MAKALAH
DISUSUN OLEH:
Kelompok 4
HERLIANA
MARYAM ULFA HARAHAP
NURMULYANI
TRISNA MAVITA HALOHO
IRMA ELISA
ELFIANA HULU HULU
DEDEK TIO
NOVA SUKMA HATI
NOVA SUKMA HATI
NUR AINI
FRANSISKA MARIA MANALU
ANENDY SELWI
DESI KUSUMAWATI
NURSIDA SYAHFITRI
ULY TAMBUNAN
KELAS : B (EKSTENSI)
DOSEN : dr. RIZAL ARITONANG, Sp.Og
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah dan
inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Ginekologi yang
berjudul Kasus Pasien Kista Bartolin. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat sangat
membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga
tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi kebanyakan wanita, kehamilan adalah keadaan normal dan sehat. Tapi,
kehamilan juga bisa membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi tertentu. Lebih
lanjut lagi, kehamilan dapat membuat infeksi yang lebih parah bahkan infeksi
ringan dapat menyebabkan penyakit yang serius. Kehamilan mempengaruhi setiap
sistem fisiologis dalam tubuh. Perubahan fungsi kekebalan dan keseimbangan
hormon dapat membuat ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi dan komplikasi
serius.
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia
eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya
adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna
dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada
glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar
bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina.
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita.
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar.
Sekarang ini penyakit yang disebut dengan Bartolinitis atau infeksi kelenjar
Bartolini ini tidak asing lagi bagi kita, sudah banyak ibu-ibu hamil yang
mengalaminya.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen Ginekologi (dr. RIZAL ARITONANG, Sp.OG), bagi Kami untuk belajar,
serta memahami, mengenai Anamnesa Subjektif, Pemeriksaan Objektif Dan
Penanganan Pasien Dengan Kista Bartolin.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kista adalah kantung yang berisi cairan yang terbentuk dibawah kulit atau
disuatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar bartholini dapat terjadi ketika
kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar bartholini bisa tersumbat karena berbagai
alasan seperti infeksi, peradangan. Cairan yang dihasilkan kelenjar ini kemudian
terakumulasi menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk satu kista
(Setyadeg, 2010).
Bartholin adalah kelenjar yang terletak pada kedua sisi bibir vagina pada alat
kelamin perempuan. Kelenjar Bartholin mengeluarkan cairan yang berperan
sebagai pelumas saat berhubungan seksual. Kelenjar ini kecil sehingga tidak
mudah terdeteksi oleh tangan maupun mata.
Kelenjar Bartholin adalah sepasang organ kecil di bawah lipatan bibir vagina,
disebut labia, pada area kemaluan wanita. Kelenjar ini berperan mengeluarkan
cairan untuk melembapkan bagian luar vagina. Cairan ini keluar dari saluran
Bartholin yang berada pada mulut vagina.
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa
2
berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang
memerah.
Kista Bartholin yang tidak terinfeksi dapat berbentuk benjolan yang tidak
terasa nyeri, tapi akan menyebabkan daerah kewanitaan terlihat membengkak atau
berwarna kemerahan, serta membuat Anda tidak nyaman saat berhubungan
seksual, duduk, maupun berjalan.
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan
kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan
mengalami kista bartolini. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20
sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita
yang lebih tua atau lebih muda.
2.2 Fisiologi
3
kiri yang terletak posterolateral. Dalam keadaan normal kelenjar ini tidak teraba
pada palpasi.
2.3 Patofisiologi
2.4 Etiologi
4
sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat
diproduksinya cairan pelumas vagina.
2.5 Epidemiologi
5
2.6 Tanda dan Gejala
Adapun jika kista terinfeksi maka dapat berkenbang menjadi abses bartholini
dengan gajala klinik berupa:
Seorang perempuan usia 30 tahun detang ke klinik bidan dengan keluhan rasa
panas dan nyeri kencing, leukorea yang disertai rasa gatal, sehingga menjadi
iritasi. Ia merasa terganggu saat coitus. Hasil pemeriksaan tampak introitus vagina
berwarna merah, bengkak dan tertutup secret. Jika diagnosanya adalah kista
bartholin jabarkan bagaimana anamnesa subjektif, pemeriksaan objektif dan
penanganan pada pasien tersebut.
6
2..7.1 Anamnesa Subjektif dan Pemeriksaan Objektif
2.7.2 Penanganan
Kista Bartholin ditangani dengan cara yang berbeda-beda. Kista kecil yang
tidak terinfeksi dapat dirawat di rumah dan tidak memerlukan prosedur serta obat-
obatan spesifik.
7
Obat antibiotik. Penggunaan antibiotik berfungsi menghilangkan infeksi
penyebab timbulnya abses pada kista yang terinfeksi, juga pada kasus di
mana penderita mengalami infeksi menular seksual.
Prosedur pemasangan kateter. Dokter dapat memasang kateter untuk
mengeluarkan abses. Pada prosedur ini, sayatan kecil dibuat untuk
memasukkan kateter (selang) dengan ujungnya terdapat balon yang dapat
mengembang. Balon ini berfungsi untuk menjaga agar kateter tidak lepas
dan dapat bertahan selama 2-6 minggu.
Marsupialisasi kista. Suatu prosedur yang mana cairan dikeluarkan dengan
cara mengiris kista, lalu menjahit ujung pada kulit sekitarnya agar kista
tetap terbuka untuk mencegah terbentuknya kista baru. Prosedur ini dapat
dikombinasikan dengan pemasangan kateter.
Prosedur pengangkatan kelenjar Bartholin. Prosedur ini dilakukan saat
prosedur lain tidak berhasil. Operasi pengangkatan ini membutuhkan bius
umum sebelum dilakukan pengangkatan kelenjar Bartholin.
2.8 Penatalaksanaan
8
perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan marsupisialisasi sebagai tindakan tanpa
resiko dan dengan hasil yang memuaskan. Pada tindakan ini setelah diadakan
sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit
yang terbuka pada sayatan.
Jika bentuk kista yang tidak membesar dan tidak mengganggu tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa tetapi jika sudah bernanah harus dikeluarkan dengan
sayatan. Pembedahan berupa ekstirpasi dapat dilakukan bila diperlukan yang
dianjurkan adalah marsupialisasi.
2.9 Pengobatan
2.10 Prognosis
9
yang dapat terjadi adalah dispareunia dan inflamasi rekuren.Prognosis untuk
penyakit ini adalah rekuren yang terjadi dalam 5-10%dari pasien yang menjalani
marsupialisasi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. Ilmu Gizi. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta :
2006.
12