Oleh
SISKA PUTRI UTAMI
SYLVIANOOR MILLA WATI
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Bahan ............................................................................................ 5
Alat ............................................................................................... 5
Metode Percobaan ......................................................................... 17
Pelaksanaan Percobaan ................................................................. 18
Analisis Data ................................................................................. 23
Hasil ............................................................................................. 25
Pembahasan .................................................................................. 26
Kesimpulan ................................................................................... 30
Saran .............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Latar Belakang
hayati termasuk flora dan buah-buah eksotik. Buah eksotik sebagai salah satu
Selatan belum banyak dikenal dan sebagian besar dimanfaatkan hanya sebagai buah
rawa secara luas. Tanaman buah eksotik ini tumbuh dialam secara liar sepertinya
telah terpola pada wilayah-wilayah tertentu dan tidak tumbuh disembarang tempat
(Saleh, 2005).
antisipasi adanya beberapa kendala seperti umur panen yang panjang, kesulitan
dalam panen buah (pohon tinggi), kesulitan mengupas buah dan tidak berbuah
Manggis (Garcinia mangostana) dan Gitaan dominan memiliki rasa manis. Untuk
buah Kakalayu lebih khas karena terdapat rasa kesat (tanin) pada rasa manis
basah dan dapat tumbuh pada tanah yang ringan dan subur. Tumbuh liar di hutan
dataran rendah di bawah 300 m dpl. Tetapi dalam pembudidayaan telah berhasil
ditanam pada ketinggian sekitar 850 m dpl. Untuk memendek masa vegetatif
dianjurkan pemupukan dengan pupuk kandang, urea, dan pupuk buatan lainnya,
pertama untuk tanaman yang berasal dari semai adalah 8-10 tahun setelah tanam,
atau kalau berasal dari perbanyakan vegetatif hanya 5-6 tahun (Rifai, 1992).
jaringan. Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
diaplikasikan pada berbagai tanaman tahunan antara lain jati, ekaliptus, dan akasia.
memungkinkan perbanyakan tanaman dalam skala besar dengan waktu yang relatif
lebih cepat. Selain itu teknik perbanyakan dengan kultur jaringan mempunyai
1995),:
3
dimultiplikasi menjadi sejumlah tunas. Ini berarti hanya diperlukan sedikit bahan
patogen sehingga merupakan awal seleksi bahan tanaman yang bebas dari
penyakit.
e. Hanya memerlukan areal yang tidak begitu luas untuk keperluan propagasi dan
Kultur jaringan biasanya dimulai dengan menanam satu iris jaringan steril
pada media buatan, berupa media padat ataupun cair, dalam waktu 2-3 minggu dan
membentuk kalus. Kalus adalah jaringan yang terdiri dari sejumlah sel yang tidak
proses pelengkapan bagian tanaman seperti daun, batang, dan akar. Dalam kultur
jaringan, kalus terbentuk karena luka atau irisan eksplan sebagai respon terhadap
Biji dapat dijadikan sebagai eksplan dan sebaiknya dipilih biji yang
bersertifikat atau dipetik langsung dari tanaman induknya yang sudah diketahui
kotiledon dapat dijadikan sbagai bahan eksplan. Pemilihan suatu bagian tanaman
4
untuk pemotongan biji dan sebagai bahan eksplan juga harus mempertimbangkan
makanan serta bahan-bahan lain untuk pertumbuhan, seperti umbi lebih mudah
mengandung bahan makanan. Bagian tanaman yang berasal dari akar yang tumbuh
bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah seperti pucuk atau daun serta
biji. Tanaman yang cenderung bergetah juga memiliki tingkat kontaminasi lebih
Tujuan
vitro.
3. Untuk mengetahui interaksi antara pemotongan biji dan jenis buah terhadap
Morfologi Ramania
nama yang berbeda seperti gandaria (Jawa), jatake, gandaria (Sunda), remieu
(Gayo), barania (Dayak ngaju), Asam djanar, Kedjauw lepang; Kundang rumania;
rumia, setar, serapoh, asam suku, medang asam, gandaria, kundang (Malaysia),
kepulauan Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan
Malesiana (Harsono, 2012). Informasi yang didapatkan pun masih terbatas pada
keberadaan, pemanfaatan secara lokal, dan pamasaran yang juga terjadi di pasar-
pasar tradisional dan dalam waktu-waktu yang juga tertentu. Ramania sebagai salah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
6
Famili : Anacardiaceae
Genus : Bouea
Spesies : B. macrophylla
percabangan sering kali melengkung, menyiku atau mendatar. Daun bundar telur
memanjang sampai lanset atau jorong, panjang 11- 45 cm dan lebar 4 - 13 cm,
bundar telur melebar, daun mahkota lonjong sampai bundar telur terbalik dan
berwarna kekuningan yang segera berubah menjadi coklat. Buah pelok, agak bulat,
bergaris tengah 2,5 - 5 cm, kuning sampai orange, rasanya asam sampai manis
dengan bau terpentin yang cukup khas. Berdasarkan rasa buah ada beberapa
kultivar di Kalimantan, yaitu `Hintalu` adalah kultivar yang rasanya sangat asam,
7
sedangkan Ramania Pipit` dan `Ramania Tembaga` adalah kultivar yang rasanya
kayunya yang retak-retak, berwarna coklat muda, dan seringkali memiliki ranting
yang menggantung, tak berbulu, bersegi empat atau pipih. Daunnya tunggal,
bundar telur melebar; daun mahkotanya lonjong sampai bundar telur sungsang,
secepatnya berubah menjadi coklat. Buahnya bertipe buah batu, berbentuk agak
bulat, berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai jingga, daging buahnya
mengeluarkan cairan kental; buahnya tidak berbulu, rasanya asam sampai manis,
dengan bau yang khas agak mendekati bau terpentin. Keping biji berwarna
Ramania adalah tumbuhan tropik basah dan dapat tumbuh pada tanah yang
ringan dan subur. Tumbuh liar di hutan dataran rendah di bawah 300 m dpl., tetapi
dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam pada ketinggian sekitar 850 m dpl
(Suryanto, 2012). Ramania umumnya diperbanyak dengan benih, tetapi mudah juga
dan memerlukan naungan ringan selama beberapa bulan. Ramania adalah pohon
buah-buahan yang populer, buahnya mirip buah mangga kecil. Walaupun rasanya
agak asam, bahkan yang matang sekalipun, buah ramania biasanya dikonsumsi
dalam keadaan segar, atau diolah menjadi sirup atau dijadikan manisan yang lezat
sekali. Akan tetapi, pemanfaatan buah mudanya lebih penting, yaitu merupakan
bahan penyedap pada sambal ramania yang khas, dan dalam asinan, serta keping
bijinya yang berukuran besar dan berwarna lembayung cerah dapat meningkatkan
daya tarik masakan. Seringkali daun mudanya yang berwarna ungu tua (warnanya
putih sekali sewaktu mulai muncul) juga dikonsumsi segar, dimakan dengan sambal
dikenal adanya : Ramania pipit yang rasanya manis dan ramania hintalu (Dicirikan
dengan bentuk buah yang bundar, besar, warna kulit buah kuning mulus, rasa
buahnya yang manis). Selain dua kultivar tersebut, dikenal juga dua nama kultivar
lokal lainnya yaitu ramania tembaga dan ramania harang yang dicirikan dengan
warna kulit buah kuning berbintik-bintik hitam, berukuran agak kecil, rasa manis
9
bagian tanaman (sel, sekelompok sel, jaringan, organ, protoplasma, tepung sari,
sifat sama seperti induknya dalam suatu lingkungan yang aseptik (bebas hama dan
penyakit). Selanjutnya teknik ini juga disebut kultur in vitro (in vitro culture) yang
artinya kultur di dalam wadah gelas (Armini et al., 1992). Dasar pengembangan
kultur jaringan adalah totipotensi. Totipotensi merupakan potensi suatu sel untuk
dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang lengkap. Setiap sel akan
beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap dan utuh apabila ditempatkan pada
Kondisi bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan harus sehat dan
kuat. Penggunaan bahan tanam dari potongan batang yang masih sangat muda
eksplan yang lebih dewasa mampu berkembang dan merespon dengan baik
perlakuan yang diberikan (Yelnititis 2011). Kondisi bahan tanam antara satu
jenis dan takaran zat pengatur tumbuh selama proses pengkulturan dan semakin tua
organ eksplan yang digunakan, maka proses pembelahan dan regenerasi sel
sumber kontaminan lainnya pada permukaan eksplan terlebih jika bahan yang
mikroorganisme pada sistem in vitro antara lain media tanam yang kurang steril,
lingkungan kerja, pelaksanaan yang kurang hati-hati, eksplan yang kurang steril,
dan serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk ke dalam botol kultur setelah
tinggi. Seperti yang disampaikan oleh Gunawan (2007), 80% kontaminasi terjadi
sterilan pada umumnya bersifat racun, selain dapat membunuh kontaminan, bahan
konsentrasi bahan sterilan yang kecil membuat eksplan rentan terhadap patogen,
eksplan dalam kultur jaringan akan berbeda. Kemampuan regenerasi eksplan dalam
kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh tipe eksplan, varietas eksplan, umur
tanaman induk sumber eksplan, kondisi fisiologis, dan ukuran eksplan (Jabeen et
al., 2005).
pelaksanaan kultur jaringan. Tipe eksplan seperti tunas pucuk, tunas ketiak
(aksilar), akar, mata tunas, daun, embrio, dan bakal biji akan memberikan
perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan eksplan (Jabeen et al., 2005). Hal ini
eksplan (Kumar et al., 2011). Varietas eksplan juga merupakan faktor yang penting
Semakin muda tanaman, maka akan semakin besar keberhasilan dalam kultur
jaringan. Jaringan muda (juvenile) memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan
kecepatan pembelahan sel yang tinggi sehingga jaringan muda merupakan bahan
12
eksplan yang baik. Naughmouchi et al., (2008), mengatakan respon eksplan akan
Kontaminasi yang umum terjadi adalah kontaminasi oleh cendawan dan bakteri.
Komposisi medium kultur jaringan yang mengandung gula, vitamin, asam asam
amino, garam-garam anorganik, air, zat pengatur tumbuh, dan bahan pemadat
kesempatan maka organisme tersebut akan tumbuh dengan cepat, dan dalam waktu
singkat akan menutupi permukaan medium dan eksplan yang ditanam. Selanjutnya
organisme ini menyerang eksplan melalui bekas luka pemotongan pada saat
2009).
pekerjaan in vitro adalah membuat dan menjaga kondisi aseptik, baik kondisi
bagian tanaman dari satu wadah ke wadah yang lain, jangan menyentuh permukaan
bagian dalam dari wadah dengan tangan atau bagian alat yang tidak steril. Setiap
tergantung dari :
13
1. Jenis tanamannya.
merupakan tempat tumbuh bagi eksplan. Media tersebut harus mengandung semua
zat yang diperlukan eksplan untuk menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam.
Media dasar MS (Murashige dan Skoog) yang merupakan salah media yang paling
banyak digunakan dalam kultur jaringan. Saat ini sudah banyak penelitian dengan
mengetahui kebutuhan hara yang tepat bagi eksplan untuk tumbuh dan berkembang
pada media kultur jaringan dan terbebas dari kontaminasi (George, 1993).
kultur in vitro dapat menyerap air lebih cepat sehingga mempercepat induksi tunas.
Hal ini disebabkan karena struktur permukaan kotiledon memiliki sel-sel yang
berfungsi untuk penyerapan air. Selain kotiledon yang dijadikan eksplan pada
kultur in vitro, epikotil juga dapat digunakan sebagai eksplan. Epikotil adalah
14
jaringan meristematis yang terdapat pada meristep apeks dan adventif sebagai titik
lebih efektif karena daya regenerasinya tinggi, waktu pembentukan tunas lebih
singkat dan efisien serta aklimatisasinya cendrung mudah dilakukan karena sistem
Bahan
Biji ramania (Bouea macrophylla). Bahan tanam biji ramania yang diambil
dari lapangan
Berperan sebagai unsur hara yang diutuhkan oleh eksplan dalam jumlah yang
relatife banyak.
CuSO4.5H2O, CaCl2.6H2O dan KI. berperan sebagai unsur hara yang diutuhkan
asam nikotinat, glisin dan biotin berperan untuk mempercepat pembelahan pada
meristem akar dan sebagai koenzim dalam akar yang menghasilkan energi.
Pengatur pH media, berupa KOH atau NaOH untuk menaikkan pH dan HCl
Alat
Hot plate and strrer magnetic, digunakan untuk memasak media dan
media cair.
eksplan
Lampu UV, berfungsi untuk sterilisasi fisik ruangan steril dan LAF.
Gelas ukur, berfungsi untuk mengukur volume larutan bahan kimia media.
Labu ukur, berfungsi untuk menera larutan media dan sterilan hingga tepat
volume.
Neraca analitik, berfungsi untuk menimbang jumlah yang sangat kecil yang
Metode Percobaan
yaitu faktor pertama pemotongan biji dan faktor kedua jenis buah.
Faktor pertama adalah pemotongan biji yang terdiri dari tiga taraf, yaitu:
2. P2 = bagian tengan
Faktor kedua adalah jenis buah yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
1. B1 = Ramania
2. B2 = Kalangkala
3. B3 = Kapul
Kombinasi Pemotongan
Jenis Buah (b)
Biji (p)
Taraf b1 b2 b3
p1 p1b1 p1b2 p1b3
p2 p2b1 p2b2 p2b3
p3 p3b1 p3b2 p3b3
setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 27 satuan. Tiap
botol percobaan.
18
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan
Persiapan dilakukan terutama untuk pengadaan bahan dan alat yang akan
digunakan. Bahan tanam berupa biji kalangkala dibagi menjadi 3 potongan. Alur
Pelaksanaan
Sterilisasi alat dan aquades. Semua peralatan harus dalam keadaan bersih
dan steril. Peralatan yang terbuat dari gelas dan logam dicuci bersih kemudian
dikering anginkan, dibungkus dengan kertas dan diikat dengan benang, kemudian
disterilisasi kering dengan oven dengan suhu 1800 C selama 2 jam pada Lampiran
menggnakan autoclave pada tekanan 17,5 psi dan suhu 121oC selama 20 menit.
menggunakan alkohol 70% dengan cara disemprotkan pada dinding dan alasnya
kemudian didiamkan selama kurang lebih 30 menit. Sterilisasi media tanam. Waktu
selama kurang lebih 18 jam. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121oC,
19
tekanan 1,5 atm selama 15-20 menit. Setelah itu, botol-botol ditempatkan pada rak-
Pembuatan stok larutan. Dalam pembuata larutan stok hara mikro 100 kali
hara mikro dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian masukkan bahan satu
aquades samapai mendekati volume 500 ml. lalu pindahkan larutan ke dalam labu
ukur dan tera sampai volume menjadi tepat 500 ml. Terakhir dengan memasukkan
larutan stok ke dalam botol-botol penyimpanan dan diberi label. Untuk pembuatan
larutan stok hara makro, lakukan dengan tahapan yang sama namun dengan
konsentrasi 20 kali. Alur pembuatan stok larutan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pembuatan media. Botol tanam yang digunakan pada tahap inisiasi dan
Na-EDTA dan zat pengatur tumbuh sesuai perlakuan yang dibuat dalam larutan
stok. Alur pembuatan stok larutan dapat dilihat pada. Keasaman larutan disesuaikan
dengan pH-nya sekitar 5,9-6.0 dengan bantuan HCL 0,1 N atau KOH 0,1 N.
Tambahkan agar dan panaskan di atas hot plate dengan di bantu magnetic stirrer
sebagai pengaduk sampai larutan jernih dan mendidih. Media yang sudah
kurang 25 ml, mulut botol ditutup dengan aluminium foil dan dilapisi kertas lalu
diikat dengan gelang karet. Kemudian botol-botol itu disterilkan dengan autoklaf
20
pada tekanan 17,5 psi, suhu 121ºC selama 20 menit, setelah selesai disimpan dalam
dengan larutan deterjen, tween 20 sebanyak 2 tetes kemudian dibilas dengan air
Penanaman di awali dengan mendekatkan mulut botol kultur dengan lampu bunsen.
Selama penanaman mulut botol harus berada dekat dengan lampu bunsen guna
menit, bilas dengan aquades steril selama 5 menit. Kemudian direndam dalam
Bayclin 20% selama 10 menit, setelah itu bilas dengan aquades steril selama 5
menit. Bilas lagi eksplan dengan aquades steril sebanyak 3 kali selama 5 menit.
pinset dan scalpel. Lalu, menanam pada media MS. Botol ditutup dengan
aluminium foil dan di ikat dengan karet gelang. Botol-botol yang telah ditanam
diberi label sesuai tanggal penanaman. Alur penanaman ekplan dapat dilihat pada
Lampiran 5.
inkubasi dengan suhu antara 26º-28ºC. botol tanam ditutup dengan kain hitam
lampu neon.
21
Pengamatan
∑ eksplan hidup
% Eksplan hidup = ∑ eksplan yang mati
x 100%
Diamati setiap hari selama 1 bulan dan diperhitungkan dalam Hari Setelah
Tanam (hst).
6. Persentase browning
dari adanya serangan jamur pada permukaan media maupun eksplan setelah
krem yang disebabkan jamur dan bakteri. Persentase browning dihitung dengan
∑ eksplan browning
% Browning = ∑ eksplan yang ditanam
x 100%
7. Persentase kontaminasi
Kontaminasi jamur dapat dilihat dengan ciri-ciri hifa bersekat atau tidak
bersekat, miselium terang atau keruh, miselium berwarna atau tidak memiliki
spora, tangkai spora sederhana atau bercabang, struktur spesifik: stolon, rizoid,
footcell atau sel kaki dapat dilihat. Persentase kontaminasi diukur dengan
menghitung jumlah eksplan yang terkontaminasi oleh fungi atau bakteri mulai
dari 1 minggu sampai 4 minggu setelah tanam (hst) dihitung dengan cara:
23
∑ eksplan kontaminasi
% Kontaminasi = ∑ eksplan yang ditanam
x 100%
Analisis Data
Di mana:
k = 1,2,3 (ulangan)
ɛijk = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ke-j pada satuan percobaan ke-
(RAL) dua faktor, yaitu jenis biji dan pemotongan. Data yang diperoleh diuji
kehomogenannya dengan Uji Barlett. Jika data homogen, maka dilanjutkan dengan
selang kepercayaan 95%. Jika data tidak homogen maka dilakukan transformasi.
24
Berdasarkan model linear aditifnya, dapat analisis ragam seperti pada tabel
berikut :
Tabel 2. Anova Rancangan Penelitian RAL 2 faktor Commented [A2]: 1,5 spasi
Sumber
Db JK KT F-hitung F-tabel
keragaman
A a-1 JK (A) KT (A) KT(A)/KT (G) F (α, db-A, db-G)
AxB (a-1) (b-1) JK (AB) KT (AB) KT(AB)/KT (G) F((α, db-AB, db-G)
Hasil
penggunaan pada tabel berikut : Commented [A4]: Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan
jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap peubah waktu muncul
kontaminasi, saat muncul tunas, saat muncul akar, jumlah akar dan
Tabel 1. Variabel Pengamatan jumlah tunas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah
jumlah akar. Hasil uji lanjut nilai tengah menggunakan uji beda
Variabel Pengamatan nyata jujur (BNJ) pada semua peubah masing-masing dapat dilihat
Jenis Buah Persentase Hidup Persentase Kontaminasi Persentase Browning pada tabel.
Tabel 3. Waktu Muncul Kontaminasi Commented [A7]: Letakkan di sub judul waktu muncul
kontaminasi. Paparkan mengenai hasil. Setelah dipaparkan
Waktu Muncul
Jenis Buah langsung dibahas. Pemabahasan jangan dipisah dari hasil. Digabung
Kontaminasi saja.
Ramania 0,22 b
Kalangkala 0,53 a
Kapul 17 b
Tabel 4. Waktu Muncul Tunas Commented [A8]: Letakkan di sub judul waktu muncul tunas.
Paparkan mengenai hasil. Setelah dipaparkan langsung dibahas.
Jenis Buah Waktu Muncul Tunas Pemabahasan jangan dipisah dari hasil. Digabung saja.
Ramania 0,47 b
Kalangkala 0,58 b
Kapul 1,03 a
Tabel 5. Waktu Muncul Akar Commented [A9]: Letakkan di sub judul waktu muncul akar.
Paparkan mengenai hasil. Setelah dipaparkan langsung dibahas.
Jenis Buah Waktu Muncul Akar Pemabahasan jangan dipisah dari hasil. Digabung saja.
Ramania 0,39 b
Kalangkala 0,51 ab
Kapul 0,66 a
26
Tabel 6. Jumlah Akar Commented [A10]: Letakkan di sub judul jumlah akar.
Paparkan mengenai hasil. Setelah dipaparkan langsung dibahas.
Jenis Buah Jumlah Akar Pemabahasan jangan dipisah dari hasil. Digabung saja.
Ramania 0,17 b
Kalangkala 0,22 ab
Kapul 0,28 a Commented [A11]: Tabel jumlah tunasnya mana ???
Untuk presetase hidup yang paling tinggi pada buah kapul dengan 100%,
terkandung dalam biji, selain itu juga mempengaruhi tingkat kematangan embrio.
Biji yang berukuran besar dengan bobot yang berat memiliki cadangan makanan
yang lebih banyak dibandingkan dengan biji berukuran kecil dan bobot yang ringan
viabilitas eksplan yang berbeda dipengaruhi oleh tingkat kemampuan biji karena
presntase kontaminasi 43.3%. Kontaminasi dapat terjadi pada media ataupun pada
laminar air flow. Penyebab lain adalah pemotongan jaringan yang kurang hati-hati
sehingga biji ramania, kalangkala dan kapul rusak. Sel-sel tersebut dapat juga mati
karena pengaruh panas dari alat-alat yang digunakan pada waktu pemotongan atau
pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan yang dapat berasal dari (1) bahan
27
tanaman baik eksternal maupun internal, (2) organisme kecil yang Masuk ke dalam
media, (3) botol kultur dan peralatan yang kurang steril, (4) lingkungan kerja
Terjadinya browning yang paling tinggi pada biji buah kalagkala dengan
senyawa fenolat yang diikuti oksidasi oleh aktivitas enzim oksidase (PPO) dan
polimerasinya. Fenilalanin amonia liase (PAL) adalah salah satu enzim dalam
satu penyebab utama pencoklatan dalam kultur in vitro adalah luka karena
presentase jamur 0.7. Menurut Sandi (2012), Kontaminasi oleh fungi ditandai
miselium fungi. Fungi dapat menginfeksi jaringan secara sistemik sehingga lama
yang disebabkan oleh bakteri dengan presentase 0.8. Menurut Sandi (2012), Media
berwarna kecoklatan dan media menjadi lebih cair. Apabila pada media terdapat
bakteri maka biji buah kalangkala tidak dapat tumbuh dengan baik. Biji buah
Menurut uji lanjut two key atau uji beda nyata jujur (BNJ) 5% ternyata pada
nyata dibandingkan jenis buah ramania dan kapul. Hal ini diduga karena pengaruh
tanaman, sumber eksplan dan kondisi cuaca. Oleh karena itu, waktu yang baik dan
Waktu tumbuhan tunas biji ramania, kalangkala dan kapul jumlah tunas
yang dihasilkan maka didapat kapul berbeda nyata sedangkan ramania dan
kalangkala tidak berbeda nyata. Karena biji kapul yang digunakan sesuai dengan
kamatangan buah tersebut sehingga bijinya bisa tumbuh. Waktu kemunculan tunas
merupakan salah satu faktor penting di dalam perbanyakan tanaman dengan metode
kultur jaringan. Semakin cepat muncul tunas maka semakin cepat dihasilkan bahan
dari eksplan. Keadaan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh George dan
Sherrington (1984), bahwa sitokinin alami yang terkandung didalam tubuh eksplan
dapat merangsang eksplan untuk membentuk tunas. Selain itu dimungkinkan juga
karena perbandingan antara auksin dengan sitokinin yang rendah, yakni sitokinin
lebih tinggi dari pada auksin, sehingga terjadi ketidakseimbangan pada eksplan dan
Menurut uji lanjut two key atau uji beda nyata jujur (BNJ) 5% ternyata pada
dibandingkan jenis buah ramania namun tidak berbeda nyata dengan kalangkala.
Hal ini karena pengaruh perbedaan genotipe pengambilan sumber bahan tanam dan
pertumbuhan tanaman yaitu genotipe dari sumber bahan tanaman yang digunakan,
media, yang mencakup komponen penyusun media dan penggunaan zat pengatur
Menurut uji lanjut two key atau uji beda nyata jujur (BNJ) 5% ternyata pada
jenis buah ramania namun tidak berbeda nyata dengan kalangkala. Hal ini karena
eksplan yang digunakan harus dalam kluster atau kelompok, jika masih nodus
sebagai berikut :
sterilisasinya pada saat proses penanaman eksplan dalam laminar air flow.
berwarna lebih keruh atau berwarna kecoklatan dan media menjadi lebih cair.
praktikum. Disamping itu juga agar hasil pengamatan Praktikum di peroleh dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina S. 2009. Identifikasi sifat fisik dan kimia buah-buahan lokal Kalimantan.
Buletin Plasma Nutfah. Banjarmasin
Armini, A.N. M., Wattimena dan L.W. Gunawan, 1992. Perbanyakan Tanaman
Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur Jaringan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut
Pertanian Bogor.
Bonga, J.M. dan Anderkas, P.V. 1992. In Vitro Culture of Trees. Kluwer Academic
Publisher. London.
Gunawan. L.W. 1995. Teknik Kultur in vitro dalam Hortikultura. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.
JoniYZ, EfendiD, Roostika I. 2014. Morfogenesis Eksplan Keping Biji dari Tiga
Klon Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Tiga Jenis Media Dasar.
J. Hort. 24(2):94-101. Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut
Pertanian Bogor, IPB. Bogor.
Khairunisa R. 2009. Penggunaan Beberapa Jenis Sitokinin terhadap Multiplikasi
Tunas dan Pertumbuhan Binahong (Anredera cordifolia [Ten] Steenis).
Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurtjahjaningsih. 2009. Pengaruh Media Dasar dan Zat Pengatur Tumbuh BAP
pada Perbanyakan Mikro Pinus merkusii. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
3 (3):103-11.
Rifai, M.A., 1992. Bouea macrophylla Griffith. In Coronel, R.E. & Verheij,
E.W.M. (Eds.): Plant Resources of South-East Asia. No. 2: Edible fruits and
nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 104-105.
Sandi, F. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Aktif dari Biji Kebiul
menggunakan Pelarut Etanol dan Uji Toksisitas menggunakan Larva Artemia
salina Leach serta Implementasinya sebagai bahan Pembelajaran berbentuk
Modul. Pendipa FKIP Unib: Bengkulu.
Wattimena. Armini, A.N. M., dan Gunawan, L.W. 1992. Perbanyakan Tanaman
Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur Jaringan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.