai lapisan berselingan dengan

batugamping abu-abu, batulanau dan batupasir, dan juga dijumpai

sebagai pengisi di antara struktur bantal pada lava basal. Sedangkan

batugamping abu-abu pada umumnya sangat kompak dan pejal, dan

dijumpai dalam jumlah sedikit.

Batuan termetamorf rendah dijumpai hanya di dekat G. Tamboo dan di

dekat G. Annual, dan diduga terbentuk karena pengaruh sesar. Batuan

ini terdiri dari Milonit, Filit dan basal terdaunkan. Milonit berwarna

coklat, terkekarkan, secara megaskopis menunjukan perpaduan yang

buruk, berbutir halus sampai sekitar 2 mm; tersusun oleh Kuarsa

polikristalin, Serisit dan Oksida besi. Serisit dan Oksida besi juga

dijumpai sebagai mineral pengisi pada kekar. Filit berwarna abu-abu,

mununjukan perdaunan terbuka yang terbentuk oleh penjajaran

mineral Kuarsa dan Aktinolit; serta bertekstur subidioblastik dan

nematoblastik yang tersusun oleh mineral-mineral Aktinolit, Muskovit,

Serisit, Kuarsa, Plagioklas dan sedikit mineral kedap cahaya.

Sedangkan Basal terdaunkan berwarana abu-abu, dengan struktur

pendaunan terlihat pada bagian luar singkapan, sedangkan pada bagian

dalamnya masif, dan ini diduga sebagai akibat metamorf kataklastik.

Batuan ini berstruktur ‘amigdaloid’ yang terisi oleh Zeolit. Tekstur

asal dalam batuan ini masih dapat dikenali, yaitu hipokristalin-

porfirioafanitik, dengan mineral kedap cahaya, Klorit juga dijumpai

sebagai ubahan dari Hornblenda.

Formasi Tinombo tersingkap luas di daerah penelitian, melampar dari

barat daerah {Popayato) sampai timur (sebelah selatan Tolotio). Lava

bantal yang bersusunan Basal dan Basal sepilitan tersingkap baik di

sepanjang aliran S. Lemito dan S. Malango, sepanjang lebih kurang 20

Pendahuluan I-14
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

km, yang diselingi oleh batuan sedimen. Formasi Tinombo ini diduga

merupakan alas bagi satuan batuan lain di daerah ini.

Kandungan fosil didaerah ini sukar untuk didapatkan, baik di Lapangan

maupun pada analisis di Laboratorium. Trail (1974) mengungkapkan

bahwa kemungkinan umur Formasi ini adalah Eosen hingga Miosen

Awal. Sedangkan Ratman (1976) dan Sukamto (1975) menyebutkan

bahwa Formasi Tinombo atau batuan sejenisnya berumur Mesozoikum

Akhir hingga sekitar Oligosen. Berdasarkan posisi stratigrafi, Formasi

Tinombo tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Randangan yang

diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga Awal dari Miosen Akhir.

Penentuan umur pada Lava basal dari Formasi ini di Lembar

Kotamobagu oleh Samodra menunjukan umur 51,9 juta tahun, atau

Eosen Awal, oleh karena itu Formasi Tinombo diperkirakan berumur

Eosen hingga Oligosen. Tebal Formasi ini diperkirakan mencapai ribuan

meter.

Berdasarkan komposisi batuan Basal sepilitan dan himpunan batuan

sedimennya, Formasi Tinombo diperkirakan terbentuk pada lingkungan

laut dalam. Nama formasi ini diambil dari daerah Tinombo di lengan

utara Sulawesi, dan pertama kali diperkenalkan oleh (Ahlburg 1913,

dalam Sukamto, 1973); (Gambar 1.2)

Pendahuluan I-15
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 1.2
Peta Geologi Lokasi Kegiatan dan sekitarnya (sumber: Puslitbang Geologi, 1997)

Pendahuluan I-1
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B II

PROFIL WILAYAH

T eluk Tomini merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia


dengan luas sekitar 59.500 km2. Berikut di bawah ini sekilas

dipaparkan mengenai kondisi umum dan kondisi fisik wilayah pesisir

sekitar Teluk Tomini yang diharapkan dapat memberikan gambaran awal

mengenai lokasi kegiatan.

2.1 KONDISI UMUM

Deskripsi Geografis

Pantai dan Perairan Teluk Tomini yang merupakan daerah lokasi

kegiatan sesungguhnya adalah merupakan daerah pesisir (coastal zone)

yakni wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling

berinteraksi. Propinsi Gorontalo merupakan propinsi hasil pemekaran

Profil Wilayah II-1


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

dari propinsi sulawesi Utara berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 38

tahun 2000.

Secara geografis Propinsi Gorontalo terletak diantara 121°08’04” -

123°32’09” BT dan 00°24’04” - 01°02’30” LU dan berbatasan masing-

masing dengan:

¾ Utara dengan Laut Sulawesi; Selatan dengan Teluk Tomini;

Timur dengan Propinsi Sulawesi Utara dan sebelah barat

dengan Propinsi Sulawesi Tengah.

Propinsi Gorontalo terletak di dataran yang berbentuk semenanjung

dan diapit oleh dua perairan yakni Laut sulawesi di sebelah utara dan

Teluk Tomini di sebelah selatan. Memiliki 58 pulau-pulau kecil yang

tersebar di kabupaten-kabupaten, menempati areal seluas 12.215,45

km2 atau 0,15% dari luas Indonesia dan memiliki garis pantai

sepanjang 560 km dengan luas laut ± 10.500 km2.

Propinsi Gorontalo terdiri atas 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu

kabupaten Gorontalo dengan luas 3.354,67 km2 (27,58%), Kabupaten

Boalemo dengan luas 2.567,36 km2 (16,31%), Kota Gorontalo dengan

luas 64,80 km2 (0,53%) dan 2 kabupaten baru yang terbentuk pada

awal tahun 2003, yakni Kabupaten Pohuwato dengan luas 4.244,31 km2

(34,89%) serta Kabupaten Bone Bolango dengan luas 1.984,31 (16,31%).

Propinsi Gorontalo diapit oleh 2 perairan yakni pantai utara yang

berada di kawasan utara berhadapan dengan ZEE Laut Sulawesi dan

perairan pantai selatan (Teluk Tomini) di kawasan selatan. Perairan

Teluk Tomini ini adalah perairan semi tertutup, memanjang dari barat

ke timur dengan mulut teluk berada di timur berhadapan dengan Laut

Maluku. Teluk Tomini adalah satu-satunya teluk besar yang berada di

garis khatulistiwa.
Profil Wilayah II-2
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Posisi Teluk Tomini sendiri secara administrasi mencakup 3 (tiga)

wilayah propinsi dan 7 (tujuh) kabupaten/ kota, yakni:

¾ Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bolaang

Mongondow (Propinsi Sulawesi Utara), Kabupaten Gorontalo,

Kota Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwatu

dan Kabupaten Bone Bolango (Propinsi Gorontalo);

¾ Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten parimo

(Propinsi Sulawesi tengah);

¾ Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Poso dan

Kabupaten Banggai (Propinsi Sulawesi Tengah)

Secara topografis kedua perairan tersebut memiliki perbedaan yang

cukup menyolok dimana perairan pantai utara relatif lebih landai

(terutama di Teluk Kwandang) dimana kedalaman 200 meter masih

dapat dijumpai hingga 25 km dari garis pantai. Hal yang sangat

berbeda dijumpai di pantai selatan, dimana dasar lautnya lebih curam

dimana sedalam 200 meter hanya dapat ditemui hingga 10 km dari

garis pantai. Keadaan pasang surut (pasut) di daerah ini dipengaruhi

oleh rambatan pasut dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Laut

Sulawesi dan Laut Maluku. Tipe pasang surut di kedua perairan ini

adalah campuran dengan dominasi pasut ganda.

Bertolak dari batasan pesisir yang ada, maka ± 80% wilayah Propinsi

Gorontalo adalah kawasan pesisir. Hal ini juga diindikaskan oleh sosio-

kultural masyarakat yang kehidupannya sangat erat dengan

sumberdaya pesisir, selain jumlah desa pesisir yang mencapai 38%

(137 desa) dari 363 desa yang masuk dalam 13 kecamatan.

Profil Wilayah II-3


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Kondisi keadaan alam di daerah ini di selatannya di sepanjang pantai

merupakan daerah yang berbukit-bukit sedangkan pantai utara

sebagian besar merupakan hamparan hutan mangrove atau dataran

pantai sebagai lanjutan dari pegunungan. Sekitar 69,7% wilayah prop.

Gorontalo terdiri atas hamparan lahan dengan kemiringan lereng lebih

dari 40% disusul oleh kelas lereng datar (0-2%) dan kelas-kelas

lainnya.

Foto 2.1
Morfologi perbukitan Lokasi Kegiatan (sisi utara Teluk Tomini)
(foto koleksi: N. Cahyo)

Sedangkan deskripsi geografis yang menjadi lokasi kegiatan adalah

teluk tomini dalam lingkup administrasi Propinsi Gorontalo secara

geografis kurang lebih menempati posisi 122.85°BT - 123.4°BT dan

0.25° LU - 0.55° LU (Gambar 2.1)

Profil Wilayah II-4


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 2.1
: Lokasi Kegiatan

Deskripsi Kependudukan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2001, jumlah penduduk


dikawasan Teluk Tomini mempunyai kepadatan yang bervariasi.

Tabel 2.1
Luas Wilayah, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Sebagian Kawasan
Teluk Tomini Tahun 2001
No. Kabupaten Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan

1. Bolaang Mongondow 8358.04 427958 51.20

Binatauna 348.94 11488 32.92

Sangtombolang 1344.16 15476 11.51

Poigar 322.84 15821 49.01

Kaidipang 200.68 17986 89.63

Pinolosian 809.9 18104 22.35

Lolak 374.54 20078 53.61

Bolaang Itang 739.39 22491 30.42

Profil Wilayah II-5


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo
Bolaang 213.23 23056 108.13

Bolaang Uki 1122.43 28549 25.43

Modayang 195.42 28782 147.28

Kotabunan 699.18 29753 42.55

Lolayan 417.25 34475 82.62

Passi 260.93 34893 133.73

Kotamobagu 29.6 60576 2046.49

Dumoga 1279.55 66430 51.92

2. Kota Gorontalo 64.79 134198 2071.28

Kota Barat 19.26 28137 1460.90

Kota Selatan 28.82 64434 2235.74

Kota Utara 16.71 41627 2491.14

3. Kabupaten Gorontalo 5388.08 488340 90.63

Anggrek - - -

Atinggola 259.96 14476 55.69

Batudaa 298.05 55115 184.92

Batudaapantai 162.25 17250 106.32

Boliyohuto 541.6 65804 121.50

Bonepantai 517.2 27775 53.70

Bongomeme - - -

Kabila 356 35077 98.53

Kwandang 560 44520 79.50

Limboto 253.2 53450 211.10

Motilango - - -

Sumalata 759.82 23113 30.42

Suwawa 771.6 20578 26.70

Tapa 339.6 25484 75.04

Telaga 168.8 52749 312.49

Telagabiru - - -

Tibawa 400 52949 132.37

Tolangohula - - -

Tolinggula - - -

Profil Wilayah II-6


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

2.2 KONDISI FISIK

Iklim

Bulan basah berlangsung selama 7 - 9 bulan dan bulan kering 1 - 3

bulan. Curah hujan berlangsung secara tidak merata yaitu tertinggi

terjadi pada bulan Desember - Januari dan bulan Juni - Juli. Suhu

udara berkisar antara 29,4°C hingga 30°C.

Tanah

Pedogenesa (jenis tanah yang terbentu) di daerah setempat erat

kaitannya dengan litologi di daratan kawasan Teluk Tomini. Tanah di

daerah kepulauan umumnya terbentuk dari bahan induk tanah berupa

batu gamping, napal, aluvium dan sedikit granit, kuarsit dan filit.

Jenis tanah yang banyak dijumpai di wilayah kepulauan Teluk Tomini

adalah kambisol, mediteran, latosol, regosol dan aluvial. Tanah alluvial

pantai yang berlumpur memiliki potensi untuk pengembangan budidaya

tambak ikan karena potensi dan frekuensi inundasi yang tinggi, seperti

yang ditemukan di sebagian besar pesisir Gorontalo bagian selatan.

Tanah latosol banyak terdapat pada dataran tinggi yang mempunyai

kemiringan lereng landai hingga agak curam, sehingga berdasarkan

ketersediaan air/ lengas tanah (soil moisture) - daerah dengan tanah

ini sesuai untuk pengembangan perkebunan jagung, kopi, kakao,

cengkeh, lada dan lain-lain.

Vegetasi dan Penggunaan Lahan

Pada kawasan lereng pegunungan atau dataran tinggi, vegetasi yang

dominan adalah tanaman keras perkebunan dan hutan. Tanaman

perkebunan dijumpai di Kabupaten Banggai dan Kabupaten Bolaang

Profil Wilayah II-7


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Mongondow terutama kelapa. Hutan banyak tumbuh di Kabupaten Poso

dan Kabupaten Banggai. Vegetasi semusim (padi dan palawija) banyak

tumbuh di dataran rendah yang mempunyai cukup air, misalnya di

Kabupaten Bolaang Mongondow yang merupakan lumbung padi Sulawesi

Utara.

Penggunaan lahan (land use) untuk pemukiman terutama terdapat di

daerah dataran rendah yang mempunyai akses bebas ke arah perairan

Teluk Tomini. Intensitas penggunaan lahan sebagai pemukiman

memperlihatkan kecenderungan ke arah dataran rendah sepanjang

pesisir Teluk Tomini dengan konsentrasi tinggi terdapat di Kota

Gorontalo yang mempunyai pelabuhan besar sebagai transit seluruh

komoditas dari dan ke Kawasan Pengelolaan terpadu (Kapet) Batui dan

Bitung. Selain digunakan sebagai lahan pemukiman, dataran rendah

juga dimanfaatkan sebagai lahan persawahan, terutama pada dataran

rendah yang mempunyai infrastruktur terbatas untuk akses ke

perairan.

Temperatur

Temperatur rata-rata permukaan laut perairan teluk Tomini sepanjang

tahunnya secara umum mempunyai kisaran 27 – 30 UC (BRKP,2002).

Sedangkan hasil simulasi model hidrodinamika 3 dimensi Ningsih

memperlihatkan sebaran perubahan temperatur permukaan laut di

perairan Telik Tomini pada bulan agustus (musim timur) berkisar lebih

dari 1 UC hingga 3 UC.

Perubahan temperatur permukaan laut yang besar merupakan indikasi

terjadinya fenomena upwelling. Fenomena upwelling adalah gerakan

masa air secara vertikal dari lapisan dalam (50 – 200 meter) ke

permukaan laut akibat adanya divergensi (kekosongan massa) di

Profil Wilayah II-8


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

permukaan. Daerah upwelling merupakan daerahyang subur karena

gerakan masa air dari lapisan dalam banyak membawa zat-zat hara

yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang pada gilirannya

merupakan makanan zooplankton, yang berpotensi habitat bagi

populasi ikan.

Daerah upwelling yang ditandai dengan perubahan temperatur yang

membesar, terjadi disekitar perairan Teluk Tomini, kepulauan Togean,

serta di perairan utara dan selatan Gorontalo, intensitasnya semakin

menguat. Di beberapa daerah lain juga terjadi perubahan temperatur

yang membesar atau upwelling, diantaranya adalah disepanjang pantai

Manado dan Bitung dengan intensitasnya yang cukup kuat.

Salinitas

Salinitas rata-rata permukaan laut perairan teluk Tomini sepanjang

tahunnya secara umum mempunyai kisaran 32 – 34 psu (BRKP.2002)

dan di periran disekitar mulut teluk lebih tinggi daripada perairan

bagian dalam teluk. Kondisi salinitas ini cukup mendukung untuk

dikembangkannya budidaya perikanan di kawasan teluk.

2.3 KARAKTERISTIK WILAYAH PESISIR PROPINSI GORONTALO

Kondisi perairan pantai di Propinsi Gorontalo tergolong relatif tenang,

baik yang berbatasan dengan Teluk Tomini maupun Laut Sulawesi.

Kondisi perairan pantai yang cukup tenang ini, sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai lokasi budidaya laut, seperti budidaya rumput

laut, ikan-ikan, karang, teripang, kerang mutiara dan budidaya pantai

seperti tambak udang dan bandeng. Disamping potensi tersebut pesisir

Gorontalo juga memiliki sumberdaya nirhayati (seperti potensi mineral

letakan di pantai dan lepas pantai, dibahas dalam bab tersendiri) selain

Profil Wilayah II-9


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

potensi pariwisata, seperti wisata bahari yang sesungguhnya cukup

prospektif namun belum dimanfaatkan secara optimal, baik oleh

masyarakat, pemerintah maupun investor. Ini tiada lain disebabkan

karena untuk mengembangkan sektor tersebut perlu

mempertimbangkan faktor lain yang tak kalah penting seperti

penyediaan fasilitas dan aksesbilitas yang memerlukan penanganan

secara terpadu dan lintas sektoral selain sikap sosio-kultur

masyarakat yang mendukung.

Profil Wilayah II-10


Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B III

METODOLOGI

U
ntuk menjawab segala permasalahan dan menghasilkan sasaran seperti

yang diharapkan, maka diperlukan beberapa metoda kegiatan

pekerjaan baik di lapangan ataupun di laboratorium seperti berikut di bawah

ini:

3.1 SISTIM POSISI PENGAMBILAN DATA

Penentuan posisi dan lintasan survey dari seluruh kegiatan lapangan

yang diinstal di kapal menggunakan Global Positioning System (GPS)

type Garmin 235 yang telah diintegrasikan dengan Personal Computer

(PC) atau laptop sehingga dapat langsung diakses dan diproses di

lapangan sedangkan untuk kegiatan di darat dan pantainya

menggunakan Garmin III plus. Alat ini bekerja dengan dukungan

Metodologi III-1
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

minimal 8 (delapan) satelit, dimana setelah diaktifkan dan deprogram

akan terlihat posisi titik-titik koordinat secara geografis dalam

bentuk lintang dan bujur dengan bidang proyeksi Universal Transver

Mercator (UTM) yang dapat disimpan dan langsung dibaca pada layer

monitor, dimana PDOP yang diambil kurang dari 2.

Pengambilan data lintasan penelitian kedalaman dasar laut dilakukan

dengan rentang waktu setiap 1 (satu) menit, begitu pula untuk data

lintasan seismik. Sebelum melaksanakan pengambilan data, target

posisi kapal disesuaikan dengan rencana lintasan yang telah diplot

kedalam perangkat GPS, sehingga semua olah gerak kapal, termasuk

arah haluan (heading), posisi kapal (pos), arah terhadap target

berikutnya (azimuth) maupun jaraknya dapat dipantau dan diikuti

melalui monitor.

Alat penunjang penentu posisi adalah theodolit, waterpass yang

dilengkapi oleh statif dan rambu ukur. Datum yang digunakan dalam

survei ini adalah WGS-84 sesuai datum pada peta dasar.

3.2 PENELITIAN DAN PEMETAAN GEOLOGI KAWASAN PANTAI

3.2.1 Pemetaan Karakteristik Pantai

Pantai adalah suatu tempat di muka bumi yang selain sangat dinamis

juga sangat kompleks, daerah ini memiliki perubahan yang sangat

cepat mulai dalam rentang waktu yang sangat pendek (jam) atau

bahkan rentang waktu yang panjang (tahunan) dimana proses-proses

tersebut berasal dari darat, laut dan udara. Selain itu tempat ini

juga sangat kompleks dari segi penanganannya, karena biasanya

melibatkan beberapa institusional.

Metodologi III-2
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Pengamatan dari kegiatan ini dilakukan secara langsung dan visual

dengan memperhatikan segala fenomena yang terkait dengan

berbagai proses yang terjadi langsung di sepanjang garis pantai

secara deskriptif. Karena pengamatan yang dilakukan secara

langsung, hasil dari kegiatan ini sangat bergantung pada waktu saat

pengamatan dilakukan, baik itu berupa jam (pasang atau surut) atau

musim (penghujan atau kemarau).

Hal utama yang diamati yang mendasari kriteria pembagian

karakteristik pantai nantinya, adalah: jenis material pantai dan

litologi penyusun tebing pantai, morfologi atau relief pantai serta

proses pantai yang menyertainya.

3.2.2 Pengambilan Contoh Sedimen Pantai Dan Darat

Kegiatan pengambilan contoh sedimen pantai dan darat umumnya

dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemetaan karakteristik pantai,

untuk pengambilan contoh di daratnya hingga ke arah hulu dilakukan

bila ditemukan indikasi keterdapatan mineral logam yang menarik di

pantainya.

Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mencari sedimen kasar di

pantainya, dimana mineral berat diduga terakumulasi sehingga dapat

dijadikan semacam kontrol mengenai keberadaan di lautnya.

3.3 PENELITIAN GEOLOGI DASAR DAN BAWAH LAUT

3.3.1 Pemeruman

Pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk mengukur dan

mengetahui kedalaman dasar laut daerah penelitian berikut pola

morfologi dasar lautnya. Kegiatan ini menggunakan alat perum

Metodologi III-3
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

gema (echosounder) merk Odom Hydrotrack (Gambar 3.1) yang

bekerja dengan prinsip pengiriman pulsa energi gelombang suara

melalui transmitting transducer secara vertikal ke dasar laut.

Kemudian gelombang suara yang dikirim ke permukaan dasar laut

dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver tranducer.

Sinyal-sinyal tersebut diperkuat dan direkam pada recorder

dalam bentuk grafis maupun digital.

Posisi transducer echosounder berada 0,5 meter dari permukaan

air di sebelah kiri kapal dan berjarak lebih-kurang 3 meter dari

antena GPS.

Foto 3.1
Instrumen pengukur kedalaman dasar laut tipe Odom Hydrotrack

3.3.2 Pengambilan Contoh Sedimen Dasar Laut

Kegiatan ini diarahkan pada sedimen permukaanya dengan

menggunakan Alat percontoh comot (grab sampler) yang

Metodologi III-4
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

dilakukan pada bagian permukaan dasar lautnya, biasanya untuk

sedimen kasar yang bersifat lepas dan urai (Foto 3.2).

Foto 3.2
Alat pemercontoh comot (grab sampler)

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis dan pola

sebaran sedimen permukaan dimana mineral terakumulasi,

sehingga memudahkan untuk proses kegiatan selanjutnya.

Pengambilan contoh sedimen permukaan ini akan dilakukan secara

acak namun disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai

dengan interval jarak antar lokasi sesuai dengan kepentingan dan

dapat mewakili daerah penelitian secara keseluruhan.

Metodologi III-5
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

3.3.3 Seismik Pantul Dangkal

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh ketebalan lapisan

termuda (isopach) terutama yang diduga sebagai tempat

terakumulasinya mineral berat permukaan dasar laut dan untuk

mengetahui penyebaran serta penerusannya secara horisontal

berikut interpretasi ketebalannya.

Metoda ini menggunakan sistem perangkat seismik pantul dangkal

berresolusi tinggi tipe uniboom/ boomer (Foto 3.3) dengan

sumber energi 300 joule, lintasan kurang lebih bersamaan dengan

lintasan pemeruman. Metoda ini merupakan metoda yang dinamis

dan menerus dengan memanfaatkan hasil pantulan gelombang

akustik oleh bidang pantul akibat adanya perbedaan berat jenis

pada bidang batas antara lapisan sedimen yang satu dengan yang

lainnya. Gelombang atau signal yang dipantulkan oleh permukaan

dasar laut akan ditangkap oleh hydrophone yang diletakkan 8-12

meter di belakang buritan kapal dan dikirim melalui kabel

hydrophone sepanjang 3-5 meter untuk direkam oleh graphic

recorder . Filter dibuka antara 800 hingga 6000 Hz. Perekaman


menggunakan kecepatan firing 1 second dan kecepatan sweep ½

dan ¼ second kemudian direkam menggunakan graphic recorder

EPC-3200 (Foto 3.4).

Metodologi III-6
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

b.

a
Foto 3.3
Perangkat seismik uniboom (katamaran,3.3a dan hidrofon,3.3b)

Foto 3.4
Panel perekaman data seismik analog dari model EPC 3200

Metodologi III-7
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

3.4 PENGAMATAN DINAMIKA AIR LAUT

3.4.1 Pasang Surut

Pasang surut adalah proses naik turunnya (elevasi) muka laut

secara hampir periodik karena pengaruh gaya tarik benda-benda

angkasa, terutama bulan dan matahari. Untuk memprediksi

kondisi pasut dengan akurasi yang baik diperlukan data

pengukuran paling sedikit selama 15 hari. Tujuan dari pengamatan

pasang surut adalah untuk menghitung tinggi muka laut rata-rata

guna pembuatan peta batimetri.

Pengamatan pasang surut pada penyelidikan ini dilakukan dengan

menggunakan rambu ukur (peal schaal) yang ditempatkan di lokasi

pengamatan pelabuhan Feri Gorontalo (Foto 3.5).

Foto 3.5
Rambu pasang surut

Metodologi III-8
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

3.4.2 Arus

Pengukuran arus dilakukan dengan cara statis, yaitu dengan

memasukan instrumen pengukur arus valeport 106 (Foto 3.6)

pada kedalaman 1, 5, 15 dan 20 meter dengan waktu pengamatan

selama 26 jam. Dari hasil pengukuran ini diperoleh informasi

mengenai kecepatan dan arah dominan arus dari setiap kedalaman

yang diamati.

Foto 3.6
Perangkat Pengukur arus digital tipe
valeport 106. (a ; display monitor dan
b; instrumen sensor)

3.4.3 Gelombang

Pengamatan gelombang tersebar pada beberapa lokasi yang

dianggap representatif untuk menerangkan proses dinamika

oseanografi di daerah penelitian. Hasil pengamatan yang

dilakukan secara visual dengan alat bantu kompas dan rambu

Metodologi III-9
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

pengukur, berupa arah relatif datangnya gelombang yang diplot

pada setiap stasiun pengamatan yang kemudian disebandingkan

dengan data angin tahunan dari stasiun terdekat untuk

mengetahui arah dominan angin khususnya angin yang dianggap

dapat membangkitkan gelombang yaitu yang memiliki kecepatan

diatas 10 knot.

3.5 PEMPROSESAN & ANALISIS DATA GEOLOGI

Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan di lapangan, baik

merupakan kegiatan analisa di laboratorium maupun kegiatan

penafsiran dari data-data yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini

pada dasarnya meliputi:

3.5.1 Analisa Besar Butir (Granulometri)

Didahului dengan pengamatan megaskopis hasil dari kegiatan

pengambilan contoh sedimen permukaan maupun pemboran.

Analisa ini dilakukan dengan cara pengayakan dalam suatu urutan

mesh dengan bukaan yang berbeda (mulai dari ukuran –2 phi, yang
terbesar hingga 4 phi merupakan ukuran yang terkecil dengan

interval mesh antar fraksi adalah 0,5 phi), selain itu dilakukan

juga dengan metoda pipet (Foto 3.7a dan b) untuk sedimen yang

berukuran halus yang mengacu kepada kaidah hukum Stokes.

Dari hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam program

Kummod untuk mengetahui klasifikasi penamaan terhadap

tekstur sedimen berdasarkan hukum Folk (1974).

Metodologi III-10
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis, tekstur dan

parameter statistik sehingga diketahui lingkungan pengendapan

dari sedimen dimana mineral tersebut terakumulasi.

a.

b.

Foto 3.7

Perangkat pengayakkan besar butir untuk sedimen kasar (a) dan sedimen
halus/ lumpur (b)

Metodologi III-11
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

3.5.2 Analisa Mineral Berat

Analisa ini dilakukan secara metoda basah (wet method) dengan

menggunakan larutan berat bromoform (BJ 2,89); (Foto 3.8) dan

metode kering (dried method) khusus untuk contoh daratnya

dengan menggunakan isodinamik separator. Ke-dua metoda di

atas dimaksudkan untuk memisahkan mineral berat dan mineral

ringannya, karena umumnya mineral letakan yang ada dalam

bentuk mineral berat yang selanjutnya diamati secara

mikroskopis guna mengetahui variasi mineral beratnya. Analisa ini

dimaksudkan juga untuk menghitung konsentrasi setiap mineral

yang ditemukan (dalam porsen berat).

Foto 3.8
Lemari asam untuk analisa mineral berat secara wet method

Metodologi III-12
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

3.5.3 Analisa Geokimia

Analisa ini dilakukan dengan metoda Atomic Absorption


Spectrometric (AAS); (Foto 3.9) untuk mengindentifikasi secara
khusus unsur logam seperti Au, Cu, Zn dll termasuk

konsentrasinya, analisa unsur utama (major element) guna

mengetahui komposisi utama pembentuk batuan, selain juga

diperlukan analisa titrasi untuk mengetahui beberapa unsur

(senyawa) tertentu.

Foto 3.9
Seperangkat alat AAS (tabung pengukur unsur & display)

3.5.4 Analisa Petrografis

Dilakukan terhadap batuan keras guna mengetahui jenis batuan

yang tercerminkan dari komposisi variasi mineral secara

pengamatan sayatan tipis di bawah mikroskop petrografis (Foto

3.10), berikut teramati pula tekstur dan bentuk kristal dari

Metodologi III-13
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

setiap mineral selain itu dapat dikenali pula ada/tidaknya alterasi

yang terjadi berdasarkan adanya mineral ubahan yang teramati.

Foto 3.10
Mikroskop untuk pengamatan sayatan tipis dan perangkat fotomikrograf

3.6. PEMPROSESAN DAN ANALISIS DATA GEODESI &

GEOFISIKA

3.6.1 Pemeruman

Data yang diperoleh dari pemeruman dikoreksi terhadap titik

tengah pengukuran pasang surut di daerah penelitian, sedangkan

untuk posisi pengambilan data dilakukan koreksi terhadap posisi

transduser di kapal. Dari ke-dua koreksi yang dilakukan tersebut,

selanjutnya dibuat peta kedalaman dasar laut (batimetri) dengan

menarik garis kesamaan kedalaman dengan interval kedalaman

setiap garis adalah 1 meter atau disesuaikan. Kemudian untuk

memudahkan pemahaman dalam proses sedimentasinya, peta

Metodologi III-14
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

kedalaman di atas ditransformasikan dalam bentuk tiga demensi

(3-D) dengan menggunakan program Surfer 7.

3.6.2 Penafsiran Data Seismik

Dalam penafsiran rekaman seismik dilakukan dengan

menggunakan data pembanding berupa: Peta Geologi Lembar

Tilamuta dan Kotamobagu. (Puslitbang Geologi, 1976).

Penafsiran data seismik ini dilakukan dengan maksud untuk

merekonstruksi kondisi geologi termasuk struktur yang

menyertainya serta lapisan-lapisan sedimen bawah permukaan

selain itu bila memungkinkan dapat pula mengetahui ketebalan

sedimen terkini yang sedikit banyak berpengaruh dalam

mengetahui kondisi akumulasi endapan mineral letakannya.

Struktur bawah permukaan diharapkan dapat ditafsirkan

berdasarkan kenampakan pola reflektornya, untuk menerangkan

proses keterjadian, khususnya untuk mengetahui ketebalan

sedimen kuarternya yang dicerminkan dengan pola reflektor yang

cenderung transparan (free reflector) , apabila ada - pada

beberapa lintasan terpilih digunakan alat bantu program MapInfo

7.5.

Secara umum penafsiran rekaman seismik pantul dangkal saluran

tunggal didasarkan pada hubungan antara karakteristik pola dan

tipe internal reflector serta dengan memperhatikan bentuk dan

batas sekuen, sehingga akan diperoleh batas antar sekuen yang

mencerminkan bidang perlapisan batuan.

Metodologi III-15
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B IV

H ASIL

B erdasarkan beberapa kegiatan pengambilan data lapangan yang

ditunjang dengan analisis laboratorium juga pengolahannya, ada

beberapa hasil yang dapat disajikan di bab ini meliputi:

4.1 LINTASAN POSISI PENGAMBILAN DATA

Lintasan penentuan posisi dan lintasan survey hasil dari pemanfaatan

Global Positioning System (GPS) type Garmin 235 yang terinstal di


kapal survei dan telah diintegrasikan dengan Personal Computer (PC)

atau laptop, seperti terlihat pada (Gambar 4.1) yang memperlihatkan

lintasan yang diperoleh sepanjang 110 kiloline.

Pengambilan data lintasan posisi dilakukan setiap saat selama kapal

berolah gerak mengikuti lintasan yang telah direncanakan sebelumnya,

namun untuk memudahkan di dalam penggambaran dan dengan alasan

Hasil IV-1
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

teknis seperti kesesuaian dengan metode survei lain seperti seismik

terhadap waktu, maka waktu dan posisi yang terplotting dalam peta

lintasan posisi diambil setiap rentang 1 menit.

4.2 PENELITIAN DAN PEMETAAN GEOLOGI KAWASAN PANTAI

4.2.1 Pemetaan Karakteristik Pantai

oleh: Noor CD. Aryanto dan Deny Setiady

Lokasi kegiatan penyelidikan yang secara geografis terdapat di dalam

teluk memberikan kenampakan morfologi yang lengkap dan menarik,

dimana morfologi perbukitan dengan lereng-lereng bukit yang curam

maupun pedataran dengan hamparan pasir pantai yang luas dapat

dijumpai di lokasi ini.

Secara penafsiran awal karakteristik pantai lokasi kegiatan dapat

dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Pantai berbatu; (2) Pantai bertebing

dan (3) Pantai berpasir.

Pantai berbatu

Keterdapatan pantai jenis ini ditemukan secara setempat-setempat,

seperti dijumpai di bagian barat muara S. Bone di sepanjang Pantai

Indah, masyarakat setempat menyebutnya Pantai Tangga 2000 yang

secara umum pantainya tersusun atas batuan granit dan diorit

berukuran bongkah-bongkah (boulder), yang sekaligus berfungsi

sebagai bahan penguat tebing pantai buatan – (Foto 4.1, 100_0021).

Pemanfaatan ruang pantai sehari-harinya sebagai salah satu tempat

wisata favorit masyarakat Gorontalo, khususnya disetiap Rabu dan

Sabtu malam. Selain itu jenis pantai ini juga ditemukan di sisi timur

muara S. Bone, yaitu di sekitar pantai Kunawe, hampir sama dengan

Hasil IV-2
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Pantai Indah di pantai ini tersusun atas batuan diorit hanya dengan

ukuran bongkah yang lebih kecil daripada di Pantai Indah. Pemanfaatan

pantai di lokasi ini yang dirasa penting adalah sebagai sarana pelabuhan

utama Propinsi Gorontalo, baik sebagai pelabuhan angkutan barang

maupun pelabuhan penyeberangan penumpang antar pulau (reguler).

Namun demikian yang patut disayangkan adalah munculnya banyak

bangunan semi-permanen yang sangat jelas terlihat di sepanjang sisi

timur arah masuk ke pelabuhan sehingga memberikan kesan kumuh

karena penataannya yang kurang terintegrasi.

Foto 4.1.
Batuan diorit yang menyusun Pantai berbatu
di Pantai Indah Tangga 2000

Pantai bertebing

Di daerah penelitian hampir sebagian besar jenis pantainya merupakan

jenis pantai ini, karena pada bagian pantainya masih tersusun oleh

batuan keras, baik berupa batuan gamping kristalin (di beberapa

tempat ada pula batugamping bioklastik) dan batuan beku lainnya.

Secara umum yang dimaksud dengan pantai bertebing pada klasifikasi

Hasil IV-3
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ini, adalah pantai yang tidak memiliki dataran paras pantai (beach

face) meiliki bentukan berupa gawir dengan kemiringan lereng lebih


dari 60°. Umumnya jenis pantai ini menyusun morfologi tanjung,

seperti di daerah Oluhuta, Olele, Bilungala, Manunggang Daa dan

Tombulitato (Foto 4.2, 100_0056).

Pemanfaatan jenis pantai ini umumnya berupa hutan baik yang

diusahakan oleh pemerintah daerah maupun penduduk setempat berupa

perkebunan jagung juga tanaman keras lainnya.

Foto 4.2.
Batugamping terumbu merupakan penyusun Pantai bertebing di sekitar
pantai Olele.

Pantai berpasir

Pelamparannya hampir sama dengan pantai bertebing, karena

keberadaan ke-dua jenis pantai ini silih-berganti mengikuti morfologi

antara tanjung dan teluk. Material penyusun pasir dapat dibedakan

berdasarkan warna pasirnya antara pasir yang berwarna kecoklatan

Hasil IV-4
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

sebagai hasil rombakan foram besar dan pasir yang tersusun atas

material rombakan batuan beku dan volkanik (lithic), (Foto 4.3,

100_055).

Pemanfaatan jenis pantai ini biasanya berupa tempat pendaratan kapal

nelayan disamping sarana dan prasarana nelayan lainnya, seperti TPI

atau bahkan tempat pemukiman nelayan.

Foto 4.3.
Pantai berpasir dengan material penyusun rombakan batuan beku dan
volkanik di utara muara sungai di pantai Tombulitato

Hasil IV-5
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.1
Peta Lintasan Survei

Hasil IV-6
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.2 Peta Karakteristik Pantai Lokasi Telitian


Hasil IV-7
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.2.2 Satuan Geomorfologi Darat

oleh: Noor CD. Aryanto

Telah dipaparkan di bab terdahulu bahwa morfologi darat

Gorontalo karena faktor geologi (litologi dan struktur) memiliki

bentukan yang demikian variatif, sehingga dipandang perlu

dibuat satuan geomorfologinya.

Penentuan satuan geomorfologi daerah telitian dilakukan melalui

beberapa tahapan, tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

A. Pembuatan peta kemiringan lereng


Pembuatan peta lereng dalam persen (%) dari peta topografi

yang ada, dilakukan dengan metode Wenworth.

Pada peta topografi yang menjadi dasar pembuatan peta lereng

dibuat kisi/jaring (grid) yang berukuran 1cm, kemudian masing-

masing bujursangkar dibuat garis sayatan yang memotong tegak

lurus kontur yang terpotong oleh garis sayatan yang memotong

tegak lurus kontur yang terpotong oleh garis sayatan tersebut,

maka kemiringan lereng atau sudut lereng dapat ditentukan

dengan rumus:

(N-1) x IK

B = x 100 %
Jarak horizontal x skala peta

dimana : B = sudut lereng

N = jumlah kontur yang terpotong garis sayatan

IK = interval kontur (m)

Hasil IV-8
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B. Pengklasifikasian morfologi daerah telitian


Pengklasifikasian ini dilakukan dengan memasukkan data sudut

lereng/kemiringan lereng ke dalam klasifikasi Van Zuidam,

1979. Berdasarkan klasifikasi tersebut dapat diketahui bahwa


daerah telitian memiliki kemiringan lereng sebagai berikut:

ƒ Kemiringan lereng (8.33 % - 12.5 %) ⇒ landai

ƒ Kemiringan lereng (16 % - 18.75 %)⇒ sedang

ƒ Kemiringan lereng (21.43 % - 50 %) ⇒ curam

Kemudian hasil analisa dengan menggunakan metode Wenworth

dimasukkan ke dalam Klasifikasi Lereng dan Satuan Relief maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

• Lereng (8.33%-12.5%) ⇒ Topografi

berombak/bergelombang dengan kemiringan lereng

rendah.

• Lereng (16%-18.75%) ⇒ Topografi

bergelombang/berbukit dengan lereng sedang.

• Lereng (21.43 -50%) ⇒ Topografi

berbukit terkikis dalam dengan lereng curam.

C. Penentuan dan analisis Litologi


Litologi daerah telitian diketahui dari peta geologi.

D. Penentuan Genetik daerah telitian


Penentuan meliputi analisis berupa hubungan dari segala proses

yang bekerja pada pembentukan suatu bentuklahan. Genetik

dari morfologi yang ada dapat dilakukan dengan peta geologi,

peta topografi.

Hasil IV-9
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

E. Penentuan Pola pengaliran


Penentuan pola pengaliran dilakukan untuk membantu

interpretasi indikasi dan faktor-faktor yang berpengaruh pada

daerah yang ada. Pola pengaliran dapat diketahui dari analisa

pola pengaliran yang terdapat pada peta topografi (diuraikan

dalam sub bab tersendiri).

F. Penentuan Satuan Geomorfologi


Penentuan satuan geomorfologi dengan memperhatikan aspek

litologi, genetik, relief. Dari berbagai aspek tersebut kemudian

ditentukan satuan geomorfologinya yang kemudian dibuat dalam

tabel berikut:
Satuan Pola
Relief Genetik Litologi Simbol
Geomorfologi pengaliran
- Batugamping Koral.F.
Tinombo; lava, basal,
lava andesit, breksi
gunungapi, selingan
batupasir wake,
batupasir hijau,
batulanau, batugamping
Perbukitan Pv1
merah, batugamping
vulkanik Perbukitan Vulkanik Paralel
kelabu dan sedikit
berlereng curam
batuan
termetamorfkan.
- Batuan gunungapi,
Breksi gunungapi, tufa,
lava.
- Diorit Boliohuto: diorit
dan granudiorit.
Perbukitan - Batuan gunungapi,
vulkanik Perbukitan Vulkanik breksi, tufa, lava. Paralel Pv2
berlereng sedang
-Batuan gunungapi,
Breksi, aglomerat, lava,
Perbukitan
Vulkanik sisipan batupasir. PK1
kompleks Perbukitan Dendritik
Struktur - Batuan gunungapi;
berlereng sedang
breksi gunungapi, tufa,
lava.
Perbukitan - Batuan terobosan:
Intrusi,
strutural Perbukitan granit, granodiorit, Subdendritik
struktur PS
berlereng diorit.

Hasil IV-10
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

rendah/landai
- Batuan gunungapi:
breksi gunungapi, tufa,
lava.
- Batuan gunungapi:
breksi gunungapi,
Perbukitan Vulkanik aglomerat, lava PK2
kompleks Perbukitan struktur, mengandung sisipan Dendritik
berlereng curam intrusi batupasir, batulanau,
serpih dan
batugamping.
- Batuan terobosan:
granit, granodiorit,
diorit.
Tabel 4.1
Satuan Geomorfologi Daerah Telitian

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diperoleh satuan

geomorfologi daerah telitian adalah sebagai berikut (Gambar

4.3; Peta Satuan Geomorfologi Darat):

1. Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng curam

Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng curam ini

menempati bagian barat daerah telitian yaitu daerah

Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bongo Barat, dimana daerah ini

memiliki relief perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam

yang berkisar antara 22.22% sampai 50%. Pola pengaliran

satuan ini adalah paralel. Litologi satuan perbukitan vulkanik

berlereng curam ini adalah

(i) Batugamping Koral. Formasi Tinombo; lava, basal, lava

andesit, breksi gunungapi, selingan batupasir wake,

batupasir hijau, batulanau, batugamping merah,

batugamping kelabu dan sedikit batuan termetamorfkan.

(ii) Batuan gunungapi, Breksi gunungapi, tufa, lava.

(iii) Diorit Boliohuto: diorit dan granudiorit.

Hasil IV-11
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Litologi satuan ini didominasi oleh batuan gunungapi, dengan

demikian dapat diinterpretasikan bahwa genetik atau proses

yang bekerja pada pembentukan bentuklahan daerah ini adalah

vulkanik. Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran

yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan

Geomorfologi Perbukitan vulkanik berlereng curam.

2. Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang

Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang ini

menempati daerah Bongo Timur, Pohe, Donggala, Tenda, dengan

relief perbukitan dengan kemiringan lereng sedang yang

berkisar antara 15% sampai 20%. Pola pengaliran daerah ini

adalah paralel. Litologi daerah dengan satuan geomorfologi

perbukitan vulknik ini adalah Batuan gunungapi: Breksi, Tufa,

Lava, dari litologi yang ada mengindikasikan hasil dari proses

vulkanik, dengan demikian maka diinterpretasikan bahwa proses

yang bekerja pada pembentukan bentuklahan (genetik) daerah

ini adalah vulkanik. Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola

pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam

Satuan Geomorfologi Perbukitan vulkanik berlereng sedang.

3. Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng sedang

Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng sedang ini

menempati daerah Leato, Leato Selatan, Tamboo, Inengo,

Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Oluhuta,

Timbuoto, Luwohu, Talumolo yang memiliki relief perbukitan

dengan lereng sedang yang berkisar antara 16.67% sampai

8.75%. Pola pengaliran daerah ini dendritik. Litologi satuan ini

adalah:

Hasil IV-12
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

(i) Batuan gunungapi: Breksi, Aglomerat, Lava, sisipan Batupasir.

(ii) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Tufa, Lava.

Litologi didominasi oleh batuan gunungapi, dengan demikian

dapat diinterpretasikan proses yang bekerja pada pembentukan

lahan (genetik) daerah ini adalah vulkanik Selain itu dari peta

geologi diketahui adanya pengaruh struktur geologi, maka

genetik daerah telitian adalah struktur juga. Berdasarkan

relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah

ini dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan

kompleks berlereng sedang.

4. Satuan geomorfologi Perbukitan Struktural berlereng landai

Satuan geomorfologi perbukitan struktural berlereng landai ini

menempati daerah dekat sungai Bone, dengan relief perbukitan

dan kemiringan lereng landai yang berkisar antara 8.33% sampai

12.55%. Litologi daerah ini adalah Batuan terobosan: Granit,

Granodiorit, Diorit, dengan demikian maka diinterpretasikan

bahwa proses yang bekerja pada pembentukan bentuklahan

(genetik) daerah ini adalah intrusi. Selain itu terdapat juga

struktur yang bekerja pada daerah telitian, maka dapat

diinterpretasikan bahwa daerah telitian juga dipengaruhi

struktur geologi dalam genetiknya. Dengan demikian karena

proses yang bekerja dalam pembentukan bentuklahan daerah

telitian adalah struktur geologi dan intrusi, namun yang sangat

berpengaruh dalam genetik daerah telitian adalah struktur

maka dapat dapat diinterpretasikan bahwa daerah ini memilik

satuan geomorfologi Perbukitan struktural. Berdasarkan relief,

genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah ini

Hasil IV-13
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan

struktural berlereng landai.

5.Satuan Geomorfologi Perbukitan Kompleks Berlereng Curam

Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng curam ini

menempati daerah Olele, Tolotio Kiki, Tamboo, Mobuhu,

Bilungala, Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga Tengah,

Tambulitato, dengan relief perbukitan dengan kemiringan

lereng curam yang berkisar antara 21.42% sampai 50%. Litologi

daerah telitian adalah

(i) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Tufa, Lava.

(ii) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Aglomerat, Lava,

mengandung sisipan Batupasir, Batulanau, Serpih dan

Batugamping.

(iii) Batuan terobosan: Granit, Granudorit, Diorit.

Litologi daerah telitian didominasi oleh batuan gunungapi,

dengan demikian diinterpretasikan vulkanik merupakan salah

satu genetik dari daerah ini. Terdapat juga intrusi Granit,

Granudiorit, dan Diorit, maka dapat diinterpretasikan bahwa

intrusi merupakan proses yang berhubungan dengan

pembentukan bentuklahan di tempat ini, kemudian terdapat

juga struktur geologi yang ada di Batuan Gunungapi Bilungala

yaitu zona sesar naik bersudut ± 30o, di Sungai Tambulitato,

Sungai Bilungala didapatkan perlipatan terbuka dengan

kemiringan sayap sekitar ± 30o dan sumbu berarah hampir

Timur – Barat, dengan demikian daerah ini dimasukkan dalam

perbukitan kompleks karena proses pembentukan bentuklahan

daerah ini kompleks yaitu vulkanik, struktur, intrusi.

Hasil IV-14
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada

maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi

Perbukitan kompleks berlereng curam.

4.2.3 Penentuan Pola Aliran

oleh: Noor CD. Aryanto dan Yogi Noviadi

Secara umum daerah telitian seperti terlihat di Peta Pola Aliran

(Gambar 4.4) memiliki 3 pola pengaliran, sebagai berikut:


1. Pola pengaliran paralel

Pola pengaliran paralel ini mengindikasikan bahwa sungai terbentuk

dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel pada

bentang alam yang panjang serta mencerminkan kemiringan lereng

yang cukup besar dan hampir seragam.

Pola pengaliran ini di daerah telitian berupa:

‰ Sungai pola pengaliran paralel berjenis sungai permanen (aktif)

terdapat pada bagian paling Barat dari daerah telitian, sungai di

daerah Batulanggelo, Sungai di daerah Bongo Timur, Pohe,

Batato, Leato, Leato Selatan, Molutabu Timur, Sungai Dutula

Oluhuta, Sungai Dutula Olele, Sungai Dutula Molutabu, Sungai

Manungga Daa, Sungai di sebelah Barat Dutula Mopuya kiki.

Sungai-sungai tersebut di atas kandungan debit airnya tetap.

‰ Sungai pola pengaliran paralel berjenis sungai

intermittent/periodik (tidak aktif) yang terdapat di daerah


Leato Selatan, sungai di daerah Inengo, Sungai di daerah Tihu,

sungai di daerah Botungobungo, sungai Dutula Moota Kiki,

Sungai Dutula Tapambundu. Sungai-sungai tersebut di atas

kandungan airnya tergantung pada musim, pada musim hujaN

Hasil IV-15
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.3
Peta Satuan Geomorfologi Darat Daerah Telitian dan sekitarnya

Hasil IV-16
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

‰ debit airnya besar sedangkan pada musim kemarau debit airnya

kecil sampai kering.

2. Pola pengaliran Dendritik

Pola pengaliran ini mengindikasikan bahwa sungai memiliki bentuk

menyerupai cabang-cabang pohon, mencerminkan batuan yang sama

(homogenitas batuan) atau tanah yang seragam, lapisan sedimen

horizontal atau miring landai, kontrol struktur tidak begitu nampak.

Pola pengaliran ini dimiliki oleh:

‰ Sungai pola pengaliran dendritik berjenis sungai permanen

(aktif) terdapat di sebelah barat dan timur daerah

Batulanggelo, Sungai Dutula Olohuta, sungai Dutula Tolotio,

Sungai Dutula Uabanga, Sungai Dutula Mopuya Daa, Sungai

Dutuna Matango, sungai di sebelah Timur Tiumbolo dan

sebagian kecil sungai-sungai yang bermuara di Sungai Bone.

sungai-sungai tersebut di atas merupakan sungai yang debit

airnya tetap.

‰ Sungai pola dendritik berjenis sungai intermittent/periodic

terdapat di sebelah timur daerah Tambulitato, dimana

kandungan airnya tergantung pada musim, pada musim hujan

debit airnya besar sedangkan pada musim kemarau debit airnya

kecil sampai kering.

3. Pola pengaliran subdendritik

Pola pengaliran ini mengindikasikan bahwa sungai-sungai tersebut

merupakan modifikasi dari pola dendritik , karena pengaruh dari

topografi dan struktur, pada pola ini topografi sudah miring, struktur

sudah berperan tetapi sangat kecil.

Pola ini terdiri atas:


Hasil IV-17
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

‰ Pola pengaliran Subdendritik yang berjenis sungai permanen

(sungai aktif) terdiri dari Sungai Dutula Bilungala, Sungai

Dutula Tambulitato, Sungai Dutuna Tulaboto dan sebagian

besar sungai yang bermuara di Sungai Bone dimana sungai ini

merupakan sungai yang debit airnya tetap

Hasil IV-18
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.4
Peta Pola Aliran Lokasi Telitian dan sekitarnya

Hasil IV-19
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.3 PENELITIAN GEOLOGI DASAR DAN BAWAH LAUT

4.3.1 Pengukuran Kedalaman Dasar Laut

oleh: D. Ilahude dan Adrian Ibrahim

Berdasarkan lintasan posisi pengambilan data dilakukan pula secara

bersamaan kegiatan pemeruman untuk mengetahui kedalaman dasar

laut berikut bentuk morfologinya. Berdasarkan hasil ekstrapolasi dari

titik-titik kedalaman dari setiap lokasi pengambilan data diperoleh

Peta Kontur Batimetri (Gambar 4.5) dengan kedalaman laut berkisar

antara 25 sampai 500 meter dengan 2 pola kontur; (1) batimetri

dengan pola kontur tertutup (closure) dengan kedalaman semakin

besar ke arah pusat, terlihat mulai daerah Lamu, kemudian Leato

Selatan, Tamboo, Inengo, Modelomo, Molutabu Timur, Oluhuta, Olele,

Tolotio Kiki, Mobuhu, Uabanga Tengah; (2) Kontur batimetri dengan

pola memanjang atau sejajar mengikuti garis pantai di daratnya,

terlihat dari Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bango Barat, Bango Timur,

Batato, Talumolo, Leato, Mohubu, Tihu, Tongo, Botungobungo, dan

Tambulitato.

Terlihat bahwa daerah penelitian memiliki roman dasar laut yang

sangat ekspresif, terlihat pada berbagai tempat - dengan jarak

hanya lebih-kurang 50 meter dari pantai telah memiliki kedalaman

lebih dari 150 meter, ini antara lain yang menyulitkan dalam hal

akuisisi pengambilan data sehingga lintasan didesain tidak begitu

(terlalu) jauh ke arah laut. Kedalaman dasar laut yang dihasilkan

umumnya berkisar hingga 250 meter, untuk lokasi yang ke arah timur

(lepas pantai Tombulitato) bahkan memiliki kedalaman hingga hampir

500 meter.

Hasil IV-20
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.5
Peta Kedalaman Dasar Laut Lokasi Telitian

Hasil IV-21
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.3.2 Satuan Morfologi Dasar Laut

oleh: Yogi Noviadi dan Adrian Ibrahim

Dari peta tersebut denggan menggunakan program surfer 7.0

diperoleh gambaran umum mengenai bentuk morfologi dasar lautnya

sehingga dapat dibagi menjadi tiga (3) satuan morfologi dasar laut,

yaitu:

1. Satuan Morfologi Tinggian

2. Satuan Morfologi Lereng Pantai

3. Satuan Morfologi Lembah

Satuan Morfologi Dasar Laut Tinggian

Satuan morfologi tinggian merupakan kenampakan bentuk permukaan

dasar laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan

sekitarnya, biasanya dicirikan oleh adanya bukit-bukit yang diapit

oleh lembah. Satuan ini menempati bagian tepi dari Teluk Tomini

meliputi daerah Inego dengan kedalaman berkisar antara (-25m)

sampai (-100m) dan bagian tengah dari Teluk Tomini, satuan ini

mempunyai luas kurang lebih 20 % dari daerah telitian.

Satuan Morfologi Dasar Laut Lereng Pantai

Satuan morfologi lereng pantai ini dicirikan oleh adanya kemiringan

antara pantai dengan permukaan dasar laut, hal ini disebabkan oleh

kemiringan dasar laut pada umunya bertambah ke arah laut lepas.

Satuan ini menempati hampir di sepanjang garis pantai dengan luas

kurang lebih 45% dari seluruh daerah telitian.

Hasil IV-22
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Satuan Morfologi Dasar Laut Lembah

Satuan morfologi lembah ini merupakan kenampakan morfologi dasar

laut yang kenampakannya dari suatu dataran sampai mempunyai

kemiringan yang relatif besar.

Satuan morfologi ini pada umumnya merupakan suatu kenampakan

morfologi dasar laut yang memiliki kedalaman yang besar. Satuan

lembah ini terdapat di bagian tengah dan tepi Teluk Tomini meliputi

daerah Leato, Leato Selatan, Inengo, Molutabu Barat, Molutabu

Timur, Olele, Mobuhu, Tolotio Kiki, Tongo, Uabanga Tengah, dan

daerah bagian Timur dari dari daerah telitian. Satuan sedimen yang

menyusun satuan ini pada umumnya lanau, pasir krikilan. Satuan ini

mempunyai luas kurang lebih 35 % dari daerah telitian.

Khusus untuk daerah lepas pantai Olele yang oleh pemerintah daerah

setempat diproyeksikan sebagai daerah wisata selam coba

diperlihatkan dalam bentuk 3 dimensi (Gambar 4.6).

Hasil IV-23
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.6
Morfologi Dasar Laut Olele

4.3.3 Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut

oleh: Noor CD. Aryanto

Berdasarkan hasil analisa besar butir yang mengacu pada Klasifikasi

Folk, 1979 diperoleh sebaran sedimen permukaan dasar laut masing-

masing adalah sebagai berikut:

1. Satuan Sedimen Kerikil Pasiran

Satuan Sedimen Krikil Pasiran menempati daerah sebagai berikut:

Hasil IV-24
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ƒ Di daerah Batulanggelo, Olimoo, Lamu yang diwakili oleh antara

lain GRTL-05. Satuan Sedimen Krikil Pasiran ini berbentuk

memanjang dan menempati daerah pantai dan laut dengan

kedalaman antara 0 sampai (75m) dan makin dalam ke arah timur

hingga kedalaman kurang-lebih 100 m.

Kerikil pasiran ini diinterpretasikan berasal dari material-

material vulkanik yang tererosi yang menjadi tempat sungai

berada, dimana material-material vulkanik tersebut lapuk dan

tertransport oleh sungai sampai ke pantai. Proses transportasi

material sedimen sampai ke pantai sangat erat kaitannya dengan

curah hujan yang tinggi di daratan bagian Utara Gorontalo,

dimana pada saat curah hujan tinggi maka banyak sedimen

daratan yang terangkut oleh limpasan permukaan dan terbawa

sampai ke muara-muara sungai.

ƒ Di daerah Leato Selatan, Tambo, Inengo, Modelamo, Molutabu

Barat, Molutabu Timur, Oluhuta, diwakili oleh antara lain GRTL-

30. Satuan sedimen Kerikil pasiran ini diinterpretasikan berasal

dari Sungai Bone di daerah Tenda, Talumolo yang mentransport

material sampai ke pantai, yang bekerja pada musim tenggara

dimana energi gelombang akan mencapai maksimum dan memicu

percepatan arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen

di sepanjang pantai. Hal ini diinterpretasikan dari Terumbu yang

terdapat di bagian tepi pantai yang memanjang dari Leato

Selatan sampai ke Olele, dimana pada daerah dimana Terumbu

berkembang dan hidup membutuhkan sinar matahari, jika

terdapat suplai sedimen maka akan terjadi kekeruhan, dengan

demikian sinar matahari tidak dapat masuk dan mendukung

pertumbuhan Terumbu. Pada tempat yang kekurangan matahari

Hasil IV-25
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

maka Terumbu tidak dapat hidup dan tidak dapat berkembang

dengan baik.

ƒ Di daerah Tolotio Kiki diwakili oleh antara lain GRTP-35. Satuan

sedimen Krikil pasiran ini menerus ke bagian tengah laut dan

terdapat pada kedalaman 0 sampai (200m). Kerikil pasiran ini

diinterpretasikan berasal dari pelapukan batuan vulkanik yang

dilalui oleh sungai, material-material vulkanik yang dilalui oleh

sungai tertranspor melalui Sungai Dutula Tolotio dan sampai ke

pantai dan bukan hanya tertransport pada kedalaman lebih besar

namun juga tertransport ke arah Barat dan Timur karena

pengaruh arus dan gelombang yang bekerja pada musim tenggara

dimana energi gelombang akan mencapai maksimum dan memicu

percepatan arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen

di sepanjang pantai.

Secara keseluruhan satuan sedimen Kerikil pasiran ini menempati

± 30 % dari daerah telitian.

2. Satuan Sedimen Pasir Kerikilan

Satuan sedimen Pasir kerikilan ini terdapat di daerah sebagai

berikut:

• Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah

Batulanggelo, Olimo, Lamu. Satuan sedimen pasir ini berbentuk

memanjang dan terdapat pada kedalaman antara (50m) sampai

(325m).

• Satuan sedimen Pasir kerikilan ini diinterpretasikan berasal

dari sungai-sungai yang bermuara sampai ke pantai dimana

material-material tersebut mengalami transportasi lebih

lanjut yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus pantai

Hasil IV-26
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

(Rip Current) menyebabkan material sedimen tertransport ke

bagian laut yang lebih dalam. Kemudian terjadi angin dari arah

Tenggara dan Selatan pada musim tenggara yang

menggerakkan energi dan gelombang yang cukup memperbesar

energi dan gelombang sejajar pantai (Longshore Current)

sehingga material sedimen tertransport ke arah barat dan

timur daerah telitian.

• Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah

Tamboo, Inengo, Modelamo pada kedalaman (125m) sampai

(275m), satuan ini berbentuk memanjang. Sedimen pasir ini

diinterpretasikan berasal dari material Kerikil pasiran yang

terus tertransport karena pengaruh energi dan gelombang,

serta pada saat curah hujan tinggi maka material sedimen

dapat tertransport sampai kedalaman laut yang lebih besar.

ƒ Daerah Oluhuta, Olele diwakili oleh antara lain GRTP-16,

GRTP-21, menempati kedalaman (0 m) sampai (250 m).

Sedimen Pasir kerikilan ini berasal dari: Sungai Dutula

Oluhuta dimana material vulkanik yang dilalui sungai lapuk dan

tertransport sampai ke pantai pada musim hujan dimana pada

musim hujan dimana musim hujan curah hujan tinggi dan

kondisi ini menimbulkan limpasan permukaan yang bermuatan

sedimen yang bermuara ke laut yang kemudian juga terjadi

arus dan gelombang tegak lurus pantai (Rip Current) yang

membawa sedimen Pasir kerikilan bergerak ke bagian lebih

dalam dari laut transportasi lebih lanjut material Kerikil

pasiran dari Molutabu Timur yang karena pengaruh energi dan

gelombang yang tejadi sepanjang pantai maka material

sedimen tertransport ke arah Timur. pengaruh energi dan

Hasil IV-27
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

gelombang yang bekerja pada musim tenggara dimana energi

gelombang akan mencapai maksimum dan memicu percepatan

arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen

sepanjang pantai sehingga dapat mentransport material

sedimen menuju ke arah Timur dari pantai.

• Satuan sedimen Pasir krikilan yang terdapat di daerah Pohe,

Batuto, Leato, Leato Selatan, menempati kedalaman antara

(50 m) sampai (150m), berbentuk memanjang. Pasir kerikilan

ini berasal dari material proses transportasi yang terus

berlanjut yang terjadi pada musim hujan dimana curah hujan

tinggi sehingga mensuplai sedimen dalam jumlah air yang lebih

sangat besar sehingga material sedimen tertransport sampai

ke laut dengan kedalaman yang lebih dalam.

ƒ Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah

Tambo yang diwakili oleh antara lain GRTL-38. Satuan sedimen

Pasir kerikilan ini menempati kedalaman dasar laut antara (25

m) sampai (175m). Material sedimen ini diasumsikan berasal

dari batuan vulkanik yang dilewati sungai sehingga batuan

material vulkanik lapuk dan kemudian tertransport oleh sungai

sampai ke pantai yang diinterpretasikan terjadi pada musim

hujan, dimana curah hujan tinggi dan kondisi tersebut

memungkinkan sedimen daratan yang terangkut oleh limpasan

permukaan dan terbawa sampai ke muara sungai.

• Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah

Mobuhu, Bilungala, Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga

Tengah, dan berbentuk memanjang pada kedalaman (50m)

sampai (275m). Sedimen pasir ini diasumsikan berasal dari

proses transportasi lanjut dari material Kerikil pasiran di

Hasil IV-28
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

daerah Tolotio Kiki diwakili oleh GRTP-34, yang terjadi pada

musim tenggara dimana pada musim ini energi dan gelombang

cukup memperbesar arus sejajar pantai (Longshore Current).

Selain itu di daerah sekitar Sungai Dutulo Pudulo, Sungai

Dutulo Butato, dimana batuan yang dilewati sungai mengalami

pelapukan dan kemudian tertransport sampai ke pantai, dimana

material yang tertransport adalah Pasir Kerikilan diwakili oleh

GRTL-39, kemudian di pantai karena pengaruh arus dan

gelombang yang bergerak sejajar garis pantai maka material-

material tertransport ke arah timur. Dimana pada

transportasi ini diasumsikan terjadi pada musim tenggara

dengan energi gelombang yang menuju pantai cukup

memperbesar arus sejajar pantai yang bermuatan sedimen.

Secara keseluruhan satuan sedimen Pasir krikilan ini menempati

kurang lebih 38 % daerah telitian.

3. Satuan Sedimen Lanau Pasiran

Penyebaran sedimen ini meliputi:

• Daerah Olimoo, Lamu yang memanjang dari barat ke timur,

menempati kedalaman antara (125m) sampai (325m).

Penyebaran Lanau pasiran yang memanjang dari barat ke

timur terjadi pada musim tenggara dimana energi gelombang

yang menuju pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai

yang bermuatan sedimen.

ƒ Daerah Bongo Barat, Bongo Timur, berbentuk memanjang

dari barat ke timur menempati kedalaman antara (25m)

sampai (375m). Sedimen Lanau pasiran ini diinterpretasikan

berasal dari material hasil transportasi sungai dimana

Hasil IV-29
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

material yang tererosi berukuran relatif kecil sehingga

ketika mengalami proses transportasi ukuran butir menjadi

lebih kecil.

• Satuan sedimen Lanau pasiran yang tersebar di daerah

Leato, sebaran sedimen ini menempati kedalaman dasar laut

antara (200m) sampai (300m). Sedimen lanau ini

diinterpretasikan berasal dari proses transportasi lebih

lanjut dari Pasir kerikilan yang ada pada kedalaman

sebelumnya dan karena pengaruh energi dan gelombang yang

bekerja pada musim tenggara maka Lanau pasiran tersebar

ke barat dan timur daerah telitian.

• Sebaran sedimen Lanau pasiran yang tersebar di daerah

Tambo, Inengo, sebaran sedimen ini setempat dan

menempati kedalaman (275m) sampai (350m). Sedimen ini

menempati morfologi cekungan yang diinterpretasikan

berasal dari transportasi lebih lanjut Kerikil pasiran yang

ada pada kedalaman yang lebih dangkal yang terjadi karena

pengaruh arus tegak lurus garis pantai (Rip Current).

• Sebaran sedimen Lanau pasiran di daerah Modelamo, sebaran

sedimen ini setempat dan menempati kedalaman (-275m)

sampai (400m). Sedimen ini diinterpretasikan berasal dari

transportasi lebih lanjut Kerikil pasiran yang ada pada

kedalaman yang lebih rendah yang terjadi karena pengaruh

arus tegak lurus garis pantai.

• Sebaran sedimen Lanau pasiran yang terdapat di daerah

Olele, sebaran sedimen ini setempat saja dan menempati

kedalaman antara (275m) sampai (300m). Sedimen ini

diinterpretasikan berasal dari transportasi Pasir krikilan

Hasil IV-30
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

pada kedalaman yang lebih dangkal yang terjadi karena

pengaruh arus tegak lurus garis pantai.

• Di daerah Mobuhu, sebaran sedimen Lanau pasiran ini

diinterpretasikan berasal dari transportasi lebih lanjut dari

Pasir kerikilan yang ada pada kedalaman yang lebih dangkal

yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus garis pantai

(Rip Current).

• Di daerah Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga Tengah,

sebaran sedimen Lanau pasiran ini berbentuk memanjang dan

menerus serta menempati kedalaman antara (275m) sampai

kurang- lebih (500m). Sedimen Lanau pasiran ini

diinterpretasikan berasal dari transportasi lebih lanjut dari

material Pasir kerikilan dan Kerikil pasiran yang berada pada

kedalaman yang lebih dangkal karena pengaruh arus tegak

lurus garis pantai dan kemudian menyebar ke arah barat dan

timur karena pengaruh angin pada musim tenggara dimana

sangat berpengaruh dalam membangkitkan energi gelombang

menuju ke pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai

yang bermuatan sedimen sehingga material sedimen dapat

bergerak ke arah barat atau timur daerah telitian.

Secara keseluruhan sebaran sedimen Lanau pasiran ini

menempati kurang lebih 25% dari daerah telitian.

4. Satuan Terumbu

Satuan Terumbu dimaksudkan adalah terumbu karang yang

masih tergenang oleh air laut terdapat di daerah seperti:

Hasil IV-31
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ƒ Di daerah Bongo Timur diwakili oleh antara lain GRTL-03,

Terumbu ini menempati kedalaman 0 sampai (25m) dan

berbentuk memanjang.

ƒ Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Batato diwakili

oleh antara lain GRTP-02, Terumbu ini setempat dan

menempati kedalaman antara 0 sampai (25m).

ƒ Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Leato Selatan,

Tambo, Inengo, Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur

diwakili oleh antara lain lokasi GRTP-14, GRTL-24, sebaran

terumbu ini memanjang dan menempati kedalaman antara 0m

sampai (25m).

ƒ Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Bilungala, Tihu,

Tongo, Botungobungo, Uabanga tengah, diwakili oleh antara

lain GRTL-42, GRTL-45, sebaran terumbu ini memanjang dan

menempati kedalaman antara 0 sampai (25m).

Secara keseluruhan sebaran Terumbu ini menempati kurang lebih

7% dari daerah telitian.

Hasil IV-32
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.7
Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Lokasi Telitian

Hasil IV-33
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4 MINERAL

oleh: Noor CD. Aryanto, Hersenanto C. Widi, Deny Setiady dan Hartono

Hasil preparasi dan analisa yang dilakukan terhadap 13 contoh sedimen

pantai maupun dasar laut yang dilakukan secara ‘metode basah’

didapatkan 10 jenis mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 1

material bawaan. Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit,

hematit, hornblende, biotit, augit, diopsit, rutil, zirkon, muskovit dan

limonit. Mineral ringan yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa

sedangkan material bawaan berupa cangkang.

Penyajian kadar ke-10 jenis mineral tersebut untuk tiap lokasi contoh,

berupa persen berat yang merupakan harga perbandingan jumlah berat

mineral yang bersangkutan (gram) terhadap jumlah total berat mineral

berat (gram) dalam fraksi sedimennya lalu dikalikan 100 persen.

Adapun yang dilakukan secara ‘metode kering’ terhadap 4 contoh

batuan keras menghasilkan 7 jenis mineral berat meliputi: magnetit,

ilmenit, epidot, zirkon, piroksin, pirit dan oksida besi.

4.4.1 Mineral Berat

Magnetit (Fe3O4), termasuk dalam grup oksida. Di lokasi telitian,

mineral ini memberikan kenampakan yang hitam metalik dengan bentuk

butir membulat tanggung membentuk seperti rantai karena antar butir

saling tarik menarik (Foto 4.4). Sepintas mirip ilmenit namun agak

kusam. Magnetit terbentuk di bawah kondisi yang agak lemah

dibanding hematit berupa endapan bijih yang terjadi pada beberapa

tipe batuan magmatik, pegmatit dan kontak metasomatik. Hadir di

Hasil IV-34
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

seluruh lokasi yang dianalisa, baik pada sedimen dasar laut maupun

sedimen pantai. Untuk sedimen dasar laut kehadirannya berkisar

antara 0,25% (GRTL-06) hingga 2,37% (GRTL-14). Sedangkan untuk

contoh yang berasal dari sedimen pantai memiliki rentang kisaran yang

cukup lebar antara yang hanya berupa jejak/ trace (GRTP-23) hingga

77,5% (GRTP-07) atau terdapat di sisi barat pantai Bongo Timur.

Foto 4.4
Kenampakan magnetit (GRTP-05), berwarna hitam metalik, bentuk
membulat tanggung, saling tarik menarik

Ilmenit (FeTiO3) termasuk dalam grup oksida. Di lokasi selidikan, yang

diwakili oleh mineral yang berasal dari contoh batuan keras baik yang

berupa singkapan batuan (outcrop) maupun berupa contoh (batuan)

lepas (float), mineral ilmenit mempunyai kenampakan umum berupa:

berwarna hitam, kilap metal, beberapa terbungkus oksida besi

berwarna merah. Bentuk oktahedral hingga membulat tanggung (Foto


Hasil IV-35
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5 ). Komposisi kimiawi (tekstual) terdiri atas Fe 36.8%, Ti 31.6% dan


O 31.6%. Mineral ini umum terdapat dalam batuan plutonik atau batuan

beku basa (gabro, diabas, piroksenit, dll) sering dijumpai berasosiasi

dengan magnetit. Di daerah pantai kandungan tertinggi sebesar 19,5%

dan 17,10% dijumpai di lokasi GRTP-07 dan GRTP-05A (keduanya

terdapat di sisi barat muara S.Bone), sedangkan pada contoh sedimen

laut yang dianalisa, mineral ini tidak dijumpai.

Foto 4.5
Kenampakan ilmenit (GRTP-05), berwarna hitam, bentuk butir
oktahedral-membulat tanggung.

Piroksen (Ca, Mg, Fe (Si2O6)) dibagi dalam 2 subgrup, yaitu: monoklin

dan ortorombik piroksen. Kenampakan umum di bawah mikroskop:

berwarna hijau, transklusen, prismatik sampai tak beraturan (Foto

4.6). Keterdapatan piroksen secara lateral berkisar antara 2,9% yang


dijumpai di sekitar pantai Bongo Timur (GRTP-07) hingga 97% berat

yang merupakan konsentrasi terbesar dijumpai di sekitar pantai

Hasil IV-36
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Uabanga Tengah (GRTP-23), sedangkan pada sedimen dasar laut

kehadiran mineral ini tidak dijumpai.

Foto 4.6
Kenampakan piroksen (GRTP-23), berwarna hijau, transklusen,
prismatik sampai dengan tak beraturan

Epidot (Ca2Al3(SiO4)3 (OH), termasuk dalam kelompok silikat. Di

lokasi telitian kenampakan mineral ini di bawah mikroskop

memperlihatkan warna kuning kehijauan, kusam, bentuk butir sampai

membulat tanggung (Foto 4.7). Kehadiran mineral ini dapat sendiri

atau bisa pula hadir bersamaan dengan zoisite dan kerap berasosiasi

dengan albite pada batuan metamorf derajat rendah dan menengah.

Mineral ini merupakan penciri untuk lingkungan yang kaya akan besi

(hal ini yang membedakan dengan zoisite) Mineral-mineral dalam grup

ini merupakan mineral pembawa kalsium dan aluminium yang penting

dalam kebanyakan batuan. Keterdapatan epidot hanya dijumpai pada

sedimen pantai di sekitar Pohe dan Batato (GRTP-05A) itupun hanya

berupa jejak (trace).


Hasil IV-37
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.7
Kenampakan epidot (GRTP-05A), berwarna kuning kehijauan, bentuk
butir membulat tanggung

Pirit (FeS2), termasuk grup sulfida, memiliki skala kekerasan 6 - 6,5,

berat jenis 4,29 - 5,2. Keterdapatan di alam terkadang berasosiasi

dengan emas, perak, tembaga dan seng. Mencirikan lingkungan

metasomatik kontak dan proses hidrotermal. Kenampakan di lokasi

telitian berwarna kuning metalik, bentuk butir menyudut runcing tak

beraturan (Foto 4.8). Di lokasi telitian dijumpai pada contoh sedimen

pantai dengan kisaran antara 0,1 hingga 0,6% berat.

Zirkon (ZrSiO4), termasuk grup silikat, terjadi pada daerah yang

berasosiasi dengan batuan intrusi magmatik (granitik), nephelin, syenit

dan diorit. Kenampakan di bawah mikroskop memperlihatkan berwarna

ros (merah muda), putih, kuning kecoklatan, prismatik, bentuk

menyudut hingga membulat tanggung. Walaupun keterdapatan di lokasi

telitian secara konsentrasi tidak menunjukkan jumlah yang signifikan

namun pelamparannya dapat dikatakan merata baik pada sedimen dasar

Hasil IV-38
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

laut mapun sedimen pantai. Untuk sedimen dasar laut dapat dijumpai di

4 lokasi, yaitu di sekitar pantai di sisi barat dan timur muara S. Bone –

dari 7 lokasi yang dianalisa. Contoh yang dimaksud berikut besaran

kandungan adalah GRTL-05 (0,00163%), GRTL-06 (0,00407%), GRTL-

12 (0,0038%) dan GRTL-13 (0,00062%). Sedangkan untuk sedimen

pantai dari 10 contoh yang dianalisa, keterdapatan mineral zirkon

dapat dijumpai di 5 lokasi, masing-masing lokasi tersebut berikut

besaran kandungannya adalah GRTP-05A (trace), GRTP-07 (0,1%),

GRTP-11 (0,012%), GRTP-13 (0,0014%), dan GRTP-17 (0,005%).

Foto 4.8
Kenampakan pirit (GRTP-05) berwarna kuning metalik, bentuk butir
menyudut runcing tak beraturan. Ukuran 150 mikron.

Rutil (TiO2), merupakan mineral dari kelompok oksida. Kenampakan

umum mineral ini dibawah mikroskop berwarna coklat-kemerahan

prismatik, dan membulat tanggung. Kehadiran mineral ini dapat

dikatakan hampir merata di lokasi telitian. Untuk sedimen dasar laut

dari 7 lokasi yang dianalisa, mineral ini terdapat di 6 lokasi yaitu di


Hasil IV-39
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

lokasi GRTL-05, GRTL-06, GRTL-12, GRTL-13, GRTL-14 dan GRTL-19

dengan kandungan berkisar antara 0,0006% (GRTL-12) hingga 0,02%

berat (GRTL-19). Sedangkan untuk sedimen pantai, mineral ini hadir di

6 lokasi dari 10 lokasi yang dianalisa. Lokasi yang dimaksud berikut

kandungannya adalah GRTP-11 (0,005%), GRTP-13 (0,0067%), GRTP-14

(0,0003%), GRTP-14A (0,0006%), GRTP-17 (0,02%) dan lokasi di

sekitar pantai di desa Lamu (0,001%).

4.4.2 Mineral Ringan

Kuarsa (SiO2), dijumpai hampir merata pada daerah penelitian karena

mineral ini adalah mineral utama pembentuk batuan. Untuk contoh

yang berupa sedimen dasar laut kisaran keterdapatannya antara

0,004% hingga 0,014% berat.

Foto 4.9
Kenampakan kuarsa (GRTP-07) berwarna putih transparan, bentuk
butir menyudut tanggung & bervariasi.

Hasil IV-40
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4.3 Unsur Logam Dasar

Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap 10 contoh batuan di

pantai dan 9 contoh sedimen di dasar lautnya (lampiran lekat) dengan

menggunakan metode AAS, diperoleh variasi dan besaran unsur

seperti tabel berikut di bawah ini:

Tabel 4.2
Variasi dan Besaran kandungan unsur logam di Pantai
KODE Mo As Mn Bi Au Ag Cu Pb Zn
CONTOH (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppb) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
GRTP.01 - - - - 8 - - - -
GRTP.02 2 - 229 - 11 - 8 37 22
GRTP.09 - - - - 8 - 8 - -
GRTP.16 3 - 591 - 12 2 8 - 18
GRTP.17 - - - - 17336 14 - - -
GRTP.17A 14 - 113 17 771 6 13 179 -
GRTP.19 12 - 127 26 144 3 11 46 -
GRTP.20 5 - 15 13 14 2 5 11 -
GRTP.24 - - - - 15 2 - - -
GRTP.26 - 18 - - 25 2 11 - 13

Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi unsur-unsur logam untuk

contoh yang berasal dari pantai (darat) yang memperlihatkan

konsentrasi cukup lumayan umumnya hanya terbatas pada lima lokasi,

yaitu GRTP-16, 17, 17A, 19 dan 20 yang semuanya berada pada kawasan

desa Oluhuta dengan pola mengikuti aliran sungai Oluhuta dan pola

sesarnya. Kenampakan kadar yang sangat signifikan terdapat pada

lokasi GRTP-17 yang diambil dari bagian dinding dekat dengan intrusi.

Kandungan tersebut memperlihatkan kecenderungan yang makin

berkurang ke arah pantai untuk kadungan Au nya.

Dengan memplot lokasi-lokasi yang diduga mengandung konsentrasi Au

di atas kemudian dengan menumpahtindihkan (overlayered) dengan

peta geologi setempat, maka dapat dibuat suatu pola zonasi yang

Hasil IV-41
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

merupakan dugaan penyebaran emas. Deliniasi di atas semata hanya

didasarkan atas indikasi di lapangan yang diperkuat dengan identifikasi

hasil laboratorium berdasarkan beberapa contoh yang dianalisa, namun

demikian sesungguhnya untuk mendapatkan hasil yang lebih detil

mengenai pola urat (vein) berikut jenis dan tahapan alterasi sebagai

cara untuk menentukan jenis endapan dari logam yang bersangkutan -

yang akhirnya berupa penentukan kandungan terukurnya, masih harus

dilakukan tahapan eksplorasi yang lebih rinci termasuk di dalamnya

analisa geokimia lanjut.

Gambar 4.8
Deliniasi Penyebaran Emas (warna magenta) dalam skala tinjau.

Hasil IV-42
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4.4 Unsur Utama

oleh: Harsenanto C. Widi

Berdasarkan hasil analisa kimia unsur utama dengan menggunakan

metode AAS (Atomic Absorption Spectrometry) terhadap 19 contoh

sedimen dan batuan yang terbagi dalam 13 contoh dasar laut dan 6

contoh pantai (Lampiran Lekat Hasil Analisa Unsur Utama),


memperlihatkan kejadian secara geokimia sebagai berikut :

Hasil analisa geokimia dari beberapa lokasi terpilih dapat kami

jelaskan sebagai berikut:

- Lokasi GRTL 04 a. Sedimen dasar laut berupa bersifat

karbonat dengan kadar CaO 16,22% sebagian mengalami

ubahan akibat suhu (T) dan tekanan (P) menjadi batugamping

pejal ini dapat dilihat dari hasil analisa zat terbang (tidak

teranalisa) LOI kadar 41,63% terutama batugamping

didaerah ini sudah mengalami alterasi.

- Lokasi GRTL 05 endapat sediment pantai berupa pasir

gampingan dengan fragmen batugamping dan fragmen batuan


sebagian fragmen telah mengalami ubahan ditunjukan dengan

kadar LOI 31,11%, SiO2 5,37%, mineral karbonat CaO 39,67,

MgO 14,21%

- GRTL 06 Sedimen dasar laut berupa pasir gampingan sedikit

kerikilan kadar CaO 23,79 dan MgO 11,44%, kadar silica

SiO2 7,49% dan kadar TiO2 5,99% , LOI 41,55%

mencerminkan kondisi batuan didaerah ini sudah mengalami

Hasil IV-43
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ubahan dan tersilisifikasi seperti rumus kimia dibawah ini.

Terutama dari batuan beku diorite, andesit dan batugamping.

2CaCO3(c) + SiO2 + 4H+ 2Ca+2(aq)+2CO2+SiO2(c)+2H2O


(kalsit) (kuarsa)

- GRTL 12.sedimen pantai berupa batuan karbonatan sedikit

tufaan, Al2O3 kadar 27,88% mencerminkan kondisi batuan

vulkanik (tufa) mengalami vitrivikasi menjadi mineral lempung,

adapun kadar CaO 29, 81% dan MgO 13,44% bersifat

karbonatan , dari prosentasi kadar senyawa yang ada daerah

ini terdapat batuan bentonit.

- GRTL 15 dan 17 sedimen pantai berupa pasir gampingan

dengan melihat kadar CaO 42,06-43,71% dan MgO 17,53-

38,33% maka daerah ini cukup prospek keterdapatan bahan

galian dolomite dengan reaksi

2CaCO3 + Mg+2(aq) CaMg(CO3)2 + Ca+2(aq)


(kalsit) (dolomite)

- GRTL 19. sedimen dasar laut dekat Pelabuhan Ferry dari

analisa sedimen dasar laut menunjukan kadar Fe2 O3 (mineral

hematit) 37,19% .

- GRTL.32 dan 34 sedimen pantai berupa kerakal-kerikil

dengan fragmen batuan beku dan karbonat hasil analisa kimia

menunjukan kadar Fe2O3 4,15- 9,08 % hematite hasil

oksidasi/reduksi dari magnetit, silica SiO2 33,54%, kadar

Al2O3 21,44% bersifat lempungan.

- GRTL-49 Sedimen laut berupa batuan karbonatan dengan

kadar CaO 17,99% dan MgO 29,08 dengan zat terbang LOI

Hasil IV-44
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

29,98 mengidentifikasikan sebagian batugamping telah

terubah menjadi mineral dolomit.

Dari hasil senyawa sedimen laut di daerah Teluk Tomini dan

sekitarnya memberikan indikasi daerah ini mengandung senyawa SiO2

antara 0,04-38,1% serta kandungan K2O 0,01- 1,04% menurut Van

Bergen at al 1992 batuan didaerah ini rendah K (Tholeite).

4.4.5 Petrografi

Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisik masing-masing

mineral penyusun batuan secara mikroskopis (optis) yang tercermin

dari teksturnya. Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap 7 contoh

batuan di sepanjang pantainya (Lampiran Lekat Hasil Analisa


Petrografi), yang berupa batuan karbonat (wackstone) dan batuan
beku (andesit dan dasit). Pada contoh batuan beku tersebut yang

diambil dari fragmen breksi dari singkapan batuan volkanoklastik

memperlihatkan bahwa batuan-batuan tersebut umumnya telah

mengalami gejala alterasi ini dibuktikan dengan hadirnya beberapa

mineral ubahan seperti serisit dan klorit pada andesit (GRTP-21A) dan

terubahnya horndlende menjadi mineral opak pada dasit (GRTP-05A).

Selain itu khusus pada dasit memperlihatkan indikasi adanya deformasi

fisik yang telah terjadi dengan hadirnya mineral kwarsa yang terkorosi

tercerminkan dengan sifat optisnya berupa pemadaman bergelombang,

yang diduga berkaitan dengan proses transportasi pada saat

pembentukan endapan volkanoklastik.

Pada batuan karbonat yang teridentifikasi berdasarkan analisa

petrografi adalah wackstone (Dunham, 1962), dicirikan dengan

komposisi kehadiran matriks yang relatif lebih besar dibandingkan


Hasil IV-45
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

komposisi butiran dari setiap contoh yang dianalisa. Pada contoh-

contoh ini, khususnya yang terdapat di sekitar pantai Batato (GRTP-

02) disusun oleh plagioklas, fosil, dan mineral opak sebagai material

butirannya sedangkan massa dasarnya berupa mikrokristalin karbonat.

Menarik untuk diamati pada contoh ini adalah kenampakan plagioklas

yang telah mengalami zona kembar (twinning).

4.5 PENGAMATAN DINAMIKA AIR LAUT


oleh: D. Ilahude, A. Ibrahim dan Noor CD. Aryanto

4.5.1 Tipe Pasang Surut

Kegiatan pengamatan pasang-surut dilakukan di sekitar pelabuhan

Leato Gorontalo yang diamati pada saat kegiatan penelitian sedang

berlangsung. Disamping itu juga sebagai acuan dalam perhitungan

konstanta harmonik komponen pasang surut tersebut digunakan data

pasang surut perairan Gorontalo yang dipublikasikan oleh Dinas Hidro-

Oseanografi TNI-AL tahun 2004. Pengamatan ini dimaksudkan untuk

mendapatkan angka koreksi terhadap hasil pengukuran kedalaman laut

yang dilakukan selama pengukuran kedalaman laut (batimetri) maupun

seismik. Lokasi pengukuran ditempatkan pada daerah yang dapat

mewakili daerah penelitian yang berada di sekitar pelabuhan. Dari hasil

pengukuran ini diperoleh posisi surut terendah pada rambu ukur

berada pada kedudukan 0.2 meter dan pada saat air pasang maksimum

berada pada kedudukan 1.5 meter. Dengan demikian kedudukan muka

air rata-rata (mean sea level) pada rambu ukur adalah sebesar 0.85

meter. Perbedaan tinggi antara muka surutan dan pasang maksimum

mencapai ketinggian kurang lebih 1.3 meter. Dari data pasang surut

dengan metode 15 piantan ini diperoleh nilai bilangan Formzal sebesar

Hasil IV-46
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

0.66 (Tabel 4.3), yang menunjukkan bahwa tipe pasang surut di

perairan Gorontalo adalah tipe pasang surut campuran berganda

(mixed predominantly semi diurnal) yang artinya terjadi dua kali

pasang dalam sehari, tetapi tinggi dan interval waktu antara transit

bulan dan pasang naik tidak sama. Fluktuasi muka air laut ini cukup

membangkitkan pergerakan massa air di muka muara sungai Bone

(Gambar 4.9).
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Tipe Pasang Surut Perairan Gorontalo
Dengan Sistem 15 Piantan Metode Admiralty

So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
A (m) 0.8 0.2 0.2 0.0 0.1 0.2 0.1 0.1 0.0 0.0
g -120.1 150.2 290.6 150.2 113.3 176.4 113.3 59.2 -177.7
F= 0.667827

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
1 25 49 73 97 121 145 169 193 217 241 265 289 313 337 361 385 409

Gambar 4.9. Kurva pasang-surut perairan Gorontalo dan sekitarnya

Hasil IV-47
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5.2 Pengukuran Arus Pasang Surut

Kegiatan pengamatan arus dilakukan untuk mengetahui arah dan

kecepatan arus di daerah penelitian dengan menggunakan alat current

meter. Data arus ini paling tidak akan memberikan informasi arah dan
kecepatan arus terhadap aktifitas kapal-kapal yang masuk ke daerah

pelabuhan dan juga untuk mengetahui sampai sejauh mana pergerakan

limbah jika terjadi kontaminasi limbah dan sampah organik dari kapal-

kapal yang berlabuh di sekitar muara sungai Bone. Demikian juga data

arus ini untuk memantau sampai sejauh mana pengendapan limbah

rumah tangga dan industri yang berasal dari hulu sungai baik yang

berkaitan dengan pabrik maupun dengan kegiatan penambangan di

daerah hulu. Disamping itu data arus ini digunakan dalam menghitung

kecepatan pengendapan sedimen ke arah muara sungai jika penyebab

utamanya adalah sedimen dari daerah hulu.

Koordinat lokasi penempatan alat current meter ini di ditentukan

dengan menggunakan Global Positioning System (GPS), dengan


mengambil posisi di daerah lepas pantai Leato atau tepatnya berada di

muara sungai Bone Gorontalo. Dari hasil pengukuran ini diperoleh arah

dan kecepatan arus seperti yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini

(Tabel 4.4).

Hasil IV-48
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Arah dan Kecepatan Arus
Di Muara Sungai Bone, Perairan Gorontalo
Alat : Current meter Alat : Current meter
d Alat: 1 m d Alat: 5 m
d Sta : 30 m d Sta : 30 m
V maks: 0.034 m/dt V maks: 0.104 m/dt
V min : 0.002 m/dt V min : 0.0003 m/dt
V rata-rata: 0.015 m/dt V rata-rata: 0.022 m/dt
Arus dominan: 215.693° Arus dominan: 211.6093°

Alat : Current meter Alat : Current meter


d Alat: 15 m d Alat: 20 m
d Sta : 30 m d Sta : 30 m
V maks: 0.005 m/dt V maks: 0.214 m/dt
V min : 0.0003 m/dt V min : 0.003 m/dt
V rata-rata: 0.040 m/dt V rata-rata: 0.030 m/dt
Arus dominan: 201.9827° Arus dominan: 196.168 °

Gambar 4.10.
Hubungan antara komponen arah arus dengan fluktuasi pasang surut perairan
Gorontalo.

Hasil IV-49
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5.3 Energi Gelombang dan Arus Pasang Surut

Analisis energi gelombang dapat dilakukan dalam beberpa cara baik

secara random maupun secara simultan dan kontinu. Dalam penelitian

ini dilakukan dua metode pengambilan data yaitu metode perekaman

langsung dan metode prediksi tinggi gelombang. Dalam analisis data

parameter gelombang bahwa semua data-data tersebut hanya

bersifat pendekatan empirik bukan merupakan nilai mutlak (Tabel

4.5). Hal ini sangat tergantung dari parameter klimatologi di daerah


setempat yang sangat dinamis yang mana setiap saat dapat berubah

secara significan. Perubahan secara significan ini akan berpengaruh

terhadap nilai parameter gelombang yang terukur. Oleh sebab itu

dalam penelitian ini data gelombang yang disubstitusikan dalam

persamaan linier empiris adalah harus disesuaikan dengan kondisi

geografis daerah penelitian serta nilai kecepatan angin di atas 10

knot selama 5 tahun. Dalam penelitian ini diambil 16 titik pendugaan

yang tidak terganggu oleh efek refraksi gelombang akibat dari

bentuk pantai itu sendiri.

Data gelombang hasil prediksi ini dapat mewakili lokasi atau titik

pemantauan sepanjang pesisir pantai Gorontalo. Nilai akhir prediksi

tinggi gelombang telah dikonversikan dalam bentuk besaran energi

fluks dengan menggunakan sistem satuan Newton-meter/detik yang

dapat dilihat dalam tabel maupun dalam grafik kurva energi fluks

gelombang di bawah ini (Gambar 4.11).

Hasil IV-50
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Tabel 4.5
Nilai Energi Fluks Gelombang Daerah Pesisir Pantai
Perairan Gorontalo

Nilai Energi Fluks


No. Titik (N-m/det)
1 21.85
2 44.50
3 49.68
4 41.43
5 29.78
6 15.57
7 10.53
8 11.02
9 17.81
10 12.96
11 27.05
12 35.17
13 35.24
14 19.72
15 18.55
16 28.56

Gambar 4.11
Kurva energi fluks gelombang sepanjang pantai perairan Gorontalo

60

50
En. Flux (N-M/Detik)

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Titik Pendugaan

Hasil IV-51
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Nilai energi fluks terendah sebesar 10.5 N-m/det yang terdapat di

titik duga nomor 7, sedangkan terbesar mencapai nilai sebesar 49.6

N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 3. Nilai energi fluks

tersebut memberikan gambaran bahwa di sepanjang pantai pesisir

Gorontalo terdapat titik-titik yang rawan terhadap abrasi gelombang

secara musiman yang dapat memicu abrasi jika di kawasan ini

terdapat bangunan maupun sistem proteksi pantai yang menyalahi

kaidah empirik dari pola penjalaran gelombang di kawasan itu.

Dari analisis arus sejajar pantai (longshore current) menunjukan

bahwa arah arus tersebut bergerak ke arah barat walapun terdapat

teluk-teluk sempit di bagian timur Bilungala yang mempengaruhi arah

arus, akan tetapi pergerakan arus sejajar pantai ini menjelang

musim tenggara cenderung ke arah barat.

Dilain pihak hasil pengamatan gelombang secara visual di beberapa

titik lokasi di kawasan pesisir pantai bagian selatan yaitu di daerah

Molotabu, Bilungala dan Tombulilato Kabupaten Bone Bolango ini

menunjukan bahwa energi gelombang pada masa transisi menjelang

musim tenggara memperlihatkan amplitudo relatif sedang hingga

tinggi, yaitu antara 40 sampai 60 cm dengan perioda rata-rata 4,31

detik terutama ke arah bagian timur dari Molotabu, sedangkan ke

arah barat amplitudo gelombang cenderung mengecil. Pada musim

tenggara energi gelombang akan mencapai maksimum bisa di atas 60

cm dan memicu percepatan arus sejajar pantai yang cenderung

memasok sedimen di sepanjang pantai. Dari hasil perhitungan

parameter gelombang tersebut di atas serta hubungannya dengan

laju pengendapan sedimen di sepanjang pantai, maka laju

Hasil IV-52
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

perpindahan sedimen tersebut dapat didekati dari hubungan linier

antara energi fluks gelombang dengan frekuensi angin pada suatu

titik tinjau di lapangan. Oleh karena penelitian ini dilaksanakan pada

masa transisi menjelang musim tenggara maka hasil perhitungan

kecepatan pasokan sedimen tidak akan sama dengan waktu

pengambilan data pada musim tenggara. Kecepatan perpindahan

sedimen tersebut secara kuantitatif dapat didekati dengan formulasi

dari persamaan linier empiris (Komar dan Inman 1970, dalam Bijker

1988) yang mengacu pada parameter gelombang di tiap titik tinjau di


sepanjang garis pantai. Dengan mensubstitusikan data tinggi dan

periode gelombang significant rata-rata, diperoleh angka kumulatif

dari ketiga lokasi tersebut, rata-rata adalah kurang lebih Q = 8.537

m3/tahun. Ini berarti bahwa energi gelombang di kawasan pesisir

pantai Gorontalo terutama di bagian timur pantai Leato berpotensi

memasok sedimen dengan volume kecepatan 8.537 m3 setiap tahun

dengan ketentuan bahwa tatanan litologi di pesisir pantai tersebut

terdiri atas sedimen ukuran pasir. Nilai tersebut bukan nilai mutlak

akan tetapi merupakan nilai pendekatan empirik dari kecepatan

endapan sedimen yang dapat dipasokkan oleh gelombang selama

periode transisi menjelang musim tenggara. Kondisi ini merupakan

gambaran bahwa walaupun pada masa transisi, ternyata pengaruh

energi gelombang di kawasan timur pelabuhan Gorontalo cukup besar

untuk memasok material pasir ke arah barat.

Jika pendekatan nilai kumulatif Q pada tiga lokasi pantai tersebut

dikorelasikan dengan pergerakan sedimen sepanjang pantai maka

efek energi gelombang tersebut akan diikuti oleh daerah pantai yang

berpotensi mengalami erosi dan sedimentasi dengan arah pergerakan

Hasil IV-53
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

sedimen cenderung bergerak ke arah barat. Dari peta tersebut

terlihat bahwa daerah yang berpotensi terjadi erosi adalah kawasan

yang berada paling timur daerah penelitian yaitu daerah Tombulilato,

kemudian Bonepantai termasuk pelabuhan mini TPI ikan tuna dan

daerah pantai indah Lahilote serta ujung barat daerah Bongo.

Sedangkan kawasan yang berpotensi sedimentasi yaitu daerah pesisir

pantai Bilungala, kemudian sebelah timur muara sungai Bone dan

daerah Bongo timur. Dari beberapa daerah yang mengalami abrasi

dan sedimentasi di pesisir pantai Gorontalo tersebut ternyata

terdapat satu kawasan pesisir yang relatif stabil yang terdapat di

daerah Bongo timur. Di daerah ini sangat cocok di kembangkan

menjadi kota wisata pantai dengan persaratan tidak membuat sistem

proteksi pantai di kawasan tersebut.

Pada musim tenggara kecepatan pasokan sedimen tersebut

diperkirakan akan lebih besar lagi yang diikuti daerah yang tererosi.

Pola pergerakan sedimen ke arah barat ini ditandai dengan

ditemukannya endapan sedimen pasir cukup luas di daerah bagian

barat muara sungai Bone, yaitu di daerah Bongo timur dan Lahilote

(Foto 4.10 dan 4.11).

Hasil IV-54
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.10.
Akumulasi sedimen di daerah teluk (Lokasi : Bongo timur)

Foto 4.11.
Akumulasi sedimen di daerah teluk sempit.
(Lokasi : Daerah bagian barat pantai indah Lahilote)

Hasil IV-55
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Apabila kondisi di atas dikaitkan dengan fluktuasi muka air laut di

daerah Gorontalo dan sekitarnya, maka proses abrasi yang terjadi di

beberapa lokasi di kawasan pesisir Gorontalo tersebut pada umumnya

terjadi menjelang periode air pasang maksimum (top limit spring) yang

berlangsung dua kali dalam sehari, sesuai dengan tipe pasang surut di

perairan tersebut.

Perubahan fluktuasi muka air laut tersebut akan akan diikuti oleh

gerakan massa air baik secara vertikal maupun horizontal. Gerakan

massa air ini dapat direkam selama 25 jam yang diamati di muara

Sungai Bone pada masing-masing kedalaman 1.5, 15 dan 20 meter. Dari

data rekaman tersebut menunjukkan bahwa arah pergerakan arus pada

setiap lapisan kedalaman sangat bervariasi. Keadaan ini menunjukkan

bahwa di muara Sungai Bone merupakan zona perputaran arus (loop

current) yang mana setiap lapisan mempunyai arah yang berbeda-beda


yang disebabkan antara lain oleh faktor pola sirkulasi arus global dan

pasang surut di perairan Teluk Tomini itu sendiri. Disamping itu juga

diperkirakan adanya perbedaan antara suhu massa air dari sungai Bone

dan suhu massa air dari perairan Teluk Gorontalo sehingga terjadi pola

arus demikian. Bahkan pada kondisi tertentu terutama pada musim

tenggara di daerah perairan Teluk Tomini Gorontalo sering terjadi

upwelling.

Peristiwa upwelling ini terjadi karena perairan Teluk Tomini Gorontalo

merupakan bagian dari perairan laut Maluku yang mempunyai morfologi

dasar laut yang sangat curam dengan kedalaman di atas 500 meter,

sehingga proses upwelling dan percampuran suhu massa air dari sungai

dengan massa air laut sering terjadi. Peristiwa upwelling ini tidak

berlangsung setiap saat hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan

Hasil IV-56
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

umumnya menjelang musim timur atau tenggara di perairan laut Maluku

(Birowo, A.G. Ilahude, 1977). Oleh karena adanya turbulensi massa air
pada lapisan bawah di Teluk Gorontalo ini maka kondisi tersebut

sangat berpengaruh terhadap pengukuran arus pasang surut di lokasi

pengamatan. Indikasi tersebut terlihat pada kecepatan arus di lapisan

atas relatif kecil pada kedalaman 1 meter jika dibandingkan dengan

kecepatan arus di lapisan bawah pada kedalaman 20 meter seperti

terlihat pada Tabel 4.3 di muka.

4.6 PENGAMATAN DINAMIKA PANTAI


oleh: D. Ilahude, A. Ibrahim dan Noor CD Aryanto

4.6.1 Zona Potensi Abrasi

Secara umum daerah pesisir pantai perairan Gorontalo pada umumnya

bertebing terjal dengan sudut kemiringan lereng antara 45o hingga

90o, (Foto 4.12) dengan kedalaman perairan dekat pantai (nearshore)

relatif dalam. Batuan penyusun pantai terdiri dari batuan volkanik

yang hampir menutupi seluruh daerah penelitian sehingga proses

abrasi gelombang di sepanjang pantai ini hampir tidak begitu

berdampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Hanya beberapa lokasi

pesisir pantai yang mengalami abrasi dan sedimentasi secara musiman

terutama di pesisir pantai bagian timur dari TPI Bonepantai. Akan

tetapi proses abrasi ini berlangsung relatif lambat dan tidak begitu

berpengaruh terhadap lingkungan penduduk maupun sarana jalan di

sepanjang pantai. Proses abrasi di pesisir pantai Gorontalo umumnya

lebih disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri (Foto 4.13). Kerusakan

akibat ulah manusia ini dapat dijumpai di bagian timur dari pelabuhan

Hasil IV-57
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

penyeberangan ferry yaitu tanggul yang berada di pelabuhan

penambatan ikan tuna daerah Bone Pantai.

Foto 4.12.
Salah satu morfologi pantai yang bertebing
Lokasi : Daerah bagian timur Molotabu

Foto 4.13
Salah satu pantai yang rawan erosi dari aktifitas
Gelombang. Lokasi : TPI Ikan Tuna Bonepantai

Hasil IV-58
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.6.2 Zona Potensi Sedimentasi

Walaupun daerah pesisir pantai bagian barat dan timur merupakan

daerah yang relatif resistant terhadap proses abrasi, akan tetapi

secara geografis, daerah Teluk Tomini dominan dipengaruhi oleh dua

komponen angin utama yaitu dari arah tenggara dan selatan yang

berperan sebagai pembangkit gelombang di daerah pesisir selatan

Gorontalo. Oleh sebab itu pada musim tenggara energi gelombang

yang menuju pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai yang

bermuatan sedimen. Pada musim tenggara diperkirakan tinggi

gelombang di perairan dalam (deepwater) daerah lepas pantai

Gorontalo mencapai 1.5 meter atau lebih. Energi gelombang yang

mencapai garis pantai cenderung membangkitkan arus sejajar pantai

yang berpotensi memasok sedimen ke daerah-daerah di sepanjang

pantai Gorontalo terutama daerah yang landai. Di setiap tempat

percepatan arus dengan muatan sedimen ini berbeda-beda, hal ini

sangat tergantung pada energi dan karakteristik penjalaran

gelombang yang menuju pantai.

Keberadaan endapan pasir di teluk-teluk kecil tersebut cukup

memberikan kontribusi terhadap keindahan lingkungan pantai di

sekitarnya sehingga di kawasan ini mempunyai potensi untuk

dibangunnya sarana obyek wisata pantai. Demikian juga terumbu

karang yang menempati beberapa lokasi di sepanjang pantai tersebut

cukup menjadi barier alami terhadap energi gelombang yang menerpa

pantai, sehingga sedimen yang dipasok oleh arus longshore ini relatif

sedikit dan umumnya terakumulasi di daerah teluk yang sempit. Akan

tetapi sedimen ini pada musim hujan terbawa ke muara dan

menyumbat muara-muara sungai di sepanjang pantai (Foto 4.14).


Hasil IV-59
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.14
Salah satu muara sungai yang memperlihatkan
sumbatan sedimen yang menutupi muara sungai
(Lokasi : Pantai bagian timur Bilungala)

Hasil IV-60
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

BAB V

KESIMPULAN
S etelah menganalisis berbagai data yang tercerminkan dari hasil di bab

sebelumnya, secara umum ldapat ditarik beberapa kesimpulan seperti

berikut di bawah ini:

 Lokasi telitian berdasarkan pengamatan karakteristik pantai dapat dibagi


menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Pantai berbatu; (2) Pantai bertebing dan (3)

Pantai berpasir.

 Satuan geomorfologi dengan menggabungkan berbagai data seperti peta


topogragi dan geologinya untuk daerah pantai ke arah darat terbagi atas

5 (lima satuan geomorfologi yaitu: (1) Perbukitan vulkanik berlereng curam

yang menempati bagian barat daerah telitian yaitu daerah Batulanggelo,

Olimoo, Lamu, Bongo Barat, dimana daerah ini memiliki relief perbukitan

dengan kemiringan lereng yang curam yang berkisar antara 22.22% sampai

Kesimpulan V-1
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

50%; (2) Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang

menempati daerah Bongo Timur, Pohe, Donggala, Tenda, dengan relief

perbukitan dengan kemiringan lereng sedang yang berkisar antara 15%

sampai 20%; (3) Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng

sedang menempati daerah Leato, Leato Selatan, Tamboo, Inengo,

Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Oluhuta, Timbuoto, Luwohu,

Talumolo yang memiliki relief perbukitan dengan lereng sedang yang

berkisar antara 16.67% sampai 8.75%; (4) Satuan geomorfologi

perbukitan struktural berlereng landai ini menempati daerah dekat sungai

Bone, dengan relief perbukitan dan kemiringan lereng landai yang berkisar

antara 8.33% sampai 12.55%. Litologi daerah ini adalah Batuan terobosan:

Granit, Granodiorit, Diorit, dengan demikian maka diinterpretasikan

bahwa proses yang bekerja pada pembentukan bentuklahan (genetik)

daerah ini adalah intrusi yang berdasarkan relief, genetik, litologi, pola

pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan

Geomorfologi Perbukitan struktural berlereng landai; (5) Satuan

geomorfologi perbukitan kompleks berlereng curam - menempati daerah

Olele, Tolotio Kiki, Tamboo, Mobuhu, Bilungala, Tihu, Tongo,

Botungobungo, Uabanga Tengah, Tambulitato, dengan relief perbukitan

dengan kemiringan lereng curam yang berkisar antara 21.42% sampai

50%, daerah ini dimasukkan dalam perbukitan kompleks karena proses

pembentukan bentuklahan daerah ini kompleks yaitu vulkanik, struktur,

dan intrusi.

 Lokasi kegiatan di daerah daratnya memiliki 3 pola pengaliran, sebagai


berikut: (1) Pola pengaliran paralel baik yang berdebit air permanen

maupun intermitten. Untuk jenis pola aliran pararel yang permanen

terdapat pada bagian paling Barat dari daerah telitian, sungai di daerah
Kesimpulan V-2
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Batulanggelo, Sungai di daerah Bongo Timur, Pohe, Batato, Leato, Leato

Selatan, Molutabu Timur, Sungai Dutula Oluhuta, Sungai Dutula Olele,

Sungai Dutula Molutabu, Sungai Manungga Daa, Sungai di sebelah Barat

Dutula Mopuya Kiki; (2) Pola pengaliran Dendritik, untuk yang berjenis

sungai permanen (aktif) terdapat di sebelah barat dan timur daerah

Batulanggelo, Sungai Dutula Olohuta, sungai Dutula Tolotio, Sungai Dutula

Uabanga, Sungai Dutula Mopuya Daa, Sungai Dutuna Matango, sungai di

sebelah Timur Tiumbolo dan sebagian kecil sungai-sungai yang bermuara

di Sungai Bone; (3) Pola pengaliran subdendritik merupakan modifikasi

dari pola dendritik, karena pengaruh dari topografi dan struktur. Pada

pola ini topografi sudah miring, struktur sudah berperan tetapi sangat

kecil terdiri dari Sungai Dutula Bilungala, Sungai Dutula Tambulitato,

Sungai Dutuna Tulaboto dan sebagian besar sungai yang bermuara di

Sungai Bone.

 Kedalaman laut berkisar antara 25 sampai 500 meter dengan 2 pola


kontur; (1) batimetri dengan pola kontur tertutup (closure) dengan

kedalaman semakin besar ke arah pusat, terlihat mulai daerah Lamu,

kemudian Leato Selatan, Tamboo, Inengo, Modelomo, Molutabu Timur,

Oluhuta, Olele, Tolotio Kiki, Mobuhu, Uabanga Tengah; (2) Kontur

batimetri dengan pola memanjang atau sejajar mengikuti garis pantai di

daratnya, terlihat dari Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bango Barat, Bango

Timur, Batato, Talumolo, Leato, Mohubu, Tihu, Tongo, Botungobungo, dan

Tambulitato.

 Bentuk morfologi dasar lautnya berdasarkan kedalaman yang divisualkan


dalam bentuk 3 dimensi dapat dibagi menjadi tiga (3) satuan morfologi

dasar laut, yaitu: (1) Satuan morfologi tinggian, satuan ini menempati

bagian tepi dari Teluk Tomini meliputi daerah Inego dengan kedalaman
Kesimpulan V-3
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

berkisar antara (-25m) sampai (-100m) dan bagian tengah dari Teluk

Tomini, satuan ini mempunyai luas kurang lebih 20 % dari daerah telitian;

(2) Satuan morfologi lereng pantai ini dicirikan oleh adanya kemiringan

antara pantai dengan permukaan dasar laut, hal ini disebabkan oleh

kemiringan dasar laut pada umunya bertambah ke arah laut lepas. Satuan

ini menempati hampir di sepanjang garis pantai dengan luas kurang lebih

45% dari seluruh daerah telitian dan (3) Satuan morfologi dasar laut

lembah, terdapat di bagian tengah dan tepi Teluk Tomini meliputi daerah

Leato, Leato Selatan, Inengo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Olele,

Mobuhu, Tolotio Kiki, Tongo, Uabanga Tengah, dan daerah bagian Timur

dari dari daerah telitian.

 Berdasarkan hasil analisa besar butir, di lokasi telitian dapat dibagi dalam
4 (empat) satuan sedimen permukaan dasar laut, meliputi: (1) Satuan

Sedimen Krikil Pasiran menempati antara lain lepas pantai daerah

Batulanggelo, Olimoo, dan Lamu. Satuan ini berbentuk memanjang dan

menempati daerah pantai dan laut dengan kedalaman antara 0 sampai

(75m) dan makin dalam ke arah timur hingga kedalaman kurang-lebih 100

m; (2) Satuan sedimen Pasir kerikilan. Satuan ini berbentuk memanjang

dan terdapat pada kedalaman antara (50m) sampai (325m) untuk yang

terdapat di daerah lepas pantai Tamboo, Inengo, Modelamo terdapat pada

kedalaman (125m) sampai (275m); (3) Satuan Sedimen Lanau Pasiran yang

memanjang dari barat ke timur terdapat di lepas pantai Olimoo dan Lamu,

menempati kedalaman antara (125m) sampai (325m); (4) Satuan Terumbu

dimaksudkan adalah terumbu karang yang masih tergenang oleh air laut

terdapat antara lain di lepas pantai daerah Leato Selatan, Tambo, Inengo,

Modelamo, Molutabu Barat, dan Molutabu Timur.

Kesimpulan V-4
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

 Jenis mineral yang diperoleh secara ‘metode basah’ didapatkan 10 jenis


mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 1 material bawaan. Mineral

berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit, hornblende, biotit, augit,

diopsit, rutil, zirkon, muskovit dan limonit. Mineral ringan yang teramati

pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan material bawaan berupa

cangkang. Sedangkan berdasarkan metode kering pada contoh batuan

didapatkan 7 jenis mineral berat meliputi: magnetit, ilmenit, epidot,

zirkon, piroksin, pirit dan oksida besi.

 Magnetit yang berasal dari sedimen pantai kandungan tertinggi sebesar


77,5% (GRTP-07) dijumpai di sisi barat pantai Bongo Timur.

 Ilmenit di daerah pantai kandungan tertinggi sebesar 19,5% dan 17,10%


dijumpai di lokasi GRTP-07 dan GRTP-05A (keduanya terdapat di sisi

barat muara S.Bone).

 Keterdapatan piroksen secara lateral berkisar antara 2,9% yang dijumpai


di sekitar pantai Bongo Timur (GRTP-07) hingga 97% berat yang

merupakan konsentrasi terbesar dijumpai di sekitar pantai Uabanga

Tengah (GRTP-23).

 Keterdapatan epidot hanya dijumpai pada sedimen pantai di sekitar Pohe


dan Batato (GRTP-05A) itupun hanya berupa jejak (trace).

 Berdasarkan analisa logam dasar denggan menggunakan metode AAS


kandungan Au memperlihatkan konsentrasi cukup lumayan pada lima lokasi,

yaitu GRTP-16, 17, 17A, 19 dan 20 yang semuanya berada pada kawasan

desa Oluhuta dengan pola mengikuti aliran sungai Oluhuta dan pola

sesarnya. Kenampakan kadar yang sangat signifikan terdapat pada lokasi

GRTP-17 yang diambil dari bagian dinding dekat dengan intrusi. Kandungan

tersebut memperlihatkan kecenderungan yang makin berkurang ke arah

pantai untuk kadungan Au nya.

Kesimpulan V-5
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

 Dari data pasang surut dengan metode 15 piantan diperoleh nilai bilangan
Formzal sebesar 0.66, yang menunjukkan bahwa tipe pasang surut di

perairan Gorontalo adalah tipe pasang surut campuran berganda (mixed

predominantly semi diurnal) yang artinya terjadi dua kali pasang dalam
sehari.

 Berdasarkan analisa gelombang nilai energi fluks terendah sebesar 10.5


N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 7, sedangkan terbesar

mencapai nilai sebesar 49.6 N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 3.

Nilai energi fluks tersebut memberikan gambaran bahwa di sepanjang

pantai pesisir Gorontalo terdapat titik-titik yang rawan terhadap abrasi

gelombang secara musiman yang dapat memicu abrasi jika di kawasan ini

terdapat bangunan maupun sistem proteksi pantai yang menyalahi kaidah

empirik dari pola penjalaran gelombang di kawasan itu.

 Dari analisis arus sejajar pantai (longshore current) menunjukan bahwa


arah arus tersebut bergerak ke arah barat walapun terdapat teluk-teluk

sempit di bagian timur Bilungala yang mempengaruhi arah arus, akan

tetapi pergerakan arus sejajar pantai ini menjelang musim tenggara

cenderung ke arah barat.

 Tatanan litologi pantai daerah pesisir selatan Gorontalo sangat


dipengaruhi oleh energi gelombang dari arah tenggara, namun karena

resistant dari batuan penyusun pantai ini relatif tinggi terutama di bagian

timur Molotabu, maka proses abrasi di sepanjang pantai ini tidak begitu

berpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya.

 Proses erosi oleh aktivitas gelombang musiman terjadi pada daerah yang
telah dipengaruhi oleh faktor manusia, seperti pembuatan tanggul,

seawall dan sistem proteksi pantai.

Kesimpulan V-6
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

 Pasokan sedimen di muara-muara sungai sangat erat kaitannya dengan


curah hujan yang tinggi di daratan bagian utara Gorontalo yang

menimbulkan limpasan permukaan yang bermuatan sedimen dan melahirkan

endapan lumpur dan pasir di muara-muara sungai.

 Pergerakan sedimen cenderung ke arah barat dengan daerah stabil


berada di daerah Bongo timur yang berpotensi untuk kawasan wisata

pantai.

Kesimpulan V-7
HASIL ANALISA OLES
Hasil Analisa Sayatan Oles Daerah selidikan : Perairan Teluk Tomini
SEDIMEN PANTAI & DASAR LAUT Tanggal dikerjakan:
Dikerjakan oleh : Ir. Hartono

BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIK


No. Contoh & GAMPINGAN SILIKATAN PASIR DAN LANAU
Kedalaman F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIR
o a r i a i p a o e O o h e e o i l
r n a k d a o r t n k l a m o l p a
a n g r i t n b a t s k r p l o s u
m o m i o o g o l r i a r u i m u k
i e t l m e n i d n d n t i m o
n n a a a t a i g t n
i r e s n u k i
f i p s t
e a i
r c
a
Q F M HM
GRTL-04 R - a C - - - - c - - R c - - - - - - - Ln - Ps.sh - Ps.h
GRTL-04B TR - a C - - - - c - - R c TR - - - - - - Lp - Ln - Ps.sh - Ps.h
GRTP-09 R - A - - - - - C - - R C - - - - TR - - Ps.h - Ps.k
GRTP-13 TR - c - - - - - a TR TR a D - - - - TR - - Ps.h - Ps.k
GRTP-13A(PTT-02) - - TR - - - - - D TR TR TR D - - - - - - - Ps.h - Ps.sk
GRTP-14 c - A - - - - - a - TR TR a - - - - R - - Ps.h - Ps.sk
GRTP-14A(PTT-03) c - D - - - - - R - - TR R - - - - R - - Ps.h - Ps.k
GRTP-14A c - D - - - - - R - - TR R - - - - R - - Ps.h - Ps.k
PTT - 05 R - D - - - - - c - - TR c - - - - R - - Ps.h - Ps.k
PTT - 06 R - D R - - - - - - - - - - - - - R - - Ps.h - Ps.sk
GRTP-15 R - a - - - - - a - - TR a - - - - TR - - Ps.h - Ps.k
PTT - 08 R - D - - - - - c - - TR c - - - - R - - Ps.h - Ps.k
PTT - 09 R - D - - - - - R - - TR R - - - - TR - - Ps.h - Ps.sk
GRT.P
GRTP-22 R - D - - - - - R - - TR R - - - - TR - - Ps.h - Ps.k
GRTP-30 TR - D - - - - - R - - TR R - - - - TR - - Ps.h - Ps.sk
GRTP-27 c - D - - - - - R - - R c - - - - - - - Ps.h - Ps.k
GRTP-23 - - D - - - - - c - - TR c - - - - R - - Ps.h - Ps.k

Keterangan :
D = banyak (75 %) C = agak umum (30 - 15 %) R = jarang (5 - 1 %) Lp = Lempung Ps.h = Pasir halus
A = sangat umum (75 - 50 %) c = kadang - kadang (15 - 5 %) TR = sangat jarang (1 %) Ln = Lanau Ps.m = Pasir menengah
a = umum (50 - 30 %) Ps.sh = Pasir sangat halus
PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

Hasil Analisa Sayatan Oles Daerah selidikan : Perairan Teluk Tomini


SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT Tanggal dikerjakan:
Dikerjakan oleh : Ir. Hartono

BIOGENIK BUKAN BIOGENIK AUTIGENIK


No. Contoh & GAMPINGAN SILIKATAN PASIR DAN LANAU
Kedalaman F N F M R D S K T d Fe/Mn v s L Z D G G BESAR BUTIR
o a r i a i p a o e O o h e e o i l
r n a k d a o r t n k l a m o l p a
a n g r i t n b a t s k r p l o s u
m o m i o o g o l r i a r u i m u k
i e t l m e n i d n d n t i m o
n n a a a t a i g t n
i r e s n u k i
f i p s t
e a i
r c
a
Q F M HM
GRTL-05 TR - c - - - - - A TR TR c D - - - - TR - - Ps.sh - Ps.m
GRTL-06 TR - c c - - - - a - TR c A - - - - - - - Ln - Ps.sh - Ps.h
GRTL-13 R - c - - - - - a - TR C A - - - - - - - Ps.sh - Ps.h
GRTL-14 c - c - - - - - a - TR C A - - - - - - - Ps.sh - Ps.h
GRTL-15 c - A TR - - - - - c - TR TR c - - - - R - - Ps.sh - Ps.h
GRTL-19 R - c - - - - - - a - - c A - - - - - - - Ps.sh - Ps.h
ST - 2B R - A - - - - - - c - - R C - - - - TR - - Ps.sh - Ps.k
ST - 3B TR - D - - - - - - TR - - TR TR - - - - TR - - Ps.h - Ps.sk
GRTP-33A TR - a - - - - - - a - - R a - - - - TR - - Ps.h - Ps.sk
GRTP-11 TR - a - - - - - - A - - R A - - - - TR - - Ps.h - Ps.k
GRTP-33 TR - D - - - - - - R - - TR R - - - - TR - - Ps.h - Ps.k
GRTP-23 TR - D - - - - - - - - - - - - - - - TR - - Ps.h - Ps.k
GRTP-17 - - a R - - - - - a - - c a R - - - - - - Ps.sh - Ps.h
Ds. Lamu TR - A - - - - - - a - - TR a - - - - - - - Ps.sh - Ps.k
S. Peluhuhan TR - A - - - - - - a - - TR a - - - - TR - - Ps.h - Ps.k
Keterangan :
D = banyak (75 %) C = agak umum (30 - 15 %) R = jarang (5 - 1 %) Lp = Lempung Ps.h = Pasir halus
A = sangat umum (75 - 50 %) c = kadang - kadang (15 - 5 %) TR = sangat jarang (1 %) Ln = Lanau Ps.m = Pasir menengah
a = umum (50 - 30 %) Ps.sh = Pasir sangat halus
HASIL ANALISA PETROGRAFIS
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI

No. Conto -Lab GRTP-33 Pemilik Puslitbang Geologi Kelautan


Pemeriksa :
Nama Noor Cahyo
Lokasi Daerah - Batugamping Biomikrit (Wackstone)
Batuan

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir sangat halus hingga berukuran 9 mm,
bentuk butir menyudut, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen fosil foraminifera dan
koral di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat (mikrit). Pada beberapa bagian terdapat sedikit mineral
opak, batuan nampak sarang (porous).
Fragmen fosil, tak berwarna-kecoklatan, berbutir halus hingga berukuran 9 mm (fosil koral), sebagian besar
fosil sudah tidak utuh berupa pecahan-pecahan menyudut, jenis fosil terutama foraminifera dan koral,
umumnya diisi oleh kristal-kristal halus kalsit yang nampak terang, sebagian fosil diisi oleh mikrokristalin
karbonat, kusam hingga mendekati opak.
Mineral opak, berwarna hitam, berbutir sangat halus, terdapat menyebar, sebagian teroksidasi menjadi
oksida besi berwarna coklat.
Masa dasar, mikrokristalin karbonat, fragmen-fragmen fosil berbutir halus, berwarna abu-abu-kecoklatan
hingga mendekati opak, setempat terdapat “spary calcite” sperti mengisi rongga-rongga.

Komposisi (% volume) :
Karbonat (99), Opak/ Oksida besi (1).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Batugamping biomikrit/ wackstone yang di susun oleh fragmen-fragmen fosil foraminifera di dalam masa
dasar mikrokristalin karbonat. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI

No. Conto -Lab GRTP-05 Pemilik Puslitbang Geologi Kelautan


Pemeriksa :
Nama Noor Cahyo
Lokasi Daerah - Wackstone Terbreksikan
Batuan

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 1cm,
bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen
batugamping dengan masa dasar / penyemen mikrokristalin kalsit (“spary calcite”).
Fragmen batugamping, berwarna abu-abu kecoklatan, nampak kusam, berukuran hingga > 1 cm, bentuk
butir menyudut-menyudut tanggung, di susun oleh fragmen-fragmen fosil dengan sedikit butiran-butiran halus
kuarsa dan mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat.
Masa dasar atau penyemen berupa mikrokristalin kalsit, tak berwarna, sedikit kusam, berbutir sangat halus,
hubungan antar butirnya saling bertautan.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (98), Kuarsa (2), Opak (trace).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Wackstone terbreksikan yang disusun oleh fragmen-fragmen batugamping yang mengandung fragmen fosil
dan sedikit kuarsa (putih). Nampak mikrokristalin kalsit (terang) sebagian masa dasar/ penyemen.
Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI

No. Conto -Lab GRTP-05A Pemilik Puslitbang Geologi Kelautan Pemeriksa :


Lokasi Daerah - Nama Batuan Dasit Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur porfiritik, berbutir halus hingga berukuran 4 mm,
bentuk butir anhedral-subhedral, di susun oleh fenokris plagioklas, kuarsa, hornblende, biotit dan mineral
opak di dalam masa dasar butiran-butiran halus plagioklas, kuarsa, opak dan gelas.
Plagioklas, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 4 mm, bentuk butir subhedral, menunjukkan
kembar polisintetik, sebagian nampak berzona, plagioklas berbutir halus tersebar membentuk masa dasar.
Kuarsa, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 3,5 mm, bentuk butir anhedral, sebagian nampak
korosi, menunjukkan, pemadaman bergelombang.
Biotit, berwarna coklat, berbutir halus hingga berukuran 3,5 mm, bentuk butir anhedral, menunjukkan
pleokroisme kuat.
Hornblende, berwarna coklat, tinggal berupa relik, berbuitr halus hingga berukuran 2.5 mm, bentuk butir
subhedral, menunjukkan pleokroisme kuat, hampir seluruhnya terubah kuat ke mineral opak.
Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus hingga berukuran 1 mm, bentuk anhedral, terdapat menyebar
sebagian terdapat bersama masa dasar.
Masa dasar terdiri butiran-butiran halus plagioklas, kuarsa, mineral opak, dan gelas, berwarna coklat pucat,
isotrop, bercampur dengan mikrokristalin feldspar.
Ubahan :
Hornblende opak
Komposisi (% volume) :
Plagioklas (45), Kuarsa (8), Hornblende (1), Biotit (4), Opak (10), Gelas (10), Mikrokristalin feldspar (22).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Dasit yang disusun oleh fenokris kuarsa (A1), biotit (K2) dan plagioklas (D4, K8), di dalam masa dasar
mikrokristalin feldspar, plagioklas, kuarsa dan gelas. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI

No. Conto -Lab GRTP-21A Pemilik Puslitbang Geologi Kelautan Pemeriksa :


Lokasi Daerah - Nama Batuan Amigdaloidal Andesit Terubah Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur aphanitik, berbutir sangat halus hingga berukuran
1.75 mm, bentuk butir anhedral, di susun oleh kuarsa, mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin
feldspar, abu magnetit, klorit dan relik-relik gelas.
Kuarsa, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 1,75 mm, berbentuk bulatan-bulatan sempurna
menunjukkan pemadaman bergelombang, terutama mengisi rongga-rongga yang diduga bekas gas,
sebagian membentuk urat halus atau rongga-rongga berbentuk elipsoid dan tersebar bersama masa dasar,
pada beberapa rongga terdapat bersama-sama biotit, berwarna coklat, berupa butiran-butiran halus,
menunjukkan pleokroisme kuat, sebagian tersebar barsama masa dasar.
Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus berukuran 0,6 mm, bentuk butir anhedral, sebaigan besar
tersebar bersama-sama masa dasar (abu magnetit)
Masa dasar terdiri dari mikrokristalin feldspar, tak berwarna, berupa butiran sangat halus, bercampur
dengan klorit, berwarna hijau pucat, berserabut, diduga merupakan hasil ubahan dari gelas yang sebagian
nampak berupa reli-relik berwarna coklat pucat, isotrop. Disamping itu terdapat sedikit serisit mengelompok
berupa agregat- agregat halus berserabut.
Komposisi (% volume) :
Kuarsa (12), Opak (5), Mikrokristalin feldspar (18), Biotit (15), Klorit (35), Gelas (13), Serisit (2).

Fotomikrograf :
Amigdaloidal andesit terubah yang disusun oleh bulatan-bulatan kuarsa, di dalam masa dasar mikrokristalin
feldspar, klorit, opak dan gelas. Nampak kuarsa membentuk urat halus. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI

No. Conto -Lab GRTP-11 Pemilik Puslitbang Geologi Kelautan Pemeriksa :


Lokasi Daerah - Nama Batuan Wackstone Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran 1.5 mm,
kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen fosil foraminifera di dalam masa dasr mikrokristalin
karbonat (mikrit), batuan nampak porous (sarang).
Fragmen fosil, berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus hingga berukuran1,5 mm, bentuk fosil
umumnya masih utuh, jenis fosil terutama foraminifera, di isi oleh mikrokristalin karbonat yang nampak
kusam hingga mendekati opak sedangkan masa dasar berupa mikrokristalin karbonat, berwarna abu-abu
kecoklatan, setempat nampak mendekati opak.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (100).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Wackstone yang disusun oleh fragmen fosil foraminifera di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat (mikrit).
Nampak rongga-rongga berwarna hitam (porous). Sejajar nikol, 16x.

Lampiran Lekat
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI

No. Conto -Lab GRTP-02 Pemilik Puslitbang Geologi Kelautan Pemeriksa :


Lokasi Daerah - Nama Batuan Wackstone Konglomerete Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 1 cm,
bentuk butir -membulat tanggung- membulat, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen
wackstone (batugamping) dan fragmen plagioklas, kuarsa (kuarsit), fragmen fosil dan mineral opak di dalam
masa dasar mikrokristalin karbonat.
Fragmen Wackstone, tak berwarna-abu-abu kecoklatan, berukuran hingga > 1 cm, bentuk butir membulat
tanggung-membulat, terutama disusun oleh fragmen-fragmen fosil dan kuarsa di dalam masa dasar
mikrokristalin karbonat.
Fragmen plagioklas, tak berwarna, berukuran hingga 1,5 mm, bentuk butir membulat tanggung,
menunjukkan kembar, retak-retak halus diisi karbonat.
Fragmen kuarsa (kuarsit), tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 4,5 mm, bentuk butir membulat
tanggung-membulat, kuarsit di susun oleh mikrogranular kuarsa, hubungan butirnya saling bertautan
Fragmen fosil, terutama koral dan fosil foreminifera, berukuran hingga 3,5 mm, membulat, di isi oleh
mikrokristalin karbonat.
Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus hingga berukuran 0,4 mm, bentuk butir menyudut tanggung,
tersebar dalam jumlah sedikit.
Masa dasar berupa mikrokristalin karbonat dan pecahan-pecahan fosil, berwarna coklat hingga mendekati
opak, berbutir sangat halus, setempat terdapat “sparry calcite” sebagai penyemen, berwarna terang, berbutir
kasar.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (90), Kuarsa (5), Plagioklas (4), Opak (1).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Wackstone konglomerat yang disusun oleh fragmen-fragmen wackestone (G1), plagioklas (D7) dan fosil (H7)
di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat yang berwarna coklat. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI

No. Conto -Lab GRTP-24 Pemilik Puslitbang Geologi Kelautan


Pemeriksa :
Breksi Wackstone (breksi Noor Cahyo
Lokasi Daerah - Nama Batuan
Batugamping)

Diskripsi Petrografi:
Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 4,5 mm,
bentuk butir menyudut tanggung, kemas terbuka, terrpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen wackstone
dan fragmen fosil di dalam masa dasar/ semen mikrokristalin karbonat.
Fragmen Wackstone, berwarna-abu-abu kecoklatan, berukuran hingga 4,5 mm, bentuk butir menyudut,
terutama disusun oleh fragmen-fragmen fosil dan butiran halus mineral opak yang teroksidasi, di dalam masa
dasar mikrokristalin karbonat.
Fragmen fosil, di duga merupakan pecahan-pecahan foraminifera, berukuran > 5 mm, bentuk butiran tak
beraturan, di susun oleh mikrogranular kalsit (“sparry calcite”) berwarna terang.
Masa dasar berupa mikrokristalin karbonat dan pecahan-pecahan fosil berbutir sangat halus, berwarna
coklat hingga mendekati opak, berbutir sangat halus, setempat nampak “spary calcite” berwarna terang,
terutama mengisi rongga-rongga.
Komposisi (% volume) :
Karbonat (98), Opak/ oksida besi (2).

A B C D E F G H I J K L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fotomikrograf :
Breksi Wackstone disusun oleh fragmen wackstone (D7), di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat,
Nampak “sparry calcite” (warna terang) mengisi rongga-rongga, dan rongga-rongga berwarna hitam.
Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat
HASIL ANALISA UNSUR UTAMA
Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral
Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Hasil Analisa Kimia


(Unsur Utama)

Kode Parameter %
Unsur SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO TiO2 Na2O K2O P2O5 SO3 MnO2 H3O- LOI
GRTL-05 5.37 1.47 0.16 39.67 14.21 0.01 0.01 0.02 0.04 0.01 0.01 3.63 31.11
GRTL-06 7.49 1.03 4.65 23.79 11.4 5.99 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 1.88 41.55
GRTL-12 3.47 27.88 7.06 29.81 13.44 3.07 0.01 0.09 2.3 0.7 0.1 2.07 9.1
GRTL-13 1.77 19.67 1.42 7.68 31.84 0.64 0.05 0.07 0.01 0.02 0.01 1.08 32.55
GRTL-14 5.09 9.04 14.77 29.08 16.47 7.67 0.01 1.04 1.08 0.03 0.4 2.37 12.49
GRTL-15 1.08 2.06 0.82 43.71 38.33 0.03 0.01 0.02 1.01 0.01 0.01 1.09 11.44
GRTL-17 2.37 4.11 0.09 42.06 17.53 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 1.75 31.07
GRTL-19 4.86 8.61 37.19 11.43 9.6 9.83 0.9 0.08 0.01 0.01 0.1 1.02 15.34
GRTL-20 6.06 8.73 14.89 35.84 21.73 3.56 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 2.04 6.83
GRTL-32 33.54 21.44 9.08 24.66 0.62 0.25 1.88 0.04 0.28 0.01 0.01 0.22 7.38
GRTL-34 38.1 22.33 4.15 13.01 3.79 7.09 0.1 0.03 0.01 0.01 0.11 1.11 9.84
GRTL-48 3.87 4.08 1.78 33.37 32.49 0.07 0.02 0.01 1.01 0.01 0.01 1.09 21.01
GRTL-49 13.73 4 1.01 17.99 29.08 0.3 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 2.03 29.98
GRTP-01 1.37 1.17 0.07 48.27 4.00 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 0.13 43.78
GRTP-05 2.61 1.47 0.16 35.44 14.34 0.02 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 019 45.06
GRTP-11 0.56 1.03 0.07 38.59 13.07 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.30 46.26
GRTP-20 78.79 16.57 0.16 0.36 0.90 0.31 0.06 0.04 0.02 0.02 0.01 0.12 2.97
GRTP-19 67.00 15.51 3.04 0.59 0.62 0.25 1.88 4.46 0.04 0.01 0.01 0.42 8.67
GRTP-33 - - - 39.47 10.46 - - - 0.05 - - - -

Lampiran Lekat
HASIL ANALISA MINERAL BERAT
HASIL ANALISA BASE METAL
HASIL ANALISA OSEANOGRAFI
LAMPIRAN PETA

Anda mungkin juga menyukai