M DENGAN NON
INSULIN DEPENDEN DIABETES MELITUS (NIDDM) DI
RUANG NEW BOUGENVILLE 2 RS PELNI JAKARTA
Disusun Oleh :
1. Anisyah Pertiwi (16005)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn. M dengan Non Insulin Dependen Diabetes Melitus
(NIDDM) di Ruang New Bougenville II Rumah Sakit Pelni Jakarta”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, BTKV(K)Direktur Utama Rumah Sakit
Pelni.
2. Achmad Samdani, SKM Ketua Yayasan Samudra Apta.
3. Buntar Handayani, SKp.,M.Kep.,MM Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta.
4. Ns. Sri Atun Wahyuningsih.,M.kep.,S.kep.J Dosen Penguji di Akademi
Keperawatn Pelni Jakarta.
5. Nur Amini,S.Kep, Kepala Ruangan di Ruang New Bougenville II Rumah Sakit
Pelni Jakarta sekaligus Perceptor di Ruang New Bougenville II Rumah Sakit Pelni
Jakarta.
Akhir kata kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua yang
membaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di indonesia jumlah penderita diabetes minimal 2,5 juta pada tahun 2002
menjadi 4 juta dan tahun 2010 minimal 5 juta (Tjokroprawiri, 2006)
menurut data yang dipublikasikan dalam jurnal diabetes care tahun 2004,
penderita Diabetes Melitus diindonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4
juta orang dan menduduki peringkat ke-4 setelah India dan China dan
Amerika Serikat. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat lebih dari
2 kalinya pada tahun 2030, yaitu menjadi 21,3 juta orang (wild et
al.,2014). Statistik meuunjukan bahwa kurva kejadian diabetes mencapai
puncaknya pada umur antara 40 sampai 60 tahun. Pada umur 44 sampai
70 tahun diabetes lebih banyak terdapat pada wanita, tetapi pada umur
yang lebih muda frekuensi diabetes lebih beasr dari pada pria (Haznam,
2004)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus
Tipe II di ruang New Bougenville 2 Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Diabetes
Melitus Tipe II
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Diabetes Melitus
Tipe II
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Diabetes Melitus
Tipe II
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Diabetes
Melitus Tipe II
e. Melakukan evaluasi keperawatan kliendengan Diabetes Melitus
Tipe II
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
praktik
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta
mencari solusi/ alternatif pemecahan masalah
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Gastritis
C. Ruang Lingkup
Asuhan Keperawatan pada klien Tn.M dengan Diabetes Melitus Tipe II
di Ruang New Bougenville Rumah Sakit Pelni Jakarta dari tanggal 16
oktober sampai dengan tanggal 18 oktober tahun 2018.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan cara mengumpulkan, menganalisa, data serta menarik kesimpulan
kemudian di sajikan dalam bentuk narasi, informasi yang diperoleh
melalui study perpustakaan untuk memperoleh bahan makalah dengan
mempelajari buku-buku, sumber yang sangat membantu penulisan
makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I terdiri dari latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab
II terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab
III terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanana, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Bab IV terdiri dari
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab
V terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 2
C. Patofisiologi
Terdapat dua tipe diabetes mellitus salah satunya yaitu diabetes tipe II
yang dimana terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Gejala yang lazim terjadi pada penderita diabetes mellitus yaitu poliuri
atau banyak kencing hal ini disebabkan karena glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi
diuresis osmotik yang man gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien mengeluh banyak kencing, polidipsi atau banyak minum
hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri sehingga untuk mengimbangi klien banyak minum,
polipagi atau banyak makan hal ini disebabkan karena glukosa tidak
sampai ke sel-sel mengalami starving (lapar) sehingga untuk memenuhi
klien akan terus makan tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja
makanan tersebut hanya akan berada di pembuluh darah.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun - tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, poliphagi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, kadar glukosa puasa tidak normal, lelah,
mengantuk, kesemutan, gatal, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadar glukosanya sangat tinggi). Untuk sebagian besar pasien
(kurang-lebih 75%), penyakit diabetes tlpe II yang dideritanya ditemukan
secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan
laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya
penyakit diabetes selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi
diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer,
kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis
ditegakkan, ketoasidosis, Stroke, kerusakan pembuluh arteri, hipertensi,
kolesterol infeksi saluran kemih, gangguan ereksi bagi pria.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari diabetes melitus adaah peningkatan frekuensi buang
air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus dan minum (polisipsi) dan
karena penyakit berkembang penurunan berat badan meskipun lapar dan
peningkatan makan (polifagi) (Black, 2015)
Menurut Price (2009) tanda gejala yang tidak khas:
1. Mudah lelah
2. Kesemutan pada jari tangan dan kaki
3. Gatal-gatal di daerah genital
4. Luka yang dukar sembuh
5. Pengelihatan kabur
6. Keputihan
7. Bisul hilang timbul
8. Mudah mengantuk
9. Peruritis vulva pada wanita
Kompilikasi
Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito,)
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes melitus yang
penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah
dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer,)
a. Diabetik ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulinn berat ddan akut
dari suatu perjalanan penyakit diabetes melitus. Diabeteik
ketoasidosis dibabkan oleh rida adanya insulin atau tidak cukupnya
insulin yang nyata (Smeltzer,)
b. Koma Hipersomolar Nonketotik (KHHN)
KHHN merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas
dan hiperglikemia yang disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah
satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidal terdapatnya
ketoasidosis dan asidosisi pada KHHN
c. Hypoglikemik
Hypoglikemia (kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
jika kaddar gulakosa dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin preparat oral yang
berlbihan, konsumsi makanan yang terlalu atau karena aktifitas fisik
yang terlaku berat (Smeltzer,)
2. Komplikasi Kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati diabetik dibagi
menjadi 2 yaitu:
a. Mikrovaskuler
Perubahan-perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membran basal pembuluh-pembulh kapiler, merupakan
hal unik pada diabetes. Perubahan-perubahan ini sering kali terjadi
pada penderita IDDM dan sering terjadi pada organ berikut :
1) Penyakit Ginjal (Nefron)
Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Empat jenis
yang dapat ditimbulkan : Pyelonephritis, lesi-lesi glomerular,
arteriosklerosis arteri renalis, dan arterio afferen dan efferen, serta
lesi-lesi rubuler. Bila kadar glukosa darah menigkat, maka
mekanisme filtrasi ginjalakan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine (Smeltzer,)
2) Penyakit mata (retiniphati diabetik)
Penderita Diabetik melitus akan mengalami gejala pengelihatan
sampai kebutaan. Keluhan pengelihatan kabur tidak selalu
disebabkan karena retinopadi. Kataral disebabkan karena
hiperglikemia yang berkepanjnagan yang menyebabkan
pembengkakan lensa nda kerusakan lensa (Long,1996)
3) Neuropati
Diabetes dapat mengenai saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom,
medulla spinalis, atau sisten saraf pusat, banyak dan berbagai
macam gejala dapat timbul, tergantung neuron yang terkena
akumulasi sorbitaldan perubahan-perubahan metabolik laindalam
sintesa atau fungsi myein yang dikaitkan dengan
hiperglikemiadapat menimbulkan perubahan kodisi saraf, jenis
neuropati yang lazim, adalah polineuropati, perifer simetris. Hal
ini terlihat pertama kali dengan hilangnya sesuai pada ujung-
ujung ekstremitas bawah kemudian hilangnya kemampuan
motoeik dan ekstremitas atas dapat terkena (Long, 1996)
D. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Medis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Pemicu sekresi insulin
a) Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta
pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Efek
ekstra pankreas yaitu memperbaiki sensitivitas insulin ada, tapi
tidak penting karena ternyata obat ini tidak bermanfaat pada
pasien insulinopenik. Mekanisme kerja golongan obat ini
antara lain:
1. Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan (Stored
insulin)
2. Menurunkan ambang sekresi insulin
3. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa (FKUI,
b) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonylurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase
pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu:
Repaglinid (derivate asam benzoat) dan Nateglinid (derivate
fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui
hati.(FKUI, 2011)
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin
a) Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah
metformin. Etformin menurunkan glukosa darah melalui
pengaruhnya terhadap insulin pada tingkat selular, distal dari
reseptor insulin serta juga pada efeknya menurunkan produksi
glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa
oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan
menghambat absorbsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah
makan. (FKUI, 2011)
b) Tiazolidindion
Tiazolidindion adalah golongan obat yang mempunyai efek
farmakologis meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat
ini bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan
mengurangi produksi glukosa dihati.( FKUI, 2011).
3) Penghambat glukosidase alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial.
Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabakan
hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin.(FKUI, 2011).
4) Incretin mimetic, penghambat DPP-4
Obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dan penekanan
terhadap sekresi glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar
glukosa dapat diturunkan. (FKUI, 2011)
b. Insulin
Insuin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari pulau
Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang
bila kemudian distimulasi, terutama oleh peningkatan kadar glukosa
darah akan terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide
penghubung (C-peptide)yang masuk kedalam aliran darah dalam
jumlah ekuimolar.
3) Intermediate – Acting
Intermediate – acting dapat mengontrol kadar gula darah selama
sekitar 12 jam atau lebih, sehingga dapat digunakan dalam semalam.
Ia mulai berkerja dalam waktu satu sampai empat jam, dan puncak
antara empat dan 12 jam, tergentung pada merek.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
a. Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil
yang ditemukan dan alternative tindakan yang akan diambil pada
pasien maupun keluarga pasien.
b. Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat
memanfaatkan potensi atau sumber yang ada guna menyembuhkan
anggota keluarga yang sakit dan menyelesaikan masalah penyakit
diabetes dan resikonya.
c. Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam
pengobatan dan pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
d. Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih,
menghindari alkohol, penggunaaan waktu luang yang positif untuk
kesehatan, menghilangkan stress dalam rutinitas kehidupan atau
pekerjaan, pola makan yang baik
e. Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan
keluhan dan meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena
DM atau yang memiliki resiko
f. Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan
jasmani atau kebugaran yang sesuai.
3. Penatalaksanaan Diet
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes
memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatakan control
metabolic yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
a. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin(endogen/eksogen) atau
obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas.
b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai pada orang dewasa
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak
dan remaja, untuk peningkatan kebutuhan metabolik selama
kehamilan dan laktasi atau penyambuhan dari penyakit metabolik.
d. Dapat mempertahankan berat badan yang memadai.
e. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes
yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit jangka
pendek, komplikasi kronik diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi,
neuropati autonomik dan penyakit jantung.
f. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan ideal. Komposisi energi adalah 45 – 65% dari karbohidrat, 10 –
20% dari protein dan 20 – 25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk
menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan diabetes. Di
antaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori
basal yang besarnya 25– 30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi
bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, umur, aktifitas,
kehamilan / laktasi, adanya komplikasi dan berat badan. Cara yang lebih
gampang lagi adalah dengan cara pegangan kasar, yaitu untuk pasien
kurus 2300–2500 kalori, normal 1700–2100 kalori dan gemuk 1300–1500
kalori (Soegondo, dkk, 2009:54). Kebutuhan kalori penyandang diabetes
dapat dilihat di tabel berikut :
Kebutuhan zat gizi penderita DM Tipe II
a. Protein.
Menurut consensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006,
Kebutuhan protein untuk penyandang diabetes sebesar 10-20%
energi dari protein total.
b. Total lemak.
Asupan lemak di anjurkan <7% energy dari lemak jenuh dan tidak
lebih 10% energy dari lemak titk jenuh ganda, sedangkan selebihnya
dari lemak tidak jenuh tunggal. Anjuran asupan lemak di Indonesia
adalah 20-25% energi.
c. Lemak jenuh dan kolesterol.
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh
karena itu <7% asupan energy sehari seharusnya dari lemak jenuh
dan asupan kolesterol makanan tidak lebih dari 300mg per hari.
d. Karbohidrat dan pemanis.
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk penderita diabetes di Indonesia
adalah 45-65% energy.
e. Sukrosa.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk control glukosa darah pada
individu dengan diabetes.
f. Pemanis.
Fruktosa menaikkan glikosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan
kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Sakarin, aspartame,
acesulfame K adalah pemanis tak bergizi yang dapat di terima sebagai
pemanis pada semua penderita DM.
g. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetessama dengan
untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonnsumsi 20-
35 gr serat makanan dari berbagai sumber makanan. Di Indonesia
anjurannya adalah kira-kira 25gr /1000 kalori perhari dengan
mengutamakan serat larut.
h. Natrium.
Asupan untuk orang diabetes sama dengan orang biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi penderita hipertensi ringan
sampai sedang di anjurkan 2400 mg natrium perhari.
i. Alkohol.
Asupan kalori dari alkohol di perhitungkan sebagai bagian dari
asupan kalori total dan sebagai penukar lemak ( 1 minuman alkohol =
2 penukar lemak)
j. Mikronutrien: vitamin dan mineral.
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplemen
vitamin dan mineral. Walaupun ada alasan teoritis untuk memberikan
suplemen antioksidan pada saat ini hanya sedikit bukti yang
menunjang bahwa terapi tersebut menguntungkan.( FKUI, 2011 )
E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan dan
pendidikan peritonitis biasanya lebih sering terjadi pada usia dewasa.
2. Riwayat Kesehatan
3. Aktivitas/Istirahat
Lemah, letih sulit nergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan tidur/istirahat, ditandai dengan takikardia dan takipnea pada
keadaan istirahat atau dengan aktivitas. Latergi/disorientasi, koma.
Penurunan kekuatan otot.
4. Sirkulasi
Adanya rimayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada
eksremitas, ditandai dengan takikardia, perubahan tekanan darah postural,
nadi yang menurun/tak ada, disritmia, krekels ; DVJ (GJK), kulit panas,
kering, dan kemerahan; bola mata cekung.
5. Integritas Ego
Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi, ditandai dengan ansietas, peka rangsangan.
6. Eliminasi
Perubahan pola kemih (poliuri), nokturia. Rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare,
ditandai dengan Urine encer, pucat, kuning; poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria jika terjadi hypovolemia berat). Urine berkabut,
bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya ansietas. Bising usus lemah
dan menurun; hiperaktif (diare).
7. Makanan/Cairan
Hilang napsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet ; peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
hari/minggu, haus ditandai dengan kulit kering/bersisik, turgor kulit jelek,
kekakuan abdomen/distensi, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halitosis/manis, bau buah (napas bau keton).
8. Neurosensori
Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan otot,
paresthesia, gangguan penglihatan ditandai dengan Disorientasi;
mengantuk, latergi, stupor/koma, gangguan memori (baru, masa lalu),
kacau mental. Reflex tendon dalam (RTD) menurun (koma), aktiitas
kejang.
9. Nyeri/Keamanan
Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat) ditandai dengan wajah
meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
10. Pernapasan
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulent
(tergantung adanya infeksi atau tidak).
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit ditandai dengan Demam, diaphoresis, kulit
rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak.
Paresthesia/paralisis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar
kalium meurun dan cukup tajam.
12. Seksualitas
Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria; kesulitan
orgasme pada wanita.
13. Penyuluhan/Pembelajaran
Factor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Peyembuhan yang lambat, penggunaan obat steroid, diuretic (tiazid);
fdilantin dan fenobarbital (dapat meningkatan kadar gula darah), mungkin
atau tidak memerlukan obat diabetic sesuai resep. Pertimbangan DRG
menunjuka rata – rata lama dirawat : 5 – 9 hari. Rencana pemulangan
mungkin memerluka bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan,
perawatan diri, pemantuan terhadap glukosa.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan diuresis osmotik (dari
Hiperglikemia).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan ketidak cukupan insulin ,
peurunan pemasukan oral ; anoreksia , mual, lambung penuh, nyeri
abdomen, perubahan kesadaran, hipermetabolisme.
3. Resiko tinggi terhadapa infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,
infeksi salular pernapasan, atau ISK.
4. Perubahan sensori - perseptual berhubungan dengan perubahan kimia
endogen , ketidak seimbangan glukosa/insulin.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic,
perubahan kimia darah; infusiensi insulin, peningkatan kebutuhan energy:
status hipermetabolik/infeksi.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan dengan orang lain.
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi.
8. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan ( nekrosis luka gangren)
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik dan kelemahan fisik.
G. Perencanaan Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan diuresis osmotic (dari
Hiperglikemia).
Tujuan : Volume cairan terpenuhi/adekuat.
Kriteria hasil : Tanda – tanda vital normal, nadi perifer dapat diraba,
turgor kulit dan pengisisan kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Perencanaan :
a. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/intesitas deari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang
sangat berlebih.
b. Pantau tanda – tanda vital.
c. Kaji nadi perifer pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane
mukosa.
d. Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
e. Pertahankan untuk meberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditolerasni jantung jika pemasukan cairan
melalui oral sudah dapat diberikan.
f. Catat hal – hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah
dan distensi lambung.
g. Kolaborasi terapi cairan sesuai indikasi.
h. Pasang/pertahankan kateter urine
i. Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.
j. Pantau pemeriksaan lab seperti Ht, kreatinin, natrium, kalium.
k. Berikan bikarbonat jika pH kurang dari 7,0.
l. Berikan kalium atau elektrolit yang melalui IV atau melalui oral
sesuai indikasi.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan ketidak cukupan insulin ,
peurunan pemasukan oral ; anoreksia , mual, lambung penuh, nyeri
abdomen, perubahan kesadaran, hipermetabolisme.
Tujuan : nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : mencerna jumlah kalori/ nutria yang tepat, berat badan
stabil atau penambahan kearah yang diingikan dengan nilai lab normal.
Perencanaan :
a. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut, kembung
mual, muntah.
b. Timbang berat badat setiap hari atau sesuai indikasi.
c. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dihabiskan pasien.
d. Observasi tanda –tanda hiperglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, cemas, sakit
kepala, pusing, sempoyongan.
e. Kolaborasi pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “ finger
stick”.
f. Pantau pemeriksaan labyy seperti gula darah, aseton, pH, dan HCO3.
g. Kolaborasi pemberian obat insulin secara intermiten atau kontinu.
h. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
(Nursalam, 2001).
1. Tahapan tindakan perawatan terdapat dua tahap dalam
tindakankeperawatan
a. Tahap Persiapan
Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan :
1) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan
3) Mengetahui komplikasi dan tindakan keperawatan yang mungkin
timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Mempersiapkan lingkungan yang kognitif sesuai tindakan yang
akan dilaksanakan
6) Mengidentifikasikan aspek-aspek hukum dan etik terhadap resiko
dan potensial tindakan.
b. Tahap Intervensi
Fokus terhadap pelaksanan tindakan keperawatan adalah kegiatan
pelaksanan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan dibedakan
berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab secara profesional
sebagaimana terhadap dalam standar praktek keperawatan meliputi
tindakan :
1) Independen
Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan perintah dari dokter atau dari tenaga kesehatan lainnya. Tipe
dari tindakan keperawatan Independen dikatagorikan menjadi 4
yaitu :
a) Tindakan Diagnostik meliputi : Wawancara denga klien,
observasi dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
b) Tindakan Terapeutik : Untuk mengurangi, mencegah dan
mengatasi masalah klien
c) Tindakan Edukatif : Untuk merubah perilaku klien melalui
promosi kesehatan dam pendidikan kesehatan pada klien
d) Tindakan Merujuk : Ditekankan pada kemampuan perawat
dalam mengambil keputusan klinik tentang keadaan klien dan
kemampuan melaksanakan kerjasama dengan tim kesehatan
lainnya.
2) Interdependen
Tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
Misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3) Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencan
tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suau cara dimana
tindakan medis dilaksanakan.
4) Tahap Dokumenter
Pelaksanan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
I. Evaluasi keperawatan
A. Pengertian
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry, 2009)
B. Tahap-tahap Evaluasi:
1. Mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi
2. Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar
telah terpenuhi
3. Menginterpretasikan dan meringkas data
4. Mendokumentsikan temuan dan setiap pertimbangan klinik
Mengihentikan, meneruskan, atau merevisi rencana perawatan (Potter
& Perry, 2009)
C. Macam-macam Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawata yang telah dilaksanakan.
Perumus evaluasi dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa
keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif aalah evaluasi yang dilakaukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhann keperawatan
yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi
jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layanan,
menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawtaan,
melakukan pertemuan pada akhir layanan.
a. Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian atau klien measih dalam proses
pencapaian tujuan jika klien menunjukan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan
dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah
baru. (Nursalam, 2009)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Tn.M usia 49 tahun jenis kelamin laki-laki datang ke RS Pelni Jakarta
dengan diagnosis Diabetes Melitus, Type II. Status perkawinan sudah
menikah agam islam. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
indonesia suku bangsa Jawa. Pendidikan terakhir SMP. Pekerjaan sebagai
pegawai PLN, alamat di Kp srengseng Rt/Rw 009/005 No 36 Kelurahan
Kembangan, Kecematan Palmerah, Jakarta Barat. Sumber biaya yang klien
gunakan untuk membayar biaya pengobatannya adalah JKN-BPJS. Sumber
informasi yang penulis dapatkan berasal dari klien.
2. Resume
Pada tanggal 15 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB pasien datang ke IGD RS
PELNI dengan keluhan utama merasa pusing, lemas, mudah lelah, mual,
dan disertai muntah 1 kali berisi makanan, sering BAK pada malam hari.
Kesadaran compos metis dengan GCS 15 E: 4, M: 6, V: 5. Keluarga
mengatakan pasien mempunyai riwayat DM sudah 4 tahun. Ditemukan
masalah resiko kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Dilakukan tindakan keperawatan mandiri
pemeriksaan TTV dengan hasil TD: 115/73 mmHg, N: 68x/menit, RR:
19x/menit, S: 36,0 C. Hasil GDS 496 mg/dl. Dilakukan tindakan kolaborasi
pemasangan iv cath dan treway Nacl 0,9% 8 jam/kolf, terapi injeksi sc
navorapid 8 unit insulin. Dilakukan cek dpl dengan hasil terlampir. Evaluasi
secara umum pasien pasien mengatakan masih lemas, pusing, dan mual.
Pada pukul 15.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang perawatan New
Bougenville 2 RS PELNI.
Di ruang New Bougenville 2 pada tanggal 15 Oktober 2018 pukul 15.30
dilakukan pengkajian oleh perawat ruangan dengan kesadaran compos
metis, KU sedang, GCS 15 E: 4, M:6, V:5 hasil TTV, TD: 108/67 mmHg,
N: 64x/menit, RR: 19x/menit, S: 36,7 C. Diberikan obat sesuai instruksi
DPJP yaitu pumpisel 40 mg 2x1 (06.00 dan 18.00), injeksi navorapid 3x8
unit, cernevit injeksi 1x1 (06.00). hasil laboratorium tanggal 15 Oktober
2018 Hemoglobin= 13,0 g/dL (13.5 ~ 18), Leukosit= 4,80 /uL (5.0~10.0),
Limfosit= 24% (20~30), MXD (Baso, Eos, Mono)= 19% (2~11), Neutrofil=
57% (50~70), Trombosit=135/ul (150~450), Hematokrit= 35.7% (38~54),
Eriitrosit= 4,39/ul (4.3~5.5),MCV= 90,4 fL (82~92), MCH= 29,6 pg
(27~31), MCHC= 32.8 (32~36), LED 59 mm/jam (<10), Ureum 48mg/dl
(19-44), Creatinin 1,1mg/dl ( 0,7-1,2), eGFR 54 ml/menit/1,73 m2 (60-90),
Asam urat 3,7 mg/dl (3.5-7,2), Natrium 139 mmol/L (134-146), Kalium 3,8
mmol/L (3,4-4,5), Clorida 103 mmol/L (36-108), Gula darah puasa: 269
mg/dl (80-110), Gula darah 2 jam PP: 487 mg/dl (<140), Gula darah
sewaktu: 480 mg/dl. Pada tanggal 16 Oktober pukul 09.00 dilakukan
pengkajian keperawatan.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh pusing, lemas, dan mual, sering BAK pada malam hari,
faktor pencetus karena tinggi nya gula darah dengan hasil 480mg/dl,
timbulnya keluhan mendadak, lamanya berjam-jam dan tidak menentu,
klien mengatakan upaya mengatasi dengan tidur.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sbelumnya mempunyai riwayat penyakit DM tipe 2
sejak 4 tahun yang lalu, dan sebelumnya pernah dirawat karena DM nya.
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi obat ataupunn makanan,
riwayat pemakaian obat dirumah domperidone 10 mg dan injeksi lantus.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keterangan:
: Meninggal :Perempuan
: Sehat :Garis pernikahan
: Laki-laki : Garis keturunan
: Tinggal serumah : Klien
Tn. M adalah anak ke empat dari lima bersaudara, setelah menikan
dikaruniai lima orang anak, anak pertama laki-laki dan sudah menikah
dikaruniai satu orang anak, anak kedua perempuan sudah bekerja anak
ketiga dan keempat perempuan masih kuliah dan sekolah, anak kelima
laki-laki masih sekolah. Dirumah klien tinggal bersama isteri, kelima
anaknya beserta menantu dan cucunya. Penyakit yang pernah di derita
pada keluarga dan menjadi faktor pencetus tidak ada.
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Orang terdakat dengan klien adalah istri klien karena anak-anaknya sibuk
bekerja dan kuliah, pola komunikasi dalam keluarga baik yaitu dengan
bermusyawarah dan berunding, pembuat keputusan dalam keluarga yaitu
pasien sendiri karena dia adalah kepala keluarga, kegiatan masyarakat
yang pernah dilakukan oleh klien tidak ada, dampak penyakit klien pada
keluarga istri klian harus menunggu klien.
Masalah yang mempengaruhi klien
1) Konsep diri
a) Gambaran diri, klien mengatakan senang dengan semua bagian
tubuhnya, dan tidak ada anggota tubuh yang tidak disukai.
b) Identitas diri, peran klien adalah kepala keluarga, klien sangat puas
dengan posisi tersebut.
c) Peran diri, kemampuan klien dalam melaksanakan tugas klien
merasa senang dengan posisinya dan melaksanakannnya dengan
sungguh-sungguh.
d) Ideal diri, harapan klien terhadap penyakitnya klien berharap bisa
sembuh dari penyakitnya dan tidak kambuh kembali dan klien
berharap agar seluruh keluargnya mau mengurus klien di hari
tuanya.
e) Harga diri, didalam keluarga rumah tangga klien cukup harmonis di
dalam kelompok dan masyarakat klien sangat baik.
2) Hubungan sosial
Orang yang paling berarti dalam kehidupan klien sebagai tempat
mengadu, bicara, dan meminta bantuan adalah isteri klien, klien tidak
terlibat dalam kegiatan kelomok atau masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan kelompok atau masyarakat karena klien masih
sibuk bekerja dan klien suka sakit dan dirawat karena penyakitnya.
Mekanisme koping klien terhadap stres dengan tidur dan mencari
pertolongan, hal yang sangat dipikirkan klien saat ini klien ingin
segera sembuh dan dapat berkumpul bersama keluarga di rumah, klien
berharap penyakit nya tidak kambuh dan gula darah nya dapat
terkontrol, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit merasa cepat
lelah dan mengantuk. Tidak ada nilai kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatan, aktivitas agama yang dilakukan sholat 5 waktu, dan
pengajian. Lingkungan rumah bersih dan baik, tidak mempengaruhi
kondisi kesehatan saat ini.
4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Berat badan saat ini 63 kg, berat badan sebelum sakit 65 kg, tinggi badan
167 cm, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
b. Sistem Penglihatan
Otot-otot mata tidak ada kelainan, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, skelara anikterik,
pupil isokor, fungsi penglihatan kabur, tidak ada tanda-tanda radang,
tidak memakai kaca mata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap
cahaya baik.
c. Sistem Pendengaran
Karakterisitik serumen warna kecoklatan, konsistensi setengah padat, bau
normal, kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan di telinga, tidak
ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, tidak ada otalgia, fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak memakai
alat bantu.
d. Sistem Wicara
Sistem wicara normal
e. Sistem Pernapasan
Jalan napas bersih, pernapasan tidak sesak, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan, frekuensi 19 x/menit, irama teratur, jenis pernapasan
spontan, kedalaman napas dalam, batuk tidak, sputum tidak ada, palpasi
dada tidak ada nyeri tekan, perkusi dada sonor, suara napas vesikuler,
tidak ada nyeri saat bernapas, tidak ada penggunaan otot bantu napas,
tidak ada penggunaan oksigen.
f. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 67x/menit, tekanan darah 110/73 mmHg, irama
teratur, denyut nadi kuat, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri,
tempratur kulit hangat dengan suhu 36,70C, warna kulit pucat, pengisian
kapiler 2 detik, tidak ada edema. Kecepatan denyut apical 71x/menit,
tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada nyeri dada.
g. Sistem Hematologi
Tidak tampak pucat, tidak ada perdarahan.
i. Sistem Pencernaan
Tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis,
lidah tidak kotor, selera makan kurang karena mual dan pusing, mual
ada, muntah tidak ada, tidak ada nyeri pada daerah perut, hepar tidak
teraba, abdomen lembek, pola kebiasaan makan dirumah 3 kali sehari.
Bising usus 8x/menit, tidak ada diare, warna feses kuning, konsistensi
setengah padat, tidak ada konstipasi, tidak ada penggunaan laxatif, pola
kebiasaan BAB di rumah satu kali sehari.
j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, ada
poliuri, polidipsi, tidak ada polipaghi, tidak ada luka.
k. Sistem Urogenital
Intake cairan klien sebanyak 1700 ml, antara lain minum lewat oral
sebanyak 1200ml, dan cairan parenteral lewat IVFD 500 ml. Sedangkan
output cairan sebanyak 1830ml dengan urine 1200 ml dan IWL 630ml
jadi balance cairan yaitu -130ml. Perubahan pola berkemih nocturia,
warna urine kuning jernih, tidak ada distensi ketagangan kandung kemih,
tidak akda keluhan sakit pinggang, tidak menggunakan alat bantu kateter.
l. Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, tempratur kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan
kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah pemasangan
infus baik tidak ada plebitis, keadaan rambut baik, rambut bersih, pola
kebiasaan personal hygiene di rumah mandi 2 kali sehari.
m. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang dan
sendi, tidak ada fraktur, 5555 5555
5555 5555
5. Data Penunjang
Laboratorium : hasil laboratorium tanggal 15 Oktober 2018 Hemoglobin=
13,0 g/dL (13.5 ~ 18), Leukosit= 4,80 /uL (5.0~10.0), Limfosit= 24%
(20~30), MXD (Baso, Eos, Mono)= 19% (2~11), Neutrofil= 57% (50~70),
Trombosit=135/ul (150~450), Hematokrit= 35.7% (38~54), Eriitrosit=
4,39/ul (4.3~5.5),MCV= 90,4 fL (82~92), MCH= 29,6 pg (27~31), MCHC=
32.8 (32~36), LED 59 mm/jam (<10), Ureum 48mg/dl (19-44), Creatinin
1,1mg/dl ( 0,7-1,2), eGFR 54 ml/menit/1,73 m2 (60-90), Asam urat 3,7
mg/dl (3.5-7,2), Natrium 139 mmol/L (134-146), Kalium 3,8 mmol/L (3,4-
4,5), Clorida 103 mmol/L (36-108), Gula darah puasa: 269 mg/dl (80-110),
Gula darah 2 jam PP: 487 mg/dl (<140), Gula darah sewaktu: 480 mg/dl.
7. Data Fokus
a. Data subjektif
Klien mengatakan minum sedikit, kadang merasa haus selalu, BAK 8-9x
dalam sehari, sering BAK pada malam hari, warna urine kuning jernih,
klien mengatakan badan terasa lemas, cepat lelah, kurang nafsu makan,
klien merasa mual, dan muntah 1 kali, sebelum sakit makan habis 1 porsi,
setelah sakit hanya ½ porsi, klien mengatakan merasa sulit beraktivitas
dan kepala terasa pusing.
b. Data objektif
KU baik, kesadaran composmentis, GCS E4M6V5, BB 63 kg sebelum
sakit 65 kg, TB 167 cm, klien tampak lemas, tidak kuat berdiri lama,
mukosa bibir kering, hasil TTV, TD : 110/73 mmHg, N: 67x/menit, S:
36,7OC, RR: 19x/menit, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak
berbau keton, ada poliuri, polidipsi, tidak ada polipaghi, tidak ada luka,
hasil laboratorium tanggal 15 Oktober 2018 Hemoglobin= 13,0 g/dL
(13.5 ~ 18), Leukosit= 4,80 /uL (5.0~10.0), Limfosit= 24% (20~30),
MXD (Baso, Eos, Mono)= 19% (2~11), Neutrofil= 57% (50~70),
Trombosit=135/ul (150~450), Hematokrit= 35.7% (38~54), Eriitrosit=
4,39/ul (4.3~5.5),MCV= 90,4 fL (82~92), MCH= 29,6 pg (27~31),
MCHC= 32.8 (32~36), LED 59 mm/jam (<10), Ureum 48mg/dl (19-44),
Creatinin 1,1mg/dl ( 0,7-1,2), eGFR 54 ml/menit/1,73 m2 (60-90), Asam
urat 3,7 mg/dl (3.5-7,2), Natrium 139 mmol/L (134-146), Kalium 3,8
mmol/L (3,4-4,5), Clorida 103 mmol/L (36-108), Gula darah puasa: 269
mg/dl (80-110), Gula darah 2 jam PP: 487 mg/dl (<140), Gula darah
sewaktu: 480 mg/dl.
8. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS: klien mengatakan Resiko kekurangann Diureis osmotik
minum sedikit, selalu volume cairan
merasa haus, BAK dalam
sehari 8-9 ksli, sering BAK
pada malam hari
DO: kesadaran
composmentis, pasien
tampak lemas, mukosa bibir
kering, wajah tampak
pucat, TTV:
TD: 110/73 mmHg, N:
67x/menit, RR: 19x/menit,
S: 36,7oC, intake: 1700 cc,
minum 1200 cc, infus 500
cc, output: 1830 cc, urine
1200 cc, IWL 630 cc,
balance -130 cc,
hematokrit: 35,7% (38-54),
natrium 139 mmol/L (134-
146), kalium 3,8 mmol/L
(3,5-4,5), ureum 48 m/dl
(19-44), eGFR
54ml/menit/1,73 m2 (60-90)
2 DS: klien mengatakan Ketidakseimbangan Ketidakcukupan
badan terasa lemas, kepala nutrisi kurang dari insulin
terasa pusing, mual dan kebutuhan tubuh
muntah 1 kali berisi cairan,
nafsu makan berkurang,
makan habis 1/2 porsi
DO: pasien tampak lemas,
wajah terlihat pucat, BB
sebelum sakit 65 kg, BB
setelah sakit 63 kg, TTV:
TD: 110/73 mmHg, N:
67x/menit, RR: 19x/menit,
S: 36,7oC, Gula darah
puasa: 269 mg/dl, gula
darah 2 jam PP: 487 mg/dl,
GDS pukul 10.00:
480mg/dl, HB: 13,0 g/dl
(13,5-18)
3 DS: klien mengatakan Kelelahan Penurunan energi
badan cepat lelah, sulit metabolik
beraktivitas
DO: klien tampak lemah,
klien tidak kuat berdri
lama, kekuatan otot 5555,
TTV: TD: 110/73 mmHg,
N: 67x/menit, RR:
19x/menit, S: 36,7oC, GDS
pukul 10.00: 480 mg/dl
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
keidakcukupan insulin
3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik
C. Prencanaan Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Data Subjektif : klien mengatakan minum sedikit, selalu merasa haus, BAK
dalam sehari 8-9 ksli, sering BAK pada malam hari.
Data Objektif : kesadaran composmentis, pasien tampak lemas, mukosa bibir
kering, wajah tampak pucat, TTV: TD: 110/73 mmHg, N: 67x/menit, RR:
19x/menit, S: 36,7oC, intake: 1700 cc, minum 1200 cc, infus 500 cc, output: 1830
cc, urine 1200 cc, IWL 630 cc, balance -130 cc, hematokrit: 35,7% (38-54),
natrium 139 mmol/L (134-146), kalium 3,8 mmol/L (3,5-4,5), ureum 48 m/dl (19-
44), eGFR 54ml/menit/1,73 m2 (60-90).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan kepeeawatan selama 3x24 jam kebutuhan
cairan terpenuhi
Kriteria hasil: Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda – tanda
vital stabil, nadi perifer dapat teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,.
haluaran urine tepat secara individu
Rencana tindakan :
a. Ukur tanda – tanda vital setiap 4 jam setiap pukul (05.00, 11.00, 15.00, 19.00,
23.00)
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
c. Pantau masukan dan pengeluaran. catat berat jenis urine.
d. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat
diberikan.
Pelaksanaan :
Selasa, 16 Oktober 2018
Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital hasil TD 115/78 mmHg, N 86x/m, RR
19x/m, S 36.7oC. pukul 06.45 memberikan injeksi novorapid 1 x 8 unit dengan
hasil obat masuk dengan lancar. Pukul 06.50 memberikan pumpisel IV dengan
hasil obat masuk dengan lancar. Pukul 06.50 memberikan obat cermevit injeksi
dengan hasil obat masuk dengan lancar, pukul 09.00 mengobservasi klien, hasil
akral hangat, klien tampak rileks. klien tampak pucat, mukosa bibir kering, turgor
kulit elastis, pasien tampak lemas. Pukul 08.45 mengganti linen klien, hasil : klien
merasa nyaman. Pukul 10.15 mengganti cairan infus 8 jam/ kolf/ 20 tts /menit, hasil
tetesan infus lancar. Pukul 11.00 mengukur TTV hasil 110/70 mmHg, nadi:
80x/mnt, RR : 19 x/mnt, suhu : 36,8◦C. Pukul 11.00mengukur GDS hasil 287
mg/dl. Pukul 11.25 memantau pemasukan dan pengeluaran cairan, hasil : minum
500 cc, infus masuk 200 cc, urine 930 cc. Pukul 12.00 memberikan injeksi
novorapid 1x 8 unit. Pukul 15.00 mengukur TTV hasil TD 120/80 mmHg N
71x/mnt respirasi 19x/mnt suhu 37.6 oC. Pukul 18.00 memberikan obat pumpisel
dengan hasil obat masuk dengan lancar. Pukul 19.00 mengukur TTV 130/80 mmhg,
Nadi : 80 x/m, pernafasan: 20x /m, suhu 36.5oc.. Pukul 23.00 mengukur TTV , hasil
: TD : 120/80 mmHg, nadi : 76 x/mnt, RR : 19x/mnt, suhu : 37,7◦C.
Evaluasi :
Selasa, 16 Oktober 2018
S : klien mengatakan minum banyak, dan sering BAK terutama saat malam
O : klien tampak lemas, pucat, membran mukosa kering, TTV dengan hasil TD :
115/73 mmHg, nadi : 74 x/mnt, RR : 19x/mnt, suhu : 36,3◦C, intake 1600 cc output
1500 cc.
A : tujuan belum sebagian
P : intervensi dilanjutkan
a. Ukur tanda – tanda vital setiap 4 jam setiap pukul (05.00, 11.00, 15.00, 19.00,
23.00)
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
c. Pantau masukan dan pengeluaran. catat berat jenis urine.
d. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat
diberikan.
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda hipoglikemia.
b. Timbang berat badan setiap 1 kali dalam seminggu
c. Identifikasi makanan yang disukai dan tidak disukai
d. Berikan insulin novorapid 8 unit setiap 15 menit sebelum makan
e. Berikan makan dengan diit DM 1700 kalori
f. Pantau pemeriksaan laboratorium. seperti glukosa darah, aseton. pH, dan
HCO3.
Pelaksanaan
Tanggal 16 Oktober 2018
Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital hasil TD 115/78 mmHg, N 86x/m, RR
19x/m, S 36.7oC. Pukul 06.00 mengukur GDS harian dengan hasil 330mg/dl.
pukul 06.50 memberikan injeksi novorapid 1x8 unit dengan hasil obat masuk
dengan lancar. Pukul 07.00 memberikan klien makan dengan diit DM 1700 kalori,
mengobservasi keadaan klien, klien tampak lemas. Pukul 11.00 mengukur TTV
hasil 110/70 mmHg, nadi : 80 x/mnt, RR : 19 x/mnt, suhu : 36,8◦C. Pukul 11.00
mengukur GDS harian dengan hasil 287mg/dl. Pukul 11.50 memberikan obat
insulin novorapid 8 unit melalui subcutan. Pukul 12.00 memberikan klien makan
dengan diit DM 1700 kalori dengan hasil makan habis ½ porsi, mual masih ada.
15.00 mengukur TTV hasil TD 120/80 mmHg N 71x/mnt respirasi 19x/mnt suhu
37.6 oC. Pukul 16.00 mengukur GDS harian dengan hasil 315mg/dl. Pukul 18.00
memberikan klien makan dengan diit DM 1700 kalori dengan hasil : makan habis
½ porsi, mual masih ada. Pukul 19.00 mengukur TTV 120/85 mmhg , Nadi: 76
x/m, pernafasan: 19x/m, suhu 36.5oc. Pukul 20.00 evaluasi kondisi klien hasilnya :
nafsu makan masih kurang, badan masih lemas. Pukul 23.00 mengukur TTV ,
hasil : TD : 120/80 mmHg, nadi : 76 x/mnt, RR : 19x/mnt, suhu : 36,7◦C.
Tanggal 17 Oktober 2018
Pukul 05.00 mengukur TTV dengan hasil TD 112/73 mmHg N: 86x/m, RR
19x/m, S: 36,6oC Pukul 06.00 mengukur GDS harian dengan hasil 330mg/dl.
Pukul 06.50 memberikan injeksi novorapid 1x8 unit. Pukul 07.00 memberikan
klien makan dengan diit DM 1700 kalori dengan hasil : makan habis 1/2 porsi,
mual masih ada kadang – kadang. Pukul 07.30 mengobservasi keadaan klien,
klien masih tampak lemas. Pukul 11.00 mengukur TTV dengan hasil TD 123/68
mmHg, nadi: 78 x/mnt, RR: 19 x/mnt, suhu: 36.7◦C. Pukul 11.10 mengukur GDS
harian dengan hasil 287mg/dl. Pukul 11.50 memberikan obat insulin novorapid 8
unit melalui subcutan. Pukul 12.00 memberikan klien makan dengan diit DM
1700 kalori dengan hasil makan habis 3/4 porsi, mual masih ada kadang – kadang.
Pukul 15.00 mengukur TTV dengan hasil TD 107/68 mmHg N: 68x/mnt respirasi
19x/mnt suhu 36.8oC. Pukul 16.00 mengukur GDS harian dengan hasil 376mg/dl.
Pukul 17.50 memberikan obat insulin novorapid 14 unit melalui subcutan. Pukul
18.00 memberikan klien makan dengan diit DM 1700 kalori dengan hasil makan
habis 3/4 porsi. Pukul 19.00 mengukur TTV 115/78 mmhg , Nadi : 82 x/m,
pernafasan: 19x /m, suhu 36.1oc. Pukul 23.00 mengukur TTV , hasil : TD : 120/80
mmHg, nadi : 76 x/mnt, RR : 19x/mnt, suhu : 36,7◦C.
Evaluasi
Tanggal 16 Oktober 2018
S : klien mengatakan lemas, pusing, mual masih ada, berat badan sebelum sakit
65kg
O : klien tampak lemah, pucat, makan habis ½ porsi GDS 287 mg/dl
A : tujuan tercapai sebagian
P : intervensi dilanjutkan
a. Timbang berat badan setiap 1 kali dalam seminggu
b. Identifikasi makanan yang disukai dan tidak disukai
c. Lakukan pemeriksaan dula darah (dag curve) Setiap hari
d. Berikan insulin novorapid 8 unit setiap 15 menit sebelum makan
e. Berikan makan dengan diit DM 1700 kalori
Pelaksanaan :
Tanggal 16 Oktober 2018
Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital hasil TD 115/78 mmHg, N 86x/m, RR
19x/m, S 36.7oC. pukul 05.30 membantu keluarga memandikan klien dan
mengganti baju klien dengan hasil klien tampak segar. Pukul 07.20 memberikan
klien posisi semi fowler dengan hasil klien tampak nyaman dengan posisinya.
Pukul 09.00 mengobservasi klien, klien mengatakan badan masih lemes, cepat
lelah, sulit dalam beraktivitas. Pukul 11.00 mengukur TTV hasil 110/70 mmHg,
nadi: 80 x/mnt, RR: 19 x/mnt, suhu: 36,8◦C. pukul 14.00 mengobservasi klien,
klien mengatakan badan masih lemes, cepat lelah, sulit dalam beraktivitas. 15.00
mengukur TTV hasil TD 120/80 mmHg N 71x/mnt respirasi 19x/mnt suhu 37.6
o
C. Pukul 19.00 mengukur TTV 120/85 mmhg, Nadi: 76 x/m, pernafasan: 19x /m,
suhu 36.5oc. pukul 20.00 mengobservasi klien , klien mengatakan badan masih
lemes, cepat lelah, sulit dalam beraktivitas. Pukul 23.00 mengukur TTV , hasil :
TD : 120/80 mmHg, nadi : 76 x/mnt, RR : 19x/mnt, suhu : 37,7◦C.
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi
antara teori dan kasus yang penulis dapatkan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien Tn M dengan Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) diruang New Bougenville 2 Rumah Sakit Pelni Jakarta
selama 3 hari mulai tanggal 16 Oktober – 8 Oktober 2018 melalui Asuhan
Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan
Evaluasi Keperawatan.
A Pengkajian Keperawatan
Penyebab dari NIDDM pada klien sudah sesuai dengan teori yaitu karena
faktor usia serta diperberat dengan gaya hidup yang serig minum teh
hampir 3x sehari. Manifestasi klinis yang ada pada teori adalah polidipsi,
poliuri, polifagi, dan penurunan berat badan. Sedangkan yang ada pada
kasus yaitu penurunan berat badan, poliuri, polidipsi, polifagi. tetapi ada
manifestasi klinis yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus yaitu
luka sukar sembuh karena klien tidak ada luka.
Pemeriksaan diagnostik pada kasus yang sudah sesuai dengan teori yaitu
dilakukan pemeriksaan gula darah kurve, trombosit darah (HT dan
Leukosit), ureum-creatinin, elektrolit (natrium, kalium, clorida).
Dan pemeriksaan yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus yaitu
tidak dilakukan pemeriksaan amilase darah karena pada klien tidak
terdapat tanda - tanda pankreatitis dan pada klien dengan NIDDM tidak
terjadi DKA (Diabetik Ketoasidosis), pemeriksaan fungsi tyroid tidak
dilakukan karena pada klien tidak ditemukan tanda- tanda pembesaran
kelenjar tyroid. Pemeriksaan urine : gula dan keton tidak dilakukan karena
sudah cukup dilakukan dengan pemeriksaan gula darah untuk menegakkan
diagnosa.
Penatalaksanaan medis pada kasus yang sudah sesuai dengan teori yaitu
pemberian obat antidiabetik yaitu injeksi novorapid 3x8 unit sebelum
makan yaitu pukul 06.50, 11.50, 16.50 terapi ini diberikan karena klien
sudah terinfeksi dan gula darah meningkat. Perencanaan diit yang sudah
disesuai yaitu diit DM 1700 kalori, Pemeriksaan kurve harian.
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teori terdapat tujuh diagnosa keperawatan yaitu : Kekurangan
volume cairan berhubungan diuresis osmotik (dari Hiperglikemia), Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan ketidak cukupan insulin , peurunan
pemasukan oral ; anoreksia , mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan kesadaran, hipermetabolisme, Resiko tinggi terhadapa infeksi
(sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi salular pernapasan, atau ISK,
Perubahan sensori - perseptual berhubungan dengan perubahan kimia
endogen , ketidak seimbangan glukosa/insulin, Kelelahan berhubungan
dengan penurunan produksi energy metabolic, perubahan kimia darah;
infusiensi insulin, peningkatan kebutuhan energy: status
hipermetabolik/infeksi, Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit
jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan dengan
orang lain, Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi,
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan ( nekrosis luka gangren), Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan penurunan produksi energi metabolik dan kelemahan fisik.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus yang sesuai dengan
teori ada tiga diagnosa keperawatan yaitu : Resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan keidakcukupan insulin,
Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik. Sedangkan
diagnosa keperawatan yang ada pada teori tapi tidak ada pada kasus ada
enam diagnosa yaitu: Resiko tinggi terhadapa infeksi (sepsis) berhubungan
dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada
sirkulasi, infeksi salular pernapasan, atau ISK, Perubahan sensori -
perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen, ketidak
seimbangan glukosa/insulin, Ketidakberdayaan berhubungan dengan
penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan dengan orang lain, Kurang pengetahuan mengenai
penyakit berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interprestasi informasi, Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
nekrosis kerusakan jaringan ( nekrosis luka gangren), Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik dan kelemahan.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan diagnosa prioritas menurut teori yaitu kekurangan
volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik tujuan dan kriteria
hasil terpenuhi dalam 3x24 jam perawatan, tanda tanda vital dalam batas
normal, intake dan output seimbang, turgor kulit elastis, pengisian kapiler
baik dengan perencanaan pantau masukan dan haluaran selama 24 jam,
pantau TTV, catat adanya perubahan tekanan darah, pantau suhu, warna
kulit dan membrane mukosa, ukur berat badan setiap satu
minggu,tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman,
pantau pemeriksaan laboratorium seperti HT, Na, K, CL, berikan terapi
cairan sesuai indikasi. Sedangkan diagnosa prioritas yang ada pada kasus
yaitu resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik tujuan dan kriteria hasil yaitu kebutuhan cairan seimbang setelah
3x24 jam perawatan tanda – tanda vital dalam batas normal (TD 110-
120/70-90 mmHg, Nadi 60-80 x/mnt, pernapasan 16-20 x/mnt, suhu 36.0-
37,5 oC), nadi perifer dapat teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
ureum creatinin dalam batas normal (ureum 13-49 mg/dl, creatinin 0.7-1.3
mg/dl) dengan perencanaan lanjutkan tirah baring, pantau intake dan
output cairan selama 24 jam, ukur tanda tanda vital (05.00, 11.00, 15.00,
19.00, 23.00), timbang BB tiap 1 x dalam seminggu, kolaborasikan
pemeriksaan ulang laboratorium ureum, creatinin, natrium, kalium,
clorida.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Diagnosa pertama resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik. Rencana yang sudah dilakukan yaitu mencatat intake dan
output dalam 24 jam, mengukur TTV setiap pukul (05.00, 11.00, 15.00,
19.00, 23.00), mengkaji nadi perifer: pengisian kapiler, turgor kulit,
memberikan terapi cairan NaCl 0,9% 8 jam / kolf / 20 tetes/ menit,
melakukan pemeriksaan gula darah , memberikan terapi insulin novorapid
3x8 unit setiap ( pkl. 06.50, 11.50, 16.50 ) sebelum makan. Rencana yang
tidak dilakukan yaitu mengkaji adanya muntah, pengeluaran urine berlebih
dan diare, melakukan kolaborasi pemeriksaan ulang laboratorium darah :
Ht, NaKcl dan gula darah untuk evaluasi setelah pemberian terapi selama
perawatan, hal ini tidak dilakukan karena tidak ada indikasi untuk
pemeriksaan ulang laboratorium.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi keperawatan ini mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang terdapat pada perencanaan, pada diagnosa resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, tujuan tercapai
sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan masih terasa lemas, banyak
minum, sering BAK, TTV dengan hasil TD : 115/73 mmHg, nadi : 74
x/mnt, RR : 19x/mnt, suhu : 36,3◦C, intake 2200cc output 2130cc. mukosa
bibir lembab, turgor kulit elastis.
Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin. Tujuan tercapai sebagian
dibuktikan dengan klien mengatakan klien mengatakan masih sedikit
lemas, mual tidak ada, berat badan sebelum sakit 65kg, klien tampak
lemah, makan habis 1 porsi GDS 144 mg/dl.
Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu adanya acuan tujuan dan
kriteria hasil pada tahap perencanaan sehingga dapat menjadi tolak ukur
asuhan keperawatan berhasil atau tidak. Sedangkan faktor penghambat
tidak ditemukan oleh penulis pada tahap evaluasi.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melaukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny.S dengan Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus di Ruang Cempaka Dewasa Rumah Sakit Pelni
Jakarta maka penulis manyimpulkan dan memberi saran yang sekiranya dapat
diterima oleh pembaca.
A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan : penyebab dan faktor resiko terjadinya Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus adalah faktor usia yang diperberat dengan gaya
hidup. Manifestasi yang ditemukan adalah adanya kelemahan, cepat lelah,
poliuria, penurunan berat badan. Pemeriksaan diagnostik yang di lakukan yaitu
glukosa darah, elektrolit, hemoglobin, ureum, dan kreatinin. Penatalaksanaan
yang dilakukan yaitu pumpisel 40 mg IV, injeksi navorapid 3x8 ui SC, cernevit
injeksi IV, terapi infus NaCl 0,9% 8 jam/kolf 20 tpm, diet : Bubur DM 1700
kalori
64
65
Pelaksanaan yang dilakukan mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat yaitu
mengukur TTV, memantau hasil laboratorium, mengobservasi dan
mengidentifikasi klien, dan mengukur gula darah.
Evaluasi dari ketiga diagnosa keperawatan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang terdapat pada perencanaan. Pada evaluasi dua diagnosa keperawatan tercapai
sebagian, dan satu diagsona tercapai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberi saran sebagai berikut :
1. Diharapkan perawat ruangan berkolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium
ulang.
2. Diharapkan penulis dan perawat mampu meningkatkan kerja sama yang lebih
baik dalam melaksanakan tindakan keperawatan khususnya bagi klien dengan
NIDDM.
3. Diharapkan penulis dan perawat mampu meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang baik kepada klien dan keluarga.
66