Anda di halaman 1dari 41

PERBANYAKAN BIJI BUAH LOKAL KALIMANTAN

MELALUI KULTUR JARINGAN


(Laporan Praktikum Kultur Jaringan) Commented [A1]: Tambahkan lampiran, buat daftar isi, daftar
tabel daftar gambar, daftar lampiran.

Oleh
SISKA PUTRI UTAMI
SYLVIANOOR MILLA WATI

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ii

PENDAHULUAN .................................................................................... 1

Latar Belakang .............................................................................. 1


Tujuan Praktikum.......................................................................... 4

BAHAN DAN METODE ......................................................................... 5

Bahan ............................................................................................ 5
Alat ............................................................................................... 5
Metode Percobaan ......................................................................... 17
Pelaksanaan Percobaan ................................................................. 18
Analisis Data ................................................................................. 23

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 25

Hasil ............................................................................................. 25
Pembahasan .................................................................................. 26

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 30

Kesimpulan ................................................................................... 30
Saran .............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Variabel Pengamatan ............................................................................. 25

2. Jenis Kontaminasi .................................................................................. 25

3. Waktu Muncul Kontaminasi .................................................................. 25

4. Waktu Muncul Tunas ............................................................................. 25

5. Waktu Muncul Akar............................................................................... 25

6. Jumlah Akar ........................................................................................... 25


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu ekosistem yang kaya akan sumberdaya

hayati termasuk flora dan buah-buah eksotik. Buah eksotik sebagai salah satu

potensi hutan tropika, termasuk yang berada di lahan rawaseperti Kalimantan

Selatan belum banyak dikenal dan sebagian besar dimanfaatkan hanya sebagai buah

meja sehingga diperlukan pengembangan untuk optimalisasi pemanfaatan lahan

rawa secara luas. Tanaman buah eksotik ini tumbuh dialam secara liar sepertinya

telah terpola pada wilayah-wilayah tertentu dan tidak tumbuh disembarang tempat

(Saleh, 2005).

Buah-buah eksotik Kalimantan Selatan menunjukkan potensi untuk

dikembangkan sebagai buah meja maupun produk olahannya dalam mendukung

pengembangan agroindustri sehingga meningkatkan nilai tambah. Hanya saja perlu

antisipasi adanya beberapa kendala seperti umur panen yang panjang, kesulitan

dalam panen buah (pohon tinggi), kesulitan mengupas buah dan tidak berbuah

sepanjang tahun (tergantung musim). Pengembangan buah-buahan eksotik yang

umumnya adalah buah lokal diarahkan kepada buah-buahan yang bernilai

ekonomis. Buah Ramania (Bouea macrophylla Griff.) memiliki rasa dominan

asam, sedangkan Kapul asam manis, Balangkasua, Kasturi (Mangifera casturi),

Manggis (Garcinia mangostana) dan Gitaan dominan memiliki rasa manis. Untuk

buah Kakalayu lebih khas karena terdapat rasa kesat (tanin) pada rasa manis

buah tersebut (Saleh, 2005).


2

Ramania umumnya diperbanyak dengan benih, tetapi mudah juga

diperbanyak dengan cangkokan dan tempelan. Ramania adalah tumbuhan tropik

basah dan dapat tumbuh pada tanah yang ringan dan subur. Tumbuh liar di hutan

dataran rendah di bawah 300 m dpl. Tetapi dalam pembudidayaan telah berhasil

ditanam pada ketinggian sekitar 850 m dpl. Untuk memendek masa vegetatif

dianjurkan pemupukan dengan pupuk kandang, urea, dan pupuk buatan lainnya,

agar kecepatan tumbuhnya meningkat pada tahun-tahun pertama. Biasanya panen

pertama untuk tanaman yang berasal dari semai adalah 8-10 tahun setelah tanam,

atau kalau berasal dari perbanyakan vegetatif hanya 5-6 tahun (Rifai, 1992).

Salah satu teknik perbanyakan tanaman adalah dengan teknik kultur

jaringan. Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari

tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, organ serta menumbuhkannya dalam

kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan

beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali (Gunawan, 1995).

Pemanfaatan teknologi kultur jaringan untuk tujuan perbanyakan bibit telah

diaplikasikan pada berbagai tanaman tahunan antara lain jati, ekaliptus, dan akasia.

Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan sangat berbeda dibandingkan dengan

perbanyakan secara konvensional karena perbanyakan melalui kultur jaringan

memungkinkan perbanyakan tanaman dalam skala besar dengan waktu yang relatif

lebih cepat. Selain itu teknik perbanyakan dengan kultur jaringan mempunyai

beberapa keunggulan dibandingkan cara-cara tradisional antara lain (Gunawan,

1995),:
3

a. Budidayanya dimulai dengan sedikit bahan tanaman (eksplan), kemudian

dimultiplikasi menjadi sejumlah tunas. Ini berarti hanya diperlukan sedikit bahan

untuk penggandaan sejumlah besar tanaman.

b. Perbanyakan ini menggunakan pendekatan lingkungan yang aseptik, bebas dari

patogen sehingga merupakan awal seleksi bahan tanaman yang bebas dari

penyakit.

c. Meningkatkan efektivitas perbanyakan klonal pada tanaman yang hampir punah

dan sulit perbanyakan vegetatifnya.

d. Produktivitas perbanyakan klonal dengan kultur jaringan dapat dilakukan

sepanjang tahun tanpa tergantung pada kondisi perubahan iklim.

e. Hanya memerlukan areal yang tidak begitu luas untuk keperluan propagasi dan

pengelolaan stok tanaman.

Kultur jaringan biasanya dimulai dengan menanam satu iris jaringan steril

pada media buatan, berupa media padat ataupun cair, dalam waktu 2-3 minggu dan

membentuk kalus. Kalus adalah jaringan yang terdiri dari sejumlah sel yang tidak

terorganisasi, merupakan bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami

proses pelengkapan bagian tanaman seperti daun, batang, dan akar. Dalam kultur

jaringan, kalus terbentuk karena luka atau irisan eksplan sebagai respon terhadap

auksin dan sitokinin yang tinggi (Nugroho, 2005).

Biji dapat dijadikan sebagai eksplan dan sebaiknya dipilih biji yang

bersertifikat atau dipetik langsung dari tanaman induknya yang sudah diketahui

keunggulan fenotif dan genotifnya. Bagian-bagian biji, seperti embrio atau

kotiledon dapat dijadikan sbagai bahan eksplan. Pemilihan suatu bagian tanaman
4

untuk pemotongan biji dan sebagai bahan eksplan juga harus mempertimbangkan

faktor kemudahan bahan eksplan tersebut untuk beregenerasi dan kemungkinan

tingkat kontaminasinya. Bagian tanaman yang mengandung banyak persediaan

makanan serta bahan-bahan lain untuk pertumbuhan, seperti umbi lebih mudah

untuk beregenerasi dibandingkan dengan bagian tanaman yang kurang

mengandung bahan makanan. Bagian tanaman yang berasal dari akar yang tumbuh

di dalam tanah tingkat kontaminasinya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian-

bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah seperti pucuk atau daun serta

biji. Tanaman yang cenderung bergetah juga memiliki tingkat kontaminasi lebih

tinggi daripada yang tidak memiliki getah (Nugroho, 2005).

Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaru pemotongan biji terhadap pertumbuhan tunas pada

buah lokal Kalimantan secara in vitro.

2. Untuk mengetahui pengaruh jenis buah terhadap pertumbuhan tunas secara in

vitro.

3. Untuk mengetahui interaksi antara pemotongan biji dan jenis buah terhadap

pertumbuhan tunas secara in vitro.


TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Ramania

Ramania (Bouea macrophylla Griffith) adalah satu spesies dari suku

Anacardiaceae, yang di beberapa daerah di Indonesia disebut dengan berbagai

nama yang berbeda seperti gandaria (Jawa), jatake, gandaria (Sunda), remieu

(Gayo), barania (Dayak ngaju), Asam djanar, Kedjauw lepang; Kundang rumania;

Ramania hutan; Ramania pipit; Rengas; Tampusu; Tolok burung; Umpas

(Kalimantan) dandoriah (Minangkabau), wetes (Sulawesi Utara), Kalawasa, rapo-

rapo kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis), ma praang, somprang (Thailand).

Kundangan, kondongan, gondongan, si kundangan, rumenia, kemenya, rembunia,

rumia, setar, serapoh, asam suku, medang asam, gandaria, kundang (Malaysia),

Gandaria (Filipina), Marian-plum (Ingrris) adalah tanaman yang berasal dari

kepulauan Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan

banyak dibudidayakan di Sumatera , dan Ambon, jadi masih berkisar di kawasan

Malesiana (Harsono, 2012). Informasi yang didapatkan pun masih terbatas pada

keberadaan, pemanfaatan secara lokal, dan pamasaran yang juga terjadi di pasar-

pasar tradisional dan dalam waktu-waktu yang juga tertentu. Ramania sebagai salah

satu tanaman langka Indonesia, masih belum banyak diteliti.

Klasifikasi buah ramania sebagai berikut (Harsono, 2012) :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales
6

Famili : Anacardiaceae

Genus : Bouea

Spesies : B. macrophylla

Nama binomial: Bouea macrophylla Griffith.

Gambar 1. Buah Ramania (Bouea macrophylla Griffith

Pohon, tinggi mencapai 27 m, kulit batang beralur coklat terang,

percabangan sering kali melengkung, menyiku atau mendatar. Daun bundar telur

memanjang sampai lanset atau jorong, panjang 11- 45 cm dan lebar 4 - 13 cm,

berhadapan silang, tunggal, menjangat, mengkilat, tepi rata, pangkal runcing

sampai membaji, ujung runcing sampai melancip. Perbungaan aksiler dan

berbentuk malai, panjang 4 - 12 cm. Bunga tetramerus, kecil, cuping kelopak

bundar telur melebar, daun mahkota lonjong sampai bundar telur terbalik dan

berwarna kekuningan yang segera berubah menjadi coklat. Buah pelok, agak bulat,

bergaris tengah 2,5 - 5 cm, kuning sampai orange, rasanya asam sampai manis

dengan bau terpentin yang cukup khas. Berdasarkan rasa buah ada beberapa

kultivar di Kalimantan, yaitu `Hintalu` adalah kultivar yang rasanya sangat asam,
7

sedangkan Ramania Pipit` dan `Ramania Tembaga` adalah kultivar yang rasanya

manis (berdaging buah merah gelap). Perbanyakan tanaman dapat dilakukan

dengan menyemaikan biji ataupun dengan cara mencangkok (Rifai, 1992).

Ramania berbentuk pohon yang tingginya mencapai 27 m, dengan kulit

kayunya yang retak-retak, berwarna coklat muda, dan seringkali memiliki ranting

yang menggantung, tak berbulu, bersegi empat atau pipih. Daunnya tunggal,

berbentuk bundar telur-lonjong sampai bentuk lanset atau jorong, menjangat,

berkilat, berpinggiran rata, pangkalnya lancip sampai bentuk pasak, ujungnya

lancip (acute) sampai luncip (acuminate), tangkainya 1-2,5 cm panjangnya.

Perbungaannya malai, muncul di ketiak daun, panjangnya 4-12 cm; Bagian-bagian

bunganya sebagian besar berkelipatan empat, berukuran kecil, cuping kelopaknya

bundar telur melebar; daun mahkotanya lonjong sampai bundar telur sungsang,

berukuran (1,5-2,5) mm x 1 mm, berwarna kekuning-kuningan, kemudian

secepatnya berubah menjadi coklat. Buahnya bertipe buah batu, berbentuk agak

bulat, berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai jingga, daging buahnya

mengeluarkan cairan kental; buahnya tidak berbulu, rasanya asam sampai manis,

dengan bau yang khas agak mendekati bau terpentin. Keping biji berwarna

lembayung (Rifai, 1992).

Budidaya Tanaman Ramania


8

Ramania adalah tumbuhan tropik basah dan dapat tumbuh pada tanah yang

ringan dan subur. Tumbuh liar di hutan dataran rendah di bawah 300 m dpl., tetapi

dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam pada ketinggian sekitar 850 m dpl

(Suryanto, 2012). Ramania umumnya diperbanyak dengan benih, tetapi mudah juga

diperbanyak dengan cangkokan dan tempelan. Semai atau tanaman yang

diperbanyak melalui klon ditanam dalam barisan dengan jarak tanam 10 x 12 m,

dan memerlukan naungan ringan selama beberapa bulan. Ramania adalah pohon

buah-buahan yang populer, buahnya mirip buah mangga kecil. Walaupun rasanya

agak asam, bahkan yang matang sekalipun, buah ramania biasanya dikonsumsi

dalam keadaan segar, atau diolah menjadi sirup atau dijadikan manisan yang lezat

sekali. Akan tetapi, pemanfaatan buah mudanya lebih penting, yaitu merupakan

bahan penyedap pada sambal ramania yang khas, dan dalam asinan, serta keping

bijinya yang berukuran besar dan berwarna lembayung cerah dapat meningkatkan

daya tarik masakan. Seringkali daun mudanya yang berwarna ungu tua (warnanya

putih sekali sewaktu mulai muncul) juga dikonsumsi segar, dimakan dengan sambal

ramania. Suryanto (2012) melaporkan bahwa berdasarkan rasa daging buahnya

dikenal adanya : Ramania pipit yang rasanya manis dan ramania hintalu (Dicirikan

dengan bentuk buah yang bundar, besar, warna kulit buah kuning mulus, rasa

buahnya yang manis). Selain dua kultivar tersebut, dikenal juga dua nama kultivar

lokal lainnya yaitu ramania tembaga dan ramania harang yang dicirikan dengan

warna kulit buah kuning berbintik-bintik hitam, berukuran agak kecil, rasa manis
9

(Suryanto, 2012). Suku Dayak dan Suku Banjar di Kalimantan memanfaatkannya

sebagai sambal ramania.

Teknik Perbanyakan dengan Kultur Jaringan

Kultur jaringan (tissue culture) adalah suatu teknik mengisolasi bagian-

bagian tanaman (sel, sekelompok sel, jaringan, organ, protoplasma, tepung sari,

ovari dan sebagainya), ditumbuhkan secara tersendiri, dipacu untuk memperbanyak

diri, akhirnya diregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap yang mempunyai

sifat sama seperti induknya dalam suatu lingkungan yang aseptik (bebas hama dan

penyakit). Selanjutnya teknik ini juga disebut kultur in vitro (in vitro culture) yang

artinya kultur di dalam wadah gelas (Armini et al., 1992). Dasar pengembangan

kultur jaringan adalah totipotensi. Totipotensi merupakan potensi suatu sel untuk

dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang lengkap. Setiap sel akan

beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap dan utuh apabila ditempatkan pada

kondisi yang sesuai (Kumar et al., 2011).

Kondisi bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan harus sehat dan

kuat. Penggunaan bahan tanam dari potongan batang yang masih sangat muda

menyebabkan eksplan mengalami kematian setelah proses sterilisasi, sedangkan

eksplan yang lebih dewasa mampu berkembang dan merespon dengan baik

perlakuan yang diberikan (Yelnititis 2011). Kondisi bahan tanam antara satu

tanaman dengan tanaman lainnya sangat berbeda. menyatakan bahwa kondisi

fisiologi tumbuhan memberikan respon. Selanjutnya Zulkarnain (2009),

menambahkan bahwa jaringan yang kurang aktif sering menginginkan modifikasi


10

jenis dan takaran zat pengatur tumbuh selama proses pengkulturan dan semakin tua

organ eksplan yang digunakan, maka proses pembelahan dan regenerasi sel

cenderung semakin menurun.

Bahan eksplan biasanya mengandung debu, kotoran-kotoran, dan berbagai

sumber kontaminan lainnya pada permukaan eksplan terlebih jika bahan yang

digunakan berasal dari lapangan. Terdapat beberapa sumber kontaminan

mikroorganisme pada sistem in vitro antara lain media tanam yang kurang steril,

lingkungan kerja, pelaksanaan yang kurang hati-hati, eksplan yang kurang steril,

dan serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk ke dalam botol kultur setelah

diletakkan dalam ruang inkubasi (Gunawan, 2007).

Penggunaan bahan sterilan mutlak dibutuhkan dalam perbanyakan tanaman

secara in vitro. Dalam kultur in vitro perbanyakan tanaman tanpa penggunaan

bahan sterilan (kontrol) akan menghasilkan tingkat kontaminasi eksplan yang

tinggi. Seperti yang disampaikan oleh Gunawan (2007), 80% kontaminasi terjadi

11 hari setelah inokulasi pada perlakuan tanpa menggunakan bahan sterilan

(kontrol) pada eksplan anggrek kuping gajah (Bulbophyllumbeccarii). Bahan-bahan

sterilan pada umumnya bersifat racun, selain dapat membunuh kontaminan, bahan

tersebut juga dapat mematikan jaringan tanaman. Rismayani (2010), mengatakan

konsentrasi bahan sterilan yang kecil membuat eksplan rentan terhadap patogen,

namun semakin tinggi konsentrasi bahan sterilan maka akan menghambat

perkembangan jaringan planlet pada tanaman. Larutan hipoklorit (natrium dan

kalsium) telah terbukti mampu mengatasi kontaminasi permukaan pada beberapa

tanaman. Seperti yang dilaporkan Rismayani (2010), penggunaan bahan sterilisasi


11

kloroks 3% mampu mensterilkan jaringan Aglaonema sp. dengan sempurna dan

meningkatkan jumlah tunas tanaman. Selain itu menurut Khairunisa (2009),

penggunaan alkohol 70% selama 3 menit efektif dalam mensterilkan tanaman

binahong (Anredera cordifolia) dengan tingkat keberhasilan mencapai 92.76%.

Eksplan adalah potongan/bagian jaringan yang diisolasi dari tanaman yang

digunakan untuk inisiasi suatu kultur in vitro. Eksplan merupakan potongan

tanaman yang diisolasi untuk inisiasi kultur jaringan. Respon masing-masing

eksplan dalam kultur jaringan akan berbeda. Kemampuan regenerasi eksplan dalam

kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh tipe eksplan, varietas eksplan, umur

tanaman induk sumber eksplan, kondisi fisiologis, dan ukuran eksplan (Jabeen et

al., 2005).

Tipe eksplan merupakan faktor yang penting dalam mengoptimalkan

pelaksanaan kultur jaringan. Tipe eksplan seperti tunas pucuk, tunas ketiak

(aksilar), akar, mata tunas, daun, embrio, dan bakal biji akan memberikan

perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan eksplan (Jabeen et al., 2005). Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan kandungan hormon pada masing-masing bagian

eksplan (Kumar et al., 2011). Varietas eksplan juga merupakan faktor yang penting

dalam mempengaruhi regenerasi eksplan (Kumarl et al., 2011).

Peluang keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi juga oleh umur tanaman.

Semakin muda tanaman, maka akan semakin besar keberhasilan dalam kultur

jaringan. Jaringan muda (juvenile) memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan

kecepatan pembelahan sel yang tinggi sehingga jaringan muda merupakan bahan
12

eksplan yang baik. Naughmouchi et al., (2008), mengatakan respon eksplan akan

menurun seiring pertambahan umur eksplan.

Sterilisasi adalah proses untuk mematikan atau menonaktifkan spora dan

mikroorganisme sampai ke tingkat yang tidak memungkinkan lagi berkembang

biak atau menjadi sumber kontaminan selama proses perkembangan berlangsung.

Proses sterilisasi yang tidak sempurna akan menimbulkan adanya kontaminasi.

Kontaminasi yang umum terjadi adalah kontaminasi oleh cendawan dan bakteri.

Komposisi medium kultur jaringan yang mengandung gula, vitamin, asam asam

amino, garam-garam anorganik, air, zat pengatur tumbuh, dan bahan pemadat

sangat menguntungkan untuk pertumbuhan cendawan dan bakteri. Bila diberi

kesempatan maka organisme tersebut akan tumbuh dengan cepat, dan dalam waktu

singkat akan menutupi permukaan medium dan eksplan yang ditanam. Selanjutnya

organisme ini menyerang eksplan melalui bekas luka pemotongan pada saat

perlakuan sterilisasi. Beberapa jenis mikroorganisme melepaskan senyawa beracun

ke dalam medium kultur yang dapat menyebabkan kematian eksplan (Zulkarnain,

2009).

Menurut Gunawan (2007), masalah yang sering mengganggu dalam

pekerjaan in vitro adalah membuat dan menjaga kondisi aseptik, baik kondisi

lingkungan maupun kondisi eksplannya. Oleh karena itu bila memindah-tanamkan

bagian tanaman dari satu wadah ke wadah yang lain, jangan menyentuh permukaan

bagian dalam dari wadah dengan tangan atau bagian alat yang tidak steril. Setiap

bahan tanaman mempunyai tingkat kontaminasi permukaan yang berbeda,

tergantung dari :
13

1. Jenis tanamannya.

2. Bagian tanaman yang dipergunakan.

3. Morfologi permukaan (misalnya berbulu atau tidak).

4. Lingkungan tumbuhnya (Green house atau lapang).

5. Musim waktu mengambil (musim hujan atau kemarau).

6. Umur tanaman (seedling atau tanaman dewasa).

7. Kondisi tanamannya (sehat atau sakit).

Keberhasilan kultur jaringan ditentukan oleh media kultur jaringan yang

merupakan tempat tumbuh bagi eksplan. Media tersebut harus mengandung semua

zat yang diperlukan eksplan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam.

Media dasar MS (Murashige dan Skoog) yang merupakan salah media yang paling

banyak digunakan dalam kultur jaringan. Saat ini sudah banyak penelitian dengan

menggunakan media MS yang dimodifikasi. Modifikasi media dimaksudkan untuk

mengetahui kebutuhan hara yang tepat bagi eksplan untuk tumbuh dan berkembang

pada media kultur jaringan dan terbebas dari kontaminasi (George, 1993).

Teknik Pemotongan Biji

Pemotongan biji dimaksudkan untuk mendapatkan bagian kotiledon dan

embrio biji sebagai bahan tanaman (eksplan), penggunaan eksplan kotiledonpada

kultur in vitro dapat menyerap air lebih cepat sehingga mempercepat induksi tunas.

Hal ini disebabkan karena struktur permukaan kotiledon memiliki sel-sel yang

berfungsi untuk penyerapan air. Selain kotiledon yang dijadikan eksplan pada

kultur in vitro, epikotil juga dapat digunakan sebagai eksplan. Epikotil adalah
14

jaringan meristematis yang terdapat pada meristep apeks dan adventif sebagai titik

tumbuh tanaman yang mengendalikan pertumbuhan. Beberapa keuntungan yang

dapat dipertimbangkan dalam regenerasi tanaman melalui kultur epikotil adalah

lebih efektif karena daya regenerasinya tinggi, waktu pembentukan tunas lebih

singkat dan efisien serta aklimatisasinya cendrung mudah dilakukan karena sistem

pembuluhnya terbentuk lebih sempurna (Chawla, 2002).


BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Biji ramania (Bouea macrophylla). Bahan tanam biji ramania yang diambil

dari lapangan

Bahan sterilan. Aquades steril, alkohol 70% dan bayclin 20%.

Nutrisi makro. KNO3, NH4NO3, MGSO4.7H2O, CaCl2.2H2O dan KH2PO4.

Berperan sebagai unsur hara yang diutuhkan oleh eksplan dalam jumlah yang

relatife banyak.

Nutrisi mikro. H3BO3, MnSO4.7H2O, ZnSO4.7H2O, Na2MoO4.2H2O,

CuSO4.5H2O, CaCl2.6H2O dan KI. berperan sebagai unsur hara yang diutuhkan

oleh eksplan dalam jumlah yang relatif sedikit.

Vitamin dan asam amino. Mio-inositol, thiamin-HCl, piridoksin-HCl dan

asam nikotinat, glisin dan biotin berperan untuk mempercepat pembelahan pada

meristem akar dan sebagai koenzim dalam akar yang menghasilkan energi.

Pengatur pH media, berupa KOH atau NaOH untuk menaikkan pH dan HCl

untuk menurunkan pH.

Alat

Oven, berfungsi untuk sterilisasi kering (suhu 1800C selama 2 jam)

Autoklaf, berfungsi untuk sterilisasi basah (suhu 1210C, tekanan atm,

selama 15-20 menit).


16

Hot plate and strrer magnetic, digunakan untuk memasak media dan

membuat larutan dengan pengadukan otomatis.

Shaker, berfungsi untuk menggojok eksplan dengan sterilan, menggojok

media cair.

LAF ( Laminar Air Flow ), berfungsi untuk tempat menabur / menanam

eksplan

Aqua Destilator, berfungsi untuk membuat akuades

pH-meter/ pH-Indicator, berfungsi untuk menera pH larutan media.

Lampu UV, berfungsi untuk sterilisasi fisik ruangan steril dan LAF.

Bunsen, berfungsi untuk sterilisasi fisik alat-alat penaburan seperti pinset,

pisau scalpel dan gunting dengan cara pembakaran.

Pinset, berfungsi untuk memegang eksplan dalam proses penaburan.

Pisau Scalpel, berfungsi untuk memotong-motong eksplan,

Petridish, berfungsi untuk tempat pemotongan eksplan.

Gelas ukur, berfungsi untuk mengukur volume larutan bahan kimia media.

Labu ukur, berfungsi untuk menera larutan media dan sterilan hingga tepat

volume.

Erlemenyer, berfungsi sebagai tempat pembuatan dan memasak media.

Refrigerator, berfungsi untuk menyimpan larutan stok komponen media.

Rak kultur, berfungsi untuk tempat botol kultur

Lampu, berfungsi untuk pencahayaan eksplan.

Botol kultur, (bervariasi dengan syarat tembus cahaya), berfungsi sebagai

tempat media kultur dan perbanyakan eksplan.


17

Neraca analitik, berfungsi untuk menimbang jumlah yang sangat kecil yang

memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi.

Metode Percobaan

Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktor

yaitu faktor pertama pemotongan biji dan faktor kedua jenis buah.

Faktor pertama adalah pemotongan biji yang terdiri dari tiga taraf, yaitu:

1. P1 = bagian dengan embrio

2. P2 = bagian tengan

3. P3 = bagian tanpa embrio

Faktor kedua adalah jenis buah yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

1. B1 = Ramania

2. B2 = Kalangkala

3. B3 = Kapul

Tabel 1. Kombinasi perlakuan pemotongan biji sterilan dan jenis buah

Kombinasi Pemotongan
Jenis Buah (b)
Biji (p)
Taraf b1 b2 b3
p1 p1b1 p1b2 p1b3
p2 p2b1 p2b2 p2b3
p3 p3b1 p3b2 p3b3

Dari percobaan tersebut, terdapat sembilan kombinasi percobaan, dimana

setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 27 satuan. Tiap

satuan percobaan terdiri dari 3 botol tanam, sehingga keseluruhan berjumlah 81

botol percobaan.
18

Pelaksanaan Percobaan

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2018.

Bertempat di Laboraturium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas

Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Persiapan

Persiapan dilakukan terutama untuk pengadaan bahan dan alat yang akan

digunakan. Bahan tanam berupa biji kalangkala dibagi menjadi 3 potongan. Alur

persiapan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pelaksanaan

Sterilisasi alat dan aquades. Semua peralatan harus dalam keadaan bersih

dan steril. Peralatan yang terbuat dari gelas dan logam dicuci bersih kemudian

dikering anginkan, dibungkus dengan kertas dan diikat dengan benang, kemudian

disterilisasi kering dengan oven dengan suhu 1800 C selama 2 jam pada Lampiran

2. Aquades dipersiapkan dalam botol-botol kecil dan disterillisasi basah, dengan

menggnakan autoclave pada tekanan 17,5 psi dan suhu 121oC selama 20 menit.

Sebelum digunakan Laminar Air Flow (LAF) disterilkan dulu dengan

menggunakan alkohol 70% dengan cara disemprotkan pada dinding dan alasnya

kemudian didiamkan selama kurang lebih 30 menit. Sterilisasi media tanam. Waktu

selama kurang lebih 18 jam. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121oC,
19

tekanan 1,5 atm selama 15-20 menit. Setelah itu, botol-botol ditempatkan pada rak-

rak kultur pada Lampiran 2.

Pembuatan stok larutan. Dalam pembuata larutan stok hara mikro 100 kali

konsentrasi dengan volume 500 ml yaitu dengan menimbang bahan-bahn kimia

hara mikro dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian masukkan bahan satu

persatu ke dalam Erlenmeyer sambil diaduk. Setelah komponen larut, tambahkan

aquades samapai mendekati volume 500 ml. lalu pindahkan larutan ke dalam labu

ukur dan tera sampai volume menjadi tepat 500 ml. Terakhir dengan memasukkan

larutan stok ke dalam botol-botol penyimpanan dan diberi label. Untuk pembuatan

larutan stok hara makro, lakukan dengan tahapan yang sama namun dengan

konsentrasi 20 kali. Alur pembuatan stok larutan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pembuatan media. Botol tanam yang digunakan pada tahap inisiasi dan

tahap multiplikasi adalah media MS yang telah dimodifikasi. Untuk pembuatan

media, senyawa makronutrient, myo-inositol dan sukrosa ditimbang dan dilarutka

ke dalam Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan larutan micronutrient, vitamin, Fe,

Na-EDTA dan zat pengatur tumbuh sesuai perlakuan yang dibuat dalam larutan

stok. Alur pembuatan stok larutan dapat dilihat pada. Keasaman larutan disesuaikan

dengan pH-nya sekitar 5,9-6.0 dengan bantuan HCL 0,1 N atau KOH 0,1 N.

Tambahkan agar dan panaskan di atas hot plate dengan di bantu magnetic stirrer

sebagai pengaduk sampai larutan jernih dan mendidih. Media yang sudah

dimasukkan ke dalam botol-botol kultur dengan volume masing-masing lebih

kurang 25 ml, mulut botol ditutup dengan aluminium foil dan dilapisi kertas lalu

diikat dengan gelang karet. Kemudian botol-botol itu disterilkan dengan autoklaf
20

pada tekanan 17,5 psi, suhu 121ºC selama 20 menit, setelah selesai disimpan dalam

ruangan dengan suhu kamar lebih kurang 20ºC.

Sterilisasi eksplan. Eksplan biji kalangkala yang sudah bersih direndam

dengan larutan deterjen, tween 20 sebanyak 2 tetes kemudian dibilas dengan air

mengalir. Alur sterilisasi eksplan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Sterilisasi dan penanaman eksplan. Sterilisasi eksplan berupa biji

kalangkala digunakan dengan aquades steril, alkohol 70%, bayclin 20%.

Penanaman di awali dengan mendekatkan mulut botol kultur dengan lampu bunsen.

Selama penanaman mulut botol harus berada dekat dengan lampu bunsen guna

mencegah kontaminasi. Eksplan disterilisasi dengan larutan alkohol 70 % selama 5

menit, bilas dengan aquades steril selama 5 menit. Kemudian direndam dalam

Bayclin 20% selama 10 menit, setelah itu bilas dengan aquades steril selama 5

menit. Bilas lagi eksplan dengan aquades steril sebanyak 3 kali selama 5 menit.

Kemudian, eksplan di belah menjadi 3 bagian, setelah itu di ambil menggunakan

pinset dan scalpel. Lalu, menanam pada media MS. Botol ditutup dengan

aluminium foil dan di ikat dengan karet gelang. Botol-botol yang telah ditanam

diberi label sesuai tanggal penanaman. Alur penanaman ekplan dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Inkubasi eksplan. Botol-botol yang berisi eksplan disimpan diruang

inkubasi dengan suhu antara 26º-28ºC. botol tanam ditutup dengan kain hitam

selama tujuh hari untuk mengurangi browning, selanjutnya diberi penerangan

lampu neon.
21

Pengamatan

Pengamatan adalah untuk mendapatkan data secara kuantitas terhadap

perkembangan morfologi eksplan yang dilakukan terhadap: persentase kontaminasi

(fungi, bakteri, browning), perkembangan morfologi eksplan (munculnya kalus,

tunas dan akar):

1. Persentase eksplan hidup

Persentase eksplan hidup diperoleh dari penglihatan kasat mata dengan

ciri-ciri eksplan masih segar. Persentase dihitung dengan cara:

∑ eksplan hidup
% Eksplan hidup = ∑ eksplan yang mati
x 100%

2. Waktu muncul tunas

Diamati setiap hari selama 1 bulan dan diperhitungkan dalam Hari

Setelah tanam (hst)

3. Waktu muncul akar

Diamati setiap hari selama 1 bulan dan diperhitungkan dalam Hari

Setelah tanam (hst).

4. Waktu muncul kalus

Diamati setiap hari selama 1 bulan dan diperhitungkan dalam Hari

Setelah tanam (hst).


22

5. Jumlah akar, tunas dan daun

Diamati setiap hari selama 1 bulan dan diperhitungkan dalam Hari Setelah

Tanam (hst).

6. Persentase browning

Persentase dari kontaminasi (browning) akibat gejala yang ditimbulkan

dari adanya serangan jamur pada permukaan media maupun eksplan setelah

inokulasi selama rata-rata 4-10 hari setelah tanam. Eksplan yang

terkontaminasi akan menunjukkan gejala berwarna putih, biru, coklat atau

krem yang disebabkan jamur dan bakteri. Persentase browning dihitung dengan

menghitung jumlah eksplan yang terlihat pencoklatan. Persentase browning

dihitung dengan cara:

∑ eksplan browning
% Browning = ∑ eksplan yang ditanam
x 100%

7. Persentase kontaminasi

Kontaminasi morfologi bakteri dengan ciri-ciri yang diamati yaitu besar

kecilnya koloni, kenaikan permukaan, halus kasarnya permukaan, warna

permukaan, warna koloni, kepekaan untuk lebih jelas dapat dilihat.

Kontaminasi jamur dapat dilihat dengan ciri-ciri hifa bersekat atau tidak

bersekat, miselium terang atau keruh, miselium berwarna atau tidak memiliki

spora, tangkai spora sederhana atau bercabang, struktur spesifik: stolon, rizoid,

footcell atau sel kaki dapat dilihat. Persentase kontaminasi diukur dengan

menghitung jumlah eksplan yang terkontaminasi oleh fungi atau bakteri mulai

dari 1 minggu sampai 4 minggu setelah tanam (hst) dihitung dengan cara:
23

∑ eksplan kontaminasi
% Kontaminasi = ∑ eksplan yang ditanam
x 100%

Analisis Data

Statistik parametik untuk data kuantitatif menggunakan model linear aditif

atau dalam Rancangan Acak Lengkap faktorial 2 faktor:

Yijk = µ + βj + (αβ)ij + ɛijk

Di mana:

i = 1,2,3 (pemotongan biji)

j = 1,2,3 (jenis buah)

k = 1,2,3 (ulangan)

Yijk = Respon satuan percobaan yang menerima taraf perlakuan jenis


buah ke-j dan pemotongan biji ke-k pada kelompok ke-i.
µ = Nilai tengah umum

α = Pengaruh jenis buah

β = Pengaruh pemotongan biji

ɛijk = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ke-j pada satuan percobaan ke-

rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

(RAL) dua faktor, yaitu jenis biji dan pemotongan. Data yang diperoleh diuji

kehomogenannya dengan Uji Barlett. Jika data homogen, maka dilanjutkan dengan

analisis ragam (analysis of variance) terhadap variabel-variabel yang diamati pada

selang kepercayaan 95%. Jika data tidak homogen maka dilakukan transformasi.
24

Jika analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata terhadap variabel-variabel yang

diamati, maka dilakukan analisis lanjut untuk mencari perlakuan terbaik

menggunakan uji BNJ pada level kesalahan 5%.

Berdasarkan model linear aditifnya, dapat analisis ragam seperti pada tabel

berikut :

Tabel 2. Anova Rancangan Penelitian RAL 2 faktor Commented [A2]: 1,5 spasi
Sumber
Db JK KT F-hitung F-tabel
keragaman
A a-1 JK (A) KT (A) KT(A)/KT (G) F (α, db-A, db-G)

B b-1 JK (B) KT (B) KT(B)/KT (G) F((α, db-B, db-G)

AxB (a-1) (b-1) JK (AB) KT (AB) KT(AB)/KT (G) F((α, db-AB, db-G)

Galat 3ab (r-1) JK (G) KT (G)

Total Abr-1 JK (T) Commented [A3]: Sesuaikan margin


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum pengenalan alat-alat laboratorium, fungsi dan cara

penggunaan pada tabel berikut : Commented [A4]: Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan
jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap peubah waktu muncul
kontaminasi, saat muncul tunas, saat muncul akar, jumlah akar dan
Tabel 1. Variabel Pengamatan jumlah tunas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah
jumlah akar. Hasil uji lanjut nilai tengah menggunakan uji beda
Variabel Pengamatan nyata jujur (BNJ) pada semua peubah masing-masing dapat dilihat
Jenis Buah Persentase Hidup Persentase Kontaminasi Persentase Browning pada tabel.

(%) (%) (%) Commented [A5]: Dibuat sub judul. Contoh :


Persentase Hidup
Ramania 93.3 0.067 0 Berdasarkan tabel ...... diperoleh persentase hidup untuk jenis buah
Kalangkala 26.7 43.3 53.3 ....... sebesar ..... Persentase hidup tertinggi .......... Hal ini
dikarenakan ........
Kapul 100 0 0 Berdasarkan penelitian (kutipan) menunjukkan bahwa biji buah ......
memiliki persentase hidup ..... karena ....... Faktor yang
mempengaruhi persentase hidup buah ....... menurut (kutipan).
Tabel 2. Jenis Kontaminasi
Jenis Kontaminan
Jenis Buah
Fungi Bakteri
Ramania 0.2 0
Kalangkala 0.7 0.8
Kapul 0 0 Commented [A6]: Tabelnya sesuaikan margin. Di taruh di sub
judul persentase kontaminasi

Tabel 3. Waktu Muncul Kontaminasi Commented [A7]: Letakkan di sub judul waktu muncul
kontaminasi. Paparkan mengenai hasil. Setelah dipaparkan
Waktu Muncul
Jenis Buah langsung dibahas. Pemabahasan jangan dipisah dari hasil. Digabung
Kontaminasi saja.
Ramania 0,22 b
Kalangkala 0,53 a
Kapul 17 b

Tabel 4. Waktu Muncul Tunas Commented [A8]: Letakkan di sub judul waktu muncul tunas.
Paparkan mengenai hasil. Setelah dipaparkan langsung dibahas.
Jenis Buah Waktu Muncul Tunas Pemabahasan jangan dipisah dari hasil. Digabung saja.
Ramania 0,47 b
Kalangkala 0,58 b
Kapul 1,03 a

Tabel 5. Waktu Muncul Akar Commented [A9]: Letakkan di sub judul waktu muncul akar.
Paparkan mengenai hasil. Setelah dipaparkan langsung dibahas.
Jenis Buah Waktu Muncul Akar Pemabahasan jangan dipisah dari hasil. Digabung saja.
Ramania 0,39 b
Kalangkala 0,51 ab
Kapul 0,66 a
26

Tabel 6. Jumlah Akar Commented [A10]: Letakkan di sub judul jumlah akar.
Paparkan mengenai hasil. Setelah dipaparkan langsung dibahas.
Jenis Buah Jumlah Akar Pemabahasan jangan dipisah dari hasil. Digabung saja.
Ramania 0,17 b
Kalangkala 0,22 ab
Kapul 0,28 a Commented [A11]: Tabel jumlah tunasnya mana ???

Pembahasan Commented [A12]: Digabung ke hasil langsung.

Untuk presetase hidup yang paling tinggi pada buah kapul dengan 100%,

karena umur dan ukuran eksplan mempengaruhi cadangan makanan yang

terkandung dalam biji, selain itu juga mempengaruhi tingkat kematangan embrio.

Biji yang berukuran besar dengan bobot yang berat memiliki cadangan makanan

yang lebih banyak dibandingkan dengan biji berukuran kecil dan bobot yang ringan

viabilitas eksplan yang berbeda dipengaruhi oleh tingkat kemampuan biji karena

kondisi fisiologis biji mempengaruhi cadangan makanan dan kompsisi embrio

didalam biji (Joni et al., 2014).

Presentase kontaminasi yang paling tinggi pada buah kalangkala dengan

presntase kontaminasi 43.3%. Kontaminasi dapat terjadi pada media ataupun pada

eksplan yang digunakan. Kontaminasi bisa terjadi kemungkinan disebabkan karena

kurang sempurnanya sterilisasinya pada saat proses penanaman eksplan dalam

laminar air flow. Penyebab lain adalah pemotongan jaringan yang kurang hati-hati

sehingga biji ramania, kalangkala dan kapul rusak. Sel-sel tersebut dapat juga mati

karena pengaruh panas dari alat-alat yang digunakan pada waktu pemotongan atau

penanaman eksplan. Menurut Gunawan (1987) kontaminasi merupakan faktor

pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan yang dapat berasal dari (1) bahan
27

tanaman baik eksternal maupun internal, (2) organisme kecil yang Masuk ke dalam

media, (3) botol kultur dan peralatan yang kurang steril, (4) lingkungan kerja

dan ruang kultur, dan (5) kecerobohan dalam pelaksanaan.

Terjadinya browning yang paling tinggi pada biji buah kalagkala dengan

presentase 53.3%. Menurut Tabiyeh et al., (2006) mengemukakan bahwa

pencoklatan dalam kultur jaringan disebabkan karena meningkatnya produksi

senyawa fenolat yang diikuti oksidasi oleh aktivitas enzim oksidase (PPO) dan

polimerasinya. Fenilalanin amonia liase (PAL) adalah salah satu enzim dalam

fenilpropanoid yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya pencoklatan. Salah

satu penyebab utama pencoklatan dalam kultur in vitro adalah luka karena

pemotongan pada jaringan. Luka tersebut memacu stress dan menyebabkan

peningkatan aktivitas oleh produksi fenilpropanoid dan menyebabkan pencoklatan.

Tejadinya kontaminasi yang tinggi pada biji buah kalangkala untuk

presentase jamur 0.7. Menurut Sandi (2012), Kontaminasi oleh fungi ditandai

dengan munculnya benang-benang halus yang berwarna putih, yang merupakan

miselium fungi. Fungi dapat menginfeksi jaringan secara sistemik sehingga lama

kelamaan dapat menyebabkan jaringan eksplan akan mati. Sedangkan kontaminasi

yang disebabkan oleh bakteri dengan presentase 0.8. Menurut Sandi (2012), Media

menunjukan ciri-ciri diantaranya media menjadi berwarna lebih keruh atau

berwarna kecoklatan dan media menjadi lebih cair. Apabila pada media terdapat

bakteri maka biji buah kalangkala tidak dapat tumbuh dengan baik. Biji buah

kalangkala bahkan bisa mati seiring dengan pertumbuhan bakteri.


28

Menurut uji lanjut two key atau uji beda nyata jujur (BNJ) 5% ternyata pada

variabel pengamatan waktu muncul kontaminasi kalangkala menunjukkan berbeda

nyata dibandingkan jenis buah ramania dan kapul. Hal ini diduga karena pengaruh

kematangan biji yang digunakan dan spesies tanaman berbeda.

Kontaminasi eksplan yang muncul tergantung pada spesies tanaman, usia

tanaman, sumber eksplan dan kondisi cuaca. Oleh karena itu, waktu yang baik dan

pencegahan seleksi harus dilakukan, karena untuk menghilangkan kontaminasi

kultur secara in vitro sangat sulit (Yusnita, 2003).

Waktu tumbuhan tunas biji ramania, kalangkala dan kapul jumlah tunas

yang dihasilkan maka didapat kapul berbeda nyata sedangkan ramania dan

kalangkala tidak berbeda nyata. Karena biji kapul yang digunakan sesuai dengan

kamatangan buah tersebut sehingga bijinya bisa tumbuh. Waktu kemunculan tunas

merupakan salah satu faktor penting di dalam perbanyakan tanaman dengan metode

kultur jaringan. Semakin cepat muncul tunas maka semakin cepat dihasilkan bahan

untuk perbanyakan tanaman. Tunas yang terbentuk merupakan hasil diferensiasi

dari eksplan. Keadaan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh George dan

Sherrington (1984), bahwa sitokinin alami yang terkandung didalam tubuh eksplan

dapat merangsang eksplan untuk membentuk tunas. Selain itu dimungkinkan juga

karena perbandingan antara auksin dengan sitokinin yang rendah, yakni sitokinin

lebih tinggi dari pada auksin, sehingga terjadi ketidakseimbangan pada eksplan dan

menyebabkan pembentukan tunas menjadi terhambat.

Menurut uji lanjut two key atau uji beda nyata jujur (BNJ) 5% ternyata pada

variabel pengamatan waktu muncul akar kapul menunjukkan berbeda nyata


29

dibandingkan jenis buah ramania namun tidak berbeda nyata dengan kalangkala.

Hal ini karena pengaruh perbedaan genotipe pengambilan sumber bahan tanam dan

kualitas biiji yang digunakan.

Menurut Wattimena et al., (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan tanaman yaitu genotipe dari sumber bahan tanaman yang digunakan,

media, yang mencakup komponen penyusun media dan penggunaan zat pengatur

tumbuh, lingkungan tumbuh tanaman yaitu keadaan fisik tempat kultur

ditumbuhkan dan serta fisiologi jaringan tanaman sebagai eksplan.

Menurut uji lanjut two key atau uji beda nyata jujur (BNJ) 5% ternyata pada

variabel pengamatan jumlah akar kapul menunjukkan berbeda nyata dibandingkan

jenis buah ramania namun tidak berbeda nyata dengan kalangkala. Hal ini karena

pengaruh biji kapul yang digunakan dalam kelompoknya.

Menurut Antarlina (2009), untuk lebih efektif menginduksi perakaran,

eksplan yang digunakan harus dalam kluster atau kelompok, jika masih nodus

tunggal maka akar akan sulit tumbuh.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Commented [A13]: Kesimpulan dibuat sesuai tujuan. Setelah 3


poin tujuan terjawab, boleh ditambah kesimpulan lain sesuai hasil.

Dari hasil praktiukum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kontaminasi bisa terjadi kemungkinan disebabkan karena kurang sempurnanya

sterilisasinya pada saat proses penanaman eksplan dalam laminar air flow.

2. Kontaminasi oleh fungi ditandai dengan munculnya benang-benang halus yang

berwarna putih sedangkan yang disebabkan oleh bakteri media menjadi

berwarna lebih keruh atau berwarna kecoklatan dan media menjadi lebih cair.

3. Kontaminasi eksplan yang muncul tergantung pada spesies tanaman, usia

tanaman, sumber eksplan dan kondisi cuaca.

Saran Commented [A14]: Saran dibuat sesuai hasil pengamatan.


Misal :
Terjadinya kontaminasi disebabkan ..... oleh karena itu pada
praktikum selanjutnya perlu .........
Praktikan diharapkan dapat melaksanakan praktikum dengan baik sesuai

dengan prosedur kerja. Hal ini bertujuan agar memudahkan terlaksananya

praktikum. Disamping itu juga agar hasil pengamatan Praktikum di peroleh dengan

baik.
DAFTAR PUSTAKA

Antarlina S. 2009. Identifikasi sifat fisik dan kimia buah-buahan lokal Kalimantan.
Buletin Plasma Nutfah. Banjarmasin

Armini, A.N. M., Wattimena dan L.W. Gunawan, 1992. Perbanyakan Tanaman
Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur Jaringan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut
Pertanian Bogor.

Bonga, J.M. dan Anderkas, P.V. 1992. In Vitro Culture of Trees. Kluwer Academic
Publisher. London.

Chawla, H. S. 2002. Introduction to Plant Biotechnology. Science Publishers Inc.


New Hemsphire. 23-26.

Darmono, W. D. 2003. Menghasilkan Anggre Silang. Penebar Swadaya. Jakarta.

George EF and Sherrington PD. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture


Handbook and Directory of Commercial Laboratories.Inggris: Exegetics
Limited.

George, E. F. 1993. Plant Propagation by Tissue Culture, Part 1, 2nd Edition.


Exegetic Limited : England.

Gunawan I. 2007. Perlakuan Sterilisasi Eksplan Anggrek Kuping Gajah


(Bulbophyllum beccarii Rchb.f). Skripsi. Fakultas Kehutanan.
InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Gunawan, L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan.Pusat Antar Universitas


(PAU), Bioteknologi, IPB. Bogor.

Gunawan. L.W. 1995. Teknik Kultur in vitro dalam Hortikultura. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Harsono, Tri. 2012. Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) Distribusi, Taksonomi


dan Pemanfaaatannya Di Indonesia.

Jabeen N, Chaudhry Z, Rashid H, Mirza B. 2005. Effect of Genotype and Explants


Type on In Vitro Shoot Regeneration of Tomato (Lycopersicon esculentum
Mill). Pak J bot 37(4):899−903.

JoniYZ, EfendiD, Roostika I. 2014. Morfogenesis Eksplan Keping Biji dari Tiga
Klon Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Tiga Jenis Media Dasar.
J. Hort. 24(2):94-101. Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut
Pertanian Bogor, IPB. Bogor.
Khairunisa R. 2009. Penggunaan Beberapa Jenis Sitokinin terhadap Multiplikasi
Tunas dan Pertumbuhan Binahong (Anredera cordifolia [Ten] Steenis).
Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kumar N, Reddy MP. 2011. In Vitro Plant Propagation: a Review. Journal of


Forest Science 27(2):61−72.

Naghmouchi S, Khouja ML, Rejeb MN, Boussaid M. 2008. Effect of growth


regulators and explant origin on in vitro propagation of Ceratonia siliqua
L.via cuttings. Biotechnol Agron Soc Environ 12(3):251−258.

Nugroho A, Sugito H. 2005. Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Nurtjahjaningsih. 2009. Pengaruh Media Dasar dan Zat Pengatur Tumbuh BAP
pada Perbanyakan Mikro Pinus merkusii. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
3 (3):103-11.

Rifai, M.A., 1992. Bouea macrophylla Griffith. In Coronel, R.E. & Verheij,
E.W.M. (Eds.): Plant Resources of South-East Asia. No. 2: Edible fruits and
nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 104-105.

Rismayani, Hamzah F. 2010. Pengaruh Pemberian Chlorox (NaOCl) pada


Sterilisasi Permukaan untuk Perkembangan Bibit Aglaonema (Donna
carmen) secara In Vitro. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan
PGJ dan PEJ XX, 27 Mei 2010. Sulawesi Selatan. Komisariat Daerah
Sulawesi Selatan.

Saleh, M. Mawardi M., Eddy W. dan D. Hatmoko, 2005. Determinasi Dan


Morfologi Buah Eksotis Potensial Di Lahan Rawa. Balai Penelitian Pertanian
Lahan Rawa Banjarbaru.

Sandi, F. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Aktif dari Biji Kebiul
menggunakan Pelarut Etanol dan Uji Toksisitas menggunakan Larva Artemia
salina Leach serta Implementasinya sebagai bahan Pembelajaran berbentuk
Modul. Pendipa FKIP Unib: Bengkulu.

Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan. Putra Media Nusantara (PMN):


Surabaya.

Tabiyeh, D.T., F. Bernard, and H. Shacker. 2006. Investigation of glutathione,


salicylic acid and GA3 effects on browning in Pistacia vera shoot tips culture.
ISHS Acta Hort. 726.

Wattimena. Armini, A.N. M., dan Gunawan, L.W. 1992. Perbanyakan Tanaman
Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur Jaringan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Yelnititis, Komar TE. 2011. Mikropropagasi Ramin (Gonistylus bancanus (Miq.)


Kurz) dari Eksplan Batang Satu Buku Secara In Vitro. Jurnal
PemuliaanTanaman Hutan 5(3):149 157.

Yusnita. 2003. Kultur jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.


Agro Media Pustaka. Jakarta.

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai