Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif). Penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medic. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis
antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan (Nursalam, 2007).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat (Arwani, 2005).
Keperawatan sebagai pelayanan yang professional bersifat humanistic,
menggunakan pendekatan holistic, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berorientasi kepada kebutuham objektif klien, mengacu pada
standard professional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat
yang selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etika) (Nursalam, 2007).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan
perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan koordinasi dan supervise terhadap staf, sarana, dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Suchri, 2007).
Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan professional
dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen
antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan

1
teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan
yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan
tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan
memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi (Sugiyanto, 2002).
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar
profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik (Arwani,
2002).
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanan keperawatan, asuhan
keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan asuhan
keperawatan yang professional. Model pemberian asuhan keperawatan merupakan
salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan professional yang
menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pemberian asuhan keperawatan dan
akuntabilitas (Nursalam, 2007).
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar dalam
pengelolaan asuhan keperawatan profesionalnya menerapkan model pemberian
asuhan keperawatan dengan metode TIM, melalui kerja kelompok yang
terkoordinasi dan kooperatif dapat terwujud pemberian asuhan keperawatan yang
menyeluruh lengkap terhadap pasien.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan keterampilan
manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi kepemimpinan
dan manajemen keperawatan juga melakukan praktik langsung di lapangan.
Mahasiswa Program Profesi Ners, Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumatera Barat melalukan praktik Siklus
Manajemen di Ruang Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
dengan arahan pembimbing klinik dan pembimbing akademik.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan di
Ruang Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM , mahasiswa
mampu melakukan pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat
dasar secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang
professional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan
selama 3 minggu di Ruang Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah,
SM mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data yang meliputi profil umum ruang
keperawatan, unsure input, unsure proses, dan unsure output.
b. Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsure pada unsure input,
unsure proses, dan unsure output.
c. Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan masalah
tersebut dan menyusun rencana kegiatan.
d. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang sudah
disusun.
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai sumber informasi dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan
manajemen keperawatan secara langsung.
a. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam pemberian
konsep asuhan manajemen keperawatan secara teori dan praktik.
b. Bagi RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Rawat Inap
Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM untuk meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan yang mengacu kepada model praktik
keperawatan professional (MPKP).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorgnisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Grant & Massey, 1999).
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan
mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbangkan
masa depan dan menyusun rencana aktifitas ( Fayol dalam bukunya Russel,2000).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan , dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies,
1985).

B. Komponen Manajemen Keperawatan

4
Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan, yaitu :
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan, sistem klasifikasi
pasien dan metode proses asuhan keperawatan.
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri dari :
a. Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dengan cara membagihabis tugas pada perawat yang berdinas.
1) Kelebihan metode fungsional
a) Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
b) Perawat senior bertanggung jawab pada tugas
manajerialsedangkan perawat junior bertanggung jawab pada
perawatan pasien.

2) Kelemahan metode fungsional


a) Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat mererapkan proses keperawatan.
b) Perawat hanya melakuan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
b. Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada
sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawatan terdiri dari tenaga
profesional , teknikal dan pembantu.
1) Konsep metode tim
a) Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
c) Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
2) Kelebihan metode tim
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses perawat
c) Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik
mudah diatasi.
d) Memberikan kepuasan pada anggota tim.
c. Metode keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuhan keperawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik

5
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
1) Konsep dasar metode primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Ada otonomi
c) Ketertiban pasien dan keluarga
2) Ketenagaan metode primer
a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b) Bahan kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesionalsebagai perawat asisten.
3) Kelebihan metode keperawatan primer
a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri
4) Kelemahan metode keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
2. Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984), adalah:
a. Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam / 24 jam dengan
kriteria:
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b. Intermediet care
Memerlukan watu 3-4 jam/ 24 jam dengan kriteria:
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dan sekali

6
4) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
c. Perawatan intensif
Perawat total care memerlukan waktu 5-6/ 24 jam dengan kriteria:
1) Segalanya diberikan atau dibantu
2) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vitaltiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT , menggunakan terapi intra vena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah atau disorientasi
3. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keprawatan adalah metode asuhan keperawatan
yang ilmiah , sistematis, dinamis, dan terus- menerus serta berkesinambungan
dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/ klien, dimulai dari
pengkajian (pengumpulan data , analisa data dan penentuan masalah),
diagnosa keprawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan.
Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses
keperawatan, yaitu:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpukan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga maslah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu,
pengumpulan data, analisis data dan penentun masalah kesehatan serta
keperawatan.
1) Pengumpulan data
Tujuannya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga ada pasa pasien sehingga
dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data
tersebut harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain,
data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui satu pengukuran,
pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah,
serta warna kulit. Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari
keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga psien/saksi pasien

7
lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual. Adapun focus dalam
pengumpulan data meliputi :
a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b) Pola koping sebelumnya dan sekarang
c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
e) Resiko untuk masalah potensial
f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
3) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan,dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi
dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga
yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prirotitas
masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan sekarang.
Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi. Sedangkan segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau
kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

b. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :

8
1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditentukan.
2) Resiko : menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi
3) Emungkinan : mnjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan
4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejarhtera tertentu keingkat
sejahtera yang lebih tinggi
5) Syndrome : diagnosa terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan
actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul atau timbul karena
suatu kejadian atau situasi tertentu
c. Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien eralih
dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di uraikan dalam
hasil yang diharapkan (Gordon 1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
merawat klien. Rencana keperawatan terorganisasi sehingga tiap perawat
dapat dengn cepat mengidentifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.
Renana keperawatan yang dirumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas ashuna keperawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.
Sebagai hasil semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yan berkualotas tinggi dan konsisten. Rencana ashuna keperawatan
tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencangkup kebutuhan
klien jangka panjang (foter, 1997)
d. Tindakan keperawatan
Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh kerena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut:

9
1) Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperwatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang di idntifikasi pada tahap
perencanaan.
2) Tahap 2 : intervensi yaitu focus tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencaan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan
interdependen.
3) Tahap 3: dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencataan yang tepat dan akurat terhadap suatu kejadian
dalam proses keperawatan.
e. Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi menurut criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana
proses tersebut sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasiendalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan pasien dengan tujan yang telah di
rumuskan. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria atau rencana yang
telah disusun.
2) Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah dirumuskan dalam rencana evaluasi. Terdapat tiga kemungkinan
hasil evalasi yaitu:
a) Tujuan tercapai apabila pasien telah emnunjukan perbaikan atau
kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan
b) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
mengatasinya.
c) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan atau kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data analisis diagnosa tindakan dan
faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.
f. Dokumentasi keperawatan

10
Dokumentasi adalah segala sesuai tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai cacatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
(foter,2005).
Banyak para ahli menyusun system dokumentasi keperawatan. Sistem
dokumentas ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun pada
dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa system pendokumentasian
yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi pada sumber (Source
Oriented Record ISOR). System ini member kemudahan dalam
menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh karena biasanya
masing-masing format telah dibuat secara spesifik. Namun demikian
system ini memiliki kelemahan antara lain informasi menjadi sulit
dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada pada format
yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut :
1) Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien seperti, nama, alamat,
tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta, diagnosis pada saat
masuk rumah sakit.
2) Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang
dilengkapi dengan tanggal dan tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
3) Lembar riwayat medic
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi
kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
4) Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosa, intervensi, dan
evaluasi.
5) Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan laboratorium,
laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital, masukan dan
haluaran cairan serta pengobatan.

Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling


ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar komunikasi.

a. Keterampilan komunikasi secara tertulis

11
Adalah keterampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah
dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut
untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
b. Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencari proses keperawatan.
pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang tepat untuk
pengambilan, keputusan yang sistematis, ptoblem solving,dan riset
lebih lanjut. format proses keperawatan merupakan kerangka atau
dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir
dan tindakan keperawatan. dokumentasi adalah bagian integral proses,
bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem solving.
c. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, keterampilan untuk dapat memenuhi
standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu penyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan
secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Keterampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5
komponen yaitu:
1) Novice (Orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
2) Advanced Beginer (pemula Lanjut)
Pola pikir yang maju, ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi
terhadap keprofesian mudah untuk menunjang keterampilan dan
kemampuan pendokumentasian.
3) Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas
memberikan arahan keperawatan.
4) Proficient (Cakap)
Kemampuan tampa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.

12
5) Expert (Ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan
angat diperlukan oleh seorang perawat.

C. Proses Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu peroses yang dilaksanakan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajemen keperawatan
terdiri atats beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling berintraksi. Pada
umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu, input, proses, output,
kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proces pada umumnya nerupakan kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengaruh dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Output dan keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas
pemberian askep dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian tentang untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen
keperawatan dapat dilakukan kegiamelalui penyusunan anggaran yang
proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai
dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan
untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen
sebagaimana juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data,
identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan
penilaian hasil. (Gillies, 1985).

13
Grafik 2.1. Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT PROSES HASIL/OUTPUT2

Perawatan
Data

Personalia

Peralatan Pengumpulan Perencanaan Pengaturan Pengelolaan Kepemimpi Pengawasan Pengembangan


data nan riset
Persediaan

Informasi Tujuan Bentuk Klasifikasi Kekuasaan : Kendali


tentang : sistem: organisasi : Pasien : - Pemecahan mutu :
- Pasien - Standar - Uraian - Penentuan masalah - Audit
- Pegawai - Kebijakan jabatan/pe kebutuhan - Pengambila - Penampila
- Sumber- - Budget kerjaan pegawai n keputusan n kerja
sumber - Evaluasi - Penjadwal - Mengatasi - Disiplin
pekerjaan an konflik - Hubungan
- Kerja TIM penugasan - Komunikasi kerja
dan sistem - Komputer
- Pengurang
analisis sistem
an absen
- Pengurang
an pindah
- Pengemba
ngan
pegawai

14
D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang
memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif.
Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan,
pengogarnisasiaan, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau
mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada
dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakan tujuan,
mengalokasikan semua anggota belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi
yangbdapat mengoptimalkan efektifitas staff serta enegakan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misikebijaksanaan dan
prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan. (Nursalam, 2002)
2. Organisasi
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informasi yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi.
Struktur formal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal
tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus
mengerti dan memakai keduanya secara efektif. Struktur formal
organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola
hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari
bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
Struktur informasi organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi
yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas
kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan
lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya.

15
Mengingst dtruktur formsl dan informasi organisasi saling melengkapi,
manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informasi untuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur
formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya seorang kepala ruangmaka tugas dan tanggung jawabnya, jadi
antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan
keterampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila
metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanana asuhan
keprawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak optimal.
Jenis Model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
ke II. Pada saat itu kerena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2
jenis intervensi ( merawat luka kepada semua pasien dibangsal ).

Grafik 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik Visite

16
Pasien

2) Metode Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.
Grafik 2.4 Skema Model Tim

Kepala

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.
Grafik 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Kepala

Kepala

Kepala
4) Manajemen Kasus

Kepala 17 Kepala Kepala


Setap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umunya dilakukan
untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan
intensive care.
5) Model Tim Primer
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua system. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada
beberapa alasan yaitu :
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
kontinuitas asuhan keperawatan dan accountabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan penelitian
metode pemberian asuhan keperawatan (Maquis & Houston, 1998)
yaitu :
(1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
(2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
(3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
(4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
(5) Kepuasan kinerja perawat
(6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi konstribusi
pada tingkat komitmen seeorang. Hal ini termasuk factor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia

18
dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim,2000). Dari
pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu: kebutuhan, dorongan
dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yang kurang baik
fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhri dari satu siklus
motivasi. (Luthan, 2000).
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan mereka. Di dalam kebanyakan
system klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan
mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian
perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
Tujuan setiap system klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan
menghargai masing-masing nilai angkanya yang mengukur volume usaha
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk mengembangkan system klasifikasi pasien yang akan dijalankan.
Manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian pasien.
Karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur
perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-
masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur
tersebut. Memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran
kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan system
klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan
beban kerja keperawatan, masing-masing system membolehkan usaha
klasifikasi waktu.
b. Ketenagaan Keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan diruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
pengguna jasaa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang
dirawat, ratio perawat dan metode penugasan

19
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu
sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
∑jam kep yang dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X ∑hr/tahun
∑hr/tahun hr libur perawat X ∑jam kerja/hari

∑jam kep yg dibutuhkan klien / tahun


∑jam kerja / tahun

Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a) Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ x 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ x 4 jam = 3 jam
- Total care = 1-1 ½ x 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata- rata perawatan langsung = 4-5 jam
b) Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c) Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55% : 45%
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47% : 36% ;17%
2) Rumus Douglas

∑ perawat = ∑ klien x derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien

∑ Minimal care Partial care Total care


Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
Kllien
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
a) Tingkat ketergantungan klien
b) Rata-rata klien/hari
c) Jam perawatan yang diperlukan /hari/klien

20
d) Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/ hari
e) Jam kerja efektif setiap perawat

Cara menghitung :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia

=A

 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/ cuti/hari besar dan


tugas-tugas non keperawatan
∑ hr minggu/th + cuti + hr besar x hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= jumah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil Workshop Depkes di Ciloto ditetapkan
bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ ijin : 7- 12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian
adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk
melakukan misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan
pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah
unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil
yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi
yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan
keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada,
maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk
menyusun:
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing- masing jadwal masuk/libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur.

21
4) Waktu masuk libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja
per-hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja.
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masing
pekerja
8) Frekuensi yang diperlukan dari dipergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran
tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua
hari libur per minggu
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
16) Jumlah hari ibur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja
17) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai dijadwalkan
libur kerja
18) Panjangnya pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal tugas liburan masuk atau libur
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur
tertentu
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-
masing pekerja
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun
baru
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antara personil sehubungan dengan
permintaan waktu libuaran dan hari libur
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal
waktu
e. Pengembangan staf

22
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan
kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan
untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselengarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi
manajemen maupun penyelengaraannya atau proses dari kegiatan
yang dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelengaraan tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus
dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir
sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa
kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai tekhnik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh
atasan pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai
kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan
dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan
kegiatan instansi lainnya.
4. Controlling
a. Definisi

23
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan berkeseimbangan,
sistematis, objektif dam terpadu dalam menetapkan penyebab masalah
mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan
dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tidak
lanjut untuk lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996).
Fungsi pengawasan (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari
proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan (target, prosedur
kerja,dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan
diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah,
dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar efisiensi pengunaan sumber daya dapat lebih
berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.

b. Peran leadershift dalam controlling


1) Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
2) Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap
staf
3) Mendorong / memotivasi standart tinggi untuk kualitas yang maksimal
dengan menyediakan standart keamanan minimum.
4) Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
5) Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan
mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
6) Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan
yang mempunyai kesatuan profesi dan konsumen
7) Menghargai antara standart klinis dengan standart menggunakan
sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan
sesuai yang diharapkan
8) Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung
jawab dan tangung gugat terhadap tindakan keperawatan

24
9) Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hasil
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang
jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat
untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controlling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

25
BAB III
ANALISIS SITUASIONAL

A. Analisa Situasi Ruangan


1. Man
a. Pasien
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM adalah ruang rawat
inap untuk pasien anak-anak dengan usia 1 bulan s/d 18 tahun dengan
kapasitas 18 tempat tidur.
1) Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Rawat Inap Anak RSUD. Prof.
Dr. MA. Hanafiah, SM

Tabel 3.1 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruangan Anak


RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Periode Tahun 2018
No. Uraian Bulan Total
Juni Juli Agustus
1 Total dirawat 99 100 71 270
2 Hari rawat 368 427 355 1150
3 Lama rawat 9 10 9 28
sumber : Data sekunder

2) Efisiensi pelayanan di Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.


Hanafiah, SM
a) BOR (Bed Occupancy Rate)

26
Grafik 3.1 BOR Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah,
SM Periode Tahun 2018

sumber : Data sekunder

Berdasarkan grafik 3.1 diatas dapat disampaikan bahwa rata-rata presentase


pemakaian tempat tidur (BOR) Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM (65%) berada di bawah standar nasional (75-85%).

b) LOS (Lenght Of Stay)

Grafik 3.2 LOS Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
Periode Tahun 2018

s
umber : Data sekunder

Berdasarkan grafik 3.2 diatas dapat disampaikan bahwa rata-rata lamanya


perawatan seorang pasien (LOS) Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM (6) sesuai dengan standar nasional (6-9).

c) TOI (Turn Over Interval)


(jumlah kapasitas tempat tidur-jumlah pasien keluar) * jumlah hari
rawatan

27
Grafik 3.3 TOI Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah,
SM Periode Tahun 2018

sumber : Data sekunder


Berdasarkan grafik 3.3 di atas dapat di sampaikan bahwa rata-rata
tempat tidur tidak ditempati (TOI) Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr.
MA. Hanafiah, SM (2) telah sesuai dengan standar nasional (1-3 hari).
d) BTO (Bed Turn Over)

Grafik 3.4 BTO Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
Periode Tahun 2018

Sumber : Data sekunder


Berdasarkan grafik 3.4 di atas dapat disampaikan rata-rata frekuensi
pemakaian tempat tidur (BTO) Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM telah sesuai dengan standar nasional (4-5 kali).
b. Ketenagaan
Dalam pengambilan data dari kuesioner terdapat 14 perawat yang ada di
Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM .
1) Karakteristik ketenagaan berdaarkan spesifikasi pekerjaan
Grafik 3.5 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi
Pekerjaan di Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM Tahun 2018

28
Sumber : Data sekunder

Berdasarkan Grafik diatas, sebagian besar (87%) tenaga kerja di Rawat Inap
Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM lebih banyak perawat.

2) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan

Grafik 3.6 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di


Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
Tahun 2018

Sumber : Data sekunder

Berdasarkan Grafik diatas, sebanyak 10 orang (71%) tenaga kerja di Rawat


Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM adalah berpendidikan D3
dan 4 Orang (29%) berpendidikan Profesi atau S1.

3) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja

Grafik 3.7 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja di


Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Tahun
2018

29
Sumber : Data sekunder

Berdasarkan Grafik diatas, sebagian besar (64%) tenaga kerja di Rawat Inap
Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM sudah lama bekerja  5 Tahun).

4) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat yang diperoleh

Grafik 3.8 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Diktlat Yang


Diperolah di Ruang Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM Tahun 2018

Sumber : Data sekunder

Berdasarkan Grafik diatas, sebagian besar (100%) tenaga kerja di Rawat Inap
Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM pernah mengikuti pelatihan BHD, 79
% perawat mendapatkan pelatihan BTCLS, 7 % Assesor dan Preseptorship , dan
14% pelatihan PPGD.
5) Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Rawat Inap Anak RSUD. Prof.
Dr. MA. Hanafiah, SM
Analisa kebutuhan tenaga perawat di Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr.
MA. Hanafiah, SM berdasarkan Rumus Gillies adalah sebagai berikut :
 Rumus Gillies

30
=

 Waktu perawatan langsung

No Kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam


pasien/hari perawatan/hari perawatan/hari
1 Minimal Care 0 2 0
2 Partial Care 7 3 21
3 Total Care 5 4 20
Jumlah 12 3 41

 Waktu perawatan tak langsung : 1 X 12 = 12 jam


 Pendidikan Kesehatan : 12 X 0,25 jam = 3 jam
 Jumlah total jam keperawatan/klien / hari
41+12+3 = 56 = 4.7
12 12
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4.7x12x365 = 20586 = 10 orang
(365-73)x7 2044
Untuk cadangan / faktor koreksi
10X 20 % = 2 = 2 orang
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan
10+2= 12 orang orang/hari
Ratio tenaga professional : vokasional
55 % : 45 %
7 : 5

c. Struktur Organisasi Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM

31
Grafik 3. Struktur Organisasi Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA.
Hanafiah, SM

KEPALA RUANGAN ANAK


SATMAWATI, AMd. Kep

WAKIL KEPALA RUANGAN ANAK


Ns. TARTILA AZWAR, S.Kep
KATIM A KATIM B KATIM C

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA

1. 1. 1.

2. 2. 2.

3. 3. 3.

B. Material
1. Denah Ruangan Anak
EXIT

32
5 11 5

5 1 1 5

3 2

8 12
5

4 7

5 10

12
6 6

5 5

9 10
13
5

Keterangan Denah Ruangan Anak


1. Ruang Kelas 1
2. Ruang Dokter

33
3. Ruang Ganti perawat
4. Ruang kelas 3
5. Kamar Mandi/ Toilet
6. Ruang kelas 2
7. HCU
8. Nurse Station
9. Ruang Isolasi
10. Ruang bermain
11. Pintu Keluar
12. Koridor Ruangan Anak
13. Ruang Linen Kotor
Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Rawat Inap Anak
RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM dapat disampaikan bahwa :
1) Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup sinar
matahari.
2) Ventilasi : tidak pakai ventilasi, ruangan divasilitasi dengan AC.
3) Lantai : lantai keramik, bersih dan kering.
4) Atap : Rapat, tidak bocor.
5) Dinding : kuat, tidak retak, bersih.
6) Pembuangan air limbah : lancer
7) Tempat sampah medis dan non medis terpisah.

2. Kapasitas Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM


Rawat Inap Anak RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM memiliki kapasitas
14 tempat tidur dengan klasifikasi :
a. 2 tempat tidur ruang kls 1
b. 4 Kelas 2
c. 8 tempat tidur ruang kls 3
d. 3 HCU
e. 1 Isolasi

3. Fasilitas untuk petugas


a. Ruang nurse station
b. Ruang ganti perawat
c. Kamar mandi dan WC
d. Ruang dokter

Sumber : Data sekunder

4. Fasilitas alat medis

No. Nama Alat Jumlah Standard

34
1. Stetoskop 4 2
2. Tensi meter 2 2
3. Termometer 2
4. Pen light / senter 3 1
5. Ambu bag 2 1
6. Reflek hammer 3
7. Meteran 1
8. Gunting verban 1
9. Bengkok 1
10. Set oral hygiene -
11. Set tv 1
12. Semprit gliserin 1 2
13. Tromol besar - 2
14. Tromol sedang - 1
15. Tromol kecil 1 4
16. Bak instrumen besar 2
17. Kom dan tutup
18. Buli-buli panas
19. T. infus mobile 18
20. Timbangan 2
21. Siringe pump/infus pump 2/2 1
22. EKG 1 1
23. Oksigen kecil 1
24. Nebulizer 1 1
25. Dessing trolly
26. Kom besar mandi -
27. Trolly mandi 12
28. M. Dekubitus 1 6
29. Cath Jell
Sumber : Data sekunder

35
36

Anda mungkin juga menyukai