Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN APENDISITIS

DI susun oleh:

Khairunnisa

201401015

KEPERAWATAN.A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES MUHAMMADIYA SIDRAP

T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT,karena dengan rahmat Dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah
ini .Tidak lupa juga kami ucapkan terimah kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membimbing kami dalam mata kuliah GANGGUAN SISTEM PENCERNAA.

Dalam penyelesaikan makalah ini.kami banyak mengalami kesulitan


,terutama di sebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang .Namun
berkat bimbingan dan bantuan pihak,akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita,oleh karena itu kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif

Penyusun

khairunnisa
Asuhan Keperawatan Apendisitis

1.APENDISITIS
A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI
Apendisitis adalah peradangan apendiks yang relatif sering dijumpai yang dapat
timbul tanpa sebab yang jelas, atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh tinja, atau
akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya.

2. ETIOLOGI
Berbagai faktor dianggap sebagai predisposisi timbulnya apendisitis akut, termasuk
fekolit (feses yang keras akibat dehidrasi dan pengerasan) dan residu makanan,
hiperplasia limfoid (seperti yang terjadi pada anak disertai infeksi virus), divertikulosis
apendiks, dan terdapatnya tumor karsinoid.
Radang spesifik dapat juga mengenai apendiks, dan yang paling sering akibat
Yersinia pseudotuberculosis, tifoid, tuberkulosis dan aktinomikosis. Apendiks juga dapat
terkena oleh kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.

3. PATOFISIOLOGI
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan
bawah dari abdomen. Akhirnya, apendiks yang terinflamasi berisi pus.

4. MANIFESTASI KLINIK
Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah epigastrium atau periumbilikus.
Dalam beberapa jam, nyeri menjadi lebih terlokalisasikan dan dapat dijelaskan sebagai
nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah.
Nyeri lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang sakit).
Demam.

5. KOMPLIKASI
Komplikasi apendisitis akut ialah keadaan yang terjadi akibat perforasi, seperti
peritonitis generalisata, abses dan pembentukan fistula, dan konsekuensi penyebaran
melalui pembuluh darah, pieloflebitis supuratif (radang dan trombosis vena porta), abses
hepar dan septikemia. Radang dapat menjadi kronis, atau obstruksi pada leher apendiks
yang menyebabkan retensi mukus dan kemudian menimbulkan mukokel. Ini sering tidak
menimbulkan masalah klinis tetapi walaupun jarang, dapat terjadi ruptura dan sel epitel
yang mensekresi mukus dapat menyebar ke kavum peritoneum.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium dan sinar-
X. Hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan jumlah darah
putih. Jumlah leukosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm3 dan pemeriksaan altrasound
dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi
.
7. PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan
cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan.
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin
untuk menurunkan risiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anestesi
umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang
merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Gejala: Malaise.
Sirkulasi
Tanda: Takikardia.
Eliminasi
Gejala: Konstipasi pada awitan awal.
Tanda: Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, tak ada bising usus.
Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, mual/muntah.
Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada Mc Burney; meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau napas dalam.
Tanda: Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau terlentang dengan lutut ditekuk,
meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau
posisi duduk tegak.
Keamanan
Tanda: Demam (biasanya rendah).
Pernapasan
Tanda: Takipnea, pernapasan dangkal.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terjadinya infeksi b/d ruptur pada apendiks.
2. Nyeri akut b/d distensi jaringan usus oleh inflamasi.
3. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.

III. INTERVENSI
1. Risiko tinggi terjadinya infeksi b/d ruptur pada apendiks.
Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas dari tanda infeksi.
Intervensi :
1) Observasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental.
R/ Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritonitis.
2) Lakukan mencuci tangan yang baik dan perawatan luka aseptik. Beri perawatan
paripurna.
R/ Menurunkan risiko penyebaran bakteri.
3) Pantau insisi dan balutan, perhatikan adanya eritema.
R/ Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi.
4) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R/ Menurunkan penyebaran dan pertumbuhan mikroorganisme.

2. Nyeri akut b/d distensi jaringan usus oleh inflamasi.


Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10..
R/ Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri dan alat untuk evaluasi
keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
2) Catat lokasi dan faktor-faktor pencetus nyeri.
R/ Membantu dalam menentukan penanganan/manajemen nyeri dan keefektifan asuhan.
3) Sarankan pasien untuk istirahat. Anjurkan posisi semi fowler.
R/ Membantu menghilangkan rasa tidak nyaman dan menghilangkan tegangan abdomen
yang bertambah dengan posisi terlentang.
4) Dorong pasien untuk melakukan ambulasi dini.
R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ.
5) Berikan aktivitas hiburan.
R/ Fokus perhatian kembali meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
R/ Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
3. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.
Tujuan : Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan menyatakan pemahaman
tentang proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien.
R/ Memberikan informasi dan menilai pemahaman klien untuk merencanakan intervensi
selanjutnya.
2) Berikan informasi yang tepat dan jujur pada pasien atau orang terdekat.
R/ Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu
menurunkan kecemasan.
3) Motivasi aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik.
R/ Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat serta
mempermudah kembali ke aktivitas normal.
4) Anjurkan menggunakan laksatif ringan bila perlu dan hindari enema.
R/ Membantu kembali ke fungsi usus semula, mencegah mengejan saat defekasi.
5) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, mis: peningkatan nyeri, edema
luka, demam.
R/ Upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius, mis: lambatnya
penyembuhan.
IV. EVALUASI
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas dari tanda infeksi.
2. Nyeri hilang atau terkontrol.
3. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan memahami tentang proses
penyakitdan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. EGC.
Jakarta.
J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Ed.2 Vol 2. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai