Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS

PADA IBU.R DI KECAMATAN LOWOKWARU

MALANG

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Gerontik

Yang di bimbing oleh Ibu Lenni Saragih SKM., M.Kes

Oleh :

Hasrining Tri Suprapti (1601460034)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG

Februari, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PROSES PENUAAN & DIABETES MELITUS

1. DEFINISI
a. Penuaan
Pada penuaan terjadi perubahan fisiologis lanjut yang menyangkut disfungsi
organ vital seperti kerusakan organ kardiopulmonar, persarafan, fungsi endokrin,
fungsi imunologi, dan juga fungsi motorik. Karena itu, munculnya faktor risiko
seperti hipertensi, hiperlipidemia, perubahan metabolisme glukosa, obesitas,
kebiasaan gaya hidup tidak sehat, alkohol, dan stress menyebabkan penyakit yang
bervariasi pada berbagai sistem tubuh, antara lain : penyakit degeneratif, stroke,
katarak, hilangnya komunikasi sistem saraf, arteriosklerosis, gagal jantung, aritmia,
emfisema paru, ulkus lambung, diabetes, gagal ginjal, osteoporosis, arthritis, dan
apabila ada luka, infeksi, atau tumor, dapat terjadi penuaan lanjut secara patologis
(Park dan Yeo, 2013).
b. Fisiologi Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara
alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami
seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh
yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua,
akan tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai
factor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter,
nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Staney, 2006).
c. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis
menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59,
lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90
tahun, dan usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun. Sedangkan Nugroho (2000)
menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli,bahwa yang
disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Menurut Prof.
Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda
(elderly adulthood), 18 atau 29 – 25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau
maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun
atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun
(old), lebih dari 80 (very old). Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1
seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari
orang lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa
lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
2. TEORI PROSES PENUAAN
Studi yang dilakukan Nies untuk mengidentifikasi pola makan dan pola hidup yang
mempengaruhi kehidupan yang sehat di usia tua, melibatkan 1091 laki-laki dan 1109
perempuan usia 70-75 tahun. Hasilnya menunjukkan, pola hidup tidak sehat seperti
kebiasaan merokok, diet tidak sehat, aktivitas fisik rendah meningkatkan risiko
kematian.15 Modifikasi gaya hidup seperti tidak merokok, meningkatkan aktivitas
fisik, dan pola hidup sehat merupakan salah satu strategi untuk memiliki kualitas hidup
yang tetap baik meski usia telah lanjut. Terdapat empat teori utama yang menjelaskan
terjadinya proses penuaan :
1) Teori Wear and Tear
Tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan dan
disalahgunakan. Organ tubuh, seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lain,
menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan
lemak,gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena
stress fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ,
melainkan juga terjadi di tingkat sel. Hal ini berarti walaupun seseorang tidak
pernah merokok, minum alkohol, dan hanya mengonsumsi makanan alami,
dengan menggunakan organ tubuh secara biasa saja, pada akhirnya terjadi
kerusakan.
2) Teori Neuroendokrin
Teori ini menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.Pada
usia muda berbagai hormon bekerja dengan baik mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh. Karena itu pada masa muda fungsi berbagai organ tubuh sangat
optimal, seperti kemampuan bereaksi terhadap panas dan dingin, kemampuan
motorik, fungsi seksual, dan fungsi memori. Hormon bersifat vital untuk
memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh. Ketika manusia menjadi tua, tubuh
hanya mampu memproduksi hormon lebih sedikit sehingga kadarnya menurun.
Akibatnya berbagai fungsi tubuh terganggu. Growth hormone yang membantu
pembentukan massa otot, Human Growth Hormon (HGH), testosteron, dan
hormon tiroid, akan menurun tajam ketika menjadi tua.
3) Teori Kontrol Genetika
Faktor genetik memiliki peran besar untuk menentukan kapan menjadi tua dan
umur harapan hidup, dapat dianalogikan individu lahir seperti mesin yang telah
diprogram sebelumnya untuk merusak diri sendiri. Tiap individu memiliki jam
biologi yang telah diatur waktunya untuk dapat hidup dalam rentang waktu
tertentu. Ketika jam biologi tersebut berhenti, merupakan tanda individu tersebut
mengalami proses penuaan kemudian meninggal dunia, waktu dalam jam biologi
sangat bervariasi tergantung pada peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
individu tersebut dan pola hidupnya.
4) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya, dapat bereaksi dengan molekul
lain, menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif. Radikal bebas bersifat
sangat reaktif. Radikal bebas akan merusak membran sel, Deoxyribo Nucleic Acid
(DNA), dan protein. Banyak studi mendukung ide bahwa radikal bebas
mempunyai kontribusi yang besar pada terjadinya penyakit yang berhubungan
dengan proses penuaan seperti kanker, penyakit jantung dan proses penuaan.
3. Gejala Klinis Penuaan
Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi berbagai organ
tubuh. Akibat menurunnya fungsi tersebut, maka muncul berbagai tanda dan gejala
proses penuaan, yang pada dasarnya dibagi dalam dua bagian yaitu (Pangkahila, 2007):
1) Tanda fisik, seperti masa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut, daya
ingat berkurang, fungsi seksual, dan reproduksi terganggu, kemampuan kerja
menurun, sakit tulang.
2) Tanda psikis, seperti gairah hidup menurun, sulit tidur, mudah cemas, mudah
tersinggung, merasa tidak berarti lagi.

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan perubahan
fisik dan psikisseperti di atas.Proses penuaan berlangsung dalam tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila, 2007) :

1) Tahap subklinik (usia 25-35 tahun)


Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu
hormon testosteron, growth hormone, dan hormon estrogen. Kerusakan ini
biasanya tidak tampak dari luar, sehingga pada tahap ini orang merasa dan
tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan.
2) Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini level hormon menurun hingga 25 persen. Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram setiap beberapa tahun, akibatnya kekuatan dan tenaga
terasa hilang, sedangkan komposisi lemak terus bertambah. Pada tahap ini orang
merasa tidak muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan akibat radikal bebas
mulai merusak ekspresi genetik, yang dapat menghasilkan penyakit.
3) Tahap klinik (usia lebih dari 45 tahun) Pada tahap ini, penurunan kadar hormon
terus menurun yang meliputi DHEA (Dehydroepiandrosterone), melatonin,
growth hormone, testosteron, estrogen dan hormon tiroid. Penurunan bahkan
hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin, dan mineral juga
terjadi. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang sekitar satu kilogram
setiap tiga tahun, yang mengakibatkan ketidakmampuan membakar kalori,
meningkatnya lemak tubuh, dan berat badan.
4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).
1) Perubahan Fisik
a) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
c) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut :
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung
utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
 Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
 Tulang: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian
dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
 Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
 Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
d) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
 Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan
ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
 Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi
kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
e) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
(1). Kehilangan gigi, (2). Indra pengecap menurun, (3). Rasa lapar menurun
(sensitifitas lapar menurun), (4). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
f) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal.
g) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
h) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
2) Perubahan Kognitif
Umumnya lnsia akan mengalami penurunan fungsi kognitif pada problematika
berikut :
 Memory (Daya ingat, Ingatan)
 IQ (Intellegent Quocient)
 Kemampuan Belajar (Learning)
 Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
 Pemecahan Masalah (Problem Solving)
 Pengambilan Keputusan (Decission Making)
 Kebijaksanaan (Wisdom)
 Kinerja (Performance)
 Motivasi

Anda mungkin juga menyukai