Kasus Asma
Kasus Asma
SOAP:
S: Sering mengalami sesak napas terutama saat bangun tidur pada pagi hari (cuaca dingin) serta
beraktivitas berat, sering terbangun pada malam hari karena batuk, tidak mengonsumsi tembakau dan
alkohol, tinggal bersama suami pembuat lemari kayu dan bukan perokok.
O: tabel itu, umur 29 tahun pasien tampak sesak, nafas berbunyi mengi, tekanan darah 120/80,
pernapasan 26x/ menit, suhu 37°C, berat badan 68 kg. diagnosis: asma kronis tidak terkontrol, asma
persisten moderate.
A:
R/ Salbutamol tab 2 mg No X
Indikasi:
Salbutamol adalah golongan β2-Agonist, sebagai bronkodilator yang efektif. Albuterol adalah
SABA yang diindikasikan untuk episode intermittent dari bronkospasme dan pilihan pengobatan untuk
acute asthma severe dan EIB (Wells, DiPiro, Schwinghammer, and DiPiro, 2015). Albuterol adalah SABA
yang lebih dipilih dibanding agonis nonspesifik eperti isoproterenol (Alldredge et al, 2013).
Tepat Indikasi: Salbutamol tidak tepat indikasi, karena merupakan SABA. Tidak sesuai dengan algoritma
terap pada literature acuan.
Dosis:
Penggantian obat:
Indikasi
Beclometashone HFA merupakan inhaled corticosteroid yang digunakan sebagai pencegah gejala
jangka lama, seperti suppression, control, dan pembalikan inflamasi. Mekanisme sebagai anitinflamasi,
memblok late reaction allergen dan mengurangi hiperresponif saluran pernapasan. Menghambat
produksi sitokinm aktivitas adhesi protein, dan aktivasi serta migrasi sel pemicu inflamasi (Wells, DiPiro,
Schwinghammer, and DiPiro, 2015). Digunakan untuk profilaksis asma, terutama jika tidak sepenuhnya
teratasi oleh bronkodilator atau kromoglikat (BPOM).
Formoterol digunakan untuk gejala obstruksi bronkus pada asma bila pengobatan dengan
kortikosteroid tidak mencukupi (BPOM). Durasi dari formoterol lebih lama dibandingkan dengan
albuterol, dalam aspek bronkodilatasi, proteksi, dan aktivitas secara oral. Mekanisme sebagai
bronkodilator. Merelaksasi otot polos setelah mengaktifkan adenylate cyclase dan meningkatkan cAMP,
memproduksi efek antagonis terhadap bronkokonstriksi.
Keamanan
Tidak terjadi interaksi obat dan tidak ada kontra indikasi antara beclomethasone HFA dan formoterol
(Medscape, 2018).
KESIMPULAN
P:
1. Penggantian Salbutamol dengan dosis rendah beclomethasone HFA dan formoterol atau dosis
sedang beclomethasone HFA.
2. Terapi ICS (beclomethasone HFA) sebagai controller sehingga harus digunakan tiap hari. LABA
(formoterol) sebagai quick reliever.
3. Penggunaan obat sebaiknya β2-agonist terlebih dulu dan diikuti antiinflamasi (secara teoritis
quick relief meningkatkan penetrasi dari antiinflamasi) (Alldredge et al, 2013).
4. Edukasi penggunaan inhaler yang benar dan tepat untuk meningkatkan efektivitas penggunaan
obat
5. Melakukan pengukuran ACT score sebagai derajat kontrol asma ketika pasien datang kembali
untuk kontrol
SIMULASI
A : baik pak, tunggu sebentar. Kalau boleh tau, saya sedang berbicara dengan siapa ya? Dan keluhan
ibu yang disampaikan ke dokter apa?
P : saya NN umur 29 tahun. Rasanya sesak napas, kadang napas berbunyi seperti mengi.
A : bu, sebelumnya udah diperiksa apa saja sama dokter? Dan kalua boleh tau berat badan ibu
berapa?
P : Tekanan darah saya normal 120/80, pernapasan 26x/menit, suhu 37°C. Kata dokter saya terkena
asma kronis tidak terkontrol, asma persisten moderate.
A : baik bu, jadi ibu mendapatkan resep obat salbutamol. Namun salbutamol jika diberikan pada
asma yang sedang dialami kurang tepat. Saya akan konfirmasi dengan dokter ibu terlebih dahulu.
A : selamat malam dok, saya Peter dari Apotek Maju Terus. Apakah ini dokter D? Mau bertanya
tentang resep yang dokter kasih kepada pasien bernama NN dengan diagnosa asma kronis tidak
terkontrol, asma persisten moderate
A : resep yang diberikan dokter menurut literatur acuan saya kurang tepat. Dimana asma kronis
tidak terkontrol, asma persisten moderate masuk step 3 atau 4. Sehingga terapi farmakologi yang
saya anjurkan untuk step 3 adalah dosis rendah ICS + LABA atau dosis sedang ICS.
R/ Beclometashone dipropionat
(dosis lazim?)
R/ Formoterol
(dosis lazim?)
A : bu, sudah saya konfirmasi dengan dokter. Jadi obatnya diganti jadi beclametashone HFA yang
digunakan dan formoterol yang digunakan. Obatnya berupa inhalasi semua, apakah ib usdah tau
cara penggunaan obat inhalasi?
P : wah belum tau mas, selama ini saya hanya dikasih obat minum.
KASUS II
S:
Sesak napas sejak 5 jam SMRS, sesak napas berbunyi (mengi), sesak memberat ketika malam hari
bila udara dingin. Sesak diperingan dengan minum obat dari dokter atau bila diuap. Sesak bersifat
kambuh-kambuhan sejak kecil, terutama jika batuk pilek, kedinginan, musim hujan, atau menhirup debu
dan bau yang menyengat langsung sesak. Sudah 3 hari mengalami batu pilek dan belum berobat. Batuknya
berdahak, aktivitas sehari-hari dijaga tidak kecapekan karena sesak sering kambuh bila terlalu Lelah
beraktifitas, setiap hari memakai satu bantal.
O:
TD 130/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
RR : 28x/menit
Suhu 37,8oC
Sputum purulent
A:
Indikasi
1. Oksigen pada asma eksaserbasi diberikan pada pusat kesehatan atau rumah sakit jika pasien
mengalami hopoksemia (GINA)
2. Eritromisin adalah antibiotik golongan makrolida yang menghambat sintesis protein dengan cara
berikatan pada ribosom 50s RNA. Eritromisin juga menghambat pembentukan subunit ribosom
50s. Indikasi penggunaan eritromisin pada community-acquired pneumonia karena spektrum
mencakupi pneumococcus, M. pneumoniae dan L. pneumophila (Katzung, Masters, and Trevor,
2012).
3. Ventolin Nebul berisikan salbutamol (albuterol). Salbutamol adalah golongan β2-Agonist, sebagai
bronkodilator yang efektif. Albuterol adalah SABA yang diindikasikan untuk episode intermittent
dari bronkospasme dan pilihan pengobatan untuk acute asthma severe dan EIB (Wells, DiPiro,
Schwinghammer, and DiPiro, 2015). Albuterol adalah SABA yang lebih dipilih dibanding agonis
nonspesifik eperti isoproterenol (Alldredge et al, 2013).
Tepat Indikasi :
Oksigen dapat digunakan jika pasien mengalami hipoksemia dan berada di rumah sakit. Penggunaan
eritromisin sebagi terapi infeksi yang ditandai dengan tingginya nilai WBC yaitu 13,6×103/µg.
Salbutamol
3. Jika baru pertama kali menggunakan inhaler selama seminggu atau lebih, maka untuk penggunaan
pertama sebelum digunakan, semprotkan inhaler ke udara untuk mengecek apakah inhaler berfungsi
dengan baik.
4. Tarik nafas dalam-dalam dan buang perlahan. Lalu letakkan bagian mulut inhaler pada mulut (diantara
gigi atas dan bawah), kemudian tutup mulut dengan merapatkan bibir (jangan digigit).
5. Mulai dengan bernapas perlahan dan dalam melalui mulut inhaler, sambil bernapas secara
berbarengan tekan bagian tombol inhaler untuk melepaskan obatnya. Satu kali tekan merupakan satu
kali semprotan obat.
6. Lanjutkan untuk bernapas dalam untuk memastikan obat dapat mencapai paru-paru.
7. Tahan napas selama kurang lebih 10 detik (atau selama kondisi senyaman yang terasa) lalu buang
napas perlahan.
8. Jika membutuhkan semprotan berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok kembali inhaler, ulangi
langkah 4 sampai 7.
9. Tutup kembali mulut inhaler dan simpan inhaler di tempat yang kering.
10. Setelah selesai, berkumur-kumur, dan catat dosis yang sudah terpakai