Anda di halaman 1dari 4

Peradangan sekarang diakui sebagai proses kunci dalam aterosklerosis-terjadi ketika sel darah

putih tertentu (yang biasanya merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi)
menyerang dan menjadi aktif dalam jaringan (Libby, 2012). Timbulnya plak arterosklerosis
di awali dengan :

a. Kelebihan partikel LDL yang terakumulasi dalam dinding arteri dan menjalani perubahan
kimiawi. LDL yang berlebih menyebabkan perangsangan dari monosit sehingga ldl
terakumulasi di dalam sel endotel. Dan di dalam lapisan intima mengeluarkan sitokin yang
diinduksikan oleh sel t tubuh.

Aterosklerosis adalah suatu proses inflamasi sehingga didapatkan pembuluh arteri kaku yang
ditandai dengan penebalan dan pengerasan dinding arteri. Lesi mengandung deposit lemak
dan mengalami kalsifikasi, mengakibatkan obstruksi pembuluh darah, agregasi trombosit dan
vasokonstriksi abnormal (Brashers, 2007). Aterosklerosis atau kekakuan pembuluh darah
arteri atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan di mana terjadinya penimbunan lemak
bercampur kalsium dan sel darah pada dinding pembuluh darah arteri (Kabo, 2008).

Jansen pada tahun 2006 menyebutkan bahwa aterosklerosis adalah salah satu bentuk dari
arteriosklerosis. Arteriosklerosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya
elastisitas (pengerasan) dari arteri karena penebalan dinding pembuluh nadi yang akan
menyebabkan penyakit jantung degeneratif, PJK, stroke dan penyakit arteri lainnya.

Apolipoprotein B merupakan komponen protein utama yang terdapat pada low-density


lipoproteins (LDL) sebanyak 90%, very low-density lipoproteins (VLDL), intermediate-
density lipoproteins (IDL), dan sd-LDL, dengan satu molekul apo B di setiap partikelnya.
Kadar apo B menggambarkan jumlah total partikel yang aterogenik, terutama jumlah partikel
LDL dalam plasma. Peran apo B sangat penting dalam aterosklerosis karena dapat berikatan
dengan reseptor LDL di endotel, mengakibatkan LDL tertahan didalam dinding pembuluh
darah. Low density lipoproteins kemudian akan teroksidasi menjadi oxidized LDL (ox-LDL)
yang pada akhirnya akan memicu terjadinya aterosklerosis (Walldius dan Jungner, 2004;
Onat et al., 2007; Sniderman et al.,2013). Kelebihan produksi apo B mengindikasikan adanya
peningkatan partikel LDL, yang mudah masuk dan tertahan dalam tunika intima pembuluh
darah. Tertahannya LDL merupakan kunci proses aterosklerosis, karena mudah teroksidasi
menjadi oxidized LDL (oxLDL) dan menyebabkan terjadinya disfungsi endotel, peningkatan
ekspresi molekul adesi, pelepasan kemokin seperti MCP 1, pelepasan sitokin-sitokin
inflamasi dan growth factor sehingga terjadi proses pembentukan plak (Chan dan Watts,
2006; Martin et al., 2009).

Penurunan kadar apoB terbukti dapat menurunkan mortalitas penyakit cardiovascular,


mengurangi timbul- nya gejala klinik serta menghambat progresi lesi aterosklerotik bahkan
dapat meregresi lesi aterosklerotik di pembuluh darah arteri.3,10 media medika Indonesia

Sebagaimana dikutip oleh O'Riordan M mendapatkan bahwa selain kolesterol LDL maka
pemeriksaan kadar apo B menambah daya pembeda dengan nilai batas 128 mg/dL, dimana
kadar kolesterol LDL tinggi (166 mg/dL) dengan kadar apo B >128 mg/dL mempunyai risiko
2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol LDL yang sama tetapi disertai
dengan kadar apo B <128 mg/dL.

Disfungsi endotel akan meningkatkan permeabilitas endotel sehingga LDL dapat masuk ke
tunika intima arteri. Selanjutnya LDL akan mengalami oksidasi. Oksidasi ini dipicu oleh
aktivitas radikal bebas yang dihasilkan dalam makrofag atau sel endotel di dinding arteri.
Low density lipoprotein yang teroksidasi akan menghasilkan sitokin-sitokin inflamasi (IL-1,
TNF-α). Peningkatan sitokin-sitokin pro inflamasi (misalnya interleukin-6) menginduksi
produksi reaktan fase akut dari hati seperti C-reactive protein (CRP), fibrinogen, dan serum
amyloid A. 15 3 Inilah sebabnya pada orang yang memiliki kadar LDL yang tinggi,
seringkali juga memiliki kadar hs-CRP yang tinggi. 16

C-reactive protein (CRP) merupakan marker inflamasi sistemik dan merupakan protein fase
akut yang paling sensitif sehingga disebut golden marker untuk inflamasi. C-reactive protein
disintesa di sel hepatosit yang aktivitasnya distimulasi oleh sitokin terutama IL-6, IL-1β, dan
Tumor Necrosis Factor (TNF)α. Pasien dengan kadar CRP > 3 mg/dl memiliki risiko untuk
terjadi cardiovascular disease (CVD) meningkat 2 kali lipat dibanding pasien dengan kadar
CRP < 1 mg/L. Faktor-faktor yang meningkatkan kadar CRP antara lain DM, hipertensi,
infeksi akut dan penyakit hati (Bhagwat et al., 2012; Cleveland, 2012).

C-reactive protein bersifat pro-aterogenik dan pro-inflamasi secara langsung bekerja sebagai
mediator pada disfungsi endotel. C-reactive protein pada kadar normal dapat sebagai
prediktor risiko penyakit kardiovaskuler karena secara langsung menurunkan produksi NO di
endotel melalui sintesa endhothelial nitrit oxide synthase (eNOS). C-reactive protein juga
menstimulasi pelepasan monocytechemoatractant protein (MCP-1) untuk migrasi monosit
dan meningkatkan ekspresi plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1). Bukti lain
menunjukkan CRP meningkatkan upregulation NF-κB yang memfasilitasi transkripsi
sejumlah gen pro-aterosklerotik. Pada aterosklerosis, CRP secara langsung meningkatkan
uptake LDL alami ke dalam makrofag (Osman et al., 2006).

Khusus untuk mediator inflamasi CRP , penelitian menyebutkan bahwa pengkajian terhadap
peningkatan serum konsentrasi CRP dapat mengidentifikasi risiko seseorang untuk terkena
penyakit jantung koroner 19 . CRP merupakan biomarker yang cukup sensitif terhadap
terjadinya inflamasi di dalam tubuh dan merupakan prediktor yang kuat terhadap kejadian
penyakit jantung koroner dan penyakit sistem kardiovaskular lainnya 20 . Kadar CRP akan
meningkat pada keadaan sindrom metabolik21 .

High Sensitive CRP bersama dengan LDL merupakan prediktor yang kuat terhadap risiko
penyakit kardiovaskuler. Peningkatan kadar hsCRP dan kadar kolesterol LDL akan
meningkatkan risiko terjadinya stroke dikemudian hari, terutama apabila kedua-duanya
meningkat. hsCRP akan menyebabkan terbentuknya aterosklerosis bersama dengan
peningkatan kolesterol LDL, hipertensi, diabetes, dan merokok

Peningkatan konsentrasi hsCRP berhubungan erat dengan risiko perkembangan kejadian


penyakit kardiovaskular. Subyek yang memiliki hsCRP 12 <1 mg/L dikatakan memiliki
risiko rendah, 1-3 mg/L memiliki risiko sedang dan hsCRP >3 mg/L memiliki risiko tinggi
mengalami penyakit kardiovaskular walaupun individu tersebut terlihat sehat 27 . Respon
inflamasi berhubungan dengan inisiasi, pertumbuhan dan komplikasi plak aterosklerosis
sehingga peningkatan hsCRP diketahui merupakan konsekuensi dari inflamasi yang terjadi di
dinding arteri 28 .

Dewasa ini, banyak dilakukan penelitian tentang suatu penanda PJK selain kolesterol LDL
dan HDL yaitu penanda high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP). Studi epidemiologi
maupun meta-analisis mengatakan bahwa individu dengan kadar hs-CRP tinggi
meningkatkan faktor risiko terkena PJK di kemudian hari. Kadar hs-CRP yang tinggi ini
disebabkan karena terjadinya peradangan dalam pembuluh darah arteri koronaria akibat
penimbunan lemak (proses aterosklerosis) dan sebab lainnya. Joint Committee of the
American Heart Association telah merekomendasikan pemeriksaan hs-CRP sebagai faktor
risiko PJK (5) hdl dan hscrp

Anda mungkin juga menyukai