Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh para siswa di SMAN 1 Harapan,
karena hari ini adalah hari penentuan kelas. Aku juga merasakan deg-degan,
apakah aku masuk kelas IPA atau IPS, dan apakah aku masih bisa bersama-sama
dengan sahabat-sahabatku.
Aku mengikuti langkah anak-anak sma harapan menuju papan pengumuman.
Kulihat deretan nama-nama siswa kelas XI IPA berdasarkan nilainya, aku sangat
bersyukur aku berada dideretan ketiga, kamudian aku melihat terus kebawah, aku
senang karena ada nama sahabat-sahabat ku juga tercantum disana, dan dari
sekitar 100 siswa hanya 30 yang masuk kelas XI IPA. Aku melihat disana ada nama
Arya, sebuah nama yang taka asing lagi” bagiku
“hey” sebuah suara mengagetkan aku
Aku lalu menoleh kea rah suara. “hey juga. Eh kamu Ardi”
“gimana aku masuk kelas apa?” Tanya Ardi” kamu masuk kelas XI IPS 3” kataku
“hah yang bener aja” ardi kaget, dia langsung menerobos anak –anak yang sedang
berkumpul melihat pengumuman itu, dia mencari kelas XI IPS 3 tapi tidak
menemukan. Aku hanya senyum-senyum saja melihatnya
“mana Ray, gag ada kelas XI IPS 3” kata ardi meneriakiku
“hah masak sih, tadi ada, wah berati kamu gag dapat kelas Ar” kataku serius
“duh gimana donk” ardi terlihat panik, aku tak bisa menahan tawaku, melihat tingkah
laku ARDI
“Eh kamu tuh, mau aja dibohongin, kamu masuk XI IPA, sama kayag aku” kataku
kemudian menjelaskan Ardi, dan menariknya dari kerumunan anak-anak dari kelas
X sampai kelas XII
“udah yuk, panas disini, mending kita kekantin” kataku .
Tapi sebelum aku pergi kekantin aku menuju kelas dulu, mencari TRI sedang Ardi
mencari Arya tapi mereka tidak ada. Kemudian kami memutuskan untuk kekantin
berdua aja. Ternyata dikantin aku bertemu dengan ARYA dan juga TRI sahabatku.
“hei udah dikantin aja nih, gag ngajak-ngajak” kataku
“ia nih, gag seru lo ARYA, kekantin gag ngajak-ngajak, udah sebagai gantinya kamu
harus traktir kami” kata Ardi pada ARYA
“Tapi…” belum selesai arya selesai bicara sudah dipotong pembicaraannya oleh
Ardi
“eh udah gag ada tapi-tapian” akhirnya arya hanya pasrah, yah dia emang sudah
biasa menghadapi kami.
“ih Ardi tega banget sama Arya” kata tri kemudian
“eh kok belain sih, kalian tuh sama-sama salah, soalnya udah ninggalin kami” kataku
pada Tri Tri hanya diam saja mendengar perkataanku.
“eh tapi tumben kalian kekantin bareng, diem-diem lagi”kataku kemudian setelah
tersadar akan keanehan ini
“ah,,ehm,,,egag kok tadi kebetulan aja” jawab Tri, tapi agag gugup
“iya tadi kebetulan pas aku mau kekantin Tri juga mau kekantin, jadi barengan aja”
kata Arya kemudian menambahkan
“yah what over lah, yang kalian harus traktir” kata Ardi menyambung.
Yah aku hanya diam saja, tapi aku jadi penasaran, karena gag biasanya tri dan Arya
kekantin tanp aku dan Ardi, karena aku adalah sahabat Tri sedangkan Ardi adalah
sahabat Arya. Dan aku sebenarnya aku agag sedikit jeolus dengan mereka. Tapi
aku yakin Cepat atau lambat aku pasti tau
Setelah kejadian dikantin, aku melihat TRI ada perubahan sikap sediki, dia berubah
menjadi sedikit jaim kalau dikelas apa lagi didepan Arya. Sebenarnya ada apa
dengan mereka.
***
“eh ray aku pulang duluan yah, aku gag bisa ikut rapat OSIS, soalnya ada
kepentingan mendadak” kata Tri ketika pulang sekolah
“oh iya, gag papa, tapi apaan emang” tanyaku pada Tri
“ini adek ku sakit, dan dirumah gag da siapa-siapa ortu ku lagi keluar kota” kata Tri
“oh ya deh, ati-ati aja ya, moga adek kamu cepet sembuh”
“iya makasih ya”
Kami kemudian berpisah didepan ruang sekertariatan OSIS, aku melihat didalam
ruangan sudah ada rekan-rekan osis lainnya, aku langsung ikut mempersiapkan
rapat, karena aku sekertaris OSIS, jadi aku berperan dalam jalannya acara rapat.
“oke teman-teman semuanya agenda rapat kita hari ini adalah persiapan
menyambut bulan Romadhon, acara apa saja yang harus dilaksanakan, dan apa
saja yang dibutuhkan” kataku memulai rapat ini. Rapat berjalan sekitar 1.5 jam. Kami
membahas semua acara yang akan diadakan, dari melakukan acara buka bersama,
sahur bersama, bakti sosial, pesantren kilat, drama islami, serta lomba-lomba dalam
rangka mengisi bulan ramadhan.
Setelah selesai rapat aku siap-siap pulang sekolah, waktu sudah menunjukkan jam
3. Dan aku rasanya sudah capek.
“hai ya, kamu pulang sama siapa” Tanya Ardi
“oh, ardi, yah pulang sendiri, emang mau sama siapa lagi” jawabku
“mau aku anterin gag?”. Tanya Ardi
“serius mau anterin aku pulang?”.
“iya, soalnya kebetulan aku mau ke toko boku kan melewati rumah kamu”
“tapi aku bawa motor sendiri tadi” alasanku kemudian menolak
“ouh, yahgak papa. Motor kamu biar Andre yang bawa, kamu aku boncengin,
soalnya kamu keliatannya capek banget, entar ada apa-apa lagi di jalan” kata Ardi.
Aku tak bisa menolak ajakan Ardi, dia memang sahabatku yang paling baik. Tapi
tiba-tiba aku teringat Arya. Cowok yang selama 3 tahun ini ada didalam hatiku.
Sebisa mungkin aku ingin membuang perasaanku dengannya tapi tidak bisa. Dan
seharian ini aku tak melihatnya, kecuali hanya dikelas, dirapat OSIS ini juga gag
hadir.
“ayuk ra, naik malah ngelamun” ardi mengagetkanku
“oh iya, eh ardi, arya kok gag hadir rapat, kok dia gag ngomong-ngomong kalau gag
hadir” tanyaku penasaran pada Ardi
“oh iya, aku lupa nyampeinnya, soalnya tadi konsen ke rapat, kata dia, dia ada perlu,
aku juga gag tau apa, kelihatannya sih lagi buru-buru” kata Ardi.
“sori ya tadi aku lupa nyapein ke kamu” sambung ardi kemudian.
Aku hanya menganggug kecil. Apa ketidakhadiran Arya ada hubunganya dengan
Tri. Apa sebenarnya mereka sedang janjian. Tapi aku kemudian membuang
jauh-jauh perasaan itu.
“eh Ray, kamu kenapa sih, kok diem trus dari tadi” Ardi memecahkan lamunanku
“oh egag kok, aku lagi mikirin tentang acara-acara kita nanti” kataku berbohong
“ouh. Iya tenang aja semuanya pasti berjalan dengan lancar kok”
“amin” sahutku.
Kami melewati sebuah restoran mewah, pada saat itu, aku seperti melihat 2 sosok
yang tidak asing lagi buatku. Aku melihat Tri dan Arya sedang makan berdua disana.
Ku usap-usap mataku, setengah tak percaya. Tapi itu benar-benar mereka. Walau
pun terlihat agag samar-samar tapi aku yakin jelas itu mereka. Karena aku melihat
motor Arya dan mobil Tri terparkir disana.
“jadi benar mereka ada hubungan special” gumamku
“hah lo ngomong apa YA” kata Ardi
“eh, egag kok, itu em lo mau cari buku apa emang” kataku mengelak
“oh, ini aku mau cari novel, Tetralogi Laskar Pelangi”
“wah, keren tuh, entar aku pinjem ya” kataku pada Ardi
“iya tenang aja”.
“udah nyampe nih”kata ardi kemudian
“ouh iya, thanks ya ar and Andre udah bawain motor ku”
“iya sama-sama” sahut mereka. Lalu setelah pamitan mereka berdua meluncur ke
toko buku
Sampai dirumah aku membanting badanku ke kasur, otak ku dan badanku terasa
letih. Dan hatiku juga sedang kacau. Melihat Arya dan Tri bersama. Tak terasa air
mataku mengalir. Cinta ku yang terpendam selama 3 thun belakangan ini, telah
sia-sia sebuah penantian yang berujung derita. Dan mengapa harus sahabatku
sendiri yang mendapatkan Arya. Jika orang lain mungkin aku bisa terima, entah apa
yang akan terjadi besok.
Setelah itu aku mulai berubah menjadi murung. Aku jadi jarang berbicara, aku juga
jarang dikelas. Karena ketika dikelas au melihat arya dan Tri maka hatiku akan sakit.
Aku lebih senang menyendiri dibelakang kelas. Tri dan Arya tak tahu jika aku telah
mengetahui hubungan mereka, mereka memang bisa menutupi pada teman-teman
yang lain, tapi tidak denganku.
“ray, lo kenapa sih, sekarang jadi murung gitu, mana raya yang aku kenal dulu” ardi
datang menghampiriku
Sedang anak-anak dikelas ribut, karena aku dan ardi tiba-tiba menghilang setelah
istirahat hingga bel akan pulang kami juga tidak muncul, hp ku sengaja aku matikan
dan hp Ardi dia tinggal di tasnya. Untung saja hari ini tidak ada guru yang masuk,
karena sedang diadakan rapat.
“kalau kamu butuh temen cerita, kamu bisa cerita sama aku” kata Ardi
Ardi diam. Dan entah berapa lama kami saling diam, sibuk dengan perasaan kami
sendiri-sendiri. “yah kalau menurut kamu itu yang terbaik aku dukung” kata Ardi
kemudian
“iya, makasih ya ar, udah mau denger ceritaku, tolong ya jangan kamu ceritakan
dengan orng lain” kataku. Ardi hanya menganggug
“ya udah kita pulang yuk, udah jam 2 nih. Kata Ardi”
“aku belum pengen pulang ar, aku masih pengen disi, “kalau kamu mau pulang
kamu pulang aja duluan gag papa kok” kata ku pada Ardi
“kalau kamu gagmau pulang, aku juga gag mau pulang, aku bakal temeni kamu
disini, masak iya aku ninggali kamu sendirian disini” kata ardi sambil tersenyum
“makasih ya ar, kamu baik banget sama aku. Kenapa sih kamu baik banget sama
kau”
Setelah 2 minggu kejadian ditaman, Ardi tidak masuk sekolah. Saat aku telfon
katanya dia lagi sakit jatuh dari motor. Aku telah berniat pulang sekolah ini
berkunjung kerumahnya. Ketika aku akan keluar kelas, ada sms dari no baru.
“RAY, aku tunggu kamu di ruang sekertariat osis sekarang”
Aku penasaran lalu aku menuju ruang sekertariatan. Aku tak melihat siapa-siapa
disana. Ah aku berkir bodoh sekali aku, mau percaya dengan sms gelap seperti itu,
tapi ketika aku akan pergi meninggalkan ruang sekertariatan ada suara yang
memanggilku dari dalam. Aku menoleh, aku tak melihat siapa-siapa kecuali, Arya.
Sebenarnya dengan suasana hatiku yang sedang tak enak seperti ini, aku tak ingin
bertemu dengan Arya, tapi aku tak mau dia curiga.
“arya, ngapain kamu disini, apa kamu yang sms aku tadi?”. Tanyaku
“iya, itu aku yang sms, kamu”. Arya berkata padaku
“emang ada apaan, kayagnya penting banget?” tanyaku
Aku kemudian pergi kerumah Ardi, aku lihat dia baik-baik saja.
“ah ardi, katanya sakit, kok baik-baik aja sih”
“em aku tadi emang sakit, tapi sekarang udah sembuh” alas an ardi
“di, tadi aku ketemuan sama Arya”
“hah, ngapain” Tanya ardi kaget
“ah biasa aj jangan kaget gitu, dia udah tau semuanya, sekarang aku lega, akhirna
Arya bisa tau semuanya” aku berkata sambil tersenyum
“trus Arya gimana”
“yah aku minta dia untuk negelupain semuanya, dan gag usah inget-inget tentang
ini.”
“tapi Arya tau dari mana?”
“dari buku diari ku, buku itu gag hilang tapi jatuh dan Arya yang nemuin”
“oh, baguslah” kata Ardi
***
Setelah itu aku berusaha sebisaku untuk melupakan Arya, dan usahaku berhasil.
Hingga tak ada sedikitpun rasa ku pada ARYA lagi. Kami hanya menjalin
persahabatan. Tapi aku justru merasa ada perubahan dengan Ardi. Dia tak seperti
dulu. Hingga akhirnya aku menemukan jawabannya ketika aku pergi bermain
kerumah Ardi.
“tante ardinya ada gag?” tanyaku pada mamanya Ardi
“akhir-akhir ini dia sering keluar tapi gag tau kemana, dia juga sering murung”
“lo emang kenapa tante?”
“sebenarnya tante gag boleh menceritakan ini sama kamu “ kata mamanya Ardi
“ada apa emang tante” kataku penasaran
“tante tau kalau kamu itu sahabatnya Ardi, tapi apa kamu selama menjadi
sahabatnya Ardi kamu gag da perasaan sedikitpun?” kata mama Ardi sambil
menatapku
“hah, maksud tante apa?” kataku kaget
“sebenarnya Ardi itu suka sama kamu, tante gag pernah melihatArdi suka sama
orang seperti itu. Ardi itu termasuk orang yang susah untuk suka sama seseorang”
“apa, jadi..”
“iya, ardi suka sama kamu, tapi dia tau kalau kamu menyukai sahabtnya, Dia tidak
berani untuk mengungkapkan perasaannya sama kamu, karena menurut dia cinta
tak harus memiliki” mamanya ardi berkata padaku
Aku tak bisa berkata apa-apa, aku bener-bener gag nyangka, kalau Ardi suka sama
aku. Aku bingung, aku gag mau menyakiti sahabatku tapi aku juga belum siap untuk
mengenal cinta lagi
“tante tau permasalahan kamu raya, tapi tante mohon, hanya kamu yang bisa buat
Ardi tersenyum dan kembali seperti dulu, tante gag tega, melihat putra tante
satu-satunya bersedih”
“iya tante, aku akan sebisa mungkin membuat Ardi kembali seperti dulu”. Kataku
Tiba-tiba dari pintu muncul Ardi. Dia kaget melihatku ada dirumahnya.
“Raya,kamu kok ada disini” Tanya Ardi
“ehm iya gag papa,aku pengen aja main, dan ngajak kamu jalan-jalan”kataku
tersenyum
“jalan-jalan, tapi aku baru aja dari luar, masak mau jalan-jalan lagi”
“iya aku tau, tapi sekarang aku udah gag mau jalan-jalan, aku mau dirumah kamu
aja, yuk main game” kataku kemudian sambil menarik tangan Ardi
Kami kemudian bermain game bersama, makan bersama, belajar bersama, dan
nonton dvd faforit kami bersama, aku hanya ingin mengembalikan senyumnya.
Setelah itu aku selalu meluangkan waktu ku bersama Ardi. Ardi menjadi bingung
“ray, kamu kenapa sih kok jadi begini sekarang, jadi baik banget sama aku”
“ehm, emang kenapa sih, kan aku sahabat kamu” kataku
“ouh Cuma sahabat nih, gag lebih” kata Ardi
“maksudnya” kataku. “egag kok, gag papa”.
***
Beberapa hari ini aku merasa ada yang aneh dengan diriku, aku selalu saja
memikirkan ARDI. Apa mungkin jika aku mulai mencintai Ardi.
“Ray kamu kenapa sih, kok dari tadi diem aja” Ardi mengagetkanku
“ehm, egag kok, aku gag ngelamun, Ardi aku pengen Tanya sesuatu”
“Tanya apa”
“ehm kamu gag pengen punya pacar apa, yah maksud aku kau kan ganteng, baik
cakep,pinter, masak gag da cewek yang suka sama kamu” kataku pada ARDI
“ehm, aku termasuk orang yang susah untuk suka sama orang Ray, dan ketika aku
sudah mencintai seseorang, ternyata orang yang aku cintai udah suka sama orang
lain”
“ouh, emang siapa perempuan itu, pasti special banget” kataku mencoba
memancing Ardi
“yah dia memang special banget buat aku, aku paling gag bisa melihat dia
menangis”
“lalu kenapa kamu gag coba tembak dia aja, siapa tau wanita itu udah suka sama
kamu”
“gag mungkin ray, dia itu suka banget sama cowok lain”
“ih kamu dibilangin ngeyel, gag da yang gag mungkin tau” kataku jengkel juga. Aku
memang berharap Ardi akan mengatakannya padaku perasaanya, tapi sepertinya
semuanya hanya impian saja.
“ray, aku suka sama kamu” kata Ardi tiba-tiba, stelah kami beberapa lama saling
diam. aku bener-bener spicles banget, Ardi langsung ngomong sekarang, aku tak
menjawab hanya tersenyum
“ehm udahlah Ray, lupain omonganku tadi” tiba-tiba Ardi berdiri
“kenapa harus aku lupain, kamu gag mau tau jawan aku” kataku “aku juga suka
sama kamu”sambungku kemudian.
Ardi kaget, senang dan dia bener-bener gag nyangka kalau aku bakal menerimanya.
Dia langsung meluk aku. Dia bilang bahagia
“ih malu tau, udah ah lepasin” kataku
“ouh, maaf ray, aku bener-benr bahagia’
“IYA, ya udah yang penting sekaran kita resmi pacaran, dan aku mohon sama kamu,
kamu jangan buat aku kecewa ya”
“itu pasti ray”