Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KLEIN DENGAN ANEMIA

DISUSUN OLEH :
AISYAH JUNDINA AZ-ZAHRA
G2A015037

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), anemia merupakan keadaan
dimana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta
hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal. Sedangkan menurut
Doenges (2000) anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen darah. Pendapat lain menurut Muttaqin
(2009) menyatakan bahwa anemia adalah pengurangan jumlah sel darah
merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit)
per 100 ml darah.

Dari berbagai sumber di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian


anemia adalah merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah menurun,
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat, kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkutan oksigen darah.

2. KRITERIA ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), untuk memenuhi definisi anemia,
maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit yang dianggap
sudah terjadi anemia. Batasan tersebut sangat dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Batasan yang umum digunakan adalah kriteria WHO pada tahun 1969.
Dinyatakan sebagai anemia bila terdapat nilai dengan kriteria sebagai berikut:
a. Laki – laki dewasa Hb < 13 gr/dl
b. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
c. Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl
d. Anak usia 6 – 14 tahun Hb < 12 gr/dl
e. Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut :
a. Hb < 10 gr/dl
b. Hematokrit < 30%
c. Eritrosit < 2,8 juta/mm3

3. DERAJAT ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, derajat anemia
ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai
adalah sebagai berikut :
a. Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
b. Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
c. Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
d. Berat Hb < 6 gr/dl

4. KLASIFIKASI ANEMIA
Menurut Muttaqin (2009) menyatakan bahwa, anemia dapat diklasifikasiskan
menurut morfologi sel darah merah dan etiologi :
a. Klasifikasi morfologi
Pada klasifikasi anemia, menurut morfologi mikro dan makro
menunjukan ukuran sel darah merah, sedangkan kromik menunjukkan
warnanya.
1) Anemia Normostik Normokrom
Terjadi ketika ukuran dan bentuk sel – sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobindalam jumlah yang normal (MCV dan
MCHC normal atau normal rendah), tetapi individu menderita
anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut,
hemolisis, penyakit kronis, termasuk infeksi, gangguan endokrin,
gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang dan penyakit –
penyakitinfiltratif metastatic pada sumsum tulang.
2) Anemia Makrositik Normokrom
Makrositik berarti ukuran sel – sel darah merah lebih besar dan
normal, tetapi normokrom terjadi karena konsentrasi hemoglobinnya
normal (MCV meningkat ; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang
ditemukan pada defisiensi B12 atau asam folat. Ini dapat juga terjadi
pada kemoterapi kanker, sebab agen – agen yangb digunakan
mengganggu metabolism sel.
3) Anemia Mikrositik Hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang kurang dari normal (MCV kurang ; MCNC
kurang). Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sistem heme
(besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan
kehilangan darah kronis, atau gangguan sintesis globin, seperti pada
talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
b. Klasifikasi etiologi
Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab
utamanya adalah :
1) Meningkatnya kehilangan sel darah merah
2) Penurunan atau gangguan pembentukan sel

Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh


perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapata disebabkan
oleh trauma atau akibat perdarahan kronis karena polip pada kolon,
penyakit – penyakit keganasan, hemoroid, atau menstruasi.
5. ETIOLOGI/ PREDISPOSISI ANEMIA
Menurut Muttaqin (2009) menyatakan bahwa, kekurangannya sel darah
merah dapat disebabkan oleh kekuranagn kofaktor untuk eritropoesis, seperti
: asam folat, vitamin B12 dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun
apabila sumsusm tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang
tidak memadai karena kekuranagn eritopoetin, seperti yang terjadi pada
penyakit ginjal kronis. Peningkatan penghancuran sel darah merahdapat
terjadi akibat aktifitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan (misal
hpersplenisme) atau akibat susum tulang yang menghasilkan sel darah merah
abnormal.

6. PATOFISIOLOGI ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, timbulnya
anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagaglan sumsum tulang dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis. Lisis sel darah merah dapat terjadi dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikulo endotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam sel fagosit
akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma.
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada
dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut :
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah ke jaringan.
b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut
sindrom anemia.
Adapun pendapat lain yaitu menurut Muttaqin (2009) menyatakan bahwa,
timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekuranag
nutrisi, terpapar zat toksik, invasi tumor, atau hemolisis (destruksi). Pada
kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat terjadi akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagosit atau
dalam siistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang, kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Jadi ada atau tidak adanya
hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai
lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan hemolisis
dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik
tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah anemia pada klien tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosis dalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsy, serta ada
atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

7. MANIFESTASI KLINIK ANEMIA


Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, gejala anemia
sangat bervariasi, tetapi pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga golongan
besar, yaitu sebagai berikut :
a. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang
timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul
karena anpksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan hemoglobin. Gejala – gejala tersebut apabila diklasifikasikan
menurut organ yang terkena.
1) Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikarsi, sesak
napas saat beraktivitas, angina pektoris dan gagal jantung.
2) Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendering, mata
berkunag – kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu serta perasaan
dingin pada ektremitas.
3) Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun
4) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus.
b. Gejala khas masing – masing anemia
Gejal khas yang menjadi ciri dari masing – masing jenis anemia adalah
sebagai berikut :
1) Anemia defesiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis.
2) Anemia defesiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue)
3) Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali
4) Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda – tanda
infeksi.
c. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia,. Gejala ini timbul
karena penyakit – penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya
anemia defesiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang
berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran karotis dan telapak
tangan menjadi kuning seperti jerami.

8. KOMPLIKASI ANEMIA
Menurut Noer (1998), menyatakan bahwa komplikasi dari anemia adalah
anemia menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Mudah batuk pilek, mudah flu atau
mudah terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi mudah lelah
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan
anemia, jika terlambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan
kematian dan beresiko bagi janin. Selain bayi akan lahir debngan berat badan
rendah, anemia juga akan mengganggu perkenbangan organ – organ tubuh
termasuk otak.

9. PENATALAKSANAAN ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, pada setiap
kasus anemia perlu diperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut ini :
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.

Jenis – jenis terapi yang dapat diberikan adalah :


a. Terapi gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung,
harus segera diberikan terapi darurat tranfusi sel darah merah yang
dimampatkan (PRC) untuk mencegah pemburukan payah jantung
tersebut.
b. Terapi khas untuk masing – masing anemia
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya
preparat besi untuk anemia defisiensi besi.
c. Terapi kausal
Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang
menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defesiensi besi yang
disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti cacing
tambang.
d. Terapi ex – juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika
terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi ini hanya
dapat dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencakupi.
Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat.
Jika terdapat repons yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak
terdapat respons, maka harus dilakukan evaluasi kembali.

10. PENGKAJIAN FOKUS


a. Demografi
Data dasar (biodata) klien :
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Alamat
5) Agama
6) Suku
7) Bangsa
8) Pendidikan
9) Pekerjaan
b. Riwayat Kesahatan
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, riwayat
kesehatan anemia meliputi :
1) Kehilanagn darah kronis
2) Riwayat ulkus gastrik kronis
3) Adanya penyakit sel sabit
4) Penggunaan kemoterapi
5) Gagal ginjal
6) Penggunaan antiboitik yang lama
7) Defisiensi nutrisi
8) Luka bakar yang luas

Adapun pendapat lain menurut Muttaqin (2009) menyatakan bahwa :


1) Keluhan utama
Pada klien anemia biasanya mengeluh cepat lelah. Riwayat penyakit
sekarang yang mungkin didapatkan meliputi tanda dan gejala
penurunan kadar eritrosit dan hemoglobin dalam darah yaitu dengan
adanya kelemahan fisik, pusing dan sakit kepala, gelisah, diaphoresis
(keringat dingin), takikardia, sesak napas, serta kolaps sirkulasi yang
progresif cepat atau syok. Namun, pengurangan hebat jumlah sel
darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun penguranga
50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
menyesuaikan diri dan biasanya klien asimtomatik.
2) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan
melakukan serangkaian pertanyaan meliputi :
a) Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia
b) Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka waktu lama
c) Apakah pernah menderita penyakit malaria
d) Apakah pernah megalami pembesaran limfe
e) Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar
seperti kanker payudara, leukemia dan multiple myeloma
f) Adakah pernah kontak dengan zat kimia toksik ; dan penyinaran
dengan radiasi
g) Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan
ginjal dan hati
h) Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi
endokrin
i) Apakah pernah mengalami kekuranga vitamin penting seperti
vitamin B12 asma folat, vitamin C dan besi.
3) Psikososial
Menolak , menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri. Interaksi social : stress
karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan
koping dengan stressor yang ada.

c. Data Fokus Terkait Perubahan Pola Fungsi


Perubahan pola fungsi pada klien dengan gangguan anemia menurut
Doenges (2000) adalah :
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum, keheilangan
produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja, toleransi terhadap
latihan rendah, kebutuhan unruk istirahat dan tidur lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea,dipsnea pada bekerja atau istirahat,
letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitar,
kelemahan otot dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak tegak,
bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda - tanda lain
yang menunjukan keletihan.
2) Sitkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis (misal perdarahan GI
kronis, menstruasi berat/DB, angina, CHF/akibat kerja jantung yang
berlebuhan), riwayat endokardius infeksi kronis, palpitasi (takikardia
kompensasi)
Tanda : peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural, disritmia (abnormalitas EKG misal
depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T,
takikardia), bunyi jantung murmur sistolik (DB), ekstremitas pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)
dan dasar kuku (catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu - abuan), kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,
AP) atau kuning lemon terang (PA), sclera biru atau putih seperti
mutiara (DB), pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah
ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi), kuku mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB), rambut kering mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP)
3) Integritas ego
Gejala : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan (misal penilakan tansfusi darah)
Tanda : depresi
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB), hematemesis, feses dengan darah segar, melena,
diare atau konstipasi, penurunan haluaran urin.
Tanda : distensi abdomen
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB), nyeri milut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia, adanya penurunan berat badan, tidak pernah puas
mengunyah atau pika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat
dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP, defisiensi asam folat
dan vitamin B12), membrane mukosa kering dan pucat, turgor kulit
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB), stomatitis dan
glositis (status defisiensi), bibir selitis (misal inflamasi bibir dengan
sudut mulut).
6) Higien
Tanda : kurang bertenaga, penampilan tak rapih
7) Neurosensori
Gejala : sakit kepala berdenyut pusing, vertigo tinutus,
ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia penurunan pengelihatan,
dan bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan buruk, kaki
goyah, parestesia tangan/kaki (AP), kaludikasi, sensai menjadi
dingin.
8) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samar, sakit kepala (DB)
9) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan
aktivitas
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dipsnea.
10) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia (misal
benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen), riwayat terpajan pada
radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan. Riwayat kanker,
terapi kanker, tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas, tranfusi
darah sebelumnya, gangguan pengelihatan, penyembuhan luka
buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
Limfadenopati umum, petekie dan ekimosis (aplastik).
11) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi (misal menoragia atau amenore
(DB)), hilang libido (pria dan wanita), impoten
Tanda : seviks dan dinding vagina pucat
12) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : kecenderungan keluarga untuk anemia (DB/AP),
penggunaan anti konvulsan masa lalu/saat ini, antibiotic, agen
kemoterapi (gagal sumsum tulang), aspirin, obat antiinflamasi, atau
anti koagulan, penggunaan alcohol kronis, adanya/berulanganya
episode perdarahan akut (DB), riwayat penyakit hati ginjal, masalah
hematologi. Penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain, enteritis
regional, manifestasi cacing pita, poliendokrinopati, masalah
autoimun (misal pada antobodi pada sel parietal, factor intrinsic,
antibody tiroid dan sel T), pembedahan sebelumnya (misal
splenektomi. Eksisi tumor, penggantian katup prostetik, eksisi bedah
duodenum atau reseksi gester, gatrektomi parsial/toltal (DB/AP)),
riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan,
infeksi kronis, penyakit granulomatus kronis atau kanker (sekunder
anemia).

d. Pemeriksaan Fisik
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa, pada
pemeiksaan fisik didapat tanda sebagai berikut :
1) Kelelahan, kelemahan (menunjukkan hipoksemia jaringan)
2) Palpitasi (menunjukkan kepekaan miokard karena hipoksemia)
3) Sakit kepala ringan, peka rangsang (menunjukan hipoksemia
serebral)
4) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas (menunjukan kerusakan
fungsi miokard karena hipoksemia)
5) Pucat pada kulit dan membran mukosa dan dasar kuku

Adapun pendapat lain menurut Muttaqin (2009) menyatakan bahwa,


keadaan umum klien pucat. Ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokontriksi untuk
memperbesar pengiriman oksigen ke organ – organ vital.karena factor –
factor seperti pigmentasi kulit, suhu, dan kedalaman serta distribusi
kapiler memengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan
indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kulit, telapak tangan, dan
membrane mukosa bibir serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik
guna menilai kepucatan .
1) B1 (Breathing)
Dipsnea (kesulitan bernafas), napas pendek, dan cepat lelah waktu
melakukan aktivitas jasmani, merupakan manifestasiberkurangnya
pengiriman oksigen.
2) B2 (Bleeding)
Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan
curah jantung yang meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan,
serta membrane mukosa bibir dan konjungtiva. Keluhan nyeri dada
bila melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri dada), khususnya pada
klien usia lanjut dengan stenosis koroner dapat diakibatkan karena
iskernia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan gagal
jantung kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak
dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang
meningkat.
3) B3 (Brain)
Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus
(telinga berdengung)
4) B4 (Bladder)
Gangguan ginjal, penurunan produksi urine
5) B5 (Bowel)
Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea,
konstipasi atau diare, serta stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
6) B6 (Bone)
Kelemahan dalam melakukan aktivitas.
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Handayani dan Haribowo (2008) menyatakan bahwa,
pemeriksaan penunjang pada pasien anemia adalah :
1) Pemeriksaan laboratorium hematologis
Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap
sebagai berikut :
a) Tes penyaring : tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap
kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan dengan
adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pada komponen – komponen berikut
ini.
 Kadar hemoglobin
 Indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC)
 Apusan darah tepi
b) Pemeriksaan rutin merupakan pemerikasaan untuk mengetahui
kelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang
dikerjakan mliputi laju endapan darah (LED), hitung deferensial,
dan hitung retikulosit.
c) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini harus dikerjakan
pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis
definitif meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
d) Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini akan
dikerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehigga
fungsinya adalah untuk mengkonfirmasi dugaan diagnosis
tersebut. Pemerikasaan tersebut meliputi komponen berikut ini
 Anemia defesiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi
transferin, dan feritin serum
 Anemia megaloblastik : hitung retikulosit, tes Coombs, dan
elektroforesis Hb
 Anemi pada leukimia akut biasanya dilakukan
pemerikasaan sitokimia.
2) Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
Pemeriksaan laboratorium non hematologis meliputi :
a) Faal ginjal
b) Faal endokrin
c) Asam urat
d) Faal hati
e) Biakan kuman
3) Pemeriksaan penunjang lain
Pada beberapa kasus anemia diperlukan pemerikasaan penunjang
sebagai berikut :
a) Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
histopatologi
b) Radiologi : torak, bone survey, USG, atau limfangiografi
c) Pemeriksaan sitogenetik
d) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain
reaction, FISH = fluorescence in situ hybrydization)

Adupula pemeriksaan diagnostik menurut Handayani dan Haribowo


(2008) juga menyatakan bahwa:
1) Jumlah darah lengkap di bawah nilai normal (hemoglobin,
hematokrit, trombosit dan sel darah merah)
2) Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defesiensi zat besi
3) Kadar B12 serum darah pada anemia pernisiosa
4) Hemogobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin
5) Masa perdarahan memanjang
6) Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk
7) Tes Schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12
11. PATHWAYS KEPERAWATAN ANEMIA
PATHWAYS ANEMIA (Muttaqin, 2009)

Hematosis oleh aktivitas retikuloendotelia yang berlebihan

Kekurangan kofaktor Berkurangnya  Sumsum tulang


eritropoiesis : jumlah sel darah tertekan (oleh
merah tumor/obat)
 Defisiensi B12  Kekurangan
 Defisiensi asam eritropoietin
folat Sedikit oksigen yang  Abnormalitas
 Defisiensi besi dikirimkan ke jaringan produksi sel darah
Kehilangan darah merah
akut atau kronis
Hipoksia jaringan

Mekanisme kompensasi tubuh : Penurunan prefusi


ke saluran cerna
 Peningkatan curah jantung dan pernapasan
 Meningktakan pelepasan oksigen dan hemoglobin
 Mengembangkan volume plasma Anoreksia,
 Reditribusi aliran darah ke organ – organ vital nausea,
konstipasi/diare,
stomatitis, BB
menurun

Peningkatan Peningkatan Penurunan Perubahan nutrisi


frekunsi frekunsi jantung prefusi kurang dari
pernapasan jantung kebutuhan tubuh
Beban kerja
jantung meningkat
Resiko tinggi
pola napas Hipertrofi ventilasi Aliran darah Aliran tidak
tidak efektif tidak adekuat adekuat ke
Pengisian LV
ke sistematik jantung dan otak
menurun LVEDP
Kondisi &
Curah jantung
prognosis Kelemahan Sakit kepala,
menurun
penyakit fisik iskemia miokard

kecemasan Resiko tinggi


Intoleransi perubahan
stroke & iskemia
aktivitas prefusi jaringan
miokard
12. DIAGNOSA KEPERAWATAN ANEMIA
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya
pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel –
sel darah merah di sirkulasi.
b. Nyeri dada berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke
miokardium.
c. Resiko tinggi terhadap pola napas tak efektif berhubungan dengan respon
peningkatan frekuensi pernapsan
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake, mual, anoreksia
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai oksigen ke jaringan
f. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi krisis ancaman, atau perubahan kesehatan
13. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL ANEMIA
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya
pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel –
sel darah merah di sirkulasi.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria hasil : klien tidak mengeluh pusing, tanda – tanda vital dalam
batas normal, konjungtiva merah (tidak pucat), CTR < 3 detik, urin > 600
ml/hari
INTERVENSI RASIONAL
kaji status mental klien secara mengetahui derajat hipoksia pada
teratur otak
kaji factor – factor yang berkurangnya sel darah merah dapat
menyebabkan penurunan sel darah disebabkan oleh kekurangan
merah kofaktor untuk eritropoesis, seperti :
asam folat, vitamin B12 dan besi.
Pada anemia, karena semua sistem
organ dapat terlibat, maka dapat
menimbulkan menifestasi klinik
yang luas. Karena jumlah efektif sel
darah merah berkurang, maka lebih
sedikit oksigen yang dikirimkan ke
jaringan.
kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi mengetahui derajat hipoksemia dan
perifer, dan diaphoresis secara peningkatan tahanan perifer.
teratur
pantau urin output penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya
produksi urin < 600 ml/hari
merupakan tanda – tanda terjadinya
syok kardiogenik.
catat adanya keluhan pusing keluhan pusing merupakan
manifestasi penurunan suplai darah
ke jaringan otak yang parah.
pantau frekuensi jantung dan irama perubahan frekuensi dan irama
jantung menunjukan komplikasi
disritmia.
berikan makanan kecil/mudah makanan besar dapat meningkatkan
dikunyah, batasi asupan kafein kerja miokardium. Kafein dapat
merangsang langsung ke jantung
sehingga meningkatkan frekuensi
jantung.
kolaborasi
pemberian tranfusi darah tranfusi dengan PRC (packed red
cells) lebih rasional diberikan pada
klien yang mengalami anemia
akibat penurunan sel – sel darah
merah
pemberian antibiotika kematian biasanya disebakan oleh
perdarahan atau infeks, meskipun
antibiotic, khususnya yang aktif
terhadap basil gram negative, telah
mengalami kemajuan besar pada
klien ini. Klien dengan leucopenia
yang jelas (penurunan abnormal sel
darah putih) harusn dilindungi
terhadap kontak dengan orang lain
yang mengalami infeksi. Antibiotic
tidak boleh diberikan secara
profilaksis pada klien dengan kadar
neutrofil rendah dan abnormal
(netropenia) karena antibiotic dapat
mengakibatkan kegawatan akibat
resistensi bakteri dan jamur.
pertahankan cara masuk heparin jalur yang penting untuk pemberian
(IV) sesuai indikasi obat darurat
pemantauan laboratorium pementaunnan darah rutin berguna
untuk melihat perkembangan pasca
intervensi
pemberian imunosupresif terapi imunosupresif globulin
antitimosit (ATG) diberikan untuk
menghentikan fungsi imunologis
yang memperpanjang aplasia,
sehingga memungkinkan sumsum
tulang mengalami penyumbatan.
Klien yang berespon terhadap terapi
biasanya akan sembuh dalam
beberapa minggu sampai tiga bulan,
tetapi respons dapat lambat sampai
tiga bulan, tetapi respons dapat
lambat sampai enam bulan setelah
penanganan.
Transplantasi transplantasi sumsum tulang
dilakukan untuk memberikan
persendiaan jaringan hematopoetik
yang masih yang masih dapat
berfungsi.

b. Nyeri dada berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke miokardium.


Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terhadap
penurunan respons nyeri dada.
Kriteria hasil : secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri
dada, secara objektif didapatkan tanda – tanda vital dalam batas normal,
wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urin > 600 ml/hari
INTERVENSI RASIONAL
catat karakteristik nyeri, lokasi, variasi penampilan dan perilaku
intensitas, serta lama dan klien karena nyeri terjadi sebagai
penyebarannya temuan pengkajian
anjurkan kepada klien untuk nyeri berat dapat menyebabkan
melaporkan nyeri dengan segera syok kardiogenik yang berdampak
pada kematian mendadak
lakukan menajemen nyeri
keperawatan sebagai berikut :
1) Atur posisi fisiologis posisi fisiologis akan meningkatkan
asupan oksigen ke jaringan yang
mengalami iskemia
2) Istirahatkan klien istirahat akan menurunkan
kebutuhan miokardium serta
meningkatkan suplai darah dan
oksigen ke miokardium yang
membutuhkan oksigen unuk
menurunkan iskemia.
3) Berikan oksigen tambahan meningkatkan jumlah oksigen yang
dengan nasal kanul atau masker ada untuk pemakaian miokardium
sesuai dengan indikasi sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan akibat nyeri dada.
4) Menajemen lingkungan : lingkungan tenang akan
lingkungan tenangdan batasi menurunkan stimulasi nyeri
pengunjung eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di dalam ruangan.
5) Ajarkan teknik relaksasi meningkatkan asupan oksigen
pernapsan dalam sehingga akan menurunkan nyeri
sekunder dari iskemia jaringan otak
6) Ajarkan teknik distraksi pada distraksi (pengalihan perhatian)
saat nyeri dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorphin dan enkefalin
yang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
7) Lakukan manajemen sentuhan menejemen sentuhan pada saat
nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Dipton ringan
dapat meningkatkan aliran darah
dan dengan otomatis membantu
suplai darah dan oksigen ke area
nyeri dan menurunkan sensasi
nyeri.
kolaborasi pemberian terapi obat – obat antiangina bertujuan
farmakologi antiangina untuk meningkatkan aliran daarah
baik dengan menambah suplai
oksigen atau dengan mengurangi
kebutuhan miokardium akan
oksigen.
Antiangina nitrat berguna untuk control nyeri
dengan efek vasodilatasi koroner
Analgesic menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi, dan
mengurangi kerja miokardium

c. Resiko tinggi terhadap pola napas tak efektif berhubungan dengan respon
peningkatan frekuensi pernapsan
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria hasil : klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16 – 20
kali/menit, respons batuk berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
auskultasi bunyi napas (krakles) indikasi edema paru, sekunder
akibat dekompensasi jantung
kaji adanya edema curiga gagal kongestif/kelebihan
volume cairan
ukur intake dan output penurunan curah jantung,
mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan pengeluaran urin
timbang berat badan perubahan tiba – tiba dari berat
badan menunjukan gangguan
keseimbangan cairan
pertahankan pemasukan total cairan memenuhi kebutuhan cairan tubuh
2000 ml/24 jam dalam toleransi orang dewasa, tetapi memerlukan
kardiovaskuler pembatasan dengan adanya
dekompensasi jantung
kolaborasi
berikan diet tanpa garam natrium meningkatkan retensi cairan
dan volume plasma yang berdampak
terhadap peningkatan beban kerja
jantung dan akan meningkatkan
kebutuhan miokardium
berikan diuretic contoh : diuretic bertujuan untuk
furosemide, sprinolakton, menurunkan volume plasma dan
hidronolakton menurunkan retensi cairan di
jaringan, sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru
pantau data laboratorium elektrolit hipokalemia dapat membatasi
kalium keefektifan terapi

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan intake, mual, anoreksia
Tujuan : dalam 3 x 24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi
Kreteria hasil : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan
pemenuhan nutrisi sesuai anjuran, klien dan keluarga tentang asupan
nutrisi yang tepat pada klien, asupan meningkatkan pada porsi makan yang
disediakan.
INTERVENSI RASIONAL
jelaskan tentang manfaat makan bila dengan pemahaman klien akan
dikaitkan dengan kondisi klien saat lebih kooperatif mengikuti aturan
ini
anjurkan agar klien memakan untuk menghindari makanan yang
makanan yang disediakan di rumah justru dapat mengganggu proses
sakit penyembuhan kien
beri makanan dalam kedaan hangat untuk meningkatkan selera dan
dan porsi kecil serta diet tinggi mencegah mual, mempercepat
kalori dan tinggi protein perbaikan kondisi, serta
mengurangi beban kerja jantung
libatkan keluarga pasien dalam klien kadang kala mempunyai
pemenuhan nutrisi tambahan yang selera makan yang sudah terbiasa
tidak bertentangan dengan sejak di rumah. Dengan bantuan
penyakitnya. pola diet akan meningkatkan
pemenuhan nutrisi
lakukan dan ajarkan perawatan higien oral yang baik akan
mulut sebelum dan sesudah makan meningkatkan nafsu makan klien
serta sebelum dan sesudah
intervensi/pemeriksaan per oral
beri motivasi dan dukungan meningkatkan secara psikologis
psikologis
kolaborasi meningkatkan pemenuhan sesuai
dengan nutrisi tentang pemenuhan dengan kondisi klien
diet klien
pemberian multivitamin memenuhi asupan vitamin yang
kurang dari penurunan asupan
nutrisi secara umum dan
memperbaiki daya tahan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara


suplai oksigen ke jaringan
Tujuan : aktivitas sehari – hari klien terpenuhi dan meningkatnya
kemampuan beraktivitas
Kriteria hasil : klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala –
gejal yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur
INTERVENSI RASIONAL
catat frekuensi dan irama jantung respons klien terhadap aktivitas
serta perubahan tekanan darah dapat mengindikasikasikan
selama dan sesudah aktivitas. penurunan oksigen miokardium
tingkatkan istirahat, batasi aktivitas menurunkan kerja
dan berikan aktivitas senggang miokardium/konsumsi oksigen
yang tidak berat
anjurkan klien untuk menghindari dengan mengejan dapat
peningkatan tekanan abdomen mengakibatkan takikardia serta
misalnya mengejan saat defekasi peningkatan tekanan darah
jelaskan pola peningkatan bertahap aktivitas yang maju memberikan
dari tingkat aktivitas. Contoh : control jantung, meningkatkan
bangun dari kursi bila tidak ada regangan, dan mencegah aktivitas
nyeri, ambulasi dan istirahat berlebihan
selama 1 jam setelah makan
pertahankan klien tirah baring untuk mengurangi beban jantung
sementara sakit
pertahankan rentang gerak pasif meningkatkan kontraksi otot
selama sakit kritis sehingga membantu aliran vena
balik
evaluasi tanda vital saat kemajuan untuk mengetahui fungsi jantung
aktivitas terjadi bila dikaitkan dengan aktivitas
berikan waktu istirahat di antara untuk mendapatkan cukup waktu
waktu aktivitas resoluai bagi tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung
selama aktivitas kaji EKG, dipsnea, melihat dampak dari aktivitas
sianosis, kerja dan frekuensi napas terhadap fungsi jantung.
serta keluhan negative

f. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status


kesehatan, situasi krisis ancaman, atau perubahan kesehatan
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan klien berkurang
Kreteria hasil : klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal
perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang
mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan dan wajah rileks
INTERVENSI RASIONAL
bantu klien mengekspresikan cemas berkelanjutan memberikan
perasaan marah, kehilangan dan dampak serangan jantung
takut selanjutnya
kaji tanda verbal dan nonverbal reaksi verbal/non verbal dapat
kecemaasan, dampingi klien dan menunjukan rasa agitasi, marah, dan
lakukan tindakan bila menunjukan gelisah
perilaku merusak
hindari konfrontasi konfrontasi dapat meningkaykan
rasa marah, menurunkan kerja sama
dan mungkin memperlambat
penyembuhan.
mulai melakukan tindakan untuk mengurangi rangsangan eksternal
mengurangi kecemasan. Beri yang tidak perlu
lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat
tingkatan control sensasi klien control sensai klien (menurunkan
ketakutan) dengan cara memberikan
informasi tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan
terhadap sumber – sumber koping
(pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan
teknik – teknik pengaliahan, serta
memberikan respons balik yang
positif
orientasikan klien terhadap orientasi dapat menurunkan
prosedur rutin dan aktivitas yang kecemasan
diharapakan
beri kesempatan kepada kien untuk dapat menghilangkan ketegangan
mengungkapkan kecemasannya terhadap kekhawatiranyang tidak
diekspresikan
berikan privasi untuk klien dari memberikan waktu untuk
orang terdekat mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas dan adaptasi.
Adanya keluarga dan teman –
teman yang dipilih klien untuk
membantu aktivitas serta
pengalihan (misalnya membaca)
dan menurunkan perasaan terisolasi
kolaborasi : berikan anticemas meningkatkan relaksasi dan
sesuai indikasi contohnya : menurunkan kecemasan
diazepam
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta :
Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Noer, Sjaifoellah. 2998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : Monica Ester.
FORMAT PENILAIAN PORTOFOLIO

NAMA MAHASISWA : AISYAH JUNDINA AZ-ZAHRA

TOPIK : ASKEP ANEMIA

NO KRITERIA BBT NILAI NILAI

1 2 3 4 X BBT

1 KERAPIAN 10

1. Tulis tangan tidak rapi


2. Tulis tangan kurang rapi
3. Diketik rapi
4. Diketik sangat rapi

2 WAKTU PENYERAHAN 10

1. Lewat 3 hari
2. Lewat 2 hari
3. Lewat 1 hari
4. Tepat waktu

3 JUMLAH BUKU SUMBER 15

1. Satu sumber
2. Dua sumber
3. Dua sumber plus internet
4. >2 Plus internet, sumber di
lampirkan
4 JUMLAH HALAMAN 10

1. 2 Halaman
2. 3 Halaman
3. 4 Halaman
4. Lebih dari 4 halaman

5 ORIGINALITAS 5

Tidak Meniru milik orang lain

6 KELENGKAPAN ISI 30

a. Makalah memuat kurangdari


7 item dalam sistematika
b. Makalah memuat 7-8 dari 9
item
c. Makalah memuat 9 item
sesuai sistematika terdiri
dari: pengertian, etiologi
,patofisiologi, manifestasi
klinis, penatalaksanaan,
pengkajian,focus kurang
lengkap, pathwayas kurang
lengkap, diangnosa,
keperawatan kurang lengkap,
focus intervensi tanpa
rasional.
d. Makalah memuat 9 item
sesuai sistematikater diridari:
pengertian, etiologi,
patofisiologi,
manifestasiklinis,
penatalaksanaan, pengkajian
focus lengkap, pathwayas
lengkap dan sistematis,
diagnose keperawatan
lengkap, focus intervensi
disertai rasional
7 PEMAHAMAN 20

a. Tidak memaham itidak


membaca
b. Membaca tidak memahami
c. Membaca memahami
d. Membaca sanga tmemhami
JUMLAH TOTAL

NILAI AKHIR = JUMLAH NILAI X BOBOT NILAI AKHIR=_____

100

Mengetahui Dosen Mahasiswa

Ns. Dera Alfiyanti, M. Kep Aisyah Jundina

Anda mungkin juga menyukai