Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN : GASTRITIS DI RUANG
PERAWATAN PENYAKIT DALAM
BLUD RSUD KOTA BAUBAU
TAHUN 2018

A. Latar Belakang

Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya seseorang dari gangguan

pemenuhan kebutuhan dasar manusia atau komunitas. Sehat merupakan

keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi

stressor. Sehat juga diartikan sebagai keadaan dimana seseorang ketika diperiksa

oleh ahlinya tidak mempunyai keluahan ataupun tidak terdapat tanda-tanda

penyakit atau kelainan.

Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang bebas hingga

berdampak pada kesehatan tubuh. Badan penelitian kesehatan dunia World

Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap delapan Negara

dunia dan mendapatkan beberapa hasil presentase angka kejadian Gastritis di

dunia. Dimulai dari Negara yang kejadian Gastritis paling tinggi yaitu Amerika

mencapai 47 juta penderita pada tahun 2017 kemudian di ikuti oleh India

mencapai 43 juta penderita, lalu dibeberapa negara lainnya seperti Inggris

sebanyak 40 juta penderita, China sebanyak 38 juta penderita, Jepang sebanyak

35 juta penderita, Kanada sebanyak 33 juta penderita, Perancis sebanyak 29,5

juta penderita dan Indonesia sebanyak 25 juta penderita (Rial, 2017).

1
Angka kejadian Gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan

pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian

Gastritis di beberapa kota di Indonesia pada tahun 2017 yaitu di kota Medan

mencapai 3.770 penderita, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya

sebanyak 3.689 penderita, Denpasar sebanyak 3.610 penderita, Jakarta sebanyak

3.780 penderita, Bandung sebanyak 3.521 penderita, Palembang sebanyak 3.342

penderita, Aceh sebanyak 3.425 penderita, dan Pontianak sebanyak 3.154

penderita. Tahun 2017 penyakit Gastritis merupakan salah satu penyakit didalam

sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh

Indonesia dan menyerang lebih banyak perempuan dari pada laki-laki dengan

jumlah kasus 30.154 orang (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).

Kejadian penyakit Gastritis di Sulawesi Tenggara tahun 2014 mencapai

420 penderita, tahun 2015 mencapai 510 penderita, tahun 2016 mencapai 520

penderita dan pada tahun 2017 mencapai 485 penderita cenderung menurun dari

angka kejadian pada tahun 2016, dan merupakan penyakit terbanyak pada klien

rawat inap di rumah sakit yang menyerang lebih banyak pada perempuan dari

pada laki-laki.

Menurut data dari BLUD RSUD Kota Baubau angka kejadian penyakit

Gastritis pada tahun 2015 terdapat 63 penderita, Pada tahun 2016 mengalami

peningkatan yakni mencapai 87 penderita, sedangkan pada tahun 2017

mengalami penurunan sebanyak 60 penderita (Medical Record BLUD RSUD

Kota Baubau, 2017).

2
Masalah kesehatan yang dapat terjadi berupa perdarahan saluran cerna dan

jika terjadi perdarahan yang cukup banyak akan menyebabkan anemia yang

berakibat terjadinya kematian. Selanjutnya jika Gastritis terjadi terlalu lama maka

akan menyebabkan atrofi lambung yang dapat menyebabkan gangguan

penyerapan terhadap vitamin.

Adapun peran perawat dalam penanganan Gastritis di rumah sakit yaitu

sebagai promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran perawat sebagai

promotif dan preventif yaitu memberikan penjelasan mengenai pencegahan dan

perawatan di rumah yaitu dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang

dapat meningkatkan asam lambung. Pada aspek kuratif yaitu memberikan

penatalaksanaan pada penyakit Gastritis dengan pemberian obat-obattan dan

makanan sesuai diet. Sedangkan perawat sebagai rehabilitatif yaitu menganjurkan

pada klien untuk makan-makanan yang tidak mengandung asam ataupun pedas

untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.

Berdasarkan uraian tersebut, penerapan asuhan keperawan secara

komperensif perlu dilakukan. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis Di Ruang Perawatan Penyakit

Dalam BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018”.

3
B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Menurut data dari BLUD RSUD Kota Baubau angka kejadian penyakit

Gastritis pada tahun 2015 terdapat 63 penderita, Pada tahun 2016 mengalami

peningkatan yakni mencapai 87 penderita, sedangkan pada tahun 2017

mengalami penurunan sebanyak 60 penderita (Medical Record BLUD RSUD

Kota Baubau, 2017).

Peran perawat dalam penanganan gastritis di rumah sakit yaitu sebagai

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dimana penanganan tersebut

untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.

2. Pertanyaan Masalah

Bagaimanakah penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis di Ruang Perawatan Penyakit Dalam

BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini meliputi :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini untuk mendapatkan

gambaran dalam penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis di Ruang Perawatan Penyakit Dalam

BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

4
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian baik

melalui anamnesa maupun pemeriksaan fisik dengan tepat pada klien

dengan Gastritis di Ruang Perawatan Penyakit Dalam BLUD RSUD Kota

Baubau Tahun 2018.

b. Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam menentukan diagnosa

keperawatan yang muncul pada klien dengan Gastritis di Ruang

Perawatan Penyakit Dalam BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

c. Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam menyusun rencana

keperawatan dan membuat rasional sesuai dengan intervensi yang

diberikan dan sesuai dengan diagnosa yang ditemukan pada klien dengan

Gastritis di Ruang Perawatan Penyakit Dalam BLUD RSUD Kota Baubau

Tahun 2018.

d. Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan

keperawatan pada klien sesuai dengan rencana keperawatan terhadap

klien dengan Gastritis di Ruang Perawatan Penyakit Dalam BLUD RSUD

Kota Baubau Tahun 2018.

e. Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi

keperawatan terhadap klien dengan Gastritis di Ruang Perawatan

Penyakit Dalam BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

5
f. Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan

keperawatan pada klien dengan Gastritis di Ruang Perawatan Penyakit

Dalam BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

g. Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam memperoleh pengalaman

nyata dalam melakukan evaluasi dan pendokumentasian keperawatan

pada klien dengan Gastritis di Ruang Perawatan Penyakit Dalam BLUD

RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini memiliki beberapa manfaat

diantaranya adalah :

1. Bagi Klien dan Keluarga

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman bagi klien dan keluarga mengenai penyakit Gastritis dan cara

perawatannya.

2. Bagi Perawat

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman bagi teman sejawat perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien Gastritis.

3. Bagi BLUD RSUD Kota Baubau

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat sumbangsih referensi bagi BLUD

RSUD Kota Baubau dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada klien

Gastritis.

6
4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa

tentang asuhan keperawatan dengan Gastritis di Rumah Sakit.

5. Bagi Penulis

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam bidang ilmu

keperawatan serta dalam proses keperawatan khususnya pada klien Gastritis.

6. Bagi Pembaca

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan khususnya asuhan

keperawatan pada klien Gastritis dan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pemahaman dalam bidang ilmu keperawatan serta dalam proses keperawatan

khususnya pada klien Gastritis.

E. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

yaitu menggambarkan masalah yang diteliti dengan pendekatan proses

keperawatan dan pemecahan masalah (problem solving). Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan digunakan sebagai dasar ilmiah yang terkait

dengan penulisan karya tulis ilmiah ini. Adapun sumber ilmiah tersebut dari

buku-buku, diklat, internet serta materi-materi yang bersifat ilmiah.

7
2. Studi Kasus

Dimana penulis mempergunakan pendekatan proses keperawatan yang

komprehensif yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa, penyusunan

rencana, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan.

Untuk melengkapi data dalam melakukan pengkajian dipergunakan tehnik :

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan dengan memantau langsung

keadaan klien.

b. Wawancara, yaitu melakukan komunikasi tanya jawab kepada klien atau

keluarga mengenai masalah yang dialami.

c. Pemeriksaan fisik, berupa :

1) Inspeksi, yaitu melihat langasung keadaan klien.

2) Palpasi, yaitu melakukan perabaan pada bagian anggota tubuh

tertentu.

3) Perkusi, yaitu melakukan pukulan-pukulan lembut pada bagian tubuh

tertentu.

4) Auskultasi, yaitu mendengarkan suara yang muncul dari organ atau

bagian-bagian tubuh tertentu.

d. Dokumentasi, yaitu melakukan pencatatan kembali mengenai tindakan

atau langkah-langkah yang telah dilakukan.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Ruang Perawatan Penyakit Dalam

BLUD RSUD Kota Baubau.

8
2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2018.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi dalam lima bab, dengan sistematika

sebagai berikut:

1. Bab I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, tempat dan

waktu penelitian serta sistematika penulisan.

2. Bab II : Tinjauan Pustaka yang berisi konsep dasar medis, meliputi : anatomi

fisiologi Sistem Pencernaan, Pengertian Gastritis, Etiologi Gastritis,

Manifestasi klinis Gastritis, Patofisiologi Gastritis, Diagnosis Gastritis,

Komplikasi Gastritis, Pencegahan Gastritis, Penatalaksanaan medis Gastritis,

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan, meliputi : Pengkajian Keperawatan,

Diagnosa Keperawatan, Rencana Keperawatan, Tindakan Keperawatan,

Evaluasi Keperawatan.

3. Bab III : Tinjauan Kasus yang berisi tentang hasil dan analisa kasus.

4. Bab IV : Pembahasan yang berisi tentang mengenai pembahasan dan

pemecahan masalah yang ditemukan dengan penerapan asuhan keperawatan

(praktek) pada klien dengan Gastritis.

5. Bab V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

6. Daftar Pustaka.

7. Lampiran-lampiran.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

a. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan adalah sistem yang berfungsi untuk mencerna

makanan serta penyerapan zat gizi yang penting bagi tubuh kita untuk hidup

dan tumbuh. Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ

asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai anus, sedangkan

organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pangkreas. Ketiga organ

ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi.

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sumber : Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Smeltzer Susanne C, 2001)

10
a. Saluran Pencernaan

1) Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan

terdiri atas dua bagian luar yang sempit(vestibula), yaitu ruang

diantara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut.

Didalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui

penguyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai

merata, di bantu oleh enzim amilase yang memecah amilum yang

terkandung dalam makanan menjadi maltosa.

Proses pengunyahan ini merupakan kegiatan terkoordinasi

antara lidah, gigi, dan otot-otot mengunyah. Didalam mulut juga

terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk proses

pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amilase,

melicinkan bolus sehingga mudah di telan.

Kelenjar tersebut terdiri atas kelenjar parotis. Kelenjar parotis

merupakan kelenjar penghasil saliva terbesar yang terletak disebelah

kiri dan kanan bagian depan agak ke bawah, kelenjar submandibularis

merupakan penghasil saliva nomor dua setelah kelenjar parotis,

terletak di bawah sisi tulang rahang, dan kelenjar sublingualis,

penghasil saliva terkecil letaknya dibawah lidah.

Dalam proses sekresi saliva di pengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya faktor mekanis (seperti adanya benda-benda bolus dalam

mulut), faktor psikis (seperti bila mencium atau mengigat makanan

11
yang enak), faktor kimiawi (seperti bila makanan terasa asam atau

asin).

2) Faring Dan Esofagus

Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak

dibelakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut

dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vetebra servikal keenam.

Faring langsung berhubungan dengan esovagus, sebuah tabung yang

memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di

belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui

toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan

abdomen serta menyambung dengan lambung.

Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan

makanan dari faring menuju lambung. Esovagus berbentuk seperti

silinder yang berongga dengan panjang kurang lebih 2 cm dengan

kedua ujungnya di lindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal,

sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk

ke dalam lambung keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakkan

balik sisi keorgan bagian atas yaitu esovagus. Proses penghantaran

makanan dilakukan dengan cara peristaltik yaitu lingkaran serabut

otot di depan makanan menggendor dan yang di belakang makanan

berkontraksi.

12
3) Lambung

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri

atas bagian atas (di sebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah

berbentuk horizontal (atrium pilorik).Lambung berhubungan langsung

dengan esovagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum

melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan

di depan pangkreas.

Lambung memiliki fungsi yaitu, fungsi motoris serta fungsi

sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai

reservoir untuk menampung makanan sampai di cerna sedikit demi

sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi

partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung.

Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCL

(asam klorida)yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase

memecah amilum menjadi maltosa, lipase memecah lemak menjadi

asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin. Makanan berada

pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah

lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4%

HCL untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai

antiseptik dan desinfektan. Dalam getah lambung terdapat beberapa

enzim diantaranya pepsin, dihasilkan oleh pepsinogen serta berfungsi

mengubah makanan menjadi bahan yang lebih mudah larut.

13
4) Usus Halus

Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang

kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah

panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal,

akibat adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus

halus terletak didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar yang

memanjang dari lambung hingga katup ileokolika.

Usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu : duodenum dengan

panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2

m, ileum dengan panjang kurang lebih 1m atau 3/5 akhir dari usus.

Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili kira-

kira sebanyak 4-5 juta, yang membentuk mukosa menyerupai beludru.

Pada permukaan setiap vili terdapat tonjolan yang menyerupai jari-

jari, yang disebut mikrovili, vili bersama-sama dengan mikrovili dan

valvula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan

absorbsinya serta menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan

sehingga absorbsi lebih banyan terjadi.

Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa

nodula jaringan limfe yang di sebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai

perlindungan terhadap infeksi. Didalam ileum nodula ini membentuk

tumpukan kelenjar yang terdiri atas 20-30 soliter.

Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan

mengabsorbsi chime dari lambung, zat-zat makanan yang telah halus

14
akan di absorpsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan di sini

terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D,

E dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.

5) Usus Besar

Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan

sambungan dari usus halus yang di mulai dari katup ileosekal yang

merupakan tempat lewatnya makanan.

Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 m, kolon terbagi

atas : asenden, transversum, desenden,sigmoid, dan terakhir di rektum

yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon

sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden

membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian kanan di sebut

fleksura hepatis, sedangkan tempat kolon transversum membentuk

belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.

Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang

lebih 90%), elektrolit, vitamin dan sedikit glukosa. Kapasitas absorpsi

air kurang lebih 5000 cc/hari, flora yang terdapat dalam usus besar

berfungsi untuk mengintesis vitamin K dan B serta memungkinkan

pembusukan makanan.

6) Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa latin : regere,’’meluruskan atau mengatur)

adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah

kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai

15
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong

karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon

desenden. Jika kolon desenden penuh dan tinja masuk kedalam

rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di

dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan

keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,

sering kali material akan dikembalikan ke usus besar ,di mana

penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi

untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan

terjadi.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.Pembukaan

dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter.Feses dibuang dari

tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan

fungsi utama anus.

b. Organ asesoris sistem pencernaan

1) Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak

di bagian paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah

dafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500 gram.Hati terdiri atas

dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang di pisahkan oleh ligamen

16
falsiformis, pada lobus kanan bagian belakang kantong empedu

terdapat sel yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing

lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu,

fagositosis bakteri, dan benda asing lainya, memproduksi sel darah

merah, dan menyimpan glikogen.

2) Kantong Empedu

Kantong empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti

kantong yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan

bawah hati sampai pingiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm

dan berkapasitas 40-60 cm kubik. Kantong empedu memiliki bagian

fundus, leher, dan tiga pembungkus yaitu sebelah luar pembungkus

peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris, dan sebelah

dalam membran mukosa.

Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan

empedu, memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH

sesuai dengan pH optimum enzim-enzim pada usus halus, menelmulsi

garam-garam empedu, menelmulsi lemak, mengekresi beberapa zat

yang tak di gunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu

kuning kehijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu

mengandung air, garam empedu, lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid,

dan sedikit protein.

17
3) Pangkreas

Pangkreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti

kelenjar ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. Pangkreas

terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian kepala pangkreas yang paling

lebar, badan pangkreas yang letaknya di belakang lambung dan di

depan vetebra lumbalis pertama, serta bagian ekor pangkreas yang

merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.

Pangkreas memiliki dua fungsi : yaitu fungsi eksokrin yang di

laksanakan oleh sel sekretorik yang membentuk getah pangkreas

berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yang tersebar diantara

alveoli pangkreas.

b. Definisi Gastritis

Penyakit Gastritis mempunyai beberapa pengertian yang berbeda-beda dari

para ahli yaitu :

a. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung

(Sudoyo, 2006).

b. Gastitis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat

akut, kronik, difus, atau lokal yang di sebabkan oleh bakteri atau obat-

obatan (Price, 2005).

c. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang

ditemukan berupa dispepsia atau indigesti (Mansjoer, 2001).

18
d. Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut

dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada

bagian mukosa (Inayah, 2004).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Gastritis adalah

peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat

secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan

dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau

perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan

gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.

2. Klasifikasi Gastritis

a. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian

besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu

bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah :

1) Gastritis akut erosif

Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari

pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).

2) Gastritis akut hemoragic

Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai

perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi

yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa

tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

19
b. Gastritis Kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa

lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan dengan

tiga perbedaan sebagai berikut :

1) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta

perdarahan dan erosi mukosa.

2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa

pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker

lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik

dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul

pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik.

3. Etiologi Gastritis

Penyebab dari Gastritis antara lain :

a. Obat-obatan, seperti obat anti inflamasi non steroid/OAINS (indometasin,

ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen

kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis

bersifat mengiritasi mukosa lambung.

b. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.

c. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii,

streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli,

tuberculosis, dan secondary syphilis.

20
d. Infeksi virus oleh Sitomegalo virus

e. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.

f. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,

pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,

dan refluks ususlambung.

g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan

minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen

iritasi mukosa lambung.

h. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen

penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus

kecil ke mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan

mukosa.

i. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke

lambung.

j. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara

agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritasmukosa, yang

dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.

4. Patofisiologi Gastritis

a. Gastritis Akut

Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-

obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada klien

yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV

(Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di

21
dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat

kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel

kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi

produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa

lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena

penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa

gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam

klorida atau HCl, terutama daerah fundus. Vasodilitasi mukosa gaster

akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat

menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak

HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan

sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa

gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan.

Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat

juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang

dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price dan Wilson, 2000).

b. Gastritis Kronis

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna

atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helico bactery pylory ( H.

pylory ) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A/tipe B, tipe

A (sering disebut sebagai Gastritis auto imun) diakibatkan dari perubahan

sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Tipe B

(kadang disebut sebagai Gastritis) mempengaruhi antrum dan pylorus

22
(ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri

Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau

obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam

lambung. (Smeltzer dan Bare, 2001).

5. Gambaran Klinik Gastritis

a. Gastritis Akut

1) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.

2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,

mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.

3) Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.

4) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak

dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.

5) Klien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin

akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001)

b. Gastritis Kronis

Klien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik

kecualiuntuk gejala defisiensi vitamin B12, pada Gastritis tipe B, klien

mengeluh anoreksia (nafsu makan menurun), nyeri ulu hati setelah

makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.

(Smeltzerdan Bare, 2001)

23
6. Komplikasi Gastritis

Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada Gastritis menurut

Dermawan (2010) adalah:

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas.

b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi

vitamin B12.

7. Pemeriksaan Diagnostik Gastritis

Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges

(2000) sebagai berikut :

a. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas.

b. Endoskopy : gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.

c. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida.

d. EGD (Esofaga gastri duodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk

perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat

ulkus jaringan atau cidera.

e. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak

pernah melewati mukosa muskularis.

f. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,

mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam

hidroklorik dan pembentukan asam noktura.

g. Feses: tes feses akan positif H. PyloryKreatinin : biasanya tidak

meningkat bila perfusi ginjal dipertahankan.

24
h. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu

metabolisme dan eksresiurea atau transfusi darah lengkap dan jumlah

besar diberikan.

i. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap

simpanan cairan tubuh.

8. Penatalaksanaan Gastritis

a. Pemberian cairan.

b. Obat-obatan.

c. Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan

penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan

adalah memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,

vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gastritis


Menurut Doenges (2000), proses keperawatan pada klien dengan

Gastritis adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian Keperawatan

a. Pengumpulan Data

1) Aktivitas / istirahat
Kelemahan/kelelahan, takhikardi, takipnoe, (hiperventilasi)

2) Sirkulasi
Hipotensi, takhikardi, disritmia, kelemahan nadi/perifer, pengisian
kapiler lambat, warna kulit pucat, sianosis, kelembaban kulit,
berkeringat.

25
3) Intergritas Ego

Faktor stres akut / psikologi, perasaan tidak berdaya, Tanda ansietas,

misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat, perhatian menyempit.

4) Eliminasi

Perubahan pola defekas, Nyeri tekan abdomen, Distensi abdomen,

peningkatan bunyi usus, karakteristik feses; diare dan konstipasi.

5) Makanan/Cairan

Anorexia, mual, dan muntah, cegukan, tidak toleran terhadap

makanan, Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.

6) Neurosensori

Pusing, sakit kepala, terasa berdengung, Status mental, tingkat

kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi, bingung.

7) Nyeri/Kenyamanan

Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, Rasa

ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan &

hilang setelah minum obat antasida. Nyeri epigastrium kiri menyebar

ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2 jam setelah makan

(ulkus peptik). Nyeri epigastrium kanan ± 4 jam setelah makan dan

hilang setelah diberi antasida (ulkus doudenum). Faktor pencetus,

makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat tertentu, stres psikologis.

8) Keamanan

Alergi terhadap obat, peningkatan suhu.

26
b. Klasifikasi Data

1) Data Subjek

Adalah persepsi klien terhadap masalah-masalah dikeluhkan

sehubungan dengan Gastritis akut

2) Data Objektif.

Adalah sebuah data senjang pada klien yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan hasil-

hasil pemeriksaan diagnostik).

c. Analisa Data

Dengan melihat data subjek dan data objek dapat ditentukan

permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan

patofisiologi mengenai penyebab penyakit sampai permasalahannya

tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda (NIC dan NOC, 20015) dan Doenges (2000), diagnosa

keperawatan pada klien dengan Gastritis adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada mukosa lambung

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak

cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena mual muntah.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia / masukan nutrient yang tidak adekuat.

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

27
e. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan

f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan

proses penyakit.

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Doenges (2000), rencana keperawatan pada klien dengan

Gastritis adalah seagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang

Kriteria Hasil : Tidak terjadi iritasi berlanjut, ekspresi wajah tampak

rileks, mampu mengontrol nyeri, mengatakan rasa nyaman

Intervensi :

1) Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya intensitasnya,

(skala 0-10)

Rasional : Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan

penyebaran penyakit / terjadinya komplikasi

2) Observasi vital sign

Rasional : Mengetahui keadaan umum klien

3) Berikan posisi yang nyaman

Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

4) Ajarkan tehnik relaksasi napas dlam

Rasional : Merupakan tehnik distraksi yang dapat mengurangi nyeri

5) Kolaborasi dalam pemerian analgesik

Rasional : Analgesik dapat memblokir rasa nyeri

28
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak

cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.

Tujuan : Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi

Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit

kembali normal, pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital

stabil, input dan output seimbang.

Intervensi :

1) Catat karakteristik muntah/drainase

Rasional : Membantu dalam membedakan penyebab distres gaster.

Kandung empedu kuning kehijauan menunjukan pylorus terbuka

kandungan fekal menunjukan obstruksi usus. Darah merah cerah atau

perdarahan menandakan adanya anterian akut

2) Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Sebagai indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya

3) Ukur intake dan output

Rasional : Untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan antara intake

dan output

4) Anjurkan klien untuk minum ± 1500 – 2500 ml

Rasional : Meningkatkan pemasukan cairan yang adekuat

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus

Rasional : Untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan elektrolit

29
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan nutrient yang tidak adekuat.

Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

Kriteria Hasil : Nafsu makan klien meningkat, tidak ada keluhan mual

dan muntah, porsi makanan dihabiskan, berat badan stabil

Intervensi :

1) Kaji pola makan klien

Rasional : Untuk mengetahui jumlah asupan nutrisi bagi klien

2) Beri makanan yang bervariasi

Rasional : Makanan bervariasi merangsang selera makan

3) Beri makanan yang lunak sedikit tapi sering

Rasional : Mencegah kekosongan lambung dan memudahkan absorbsi

terhadap lambung

4) Mengukur berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama

Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien

5) Sarankan klien untuk menghidari makanan dan minuman yang dapat

mengiritasi lambung.

Rasional : Menghidari kerja lambung yang berat dan meminimalkan

iritasi pada lambung

d. Hambaatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Keterbatasan aktivitas teratasi

Kriteria Hasil : Keadaan umum composmentis, pasien tidak dibantu oleh

keluarga dalam beraktivitas

30
Intervensi :

1) Tingkatkan tirah baring atau duduk

Rasional : Membantu dalam pergerakan atau aktivitas

2) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

Rasional : Mengurangi beban dan stres

3) Batasi pengunjung dan dorong penggunaan tehnik relaksasi.

Rasional : Memaksimalkan istrahat dan memberikan kenyamanan

klien

e. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : Klien dapat mendiskusikan permasalahan yang dihadapinya.

Kriteria Hasil : Cemas berkurang dan tampak tenang.

Intervensi :

1) Observasi respon fisiologis, misalnya : takipnoe, palpitasi, pusing

Rasional : Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami klien.

2) Catat petunjuk perilaku, misalnya : gelisah, mudah tersinggung

Rasional : Indikator derajat ansietas

3) Dorong peryataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik

Rasional : Membuat hubungan therapeutik, membantu klien untuk

menerima perasaan dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang

ketidaktahuan.

4) Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.

Rasional : Memindahkan klien dari stresor luar dan meningkatkan

relaksasi, juga dapat mningkatkan keterampilan koping.

31
5) Berikan tehnik relaksasi, misalnya : latihan napas dalam dan

bimbingan imaginasi

Rasional : Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan

ansietas.

6) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.

Rasional : Perilaku yang berhasil dapat menguatkan klien dalam

menerima ansietas, meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri

dan memberikan keyakinan.

f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan

proses penyakit.

Tujuan : Pengetahuan klien bertamabah

Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, perawatan, pencegahan, dan pengobatan.

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien

Rasional : Sebagai indikator pengetahuan klien terhadap penyakitnya.

2) Berikan penjelasan tentang penyakit Gastritis

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga

3) Beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya.

Rasional : Dapat menyampaikan berbagai keluhan yang dirasakan dan

melakukan tindakan mandiri bila penyakit tersebut kambuh lagi.

32
4) Beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.

Rasional : Membantu dalam pemahaman klien untuk mengkomsumsi

obat secara benar dan teratur sesuai indikasi dokter

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu tahap dimana perawat membantu klien untuk

mencapai kesahatan optimal. Dalam pelaksanaan ini perawat melakukan

tindakan sesuai dengan hasil perencanaan yang di sesuaikan dengan kondisi

keadaan klien di lapangan (Long,2001).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap

pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan,

evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Diagnosa juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya

(Nursalam, 2001).

33

Anda mungkin juga menyukai