Anda di halaman 1dari 12

“BERPIKIR PERUBAHAN”

 Nama anggota Kelompok 1 : - Chasilia Indah Risma (1610701002)


- Dewi Diyah Ulfa (1610701005)
- Katherina (1610701007)
- Hana Juniarti (1610701009)
- Mawar Puspita (1610701010)

 Prodi : DIII KEPERAWATAN

 Fakultas : Ilmu-Ilmu Kesehatan


I. PENTINGNYA PERUBAHAN DAN PERANAN
MINDSET
Mindset/pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam melakukan
wirausaha kadang seringberubah,karna banyak sekali orang yang takut akan hal –hal yang
belum pernah mereka coba, padahal menurut dweckmenerjemahkan mindset sebagai
kepercayaan mengenai siapa kita dan apa kemampuan kita, maka dari itu kita terlebih
dahulu harus mengenal kemampuan kita dan kita harus yakin/percaya kepada kemampuan
diri kita sendiri, karna banyak sekali orang yang ragu akan kemampuan dirinya yang
dapat mengurungkan niat mereka untuk mewujudkan mimpinya dalam menjadi
wirausaha, dalam hal ini kita harus mengubah mindset kita dengan cara
mengetahui/mempelajaripengetahuan barutentang bagaimana kita harus mempunyaipola
pikir yang inovatif, karna dengan berpikiran inovatif kita dapat menciptakan hal yang
baru dalam berwirausaha.

Perubahan pola pikir kadang sering terjadi terhadap semua orang, terutama kepada orang
yang selalu merasakannya, karna mereka akan menyadari perubahan sekecil apapun
terhadap pola pikir mereka, apakah itu pola pikir yang positive atau negative yang mereka
rasakan, jika mereka merasakan perubahan hal positive terhadap diri mereka sendiri
maka ada dorongan dalam diri mereka untuk selalu optimis dalam meraih mimpi dalam
berwirausaha, dan jika dengan pola pikir yang negative , itu akan menyebabkan mereka
selalu bersifat pesimis untuk meraih mimpi mereka, maka dari itu pendidikan dan
komunikasi untuk medapatkan informasi sangatlah penting dalam mengubah mindset
seseorang dalam berwirausaha supaya mempunyai pikiran inovatif dan kreatif dalam
mewujudkan mimpinya menjadi seorang wirausaha yang berhasil.

II. PERUBAHAN MINDSET


Pola pikir manusia menentukan arah kemana manusia itu akan melangkah. Dipercaya atau
tidak, segala yang kita capai itu dipengaruhi oleh pola pikir, yang mempengaruhi kebiasaan,
itulah pentingnya memiliki mindset akan sesuatu. Tentunya berbeda pula langkah menjadi
entrepreneur daripada jadi orang biasa saja. Apabila menargetkan sasaran menjadi
entrepreneur,harus berani mengubah mindset dan selanjutnya mengubah kebiasaan.

Bila Anda mengubah pikiran Anda, Anda mengubah keyakinan diri Anda
Bila Anda mengubah keyakinan diri Anda, Anda mengubah harapan-harapan Anda
Bila Anda mengubah harapan-harapan Anda, Anda Mengubah sikap Anda
Bila Anda mengubah Sikap Anda, Anda akan mengubah Tingkah Laku Anda
Bila Anda mengubah Tingkah Laku Anda, Anda Mengubah Kinerja Anda
Bila Anda mengubah Kinerja Anda, Anda telah mengubah Nasib Anda
Bila Anda mengubah Nasib Anda, Anda telah mengubah Hidup Anda.
Begitu pentingnya perubahan pola pikir sesorang, dimulai dari merubah pola pikir,
sesorang bisa merubah nasib dan hidupnya.

Pola pikir wirausaha yang dikembangkan dari pemikiran Neal Thornberry. Menurut
Neal Thornberry, Pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebagai berikut (yang akan
coba dikupas lebih dalam oleh penulis)

1. Memiliki Locus of Control internal


Locus of Control (lokus kendali) adalah istilah untuk menggambarkan bagaimana
seseorang berpikir tentang kendali hidupnya. Seseorang yang memiliki kendali eksternal,
adalah mereka yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor diluar dirinya,
seperti cuaca, kebijakan pemerintah, keluarga, pacar, peraturan kantor dan lain-lain.
Sehingga mereka hanya punya sedikit sekali punya kontrol terhadap kehidupannya. Mereka
cenderung pasrah, dan mengikuti ‘kehendak’ di luar dirinya.
Sebagai contoh “wah hujan nih, mau gimana lagi, sudah pasti kita tidak bisa
belajar dengan konsentrasi, habis hujan..” dan sebagainya. Intinya, hidup mereka
dikendalikan oleh daya-daya diluar dirinya, dan mereka meyakini bahwa tidak banyak yang
mampu dilakukan untuk mengatasinya. Sebaliknya kendali internal (internal locus of
control) adalah pemikiran bahwa kita adalah pusat kendali. Cuaca boleh hujan, namun kita
tetap punya kontrol penuh untuk membuat hati kita sedih/senang karena adanya hujan
tersebut. Seorang wirausaha, diyakini memiliki kendali internal tersebut. Mereka yakin
bahwa dirinyalah pusat kendali, bukan atasan, cuaca, kebijakan pemerintah dll.

2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas


Beberapa ahli sering mengatakan bahwa salah satu blok kreativitas adalah
keenganan untuk berbeda, kemalasan untuk mencari yang tidak biasa dan
ketidakbersediaan untuk bermain-main dengan sesuatu yang menurut orang kebanyakan
ganjil. Sebaliknya, seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan
melanggar hal-hal yang dianggap pakem.
Sebagai contoh: pakem yang umum buat mereka yang ingin membuka restoran
adalah; bukalah di tempat yang ramai. Namun demikian, saat ini sudah sangat banyak
contohnya dimana restoran yang dibuka di tempat terpencil (jauh diatas gunung, di pulau,
di tengah sawah, dll) justru diserbu oleh pelanggannya.
3. Kesediaan untuk mengaji orang yang lebih cerdas dari dirinya.
Seorang wirausaha sejati sangat mengenal dirinya, dan ia menyadari bahwa
dirinya bukanlah dewa. Ia sangat sadar akan kelebihan dan potensi, dan juga terkait hal-hal
yang kurang dikuasainya. Oleh karena itu, mereka selalu siap untuk berbagi pikiran dan
wawasan, serta mengisi kekosongan-kekosongan dalam usahanya.
Sebagai contoh, beberapa orang mahasiswa yang membuka bisnis cuci motor,
sangat sadar akan keterbatasannya dengan cairan kimia sabun. Oleh karena itu, mereka
ikhlas bekerja sama dengan mahasiswa kimia/farmasi untuk menghasilkan formula sabun
yang tidak panas ditangan, wangi dan tahan lama bersihnya. Satu hal adalah bahwa, mereka
tidak pernah takut tersaingi. Sebaliknya, mereka sangat sadar bahwa sinergitas akan
menghasilkan jauh lebih banyak dari yang dapat dibayangkan. Sinergi bukanlah satu
ditambah satu sama dengan dua, namun satu ditambah satu bisa menjadi tiga, tujuh atau
bahkan sebelas.

4. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal.


Begitu seseorang berkecimpung dalam dunia wirausaha, maka seyogianya ia
harus siap berenang dalam kreativitas. Hal ini sangat bisa dimaklumi,mengingat beberapa
peluang bisnis, terutama yang pintu (entrance) untuk memulainya tidak sulit untuk dibuka
(tidak butuh keterampilan khusus, tidak butuh modal besar dll), akan sangat mudah
dipenuhi oleh para pemula (start-up). Sehingga yang tadinya bisnis baru tersebut berada di
lautan biru (blue ocean) dalam waktu singkat ia harus berdarah-darah di lautan mera (red
ocean) karena ratusan pesaingnya saling berebutan kue. Lalu bagaimana caranya bertahan
dalam lautan darah seperti itu? Satu hal, yaitu konsistensi untuk selalu berkreativitas.
Perusahaan waralaba ayam KFC, adalah contoh yang bisnis yang memiliki
konsistensi untuk selalu berkreativitas. Hampir setiap bulan mereka selalu mengeluarkan
paket-paket baru, seperti paket hemat plus CD musik, burger dengan harga terjangkau,
paket ulang tahun, paket porsi anak-anak plus mainan anak (biasanya tokoh film kartun
tertentu), interior ruangan yang selalu update dan dilengkapi taman bermain mini dll.
Belum ditambah jika memasuki bulan ramadhan, maka KFC dengan kreativitasnya yang
tinggi, akan meluncurkan paket sahur, paket berbuka, paket berdua dll. Dengan itu semua,
daya tahan sebuah bisnis terhadap persaingan menjadi semakin kuat. Ia tidak akan mudah
runtuh terhadap serbuan kompetitor yang semakin dasyat.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Mata seorang wirausaha, adalah seperti mata elang. Mereka selalu awas terhadap
peluang-peluang baru. Mereka –dengan kemampuan intuisinya yang selalu ditempa-
mampu membaca trend jaman. Salah satu contoh kepekaan ini adalah apa yang dilakukan
oleh Trans Corp dengan Proyek Trans Studionya. Mereka melihat kesempatan yang besar
pada bisnis hiburan di Bandung Ibukota Jawa Barat. Jumlah penduduk yang berjumlah
kurang lebih 40 juta ditambah penghuni Jabodetabek yang sekitar 20 juta, menjadi alasan
yang sangat kuat untuk mendirikan kawasan terpadu yang sarat hiburan kelas dunia untuk
keluarga. Inilah mata elang wirausaha. Mereka mampu melihat peluang dan berani
mengambil tindakan untuk menangkapnya.

6. Rasa urgenitas yang tinggi.


Para tokoh bisnis sering mengatakan pameo ini “inovasi atau mati”. Apa artinya?
Artinya adalah bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati, ini adalah sesuatu yang
urgen dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Mengapa? Karena kompetitor begitu banyak dan
pasar sangat haus terhadap inovasi baru. Mari kita lihat trend pasar telepon selular. Inovasi
yang terjadi disini dapat dikatakan hampir terjadi setiap hari. Jika kita membaca surat kabar,
maka sangat mudah ditemukan iklan yang mengabarkan teknologi terbaru dari sebuah
telepon selular. Inilah bentuk dari urgenitas yang sangat tinggi. Para pelaku alat
telekomunikasi canggih tersebut sangat paham, bahwa lengah satu langkah dapat berarti
ancaman kebangkurtan (ditinggalkan pelanggannya).

7. Perseverance.
Mereka menjaga dan memelihara idenya untuk kemudian diwujudkan. Beberapa
orang hanya berhenti pada level menemukan ide baru. Namun, para wirausahawan sejati,
mereka memelihara, mengembangkan dan berusaha mewujudkan ide tersebut. Nurfitira
Khoirunnisa adalah contoh yang baik untuk menjelaskan karakter ini. Ia memiliki ide untuk
membuat penghapus elektrik gara-gara badannya yang kurang tinggi, sehingga tidak dapat
menjangkau seluruh bagian papan tulis di sekolahnya. Berkaca dari situasi itu, ia dan
rekannya kemudian berusaha menciptakan penghapus elektrik. Inilah contoh preserverasi,
yaitu usaha untuk menemukan ide baru kemudian berusaha mematangkan dan
mewujudkannya.

8. Resilience (ketahanan).
Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-anak yang jika
dipukul selalu kembali ke posisi semula. Inilah kewirausahaan yang sesungguhnya. Tidak
ada satupun usaha yang tanpa penghalang dan tanpa hambatan. Namun, daya tahan ini akan
mengembalikan kita kembali ke posisi semula. Sudah terlalu banyak para pelaku usaha
mental dan jatuh diterjang angin. Namun tidak terlalu banyak yang kemudian dapat kembali
ke posisi semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap kita yang sadar bahwa
hidup adalah perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit
setelah jatuh dan bangun setelah terjerembab oleh kerasnya kehidupan.

9. Optimi.
Optimis, secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivita ke
aktivitas lain, tanpa kehilangan antusiasme. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa
tujuan akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri. Mungkin para
pembaca mengenal sosok Jerry Aurum, seorang fotographer ternama. Ia adalah contoh
seorang wirausaha yang sangat optimis dan yakin dengan kapabilitas yang dimilikinya.
Saat ini, berbagai institusi, dan perusahaan besar di Indonesia sudah menggunakan jasanya.
Optimisnya antara lain dibuktikan dengan kegigihannya dalam memulai usaha
fotographinya. Ia mengirimkan 500 eksemplar kalender ke berbagai perusahaan di
Indonesia yang berisi foto-foto hasil karyanya. Dengan rasa optimisnya, ia beranggapan
bahwa minimal pasti ada satu dua perusahaan yang akan menggunakan jasanya. Hal itu
kemudian terbukti, dan akhirnya berbagai tingkatan klien berlomba-lomba menggunakan
jasanya.

10. Rasa humor tentang diri sendiri.


Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah
salah bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah
sebuah rasa legowo untuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi yang optimal.
Sebaliknya sikap ini mendorong kita untuk selalu melihat hal-hal belum maksimal dan
punya potensi untuk dikembangkan. Rasa humor terhadap diri sendiri, juga akan mampu
memacu kreativitas dalam diri untuk selalu mencari sisi-sisi yang belum tereksplorasi.

Hampir senada dengan penjelasan dimuka, Rita dan Ian menjelaskan tentang Pola pikir
wirausaha (Entrepreneurial Mindset) sebagai berikut:
a. Mereka, secara bersemangat, selalu mencari peluang-peluang baru.
b. Mengeksplor berbagai kesempatan dengan pendekatan/disiplin yang tidak biasa
c. Mereka secara efektif hanya mengeksplor peluang terbaik dan menjauhi berlelah-lelah
dengan mengejar setiap kesempatan
d. Mereka fokus pada eksekusi, terutama eksekusi yang adaptif.
e. Mereka menyatukan energi setiap orang dalam domain mereka

III. MINDSET ENTREPENEUR


Entrepreneur tentunya memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar daripada pekerja
biasa. Kita harus menempa mental untuk menjadi orang yang lebih bertanggung jawab,
disiplin dan inovatif. Buang jauh-jauh mental pekerja bila kita ingin menjadi entrepreneur
yang sukses. Mental seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur?

1.Kita Bertanggung Jawab Untuk Segala Situasi dan Keputusan yang Diambil

Entrepreneur adalah sosok luar biasa yang punya kesempatan untuk menciptakan sesuatu
yang tadinya tak ada menjadi ada. Dulu saat jadi seorang pekerja, mungkn kita tinggal
menjalankan semua tugas tanpa harus pusing berpikir baik buruknya kontribusi tugas
tersebut untuk perusahaan. Mindset ini tentunya harus diubah, karena seorang entrepreneur
tak hanya bertanggung jawab untuk kesejahteraan dirinya sendiri, tapi juga harus
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan usahanya atau bahkan kesejahteraan tim usaha.

2. Visi Jangka Pendek dan Jangka Panjang Berjalan Seiringan

Seorang pekerja biasanya fokus kepada hal-hal yang bersifat jangka pendek saja. Namun
entrepreneur harus membangun visi jangka pendek dan visi jangka panjang kemudian
menjalankannya secara bersamaan. Jangan pernah bermalas-malasan untuk mewujudkan
setiap visi dan ide brilian yang sudah terlintas di benak kita selama ini.

3. Jadikan “Ketidaknyamanan” Sebagai Zona Nyaman

Entrepreneur selalu dituntut untuk berpikir “out of the box”. Segala ide-ide baru yang liar
serta keinginan untuk mewujudkannya harus dijalankan secara terencana agar bisa
mendatangkan keuntungan dan reputasi yang baik bagi bisnis yang sedang dibangun.
Keluarlah dari zona nyaman seorang pekerja, dan jadikan ketidaknyamanan sebagai bagian
dari proses pembelajaran.

4. Belajar adalah Perjalanan Tanpa Henti

Keterampilan spesifik biasanya dibutuhkan seorang pekerja untuk menyelesaikan seluruh


kewajibannya. Namun memilih menjadi seorang entrepreneur berarti memutuskan untuk
melakukan proses pembelajaran seumur hidup. Karena sebuah bisnis tak dapat meraih
tanpa proses pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan. Belajar dari banyak
hal akan membuat kita lebih aware terhadap perubahan situasi yang terjadi secara
signifikan.
5. Pribadi yang Objektif dan Mencintai Usaha yang Dibangun

Kadangkala seorang pekerja harus berupaya menyelesaikan semua pekerjaan yang tidak ia
sukai. Tapi saat seorang pekerja sudah bertransformasi sebagai entrepreneur, berarti
entrepreneur tersebut sudah memilih bidang yang akan ia cintai. Lakukan segala cara yang
objektif dan masuk akal untuk mulai memajukan bisnis yang dibangun dari nol.

6. Melanggar Aturan Bukanlah Hal Tabu Bagi Entrepreneur

Melanggar aturan kala bekerja dengan perusahaan lain bisa berujung pada pemecatan, tapi
tidak demikian halnya dengan seorang entrepreneur. Mendobrak aturan dan kebiasaan-
kebiasaan konvensional berarti mencari cara baru untuk memajukan bisnis secara positif.
Menjadi eksentrik untuk mencapai kesuksesan ternyata sah-sah saja, selama hal tersebut
halal dan tidak mengganggu hak serta kepentingan orang lain.

7. Dedikasikan Waktu yang Tak Terbatas

Eight to five, begitulah kira-kira jam kerja yang harus dipatuhi oleh pekerja. Menjadi
entrepreneur berarti mengorbankan kebahagiaan ketika melihat angka 5 di jam tangan.
Karena seorang entrepreneur membutuhkan waktu yang tak terbatas untuk membangun
kesuksesan suatu bisnis. Carilah berbagai inovasi dalam keadaan yang rileks dan santai
agar kita tak merasa terbebani dengan waktu yang sedang kita gunakan.

8. Mulai Dari Sekarang!

Banyak orang yang bingung kapan waktu yang tepat untuk keluar dari zona nyaman dan
mulai bertransformasi jadi entrepreneur. Kuncinya hanya satu, yakni memulainya dari
sekarang. Bila kita masih terikat pekerjaan dengan perusahaan, kita bisa merintis bisnis
dengan bantuan keluarga dan orang-orang terdekat.

Tak ada entrepreneur yang langsung sukses ketika merintis bisnis. Semangat untuk maju
dan dedikasi yang besar akan membawa sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Kita
tinggal meyakinkan diri sendiri untuk memilih dan menjalankan bisnis sesuai dengan minat
dan bakat yang kita miliki.

It’s not about ideas. It’s about making ideas happen

IV. TEORI KECERDASAN FINANSIAL


Kecerdasan finansial bukanlah bakat. Kecerdasan finansila bisa dipelajari,bisa diasah,
disempurnakan, dipertajam terus- menerus. Jika tidakdiasaah terus,iaakan cepat usang.
Apakah kecerdasan finansial semata-mata hanya berfokus pada uang? Tidak. Kecerdasan
finansial sesungguhnya berfokus pada manusia.

Fokus pada Tujuan yang Jelas


Sebelum menempa diri menjadi cerdas secara finansial, anda harus memiliki tujuan yang
jelas. Berikut ini daftar tujuan wajar yang anda bisa gunakan:
1. Ingin menikmati masa tua yang mudah, dan tidak membebani cucu-cucu.
2. Ingin bebas secara finansial. (bisa memenuhi kebutuhan hidup normal tmpa harus
bekerja secara fisik).
3. Menjadi kaya (memiliki banyak aset yang produktif).
4. Bisa menolong orang lain.
5. Ingin membahagiakan keluarga.
Semua itu adalah contoh-contoh tujuan yang jelas dan cukup spesifik. Yang perlu dicatat,
kecerdasan finansial adalah senjata yang akan sangat merusak jika berada ditangan orang
salah. Jadi anda tidak boleh memilikitujuan yang buruk. Tema finansial bukan semata-
mata dunia rasional, melainkan normatif. Kekayaan akan menjadi mulia kalau ditujukan
untuk sesuatu yang positif bagi umat manusia.

Persepsi Mengenai Uang


Perbaharuilah persepsi mengenai uang. Uang bukan segalanya. Kita bekerja bukan
semata-mata demimendapatkan uang. Kita bekerja untuk melayani sesama. Kitabekerja,
berfikir, bertindak, untuk kebaikan bersama. Uang adalah konsekuensi. Kalau kita bekerja
dengan baik, berdasarkan tujuan yang baik, maka hasilnya akan yang baik pula.
Uang bukan tujuan . uang adalh sarana mencapai tujuan. Yang trpenting adalah apakah
anda memiliki Rp 1 milyar saat ini, melainkan apa yang akan anda lakukan dengan uang
Rp 1 milyar saat ini (kalau uang itu sudah benar-benar ada ditanga anda).
90% orang merencanakanhal-hal konsumtif begitu mendapatkan Rp 1 milyar tunai.
Mereka berfikir tentang liburan mewah ke Eropa, naik kapal pesiar, mobil mewah, busana
rancangan desainer, pesta, dll.jarang yangpunya rencana untuk membagi dua uang
tersebut: separuh untuk beramal dan separuh untuk modal kerja.

Persepsi Mengenai Bekerja


Anda juga harus mengubah persepsi mengenai bekerja. Sekali lagi, bekerja jangan untuk
cari uang. Uang addalah konsekuensi. Bekerjaadalah menciptakan nilai tambah yang
bermamfaat bagi semua pihak. Bagi diri anda sendiri, bekerja adalahbelajar. Dimanapun
anda bekerja, pasti ada sistem dimana uang diciptakan. Nah, pelajarilah sistem itu. Jadi,
kelak anda bekerja tidak untuk mencari uang, tetapi menciptakan uang.

Antusiasme
Menjadi kaya dan bebas secara finansial merupakan perjalanan panjang yang tak kenal
henti. Ibarat seorang pelari merathon, anda memerlukan langkah-langkah konsisten dalam
jangka panjang. Tidak ada jalan pintas untuk menjadi kaya.
Disinilah antusiasme berperan penting. Anda harus memelihara antusiasme tersebut
dalam jangka panjang. Jangan pernah kehilangan gairah. Hanya dengan rasa ketertrikan
yang tinggi, rasa ingin tahu yang begitu besar, anda bisamenemukansuatu cara
mengakumulasikan aset yang efektif.

Kesenangan Belajar
Mengasah kecerdasan finansial membutuhkan kesenanga belajar terus-menerus. Jagalah
agar kesenangaitu tidak menguap. Selalu menggali hal-hal baru, cara baru, mencari
tentang fenomena baru, adalah hal-hal yang bisa mengasah terus kecerdasan anda.
Teruslahberfikir mengenai caraanda berfikir.
Dunia berubah perilaku manusia juga berubah. Kalau kita percaya bahwa kecerdasan
finansial adalah sesuatu yang menyangkut perilaku manusia, maka tidak ada ruang
sedikitpun untuk mengistirahatkan otak.
Kecerdasan finansial bukanlah berapa aset yang telah anda akumulasi. Melainkan
seberapa canggih carayang anda temukan, sistem yang anda bangun, dan pola
berfikiryang anda terapkan.

Pendidikan skolastik dan profesional tidak mengajari kita cerdas secara finansial. Kita
belajar kita belajar akunting disana. Namun kita disiapkan untuk jadi book- keeper bagi
aset-aset orang lain. Kita tidak belajar untuk mengembangbiakkan aset sendiri. Para guru
dan dosen mengajari kita bekerja untuk mencari uang, bukan menciptakan uang.
Disekolah kita belajar menjadi pegawai yang baik, taat, loyal, dan produktif. Dikampus,
kita dipersiapkan menjadi skrup-skrup dari mesin uang milik orang lain. Diberbagai
kursus terang-terangan kita dilatih bekerja untuk orang lain. Tak satupun yang mengajari
kita bebas secara finansial. Itulah kelemahan sistem pendidikan kita sekarang.
Tapi, hanya karena sekolah tidak menyediakan tempat bagi kecerdasan finansial didalam
kurikulum, apakah lantas kita tidak mempelajarinya?kita tetap harus mempelajarinya.
Mungkin secara langsung didunia nyata. Mungkin juga kita mempelajarinya secara
empirik, dengan pengalaman kongkrit. Atau, mungkin kita bisa memetik pelajaran dari
pengalaman orang lain, entah pengalaman gagal atau sukses.

Belajar dari Dunia Nyata


Banyak orang cerdas secara finansial seelah bertahun-tahun berkecimpung dialam nyata.
Mereka tahunikmatnya passive income, lantas terus mencoba meningkatkan aset
produktif untuk memperbesar pipa saluran kekayaan. Mungkin awalnya tidak sengaja,
tetapi setelah berhasil menemukan polanya, mereka menjadi ketagihan.
Memang, tidak semua pengalaman itu manis. Ada pulayang harus lebih dulu jatuh bangun
dan babak belur, sebelum akhirnya bisa membalik kegagaln menjadi kesuksesan.
Walaupun harus jatuh bangun terlbih dahulu, mereka masih lebih mendingan
dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya.
Para pemilik bisnis dari berbagai perusahaan yang arus kasnya positif, pemilikproperti
yang disewakan, pemilik mobil ataubarang-barang lain yang disewakan ;mungkin saja
merupakan orang-orangyang mempelajari kecerdasan finansial dari tindakan nyata
mereka sehari-hari. Mereka bertransaksi, menjual, membeli, dan melakukan dealing
setiap saat. Kadang-kadang rugi. itu biasa. Asalkansaja secarakeseluruhan arus kasnya
masih positif. Merekapun akhirnya mampu mengompensasi kerugian disatu transaksi
dengankeuntungan pada transaksi lain.
Mereka menggunakan trial and error, learning by doing untuk membangun kecerdasan
finansial mereka. Nilai plusnya, mereka benar-benar bisa merasakan dan menghayati
proses yang sedang dilakukan. Negatifnya, tentu saja, harusmenanggung learning cost
yang tidak kecil.

Belajar dari Menthor


Kelompokyang kedua ini secara konseptual sudah memahami prinsip-prinsip kecerdasan
finansial. Mereka hanya membutuhkan contoh nyata, yaitu seseorang yang mereka kenal,
yang bisa berinteraksi langsung. Belajar dari menthor memang bisa mengeleminasi
kemungkinan gagal.setidaknya, ada yang bisa diajak ngomong kalau mau bermanuver
kalau mau menjual atau membeli aset. Ada yang memberi petunjuk-petunjuk berdasarkan
pengalaman nyata.
Namun disisi lain, belajarlangsung dari menthor jugaada ruginya. Yang paling riskan
adalah besar kemungkinan murid yang meng-copy sang guru. Entah strateginya, way of
life, maupun nilai-nilai dalam berbisnis. Kalau yang ditiru merupakan sosokyang
sempurna luar dalam (cerdas sekaligus eis). Tapi bagaimana kalausang guru ternyata suka
berprilaku tidak etis dalam berbisnis, walaupun dia cerdas luar biasa?.
Hal lain yang harus diperhitungkan adalah besarnya kemungkinan untuk menjadi follower
seumur hidup. Sehingga tidak berani untuk menerapkan ide-ide orisinal sendiri, atau
kurang percaya diri untuk bersikap kreatif. Padahal, perubahan yang kian cepat menuntut
kita untuk selalu kreatif dan lebih kreatif lagi.

Belajar dari Ahlinya


Anda bisa belajar dari kursus-kursus singkat mengenai kecerdasan finansial. Anda bisa
mengikuti short course, training atau seminar mengenai bagaimana meraih kebebasan
finansial dalam waktu dingkat. Anda bisa berinteraksi langsung dengan sang pembicara,
yang mungkin saja pemotivasi terkenal atau pakar dibidang ilmu menjadi kaya.
Keuntungannya, anda bisa berdialog langsung dengan mereka. Anda bisa menyerap
ilmunya. Anda bisa tertular motivasinya yang meledak-ledak. Anda akan tergerak untuk
melakukan hal yang sama persis seperti yang disarankan oleh pembicara. Bukanlah
semanga adalah satu jenis “virus” yang menular?.
Ruginya sang pembicara tidak berfokus pada diri anda. Ada ratusan peserta seminar
lainnya. Sang ahli hanya mencoba merumuskan resep yang bersifat generik. Padahal,
penerapan berbagai strategi finansial harusmempertimbangkan karakter khusus masing-
masing orang. Jadi belum tentu apa yang dibicarakan sang pembicara secara berapi-api
itu bisa anda lakukan secara sempurna.
Kelemahan lainnya, tidak semua pakar benar-benar mampu menerapkan teori dalam
praktiknya. Banyakpakar atau pengamat bisnis yang tak becus mengelolaperusahaan
banyak pula penasihat financial yang hidupnya justru terbelit hutang. Jadi, berhati-hatilah.

Belajar dari Buku


Anda juga bias belajar dari buku.belakangan inibanyak buku beredar mengenai
kecerdasan financial parapenulis menyajikan berbagai resep, rumus, dan kiat praktis. Baik
dengan gaya bahasa simple praktis dan mudah dicerna, sampai kalimat-kalimat akademis
yang sulit dimengerti. Dari uraian dengan kosa kata sehari-hari yang gampang dikunyah,
sampai rumus-rumus dan angka yang rumit seperti bikin bom nuklir.
Seperti halnya ikut training atau seminar tentang pengelolaan kekayaan pribadi, belajar
dari buku juga banyak kelemahannya. Teori dan trik yang ada di buku, kadang-kadang
tidak realistis. Apalagi jika ditulis oleh penulis asing, yang memiliki pengalaman nyata
diluar negri. Sebabdunia bisnis dan perekonomian di indonesiamemiliki corak yang
berbedadengan amerika serikat. Policyekonominya berbeda, inflasi dan suku bunganya
beda, dan prilaku manyarakatnya ( konsumen ) jelas sangat berbeda.

Lakukan Sekarang
Cermati bagaimana uang diciptakan. Amati bagaimana asset berpindah tangan. Seraplah
ilmu mengenai kecerdasan financial. Entah melalui pengalaman nyata, pola menthoring,
menyerap ilmu sang guru, atau membaca buku, yang jelas ada banyak cara untuk
mengasah kecerdasan financial anda.
Daftar Pustaka
 Ais zakiyudin,.2012. Pengertian kreatif dan inovatif.[online]Dari: <http://ais-
zakiyudin.blogspot.com/2012/04/pengertiankreatif-daninovatif-kretifdan.html>[Di
akses 4 maret 2018]
 Mardhia,murein miksa.2011.Perubahan Mindset.[online] Dari :
http://www.entrepreneurmuda.com/index.php?option=com_content&view=article&id=16
9:berpikir-perubahan&catid=61:change-thingking&Itemid=88 [Di akses 3 maret 2018].
 Darwono.2010.Kecerdasan Finansial:Pilihan cerdas orang cerdas.[online]Dari :
http://theholisticleadership.blogspot.com/2010/11/kecerdasan-finansial.html [Di akses 4
maret 2018].

Anda mungkin juga menyukai