Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Mukti Puji S.P
Nim : 201803050
Hari :
Tanggal :
(...........................................)
NIM.
Mengetahui,
(............................................................) (...................................................)
Menyetujui
KEPALA RUANGAN
(...........................................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM (NIFAS)
1.Definisi
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya bayi dan
parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan (Saleha, 2009,)
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta
danberakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa
nifasberlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
2.Klasifikasi
a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan
berdiri dan berjalan
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh
dengan lama ± 6-8 minggu
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.
3. Perubahan fisiologi post partum
A. Tanda-tanda vitalSuhu
a) Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 0 C sebagai suatu akibat dari
dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.
b) Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 – 8 jam pertama setelah persalinan.
Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put dan stroke
volume. Nadi kembali seperti keadaan cardia output dan stroke volume. Nadi
kembali seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan. Nadi antara 50
sampai 70 x/m dianggap normal.
c) Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum hamil
d) Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Hipotensi yang
diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri dapat
berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan pada daerah
persarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan.
B. Adaptasi sistim cardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah
sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini disebut
hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan
resitensi didaerah panggul. Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil disebabkan
oleh instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak disertai demam.
C. Adaptasi kandung kemih
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat tekanan oedema
menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan tekanan
yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, biasanya ibu
mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari pertama post partum.
D. Adaptasi sistem endokrim
Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan mengikuti lahirnya
placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen progesteron dan proaktin. Ibu yang
tidak menyusui akan meningkat secara bertahap dimana produksi ASI mulai disekitar
hari ketiga post partum. Adanya pembesaran payudara terjadi karena peningkatan
sistem vaskulan dan linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal,
kencang dan nyeri bila disentuh.
E. Adaptasi sistem gastrointestinal
Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu pertama
post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas usus, kehilangan cairan
dan ketidaknyamanan parineal.
F. Adaptasi sistem muskuloskletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa
lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah yang disebut
distasi recti abdominalis, juga terjadi pemisahan, maka uteri dan kandung kemih mudah
dipalpasi melalui dinding bila ibu terlentang.
G. Adaptasi sistem integument
Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,
hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin belum menghilang
sempurna setelah melahirkan.
H. Adaptasi Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan
ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post
partum menurut masa involusi :
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
A. Perineum
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan daerah yang
tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan perawatan
khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan
mudah. Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi
secara seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa sakitnya.
B. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam post
partum, kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah terjadinya
trobosis dan tramboemboli. Pada hari kedu duduk-duduk, hari ketiga jalanjalan dan
pada hari keempat atau lima boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi
tergantung pada adanya komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka
C. Diet
Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan sayuran-sayuran dan buah-buahan.
D. Miksi
Hendaknya berkemih dapat dilakukan sendiri dngan secepatnya. Kadang-kadang wanita
sulit berkemih karena sphineter uretrae mengalami tekanan oleh kepala janin dan
spasme otot iritasi musculus sphicterani selama persalinan bila kandung kemih penuh
dan wanita sulit berkemih sebaiknya lakukan kateterisasi.
E. Defakasi
Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila masih sulit buang air besar
dan terjadi optipasi apabila faeces keras harus diberikan obat laksans atau perectal, jika
masih belum bisa dilakukan klisma.
F. Laktasi
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu tidak keras,
lemas dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Laktasia dapat diartikan
dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI). Keuntungan ASI yakni :
1) Bagi ibu
a) Mudah didapatkan
b) Praktis dan murah
c) Memberi kepuasan
2) Bagi bayi
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC.
Jakarta
4. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
a. pucat,
b. tacicardi,
c. bising sistolik anorganik,
d. bising karotis,
e. pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri,
demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb <
8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,
tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, tampak
pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak
membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
6. Patofisiologi
\
7. PATHWAY
8. Komplikasi
9. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-
37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity
meningkat.
1. Anemia defisiensi besi. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan
makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe,
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan, Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral
sehabis makan.
2) Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada waktu
persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 5 gr (anemia pasca
perdarahan).
3) Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein dan zat besi
seperti telur, ikan, dan sayuran.
Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah karena anemia dalam
kehamilan, akibat dari anemia tersebut maka jumlah oksigen yang dipasok ke uterus
berkurang akibatnya jumlah oksigen yang dipasok ke uterus berkurang yaitu
ketidakmampuan uterus untuk mengadakan kontraksi sebagaimanamestinya.
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama sat kehamilan ,
persalinan, dan nifas, prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti:
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak,
kekurangan hb dalam darah mengakibatkan kurangnyaoksigen yang di transfer ke sel
tubuh maupun otak,. Sehingga dapt memberikan efek yang buruk baik pada ibu
maupun bayi yang dilahirkan. (manuaba.2007)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Dalam kasus Anemia masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya adalah
pusing, keringat dingin, mbliyur
3. Riwayat kesehatan
Riwayat sekarang : Alasan klien dibawa di Rumah Sakit
Klien di bawa ke Rumah sakit karena akan melahirkan secara caesar
Riwayat kesehatan dahulu : (faktor pendukung terjadinya anemia perdarahan) dan
Riwayat Kesehatan Keluarga : (Faktor genetik) riwayat penyakit yang pernah
dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll),
Riwayat pembedahan:
(Seksio sesaria atau tidak), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat
pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari – hari.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
1). RR= 20 x/menit
2). Tidak ada suara nafas tambahan
3). Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. B2 (Blood)
1). Tekanan darah : 120/80 mmHg
2). Nadi : 86x/menit
3). Suhu : 36,6o C
4). Hb : 7,3 gr/Dl
5). Leukosit : 15.000
6). Akral dingin
7). CRT < 2 detik
c. B3 (Brain)
1). Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel)
1). Nyeri di daerah perut pasca SC
2). Penurunan nafsu makan
3). Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
f. B6 (Bone)
1). Turgor kulit baik
2). Pergerakan dalam batas normal
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian , diagnosis keperaatan yang muncul pada klien sbb
1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk mengirimkan oksigen / nutrisi ke sel
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kegagalan untuk mencerna
4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan 1 : Perubahan perkusi jaringan b/d komponen seluler yang
diperlukan untuk pngiriman oksigen atau nutrisi ke sel.
Kriteria evaluasi : Klien menunjukkan perkusi jaringan yang adekuat sebagai berikut
1) Tanda vital stabil
2) Membran mukosa warna merah muda
3) Pengisian kapiler baik
4) Urin output adekuat
5) Status mental normal
Intervensi keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. awasi tanda vital, kaj pengisian
kapiler, warna kulit, membran Memberikan informasi tentang derajad /
mukosa, dan dasar kuku keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan kebutuhan intervensi
Inrervensi keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan Manifestasi kardio pulmonal dari upaya
selama dan sesudah aktifitas, serta catat jantung dan paru untuk membawa jumlah
respon terhadap tingkat aktifitas oksigen ke jaringan
7. Berikan bantuan dalam aktifitas bila .membantu aktifitas pasien untuk melatih
perlu kebiasaannya bila perlu
Tujuan : agar kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dan tidak terdapat penurunan
berat badan pada klien.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.
2. Memakan makanan tinggi protein, kalori, dan vitamin.
3. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung
4. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi optimal.
5. Tidak mengalami tanda malnutrisi
6. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan
yang sesuai.
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
5. Observasi dan cata kejadian mual Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia
muntah, flatus dan gejala lain yang (hipoksia) pada organ.
berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang Meningkatkan nafsu makan dan
baik sebelum dan sesudah makan. pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan
bakteri, dan meminimalkan kemungkinan
infeksi.
Kolaborasi
Diagnosa keperawatan 4 : Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan sekunder yang tidak
adekuat
Tujuan : Pada klien ini bertujuan agar klien tidak mengalami penyebaran infeksi.
Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah infeksi sebagai berikut :
1. Meningkatnya penyembuhan luka
2. Bebas drainase purulen
3. Tidak ada eritema
4. Tidak demam
Intervensi keperwatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik Mencegah kontaminasi silang
oleh pemberi perawat dan klien
2. Pertahankan teknik dan aseptik ketat Menurunkan resiko infeksi
pada prosedur/perawatan luka
3. Pantau tanda vital dengan ketat Deteksi dini adanya tanda-tanda infeksi