Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Intim di Siang Hari Bulan Ramadhan

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc July 10, 2013 Puasa 13 Comments 132,490 Views

Hubungan intim yang telah legal asalnya halal bahkan bisa bernilai pahala. Namun ketika
puasa, bersetubuh atau bersenggama (hubungan intim suami istri) menjadi terlarang bahkan
menjadikan puasa seorang muslim batal. Karena kehormatan bulan Ramadhan,
pelanggaran tadi dihukumi dengan hukuman yang berat dalam kafaroh.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

‫ْﺖ َﻋَﻠﻰ‬ ُ ‫ﺎل َو َﻗﻌ‬ َ ‫ َﻗ‬. « ‫ﺎل » ﻣَﺎ َﻟ َﻚ‬ َ ‫ َﻗ‬. ‫اﷲ َﻫَﻠ ْﻜ ُﺖ‬ ِ‫ﻮل ﱠ‬ َ ‫ﺎل ﯾَﺎ َر ُﺳ‬ َ ‫ َﻓ َﻘ‬، ‫ﺎء ُه َر ُﺟ ٌﻞ‬
َ ‫ﻮس ِﻋ ْﻨ َﺪ اﻟﻨﱠِﺒ ﱢﻰ – ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ – ِإ ْذ َﺟ‬ ٌ ُ‫َﺑ ْﯿَﻨﻤَﺎ َﻧ ْﺤ ُﻦ ُﺟﻠ‬
‫ﺼﻮ َم‬ ُ ‫َﻞ َﺗ ْﺴَﺘ ِﻄﯿ ُﻊ َأ ْن َﺗ‬ ْ ‫ﺎل » َﻓﻬ‬ َ ‫ َﻗ‬. ‫ﻻ‬ َ ‫ﺎل‬ َ ‫ َﻗ‬. « ‫َﺔ ﺗُ ْﻌِﺘﻘُﻬَﺎ‬ً ‫اﷲ – ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ – » َﻫ ْﻞ َﺗﺠ ُﺪ َر َﻗﺒ‬
ِ ِ‫ﻮل ﱠ‬ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬َ ‫ َﻓ َﻘ‬. ‫ﺻﺎِﺋ ٌﻢ‬َ ‫ْﺮَأِﺗﻰ َوَأَﻧﺎ‬ َ ‫اﻣ‬
‫ َﻓَﺒ ْﯿَﻨﺎ‬، – ‫ﺎل َﻓ َﻤ َﻜ َﺚ اﻟﻨﱠِﺒ ﱡﻰ – ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ‬ َ ‫ َﻗ‬. ‫ﻻ‬ َ ‫ﺎل‬ َ ‫ َﻗ‬. « ‫ﯿﻦ ِﻣ ْﺴ ِﻜﯿًﻨﺎ‬ َ ‫َﻞ َﺗ ِﺠ ُﺪ ِإ ْﻃﻌَﺎ َم ِﺳﺘﱢ‬
ْ ‫ﺎل » َﻓﻬ‬
َ ‫ َﻓ َﻘ‬. ‫ﻻ‬ َ ‫ َﻗ‬. « ‫ْﺮﯾْﻦ ُﻣَﺘَﺘﺎﺑ َﻌﯿْﻦ‬
َ ‫ﺎل‬
ِ ِ ِ َ ‫ﺷﻬ‬
َ
ْ َ َ َ
‫ َﻗﺎل » ُﺧﺬ َﻫﺎ‬. ‫ َﻓ َﻘﺎل أَﻧﺎ‬. « ‫اﻟﺴﺎِﺋﻞ‬ ُ ‫ْﻦ ﱠ‬ َ َ ُ ْ
َ ‫َﺮق اﻟ ِﻤﻜَﺘﻞ – َﻗﺎل » أﯾ‬ ْ ُ ْ
َ ‫ْﺮ – َواﻟﻌ‬ ٌ ‫َﺮ ٍق ِﻓﯿﻬَﺎ َﺗﻤ‬ ُ
َ ‫َﻧ ْﺤ ُﻦ َﻋﻠﻰ ذِﻟﻚ أِﺗ َﻰ اﻟﻨﱠِﺒ ﱡﻰ – ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ – ِﺑﻌ‬َ َ َ
َ
، ‫ْﺖ أﻓﻘ ُﺮ ِﻣ ْﻦ أ ْﻫ ِﻞ َﺑ ْﯿِﺘﻰ‬َ ْ َ ُ
ٍ ‫ْﻦ – أ ْﻫﻞ َﺑﯿ‬َ ْ َ ‫ﱠ‬ َ ِ ‫اﻟﺮ ُﺟ ُﻞ َأ َﻋَﻠﻰ َأ ْﻓ َﻘ َﺮ ِﻣﻨﱢﻰ ﯾَﺎ َر ُﺳﻮل‬
‫ﱠ‬ َ َ ‫ َﻓ َﻘ‬. « ‫ﺼ ﱠﺪ ْق ﺑ ِﻪ‬ َ ‫َﻓَﺘ‬
ِ ‫ُﺮﯾ ُﺪ اﻟ َﺤ ﱠﺮَﺗﯿ‬
ِ ‫ْﻦ ﻻَﺑَﺘ ْﯿﻬَﺎ – ﯾ‬ َ ‫اﷲ ﻣَﺎ َﺑﯿ‬
ِ ‫اﷲ ﻓ َﻮ‬ ‫ﺎل ﱠ‬ ِ
‫ﺎل » َأ ْﻃ ِﻌ ْﻤ ُﻪ َأ ْﻫَﻠ َﻚ‬ َ ‫ﻀ ِﺤ َﻚ اﻟﻨﱠﺒ ﱡﻰ – ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ – َﺣﺘﱠﻰ َﺑ َﺪ ْت َأ ْﻧﯿَﺎﺑُ ُﻪ ﺛُ ﱠﻢ َﻗ‬
ِ َ ‫» َﻓ‬

“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian
datanglah seorang pria menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu pria tersebut
mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri,
padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
“Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi
menjawab, “Tidak”. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau
mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada
60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”. Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi
hadiah satu wadah kurma kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria tersebut
lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan
aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada
yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.” (HR.
Bukhari no. 1936 dan Muslim no. 1111).

Laki-laki mengatakan bahwa dirinya itu binasa, yaitu karena telah menyetubuhi istrinya di
siang hari Ramadhan.

Beberapa faedah dari hadits di atas:


1- Wajib bagi yang berhubungan intim di siang bulan Ramadhan untuk membayar kafaroh
seperti yang disebutkan dalam hadits: (1) membebaskan satu orang budak, (2) jika tidak
diperoleh, berpuasa dua bulan berturut-turut, (3) jika tidak mampu, memberi makan kepada
60 orang miskin.

2- Pembatal puasa lainnya tidak ada kewajiban kafaroh seperti di atas seperti misalnya ada
yang melakukan onani di siang hari Ramadhan.

3- Yang terkena hukuman adalah bagi yang melakukan hubungan intim di siang hari
Ramadhan, bukan di bulan lainnya. Bentuk kafaroh ini untuk menebus kesalahan di bulan
Ramadhan sebab mulianya bulan tersebut. Kafaroh ini hanya berlaku bagi puasa di bulan
Ramadhan, namun
5- Kasus yang terjadi dalam hadits amatlah menakjubkan karena ia mengadu kepada Nabi
–shallallahu ‘alaihi wa sallam– dalam keadan takut, namun ia balik pulang dalam keadaan
senang karena membawa kurma.

6- Tertawa dalam keadaan yang pas, itu terpuji dan menunjukkan baiknya akal serta
menandakan akhlak yang lemah lembut. Sebaliknya tertawa dalam keadaan yang tidak
pada tempatnya, malah menunjukkan kurangnya akal.

7- Jika seseorang tidak mampu menunaikan kafaroh lantas orang lain yang menunaikannya,
maka itu dianggap sah. Dan kafarohnya bisa diberikan kepada yang tadi punya kewajiban
kafaroh. Namun hadits ini bukan menjadi dalil bahwa orang yang tidak mampu menjadi
gugur kewajibannya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membayarkan
kafarohnya. Kafaroh itu seperti halnya utang, bisa gugur jika pemberi utang
menggugurkannya.

8- Jika seseorang berbuat dosa, maka hendaklah ia segera bertaubat kepada Allah,
termasuk pula dalam menunaikan kafaroh.

9- Sekedar memberi makan walau tidak dibatasi kadarnya dibolehkan. Kalau sudah
mengenyangkan 60 orang seperti kasus di atas, maka sudah cukup.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Referensi:

Syarh ‘Umdatul Ahkam, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Darut Tauhid,
cetakan pertama, tahun 1431 H, hal. 341-342

Diselesaikan saat jalan menuju Jogja dari Pesantren Darush Sholihin, Panggang,
Gunungkidul, 1 Ramadhan 1434 H

Artikel Rumaysho.Com
Silakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan
FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat

Anda mungkin juga menyukai