Anda di halaman 1dari 34

DAR 2/Profesional/184/001/2018

PENDALAMAN MATERI FISIKA

MODUL 1 KB 1: BESARAN, SATUAN, DAN PENGUKURAN

Penulis: Elisabeth Dian Atmajati, S.Pd., M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2018
-3-
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN .......................................................................................1

CAPAIAN PEMBELAJARAN ...................................................................1

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ...........................................................1

URAIAN MATERI ......................................................................................2

1. Hakikat Fisika .......................................................................................2

2. Besaran dan Satuan ...............................................................................3

a. Besaran Pokok ............................................................................4

b. Sistem Internasional ....................................................................4

c. Besaran Turunan .........................................................................6

3. Pengukuran ............................................................................................7

a. Alat Ukur ....................................................................................7

b. Ketidakpastian ..........................................................................16

c. Menyajikan hasil pengukuran ...................................................19

TUGAS ......................................................................................................23

TES FORMATIF .......................................................................................23

RANGKUMAN .........................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................28

- iv -
-v-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

PENDAHULUAN

Modul Besaran, Satuan, dan Pengukuran ini dirancang untuk membantu


teman-teman memahami hakikat Fisika, besaran-besaran Fisika dan satuannya serta
cara melakukan pengukuran dengan alat-alat ukur beserta cara menyajikan hasil
pengukuran. Hal-hal ini penting dipelajari dan dipahami karena pada pembahasan-
pembahasan selanjutnya tidak pernah terlepas dari besaran-besaran Fisika dan
satuannya dan bahwa besaran-besaran ini tentunya perlu diukur untuk mengetahui
nilainya.
Untuk membantu semakin memahami topik yang dibahas maka dalam
modul ini teman-teman perlu:
1. Membaca uraian materi dengan seksama dan memahaminya.
2. Mengerjakan tugas secara mandiri.
3. Mengerjakan soal tes formatif untuk mengukur pemahaman.
4. Mencocokkan hasil pengerjaan tes formatif dan bila masih ada hal yang salah
dan belum dipahami maka perlu membaca ulang uraian materi agar semakin
paham.
5. Membaca referensi lain yang disarankan.
Selamat belajar teman-teman, semoga capaian pembelajaran dan sub
capaian pembelajaran dapat terpenuhi setelah menyelesaikan pembelajaran dalam
satu modul ini.

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Menguasai konsep teoritis Fisika klasik.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan dapat:


1. Menjelaskan konsep besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya.
2. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, waktu, suhu, dan besaran-
besaran listrik.
3. Menyajikan hasil pengukuran dengan ketelitian dan kaidah angka penting.

-1-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

URAIAN MATERI

Fisika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pengukuran merupakan


dasar dalam Fisika. Saat sedang mengendarai motor misalnya, ada dua pengukuran
yang dilakukan yaitu pengukuran panjang lintasan yang dilalui dan pengukuran
kecepatan, kemudian saat pergi ke warung dan membeli beras maka pasti akan
dilakukan pengukuran massa beras, saat memanggang kue biasanya ibu-ibu
melakukan pengukuran waktu untuk menentukan kapan proses pemanggangan
dapat dihentikan dan kue matang, dan masih banyak lagi hal-hal yang berkaitan
dengan pengukuran yang lainnya. Oleh karena itu konsep pengukuran ini sangat
penting karena bidang Fisika tidak lepas dari proses pengukuran.
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui sebuah nilai dari besaran dengan
dibandingkan dengan suatu nilai standar yang biasa disebut dengan satuan. Pada
modul ini Bapak Ibu akan diajak untuk mengenal besaran dan satuan. Besaran
sendiri ada dua jenis yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Kemudian setelah
itu kita juga akan melihat satuan-satuan dari beberapa besaran dan mengenal
bagaimana satuan itu ditentukan. Setelah belajar tentang besaran dan satuan, maka
kita juga perlu mengenal alat-alat yang dapat digunakan untuk mengukur besaran,
sehingga pada modul ini akan dikenalkan beberapa jenis alat ukur dan bagaimana
cara menggunakannya.
Modul ini mengajak Bapak Ibu untuk mempelajari apa yang akan diukur,
bagaimana cara mengukurnya, dan bagaimana menyajikan hasil pengukuran yang
telah dilakukan. Maka dari itu setelah mempelajari besaran dan satuan, lalu
mempelajari cara menggunakan beberapa macam alat ukur, pada modul ini juga
terdapat materi yang berisi tentang notasi ilmiah dan aturan angka penting serta
bagaimana menentukan ketelitian atau ralat pengukuran. Setelah mempelajari
modul ini Bapak Ibu diharapkan dapat melakukan pengukuran dengan benar dan
dapat melaporkan hasil pengukuran dengan tepat.

1. Hakikat Fisika

Fisika merupakan ilmu yang berdasar pada hasil eksperimen. Para ilmuwan
mengamati fenomena alam dengan melakukan percobaan, agar dapat menjelaskan

-2-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

fenomena tersebut, dan dapat menjawab pertanyaan “mengapa”. Jadi untuk bisa
menjelaskan fenomena maka diperlukan rasa keingintahuan tentang fenomena-
fenomena di sekitar. Kemudian rasa ingin tahu ini harus didukung dengan kemauan
untuk melakukan pengamatan. Setelah melakukan pengamatan diharapkan dapat
menarik kesimpulan dari hasil pengamatannya. Proses-proses itu merupakan
hakikat Fisika.
Secara umum terdapat tiga hakikat Fisika yaitu Fisika sebagai produk,
Fisika sebagai proses, dan Fisika sebagai sikap. Produk di dalam Fisika antara lain
prinsip, hukum, rumus, teori, model. Sehingga Fisika sebagai produk merupakan
hasil akhir dari proses pengamatan. Sedangkan pengamatan itu sendiri merupakan
hakikat Fisika sebagai proses. Proses merupakan bagaimana cara mendapatkan
produk-produk Fisika tersebut. Hakikat yang terakhir adalah Fisika sebagai sikap.
Sikap inilah yang mendasari adanya proses sehingga diperoleh produk. Sehingga
dengan bertindak dan bersikap maka proses dapat dilakukan hingga akhirnya
diperoleh produk.
Oleh karena itu, salah satu hal penting yang perlu dipelajari dalam Fisika
adalah proses mengamati. Proses mengamati biasanya tidak terlepas dari proses
pengukuran. Sehingga mengukur merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
agar dapat melakukan proses dengan benar sehingga nantinya dapat menghasilkan
produk yang bermanfaat.

2. Besaran dan Satuan

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur. Besaran


dikelompokkan menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran
pokok merupakan besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih dahulu dan
tidak diturunkan dari besaran-besaran lain. Sedangkan besaran turunan adalah
besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. Besaran-besaran ini
dalam Fisika digunakan untuk menyatakan hukum-hukum Fisika. Terdapat tujuh
besaran pokok yaitu panjang, massa, waktu, suhu, intensitas cahaya, kuat arus, dan
jumlah zat. Sedangkan contoh besaran turunan antara lain kecepatan, volume, luas,
dll.

-3-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Untuk menyatakan hukum-hukum Fisika, besaran biasanya diukur.


Pengukuran besaran ini dilakukan dengan membandingkannya terhadap acuan
standar. Sebagai contoh misalnya mengukur besaran panjang dari sebuah buku dan
diperoleh nilai 15 cm. Saat melakukan pengukuran dan mendapatkan nilai 15 cm
itu artinya bahwa panjang buku tersebut 15 kali panjang sesuatu yang panjangnya
didefinisikan sebagai satu cm. Supaya hasil pengukuran ini dapat diterima oleh
orang lain maka perlu ada suatu standar yang disepakati bersama untuk menyatakan
besaran-besaran yang diukur seperti Sistem Satuan Internasional.

a. Besaran Pokok

Besaran pokok bisa dikatakan sebagai besaran dasar karena besaran pokok
ini tidak diturunkan dari besaran lainnya. Terdapat tujuh besaran pokok yang
ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Besaran-besaran Pokok


Besaran Pokok Satuan Singkatan Satuan Dimensi
Panjang meter m [L]
Massa kilogram kg [M]
Waktu sekon s [T]
Kuat arus listrik ampere A [I]
Suhu kelvin K []
Jumlah zat mol mol [N]
Intensitas cahaya kandela cd [J]

b. Sistem Internasional

Besaran Massa
Pada umumnya orang awam menyebut besaran ini sebagai berat, misalnya
berat badan. Dalam fisika, berat dan massa merupakan hal yang berbeda. Massa
berkaitan dengan jumlah zat (materi) yang dikandung suatu benda. Sedangkan berat

-4-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

adalah gaya yang berarah ke pusat bumi yang dikerjakan oleh Bumi pada suatu
benda. Massa ini satuannya adalah kilogram menurut sistem satuan internasional.
Standar massa, kilogram, didefinisikan sebagai massa suatu tabung yang terbuat
dari paduan (alloy) platinum-iridium. Tabung tersebut disimpan di International
Bureau of Weights and Measures di Serves, dekat Paris.

Gambar 1. Standar massa yang disimpan di Interational Bureu of Weights and Measures.

Besaran Panjang
Besaran panjang standarnya dinyatakan dalam meter. Standar meter ini
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh cahaya di ruang hampa dalam
1/299.792.458 detik. Sebelumnya standar meter dinyatakan dengan menggunakan
panjang gelombang jingga-merah yang diemisikan oleh atom-atom kripton (86Kr)
di dalam suatu tabung lucutan cahaya.

Besaran Waktu
Pada masa lampau, besaran waktu ini dinyatakan dengan mengukur
kejadian-kejadian yang terjadi secara berulang, misalnya rata-rata lamanya siang
hari (saat matahari bersinar) dinyatakan sebagai 12 jam. Namun saat ini telah
digunakan standar yang lebih teliti berdasar pada jam atomik, yang menggunakan
beda energy antara dua tingkat energy terendah dari atom cesium. Ketika ditembaki
dengan gelombang mikro pada frekuensi yang tepat, atom cesium mengalami
transisi dari satu dari kedua tingkat energy ke tingkat energy yang lain. Satu sekon
didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk melakukan 9.192.631.770
siklus radiasi ini.

-5-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Gambar 2. Jam atomik Cesium

c. Besaran Turunan

Besaran turunan merupakan besaran yang diturunkan dari besaran pokok.


Besaran turunan ini dapat diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. Beberapa
contoh besaran turunan ditampilkan pada Tabel 2. Bila diperhatikan pada kolom
rumus maka terlihat bahwa besaran turunan merupakan operasi hitung terhadap satu
atau lebih besaran pokok. Misalnya besaran luas yang merupakan operasi perkalian
dari dua besaran panjang, sehingga satuan dan dimensinya juga merupakan hasil
perkalian dari satuan besaran panjang dan dimensi besaran panjang. Bila
diperhatikan satuan dan dimensi besaran turunan ini tidak ada yang tunggal, artinya
terdiri dari satuan dan dimensi besaran-besaran pokok. Berbeda dengan besaran
pokok yang satuan dan dimensinya tunggal.

Tabel 2. Beberapa contoh besaran turunan


Besaran Rumus Satuan Dimensi
Turunan
Luas Panjang x lebar m2 [L]2
Massa jenis Massa/volume Kg/m3 [M][L]3
Kecepatan Perpindahan/waktu m/s [M][T]-1
Gaya Masa x percepatan Kg m/s2 = N [M][L][T]-2
Energi Gaya x perpindahan Kg m2/s2 = J [M][L]-2[T]-2

-6-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Nah, untuk lebih membantu teman-teman memahami besaran dan satuan,


simaklah video pada link

Besaran dan Satuan


https://www.youtube.com/watch?v=eugg1fyrOuY

3. Pengukuran

a. Alat Ukur

Setiap besaran dapat diukur dengan banyak cara dan banyak alat. Misalnya
untuk besaran panjang sendiri terdapat banyak alat ukur yang dapat digunakan
antara lain mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup dan masih banyak lagi alat
ukur yang lainnya. Misalnya untuk mengukur panjang sebuah buku alat ukur yang
digunakan adalah mistar. Mengapa tidak menggunakan jangka sorong atau
mikrometer sekrup? Masing-masing alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda
sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Mengukur panjang buku
menggunakan jangka sorong terasa berlebihan dan justru menyulitkan karena pada
saat mengukur panjang buku tidak diperlukan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Oleh karena itu mari kita lihat beberapa contoh alat ukur dan bagaimana cara
menggunakannya.

Mistar
Mistar merupakan salah satu alat ukur panjang yang paling banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya mistar digunakan untuk
mengukur panjang benda-benda yang besar. Perhatikan Gambar 3, terlihat bahwa
skala mistar terdiri dari garis-garis panjang dan pendek. Garis-garis panjang
menunjukkan setiap satu cm kemudian dalam satu cm itu terdapat 10 garis-garis
pendek sehingga setiap jarak antara dua garis pendek ini panjangnya adalah satu
mm. Maka berapa panjang terkecil yang dapat diukur oleh mistar? Dapatkah mistar

-7-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

digunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng? atau mengukur tebal sebuah
plat?

Gambar 3. Mistar

Jawabnya adalah bisa saja, tetapi apakah hasil pengukurannya tepat? Maka
apa alat ukur yang tepat untuk mengukur diameter kelereng? salah satu alat ukur
yang dapat digunakan adalah jangka sorong.

Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur panjang. Biasanya jangka
sorong ini digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, atau
kedalaman. Berbeda dengan mistar yang hanya terdapat skala utama, pada jangka
sorong terdapat skala utama dan skala nonius. Selain itu terdapat beberapa bagian
lain dari jangka sorong yaitu rahang tetap atas dan bawah yang tidak bergeser saat
melakukan pengukuran. Sedangkan rahang sorong atas dan bawah akan bergeser
saat melakukan pengukuran. Saat rahang sorong bergeser maka skala nonius dan
tangkai ukur kedalaman akan ikut bergeser.

Gambar 4. Jangka sorong

-8-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Gambar 5. Bagian-bagian jangka sorong

Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong, langkah-


langkahnya adalah sebagai berikut. Setelah melakukan pengukuran dengan tepat
maka hasil pengukurannya dapat diketahui dengan pertama-tama menentukan
besarnya skala utama terlebih dahulu dengan melihat garis 0 dari skala nonius. Bila
hasil pengukuran seperti ditunjukkan Gambar 6, maka perhatikan garis skala 0 pada
skala nonius yang berada di antara 4,1 dengan 4,2 cm itu artinya hasil
pengukurannya menunjukkan lebih dari 4,1 tapi kurang dari 4,2 cm. Nah, berapa
lebihnya? Nilai lebih ini ditentukan dengan melihat skala nonius, yaitu carilah garis
skala utama yang berimpit dengan skala nonius (lihat Gambar 6). Nilai skala nonius
yang berimpit ini kemudian dikalikan dengan 0,01 cm. Karena yang berimpit adalah
skala ke-6 maka hasil pengukurannya adalah 4,16 cm.

Gambar 6. Skala Utama dan Skala Nonius jangka sorong

-9-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Skala nonius dikalikan dengan 0,01 cm karena sepuluh skala utama


panjangnya 1 cm sedangkan 10 skala nonius panjangnya 0,9 cm. Jadi beda satu
skala dengan satu skala utama adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm. Sehingga skala
terkecil dari jangka sorong adalah 0,01 cm. Pernahkah teman-teman melihat jangka
sorong yang skala noniusnya sampai pada skala 20? Lalu berapa nilai ketelitianya?
Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan menggeser skala nonius sehingga
garis skala 0 berimpit dengan garis skala satuan cm di skala utama. Perhatikan garis
ke 20 di skala nonius berimpit dengan skala ke berapa di skala utama. Dengan
menggunakan analogi yang telah dijelaskan, maka skala terkecil dapat ditentukan.

Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup juga merupakan alat ukur panjang. Biasanya
mikrometer sekrup ini digunakan untuk mengukur panjang yang ordenya kecil,
misalnya untuk mengukur tebal kertas atau mengukur panjang suatu benda yang
kecil. Hal ini dilakukan karena kemampuan mikrometer sekrup mengukur hingga
0,01 mm.

Gambar 7. Mikrometer Sekrup

-10-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Gambar 8. Bagian-bagian mikrometer sekrup

Gambar 9. Skala Utama dan skala Nonius Mikrometer Sekrup

Saat melakukan pengukuran dengan mikrometer sekrup, maka yang


dilakukan adalah menjepit benda yang diukur di antara landasan dan sekrup.
Landasan ini tetap tidak bergerak, yang bergerak adalah sekrup. Saat memutar
timbal searah skala timbal (dari 0 – 50) maka sekrup ini akan bergerak menjauhi
landasan. Setelah itu kemudian dibaca hasil pengukurannya. Cara membaca hasil
pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup adalah dengan menentukan
skala utama terlebih dahulu, kemudian melihat skala nonius. Skala utama
ditentukan dari angka terakhir yang terlihat. Garis yang menghadap ke atas
menunjukkan setiap satu milimeter, sedangkan garis ke bawah menunjukkan setiap
setengah milimeter. Gambar 9 menunjukkan bahwa skala utama terakhir yang
terlihat adalah 4 pada garis ke atas, tapi masih ada lebih. Itu artinya hasil
pengukuran harusnya 4 mm lebih tetapi kurang dari 4,5 mm. Lalu berapa lebihnya?
Lebihnya ini dapat dilihat dari skala noniusnya. Skala nonius yang dilihat adalah

-11-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

garis skala nonius yang berimpit dengan garis horizontal pada skala utama. Terlihat
pada Gambar 9, garis skala nonius yang berimpit dengan garis horizontal skala
utama adalah skala ke 30. Berapa nilai skala 30 ini?
Skala terkecil dari skala utama pada mikrometer sekrup ini adalah 0,5 mm
sedangkan skala nonius jumlahnya adalah 50 skala. Ini artinya setiap 0,5 mm dibagi
ke 50 skala nonius, sehingga untuk satu skala nonius mewakili 0,01 mm. Maka, bila
pada skala nonius yang berimpit adalah skala ke-30 sehingga lebihnya adalah 0,3
mm. sehingga hasil pengukurannya adalah 4,3 mm.

Stopwatch
Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur selang waktu.
Stopwatch ini ada yang analog dan ada yang digital. Stopwatch analog
menggunakan jarum seperti jam analog. Gambar 10 merupakan stopwatch digital
dan terlihat bahwa skala terkecil yang mampu diukur adalah 0,1 detik.

Gambar 10. Stopwatch Digital

Neraca
Neraca atau dalam bahasa sehari-hari biasa disebut timbangan adalah salah
satu alat yang digunakan untuk mengukur massa. Neraca ini banyak sekali jenisnya.
ada neraca dua lengan ada pula neraca satu lengan, atau bahkan tidak berlengan
seperti neraca digital. Neraca-neraca ini memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-
beda bergantung pada spesifikasinya. Salah satu neraca yang sering digunakan di
laboratorium adalah neraca ohaus.

-12-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Gambar 11. Neraca Ohaus

Gambar 12. Bagian-bagian Neraca ohaus

Bagian-bagian neraca ohaus terdiri dari piringan wadah beban untuk


meletakkan bahan yang akan diukur, sekrup/knop kalibrasi ini digunakan untuk
mengatur kalibrasi titik nol, beban geser digunakan untuk menyeimbangkan
sekaligus menunjukkan hasil pengukuran, tiga lengan merupakan skala-skala
pengukuran, dan titik nol merupakan penunjuk kalibrasi neraca ohaus. Sebelum
melakukan pengukuran menggunakan neraca ohaus maka pengguna perlu
melakukan kalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan dengan mengatur titik nol
sehingga garis putih mendatar dari tiga lengan berimpit dengan garis nol seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 13.

-13-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Gambar 13. Neraca Ohaus yang terkalibrasi

Prosedur melakukan kalibrasi neraca ohaus ini dilakukan mulai dari


menggeser beban geser sehingga ketiganya menunjuk pada skala nol, kemudian
melihat pada titik nol apakah kedua garis horizontal sudah berimpit. Apabila sudah
berimpit maka neraca siap digunakan, tetapi bila belum berimpit maka perlu
mengatur sekrup/knop kalibrasi dengan cara memutarnya sehingga kedua garis
putih horizontal berimpit seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 13.

Gambar 14. Hasil pengukuran menggunakan neraca Ohaus

Setelah melakukan kalibrasi maka neraca ohaus siap digunakan. Pertama


letakkan bahan yang akan diukur pada piringan wadah beban kemudian
seimbangkan tiga lengan dengan menggeser-geser beban geser sehingga garis
horizontal putih di titik nol berimpit, setelah itu bacalah hasil pengukuran. Misalnya
hasil pengukuran diperoleh seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 14, maka hasil
pengukurannya adalah:
𝑚 = 200 g + 10 g + 7,7 g = 217,7 g

-14-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Multimeter
Salah satu alat ukur yang sering digunakan adalah multimeter. Multimeter
ini merupakan alat ukur besaran-besaran listrik yang dapat digunakan untuk
mengukur tegangan AC maupun DC, mengukur arus, mengukur hambatan. Namun,
setiap multimeter mungkin dapat memiliki tambahan mode sehingga dapat
digunakan untuk mengukur besaran-besaran lainnya. Pada multimeter juga terdapat
batas ukur. Batas ukur ini merupakan nilai maksimal yang dapat diukur
menggunakan multimeter yang dipakai, artinya multimeter tersebut tidak dapat
mengukur nilai besaran yang lebih besar dari batas ukurnya. Bila dipaksakan dapat
merusak alat. Batas ukur biasanya tidak hanya satu, sehingga dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pengukuran.

Gambar 15. Multimeter

Sebelum menggunakan multimeter untuk mengukur, multimeter ini perlu


dikalibrasi terlebih dahulu. Cara mengalibrasi multimeter adalah dengan memutar
selektor sehingga memilih mode pengukuran hambatan. Kemudian hubungkan
probe merah dan hitam, pada saat ini seharusnya jarum menunjuk angka nol. Bila
jarum tidak menunjuk angka nol, putar pengatur jarum penunjuk sampai jarum
menunjuk angka nol. Bila kedua probe bersentuhan dan jarum telah menunjuk
angka nol, maka multimeter telah terkalibrasi dan siap digunakan.
Setelah multimeter siap digunakan, maka tentukan dulu multimeter ini akan
digunakan untuk mengukur besaran apa. Kemudian putar selektor pada mode

-15-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

pengukuran besaran yang sesuai dan pilih batas ukur yang paling besar. Bila rentang
nilai pengukuran sudah diketahui, batas ukur tidak perlu dimulai dari yang paling
besar. Semakin besar batas ukur, maka ketelitiannya semakin berkurang.
Bayangkan misalnya pada multimeter terdapat 10 skala. Bila kita memilih batas
ukur 1 volt maka kita dapat mengukur tegangan sampai 0,1 volt. Sedangkan bila
kita memilih batas ukur 100 artinya tegangan terkecil yang dapat kita ukur adalah
10 volt. Oleh karena itu menaikkan batas ukur artinya mengurangi ketelitian.
Sehingga penting untuk menggunakan batas ukur yang tepat agar alat mampu
mengukur dengan baik dan sesuai.
Setelah menentukan batas ukur yang sesuai dengan kebutuhan pengukuran,
maka kita dapat segera melakukan pengukuran. Pada saat melakukan pengukuran,
untuk multimeter analog maka kita perlu mengetahui bagaimana cara menentukan
hasil pengukuran. Misalnya kita melakukan pengukuran tegangan, maka besarnya
tegangan yang terukur adalah:
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘
𝑉= × 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 (1)
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Persamaan (1) berlaku untuk pengukuran besaran-besaran listrik lainnya


menggunakan multimeter analog. Selain multimeter analog, terdapat multimeter
digital. Cara menggunakan multimeter digital sama seperti menggunakan
multimeter analog, hanya untuk multimeter digital tidak perlu menggunaka
persamaan (1) untuk menentukan hasil pengukuran karena nilai hasil pengukuran
sudah langsung tertampil pada layar.

b. Ketidakpastian

Setelah mengenal alat-alat ukur dan cara menggunakannya maka


diharapkan teman-teman dapat menggunakan alat-alat ukur tersebut untuk
melakukan pengukuran. Dalam melakukan pengukuran biasanya ada keadaan-
keadaan yang menimbulkan keraguan terhadap hasil pengukurannya. Keadaan ini
digolongkan dalam dua kategori yaitu kesalahan acak dan kesalahan sistematis.
Kesalahan acak (rambang)

-16-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Kesalahan acak pada umumnya disebabkan oleh adanya ketidaktepatan


yang halus selama melakukan pengukuran. Ketidaktepatan ini tidak dapat diketahui
secara pasti, misalnya karena adanya faktor pengganggu. Faktor-faktor pengganggu
ini biasanya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan karena
pengganggu ini berlangsung sangat cepat dan periodenya tidak teratur. Beberapa
contoh faktor pengganggu antara lain fluktuasi tegangan jarum listrik, getaran yang
periodenya tidak teratur, atau bising yang biasanya mengganggu alat elektronik.

Kesalahan sistematis
Sedangkan kesalahan sistematis merupakan kesalahan yang terjadi secara
konsisten. Kesalahan sistematis ini biasanya dapat diketahui penyebabnya dan
dapat diperhitungkan atau ditentukan. Contoh kesalahan sistematis misalnya
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, atau kesalahan arah pandang dalam
membaca skala (paralak). Kesalahan sistematis ini dapat dikurangi dengan
mengkalibrasi ulang alat ukur, mengatur ulang titik nol.
Pengukuran yang dilakukan ternyata memiliki banyak kemungkinan untuk
mengalami kesalahan. Oleh karena itu biasanya pengukuran tidak hanya dilakukan
satu kali untuk meyakinkan dan agar diperoleh hasil pengukuran yang lebih akurat.
Namun, terkadang pengulangan pengukuran tidak dapat dilakukan. Maka akan kita
bahas bagaimana menentukan ketidakpastian dari pengukuran tunggal dan
pengukuran berulang.

Gambar 16. Paralak

-17-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Gambar 17. Kesalahan dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong

Ketidakpastian Pengukuran Tunggal


Pengukuran tunggal artinya pengukuran hanya dilakukan satu kali. Ada
beberapa hal yang menyebabkan pengukuran hanya dilakukan satu kali, misalnya
dalam pengukuran curah hujan tentunya tidak dapat dilakukan pengulangan karena
sulit untuk mengatur agar hujan yang sama terjadi berulang, atau misalnya
mengukur tebal buku menggunakan mistar maka biasanya akan diperoleh nilai yang
sama meskipun dilakukan berulang-ulang karena alat ukur yang digunakan
ketelitiannya kurang. Maka untuk menyatakan ketidakpastian pengukuran tunggal
digunakan nilai setengah skala terkecil dari alat ukur yang dipakai untuk mengukur.
1
∆𝑥 = × skala terkecil (2)
2

Misalnya dilakukan pengukuran menggunakan mistar yang skala terkecilnya adalah


0,1 cm maka ketidakpastian pengukuran tunggal untuk mistar adalah 0,05 cm.

Ketidakpastian Pengukuran Berulang


Pengukuran berulang adalah pengukuran besaran yang sama pada satu
obyek yang sama menggunakan alat ukur yang sama namun dilakukan lebih dari

-18-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

satu kali. Dalam pengukuran biasanya hasil yang diperoleh tidak selalu sama.
Pengukuran pertama menghasilkan nilai 𝑥1 kemudian pengukuran kedua
menghasilkan nilai 𝑥2 dst. sampai pengukuran selesai. Untuk pengukuran berulang
ini dihasilkan nilai yang mungkin berbeda, lalu berapa nilai hasil pengukurannya?
Hasil mana yang harus digunakan untuk menyatakan hasil pengukuran? Nilai hasil
pengukuran ditentukan dengan persamaan berikut.
∑ 𝑥𝑖 𝑥1 +𝑥2 +⋯+𝑥𝑁
𝑥̅ = = (3)
𝑁 𝑁

Sedangkan nilai ketidakpastian pengukuran berulang ini mengikuti persamaan


berikut:
1 𝑁 ∑ 𝑥𝑖 2 −(∑ 𝑥𝑖 )2
𝑠𝑥 = 𝑁 √ 𝑁−1
(4)

c. Menyajikan hasil pengukuran

Setelah melakukan pengukuran dan menghitung nilai ketidakpastiannya,


maka selanjutnya adalah bagaimana cara melaporkan hasil pengukurannya. Untuk
pengukuran tunggal hasil pengukuran dapat dinyatakan sebagai 𝑥 ± ∆𝑥 dan untuk
pengukuran berulang dinyatakan sebagai 𝑥̅ ± 𝑠𝑥 . Nilai 𝑥̅ dari hasil perhitungan
dapat mengandung banyak angka akibat dari perhitungan rata-rata. Misalnya telah
dilakukan 10 kali pengukuran panjang dan diperoleh nilai rata-rata hasil
pengukuran sebesar 3,159056284. Nilai rata-rata ini tentunya kurang informatif dan
sulit untuk diterima sebagai hasil pengukuran yang tepat, oleh karena itu perlu
dipelajari tentang aturan notasi ilmiah dan angka penting untuk melaporkan hasil
pengukuran sehingga dapat memberikan informasi yang lebih mudah diterima dan
diyakini kebenarannya.

Notasi Ilmiah
Dalam bidang Fisika, ada banyak sekali hal yang diukur. Hasil
pengukurannya pun sangat beragam mulai dari hasil pengukuran yang sangat kecil
misalnya massa atom sampai hasil pengukuran yang sangat besar misalnya massa
bumi. Penyajian hasil pengukuran yang sangat besar atau sangat kecil ini biasanya

-19-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

terdiri dari deretan angka yang banyak sehingga sering menyebabkan kesalahan
dalam penulisannya, oleh karena itu diberikan aturan notasi ilmiah untuk
menyatakan hasil-hasil pengukuran ini. Notasi ilmiah berbentuk a x 10n dengan a
adalah angka penting.

Pada penulisan massa elektron, indeks n bernilai negatif karena elektron


massanya kurang dari satu. Selain itu penggeseran koma dari kiri ke kanan
menghasilkan indeks n bernilai negatif.

Pada penulisan massa bumi, indeks n bernilai positif karena bumi massanya
lebih dari satu. Selain itu penggeseran koma dari kanan ke kiri menghasilkan indeks
n bernilai positif.
Angka Penting
Angka penting merupakan angka hasil pengamatan atau angka-angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran. Untuk menentukan apakah suatu angka merupakan
angka penting atau bukan, perhatikan aturan-aturan angka penting berikut ini:
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol adalah angka penting.
3. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang ditulis
di belakang koma desimal termasuk angka penting.
4. Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal adalah
bukan angka penting.

-20-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

5. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya yang memiliki


angka-angka nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah agar
jelas apakah angka-angka nol tersebut termasuk angka penting atau bukan.

Penjumlahan dan Pengurangan Angka Penting


Dalam penjumlahan dan pengurangan angka penting hanya boleh
mengandung satu angka taksiran. Oleh karena itu bila dalam hasil operasi
perhitungan terdapat lebih dari satu angka taksiran, dalam penyajiannya perlu
dilakukan pembulatan sehingga hanya mengandung satu angka taksiran. Seperti
contoh-contoh berikut:

Contoh merupakan operasi pengurangan antara suatu hasil pengukuran


yaitu 123,46 dan 6 merupakan angka taksiran dikurangi dengan suatu hasil
pengukuran 88 dan 8 sebagai angka taksiran. Hasil pengurangan yaitu 35,46. Angka
5 merupakan angka taksiran karena 8 adalah angka taksiran dan 6 juga angka
taksiran. Hasil ini memperlihatkan ada dua angka taksiran. Bila angka 5 sudah
merupakan angka taksiran maka angka-angka di belakangnya merupakan angka
yang tidak pasti sehingga hasil pengurangannya harus dinyatakan sebagai 35,

-21-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

dengan angka 5 adalah angka taksiran. Untuk lebih memahami, perhatikan contoh
berikutnya.

Contoh ini merupakan contoh perhitungan hasil penjumlahan dari tiga hasil
pengukuran dan diperoleh nilai penjumlahan dari ketiganya mengandung tiga angka
taksiran. Aturan dari penjumlahan angka penting hanya boleh mengandung satu
angka taksiran. Bila angka 7 merupakan angka taksiran maka angka 6 di sebelah
kanannya merupakan angka-angka yang semakin tidak pasti sehingga hasil
perhitungannya dapat dinyatakan 279,7. Nilai ini hanya mengandung satu angka
taksiran yaitu angka 7 di belakang koma.

Perkalian dan Pembagian Angka Penting


Dalam perkalian dan pembagian angka penting, hanya boleh mengandung
sebanyak angka penting paling sedikit dari semua bilangan yang terlibat dalam
operasi perkalian atau pembagian.

Perhatikan contoh, dari kedua contoh terlihat bahwa operasi ini terdiri dari
perkalian antara empat angka penting dengan dua angka penting sehingga hasil
operasinya nanti harus mengandung angka penting paling sedikit yakni dua angka

-22-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

penting. Untuk operasi pembagian hasilnya adalah 6,0 sedangkan untuk operasi
perkalian hasilnya adalah 16.

TUGAS

Untuk lebih memahami yang telah kita pelajari dalam modul ini maka
lakukanlah kegiatan berikut ini:
1. Siapkanlah mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan sebuah buku.
2. Lakukan pengukuran panjang buku menggunakan mistar, jangka sorong,
mikrometer sekrup dan bandingkan hasilnya. Alat ukur mana yang paling
tepat digunakan untuk mengukur panjang buku?
3. Lakukan pengukuran ketebalan buku menggunakan mistar, jangka sorong,
mikrometer sekrup dan bandingkan hasilnya. Alat ukur mana yang paling
tepat digunakan untuk mengukur ketebalan buku?
4. Lakukan pengukuran ketebalan kertas menggunakan mistar, jangka sorong,
mikrometer sekrup dan bandingkan hasilnya. Alat ukur mana yang paling
tepat digunakan untuk mengukur ketebalan kertas?
5. Nyatakan hasil-hasil pengukuran dengan aturan angka penting beserta
ketidakpastiannya.
6. Lakukan pengukuran berulang dan nyatakan hasil-hasil pengukuran dengan
aturan angka penting beserta ketidakpastiannya.

TES FORMATIF

1. Perhatikan tabel berikut


No. Besaran Satuan Dimensi
1. Momentum Kg ms-1 [M][L][T]-1
2. Tekanan Nm-2 [M][L]-1[T]-2
3. Gaya berat N [M][L][T]-2
4. Usaha Nm [M][L]2[T]-2
Dari tabel, mana pernyataan yang benar?

-23-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

A. 1,2
B. 1,2,3
C. 1,2,3,4
D. 2,3,4
E. 3,4
2. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah….
A. Panjang, kuat arus, kecepatan
B. Intensitas cahaya, berat, waktu
C. Jumlah zat, suhu, intensitas cahaya
D. Panjang, berat, kuat arus
E. Percepatan, kecepatan, suhu
3. Hasil pengukuran panjang dinyatakan sebesar 20,010 cm. Berapa jumlah angka
penting pada hasil pengukuran tersebut?
A. 1 angka penting
B. 2 angka penting
C. 3 angka penting
D. 4 angka penting
E. 5 angka penting
4. Berapa detik waktu yang dibutuhkan bulan untuk berotasi mengelilingi bumi?
A. 2,600 x 104 detik
B. 2,60 x 105 detik
C. 2,6 x 106 detik
D. 2,6 x 107 detik
E. 2,6 x 108 detik
5. Hasil pengukuran massa minyak adalah 0,84 kg dan volumenya 1,05 m3. Maka
menurut aturan angka penting, berapa massa jenis minyak?
A. 0,08 kg m-3
B. 0,080 kg m-3
C. 0,8 kg m-3
D. 0,80 kg m-3
E. 0,800 kg m-3

-24-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

6. Terdapat dua meja yang diletakkan bersandingan dan akan diukur panjang total
kedua meja, namun karena keterbatasan maka meja diukur satu per satu.
Panjang meja pertama adalah 1,00 m dan panjang meja yang lain adalah 1,547
m. Maka panjang kedua meja itu adalah?
A. 2,547 m
B. 2,55 m
C. 2,54 m
D. 2,50 m
E. 2,5 m

7. Perhatikan gambar potongan angka sorong berikut

Berapa hasil pengukuran oleh jangka sorong yang ditunjukkan oleh


gambar?
A. 11,62 cm
B. 11,63 cm
C. 11,71 cm
D. 11,72 cm
E. 11,73 cm
8. Perhatikan skala yang ditunjukkan oleh mikrometer sekrup saat mengukur
ketebalan sebuah buku berikut

-25-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Berapa hasil pengukuran ketebalan sebuah buku berikut?


A. 3,10 mm
B. 3,50 mm
C. 3,51 mm
D. 3,57 mm
E. 3,60 mm
9. Terdapat data hasil pengukuran panjang batang kayu sebagai berikut:
Pengukuran ke- p (cm)
1 3,15
2 3,16
3 3,12
4 3,15
5 3,14
Dari data-data yang ditampilkan pada tabel, maka hasil pengukurannya
adalah…
A. 3,144±0,007 cm
B. 3,14±0,007 cm
C. 3,144±0,0067 cm
D. 3,14±0,00678 cm
E. 3,144±0,0067 cm
10. Perhatikan grafik hasil pengukuran berulang pada volume sebuah benda berikut

-26-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

Berdasarkan grafik, berapa volume benda yang diukur?


A. (4,3±0,7)x101 liter
B. 4,25±0,066 liter
C. 4,25±0,1 liter
D. 0,425±0,066 liter
E. (4,25±0,7)x101 liter

RANGKUMAN

 Hakikat Fisika ada tiga yaitu Fisika sebagai produk, Fisika sebagai proses, dan
Fisika sebagai sikap.
 Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur. Terdapat tujuh besaran pokok dan
satuannya.
 Satuan Internasional merupakan satuan standar yang digunakan secara luas.
 Masing-masing besaran diukur dengan menggunakan alat ukur yang mungkin
berbeda dengan besaran lainnya.
 Penulisan hasil pengukuran menggunakan kaidah angka penting.

-27-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 1: Besaran, Satuan Dan Pengukuran

DAFTAR PUSTAKA

Djonoputro, B.D., 1984. Teori ketidakpastian Menggunakan Satuan SI. Bandung:


Penerbit ITB.
Halliday, D., Resnick, R., 1985. Fisika Jilid 1 edisi ketiga (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Young, H.D., Freedman, R.A., 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Tipler, P. A., 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.

-28-

Anda mungkin juga menyukai